BAB I PENDAHULUAN. Dalam bahasa Arab, sastra disebut adab. Istilah adab mempunyai arti lain

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1990: 11). Selain kata sastra, dalam KBBI juga ada kata susastra (tambah awalan

DAFTAR ISI PERNYATAAN KEASLIAN... PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN... MOTTO... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR GRAFIK... xiv

BAB I PENDAHULUAN. khas, dan menuntut pembaca yang khas pula. Lukens (via Nurgiyantoro, 2010 b:3)

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

BAB I PENDAHULUAN. menghayati pengalaman hidup manusia sewajarnya. Memahami sebuah karya

DAFTAR ISI. Pedoman Translitrasi... Abstraks...

BAB 1 PENDAHULUAN. sebuah karya seni dengan menggunakan medium bahasa. Sastra merujuk pada

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN... MOTTO... PERSEMBAHAN... ABSTRAK...

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran, perasaan, ide, semangat, dan keyakinan dalam suatu bentuk gambaran

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii. KATA PENGANTAR... v. DAFTAR TRANSLITERASI... x

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii. PENGESAHAN...iii. PERSEMBAHAN... iv. MOTTO... v. ABSTRAK... vi. KATA PENGANTAR... vii. DAFTAR ISI...

BAB I PENDAHULUAN. menyempurnakannya. Hasil kreasi yang orisinil tersebut adalah karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam karya sastra merupakan masalah-masalah yang ada di. lingkungan kehidupan pengarangnya sebagai anggota masyarakat

DAFTAR ISI. Halaman BAB II STUDI TOKOH. A. Pengertian Studi Tokoh B. Profil Tokoh... 30

PEDOMAN TRANSLITERASI. Penulisan Transliterasi Arab-latin dalam penyusunan Tesis ini

DAFTAR ISI... SAMPUL DALAM... PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR TRANSLITERASI...

BAB I PENDAHULUAN. subjek penelitian, objek penelitian, dan sarana atau peralatan penelitian (Ratna,

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi jiwa pengarang dalam mengilustrasikan kehidupan imajinatifnya (Wellek

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... REKOMENDASI PEMBIMBING... NOTA DINAS... HALAMAN PERSEMBAHAN...

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM PERNYATAAN KEASLIAN... PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN.. ABSTRAK.. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI.. DAFTAR TRANSLITRASI..

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM PERNYATAAN KEASLIAN... MOTTO.. PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN.. ABSTRAK.. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI..

SKRIPSI. Disusun untuk Memenuhi Tugas dan Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

Daftar Tabel... Pedoman Transliterasi Arab-Indonesia... Latar Belakang Masalah... Batasan Masalah Penelitian...

STRATEGI DAKWAH KULTURAL SUNAN KALIJAGA (DESKRIPTIF ANALISIS)

DAFTAR ISI. BAB II PERILAKU KONSUMEN PADA PERUSAHAAN JASA A. Pemasaran Pengertian Pemasaran... 23

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

PENGESAHAN. Telah dimunaqasyahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Agama Islam Universitas Wahid Hasyim Semarang pada tanggal : Semarang, 22 januari 2016.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. antarmanusia (Nurgiyantoro, 2013:2). Sebagai sebuah karya. imajinatif, prosa menyajikan berbagai permasalahan manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang dipandang lebih luas pengertiannya daripada karya fiksi.

ARAB-LATIN. A. KONSONAN TUNGGAL Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan. Bâ' B - ت. Tâ' T - ث. Jim J - ح. Khâ Kh - د. Dâl D - ذ. Râ' R - ز.

BAB I PENDAHULUAN. dibangun secara koherensif oleh berbagai unsur pembangunnya. Di satu pihak,

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam bahasa Arab disebut dengan Adab. Menurut para linguistik

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN. Alif - - Jim J Je ح. Dal D De Żal Ż Zet dengan titik di atas. Sin S Es. Syin Sy Es dan ye

BAB I PENDAHULUAN. pendek, yaitu kisahan pendek kurang dari kata yang memberikan kesan

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI... ii. PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI... iii. PANDUAN TRANSLITERASI... iv. ABSTRAK...

Abstrak. Kata kunci: Kurs Rupiah, BI Rate, JII, LQ45.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal Dimensi Komunikasi Interpersonal C. Komitmen Organisasi

DAFTAR ISI... Halaman PERSETUJUAN... i SURAT PERNYATAAN... PENGESAHAN... ABSTRAKSI... PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN... KATA PENGANTAR...

BAB I PENDAHULUAN. mempergunakan medium bahasa (Pradopo, 2010: ), sedangkan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. (Endraswara, 2003:49). Menurut Junus, (1990:1) sastra adalah bentuk. Sastra

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang berada dalam

PENGARUH PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI DAN DRILL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AL-QUR AN HADITS MATERI QOLQOLAH KELAS VIII SEMESTER I

DAFTAR ISI HALAMAN DAFTAR GAMBAR... PEDOMAN TRANSLITERASI... ABSTRAK INDONESIA... ABSTRAK ARAB...

PENGARUH PENGASUHAN ORANG TUA TERHADAP KESADARAN RELIGIUS SISWA DI MTs. DARUN NAJAH NGEMPLAK KIDUL MARGOYOSO PATI TAHUN PELAJARAN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. satu produk dari budaya manusia, sastra menghadirkan berbagai realita sosial,

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... PERNYATAAN... PERSEMBAHAN... NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN TESIS... MOTTO... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sarana cerita. Fakta cerita meliputi tokoh dan penokohan, alur, dan latar,

BAB I PENDAHULUAN. sebab merupakan hasil ciptaan manusia (Faruk, 2012:77). Lukens (2003:9)

PELAKSANAAN PEMBINAAN AKHLAK DI PANTI ASUHAN YATIM PUTERI AISYIYAH CABANG KOTTA BARAT MANAHAN BANJARSARI SURAKARTA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah struktur. Struktur dalam arti bahwa karya

ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MURABAHAH (STUDI KASUS BPRS BANGUN DRAJAT WARGA YOGYAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Sebuah karya sastra yang baik memiliki sifat-sifat yang abadi dengan

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata Satu (S1) dalam Ilmu Tarbiyah. Disusun oleh : SUSI SUSANTI

UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X PADA PELAJARAN AKHLAK DI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam Program Studi Ekonomi Islam

BAB I PENDAHULUAN. terkenal. Semasa hidupnya, Iḥsān Abdu al-quddūs telah menghasilkan banyak

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI IKAN DENGAN CARA TEBASAN

PENGARUH POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA TERHADAP KEDISIPLINAN ṢALAT FARḌU PESERTA DIDIK KELAS X SMK ISLAM PEMALANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI

STRATEGI BANK BRISYARIAH CABANG BANJARMASIN DALAM MEMPEROLEH NASABAH PRODUK TABUNGAN HAJI

Halaman Motto... v Halaman Persembahan... vi

PEMIKIRAN POLITIK ISLAM MENURUT AHMAD HASSAN DALAM PERSPEKTIF POLITIK ISLAM INDONESIA

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN. Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Tempat/Tgl. Lahir : Amuntai, 19 Juli 1981

BAB I PENDAHULUAN. (Goldman via Faruk, 1994:79). Sebagaimana juga disampaikan oleh Lukens

IMPLEMENTASI METODE TEAMS

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah struktur yang kompleks, sehingga antara

PENERAPAN METODE EDUTAINMENT

TESIS. Disusun Dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister (S.2) Manajemen Pendidikan Islam

S K R I P S I. Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syariah Jurusan Siyasah Jinayah SURABAYA

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi manusia. Dalam setiap komunikasi, manusia saling menyampaikan

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gela Sarjana dalam Ilmu Ushuluddin Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi

( Word to PDF Converter - Unregistered )

POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL KEPALA SEKOLAH (Studi Kasus Pola Komunikasi antara Kepala Sekolah dan Guru di SDN 36 Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran )

PERAN ORGANISASI DAKWAH MUHAMMADIYAH DALAM MENGHADAPI MISI KRISTEN (Studi Kasus di Desa Banjar Asri, Kalibawang, Kulon Progo)

PERAN PIMPINAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN BUDAYA ORGANISASI DI SMK ROUDLOTUL MUBTADIIN BALEKAMBANG KECAMATAN NALUMSARI KABUPATEN JEPARA

TESIS. Disusun Dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister (S2) Managemen Pendidikan Islam. Oleh :

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI SISWA BAB THAHARAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE PAIRS CHECK

PEDOMAN TRANSLITERASI

TINJAUAN MASLAHAT TERHADAP DISPENSASI NIKAH MENURUT HAKIM PENGADILAN AGAMA SEMARANG. SKRIPSI

PERSPEKTIF HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN GADAI SAWAH DALAM MASYARAKAT DESA DADAPAYAM KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG

PERNYATAAN KEASLIAN. Yang bertanda tangan di bawah ini saya: : Novianti AsiyahNingrum Solikha. : Mekanisme Fundraising Dana Zakat, Infaq Dan

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pernyataan... Halaman Persembahan... Halaman Persetujuan Pembimbing... Halaman Pengesahan... Halaman Motto...

STRATEGI PENGELOLAAN USAHA FOTOKOPI CAHAYA DI BANJARMASIN SKRIPSI OLEH NURUL AIDA

mura>bah}ah BNI Syariah Kantor Cabang Surabaya... 60

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Ilmu Tarbiyah Jurusan PGMI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN 2015 M/1436 H

PERSEPSI KARYAWAN PT. BANK BNI SYARIAH DAN PT. BANK BRI SYARIAH TERHADAP MUTU MAHASISWA PERBANKAN SYARIAH IAIN ANTASARI BANJARMASIN

MINAT PEDAGANG DI DESA CEMPAKA MULIA BARAT KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR UNTUK MEMBELI MESIN EDC(ELECTRONIC DATA CAPTURE)

PENYELESAIAN HUKUM KASUS RUMAH TANGGA SUAMI YANG MAFQUD DI KECAMATAN BANJARMASIN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kumpulan isyarat yang digunakan oleh orang-orang

ABSTRAK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola pendidikan anak usia 0-10 tahun dalam

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP POLA KERJASAMA PEMBUATAN BATU BATA DI DESA GEMEKAN MOJOKERTO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Quinn mengatakan (via Sarumpaet, 2010:1) sastra adalah Tulisan yang

MENELAAH MEKANISME PEMBIAYAAN HAJI DAN UMROH DI BPRS GALA MITRA ABADI PURWODADI

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

B. Apakah pengembangan sumber daya manusia dapat Memperbaiki, meningkatkan pengetahuan secara teori atau praktek dan pelatihan, serta promosi...

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam bahasa Arab, sastra disebut adab. Istilah adab mempunyai arti lain selain sastra yakni etika, sopan santun, tata cara, filologi, kemanusiaan, kultur, dan ilmu humaniora. Artinya, adab mencakup keseluruhan aspek ilmu termasuk tata cara kita bersopan santun, dan aspek kebudayaan. Sastra adalah ilmu yang luas (Kamil, 2009:3). Adab (sastra) terbagi ke dalam dua bagian besar, yaitu sastra deskriptif (aladab al-wa fī) dan sastra kreatif (al-adab al-insyā ī). Sastra deskriptif terdiri dari tiga bagian, yakni sejarah sastra (tārikh al-adab), kritik sastra (naqd al-adab), dan teori sastra (naẓariyyatu al-adab). Sastra kreatif juga terdiri dari tiga jenis, yaitu puisi (asy-syi r), prosa (na r), dan drama (al-masra iyyah) (Kamil, 2009:8-9). Prosa fiksi terbagi dalam tiga genre, yakni novel (riwāyah), cerita pendek (qi ah qa īrah), dan novelet (uq ū iyyah). Ketiga genre tersebut memiliki unsurunsur fiksi yang sama, hanya takaran dari setiap unsurnya yang berbeda (Kamil, 2009:41). Cerita pendek atau cerpen adalah cerita berbentuk prosa yang relatif pendek. Dikatakan pendek, selain dapat dibaca dalam waktu yang singkat, juga karena genre ini mempunyai efek tunggal, karakter, plot, dan setting yang terbatas, tidak beragam, dan tidak kompleks (Kamil, 2009:44). 1

2 Cerita pendek yang penulis pilih berjudul ikāyatu Lā ibi at-tinis dalam antologi alā u ikāyātin an al-gaḍabi karya Mu ammad al-mansī Qandīl. Cerpen ini menceritakan tentang keadaan di Mesir pada revolusi 2011. Diceritakan dalam cerpen tersebut dampak revolusi Mesir terhadap sebuah keluarga kecil yang mempunyai anak tunggal yang meninggal karena kejadian tersebut. Cerpen ini juga menggambarkan kondisi nyata di Mesir pada saat revolusi 2011. Sebagai sebuah karya sastra, cerpen ikāyatu Lā ibi at-tinis ini merupakan sebuah struktur yang terdiri atas unsur-unsur yang saling berkaitan dalam membentuk sebuah makna. Oleh karena itu, diperlukan analisis struktural untuk mengungkapkan unsur-unsur intrinsik dan keterkaitan antarunsur yang terdapat dalam cerpen tersebut agar bisa dipahami dengan baik. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen ikāyatu Lā ibi at-tinis dalam antologi alā u ikāyātin an al-gaḍabi karya Mu ammad al-mansī Qandīl dan keterkaitan antarunsur di dalamnya. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen ikāyatu Lā ibi at-tinis dalam antologi alā u ikāyātin an al-gaḍabi karya Mu ammad al-mansī Qandīl dan mengetahui keterkaitan antarunsurnya.

3 1.4 Tinjauan Pustaka Penelitian terhadap antologi alā u ikāyātin an al-gaḍabi karya Mu ammad al-mansī Qandīl telah diteliti oleh peneliti sebelumnya, Zulfaroh (2015) dalam skripsinya Kondisi Psikologis Tokoh Utama dalam Cerpen ikāyatu al-gulāmi al-lażī Yuhaddiṡu an-nahra Karya Mu ammad al-mansī Qandīl: Psikoanalisis Sigmund Freud. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat ketidakseimbangan unsur (id, ego, dan superego) yang dialami tokoh utama akibat tekanan-tekanan psikologis yang dialaminya. Adapun penelitian yang membahas analisis struktural telah banyak dilakukan, sebagai contoh Fauziyah (2015) dalam skripsinya Unsur-Unsur Instrinsik Cerpen Garāmun Fī at-tilīfūn dalam Antologi Qulūbun agīratun Karya Anīs Manṣūr: Analisis Struktural Robert Stanton. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa unsur-unsur intrinsik dalam cerpen tersebut saling berkaitan. Penelitian lain terhadap cerpen-cerpen dalam antologi alā u ikāyātin an al-gaḍabi dengan menggunakan analisis struktural belum pernah dilakukan. Dengan demikian, peneliti dapat meneliti cerpen ikāyatu Lā ibi at-tinis dengan menggunakan analisis struktural. 1.5 Landasan Teori Karya sastra dari segi strulturalisme dilihat sebagai fenomena yang memiliki struktur yang saling terkait satu sama lain. Struktur tersebut memiliki hubungan yang kompleks, sehingga pemaknaan harus diarahkan pada hubungan antar unsur secara keseluruhan (Kamil, 2009:184).

4 Sebuah teks sastra, fiksi atau puisi, menurut pandangan Kaum Strukturalisme adalah sebuah totalitas yang dibangun secara keherensi oleh berbagai unsur (pembangun)-nya. Struktur karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan dan bagian yang menjadi komponennya yang secara bersama membentuk kebulatan yang indah (Nurgiyantoro 2013:57). Struktur karya sastra juga menunjuk pada pengertian adanya hubungan antarunsur (intrinsik) yang bersifat timbal-balik, saling menentukan, saling memengaruhi, yang secara bersama membentuk satu kesatuan yang utuh. Tiap bagian akan menjadi berarti dan penting setelah ada dalam hubungannya dengan bagian-bagian yang lain serta bagaimana sumbangannya terhadap keseluruhan wacana (Nurgiyantoro, 2013:57-58). Stanton (1965:11-36), membedakan unsur pembangun cerita ke dalam tiga bagian: fakta-fakta cerita, tema, dan sarana-sarana sastra. Fakta (facts) dalam sebuah cerita meliputi karakter (tokoh cerita), alur, latar. Ketiganya merupakan unsur fiksi yang secara faktual dapat dibayangkan peristiwanya, eksistensinya dalam sebuah karya sastra yang disebut dengan struktur faktual atau derajat faktual. Terma karakter bisa dipakai dalam dua konteks. Konteks pertama, karakter merujuk pada individu-individu yang muncul dalam cerita. Konteks kedua, karakter merujuk pada pencampuran dari berbagai kepentingan, keinginan, emosi, dan prinsip moral dari individu-individu tersebut (Stanton, 1965: 33).

5 Dalam sebagian besar cerita dapat ditemukan satu karakter utama, yaitu karakter yang terkait dengan semua peristiwa yang berlangsung dalam cerita (Stanton, 1965: 33-35). Menurut Nurgiyantoro (2013:259), tokoh utama merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan. Karena tokoh utama paling banyak diceritakan dan selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lain, ia sangat menentukan perkembangan plot cerita secara keseluruhan. Ia selalu hadir sebagai pelaku, atau yang dikenai kejadian dan konflik penting yang memengaruhi perkembangan plot. Kemudian ada karakter tambahan, yaitu karakter yang mendukung peran karakter utama dalam menyelesaikan jalan cerita (Stanton, 1965: 33-35). Unsur alur merupakan rangkaian peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita. Istilah alur biasanya terbatas pada peristiwa-peristiwa yang terhubung secara kausal saja. Peristiwa kausal merupakan peristiwa yang menjadi dampak dari berbagai peristiwa laindan tidak dapat diabaikan karena akan berpengaruh pada keseluruhan karya. Peristiwa kausal tidak terbatas pada hal-hal seperti ujaran atau tindakan saja, tetapi juga mencakup perubahan sikap karakter, kilasan-kilasan pandangannya, keputusan-keputusannya, dan segala yang menjadi variabel pengubah dalam dirinya (Stanton, 1965:26). Stanton (1965:28) membagi alur menjadi tiga bagian, yaitu awal, tengah, dan akhir. Nurgiyantoro (2013:201-205) menjelaskan definisi-definisi pada masing-masing tahap sebagai berikut: Tahap awal juga disebut sebagai tahap perkenalan, yang berisi sejumlah informasi berupa pengenalan latar, pengenalan tokoh. Tahap awal juga memunculkan bagaimana dimulainya konflik cerita.;

6 Tahap tengah juga disebut sebagai tahap pertikaian yang memunculkan konflik lanjutan dari tahap awal tadi. Di tahap tengah inilah ditampilkan konflik yang semakin meruncing dan mencapai klimaks, peristiwa-peristiwa penting, dan tema pokok diungkapkan.; Tahap tengah merupakan bagian terpanjang dan terpenting dalam unsur alur ini. Tahap akhir juga disebut sebagai tahap penyelesaian yang berisi bagaimana cerita tersebut berakhir. Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial-budaya. Ketiga unsur ini saling berkaitan dan saling memengaruhi satu dengan yang lainnya. Latar tempat menunjuk pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah kapan tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah. Latar sosial-budaya menunjuk pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan hal-hal yang tergolong latar spiritual (Nurgiyantoro, 2013:314-322). Tema adalah makna yang dapat merangkum semua elemen dalam cerita dengan cara yang paling sederhana. Stanton (1965:36-42) menjelaskan, tema merupakan aspek cerita yang sejajar dengan makna. Tema membuat cerita lebih terfokus, menyatu, mengerucut, dan berdampak. Tema merupakan elemen yang relevan dengan setiap peristiwa dan detail sebuah cerita. Bagian awal dan akhir

7 cerita akan menjadi pas, sesuai, dan memuaskan berkat keberadaan tema. Cara untuk mengenali tema adalah dengan mengamati secara teliti setiap konflik yang ada di dalamnya. Sarana-sarana sastra meliputi judul, sudut pandang, gaya dan tone, simbolisme dan ironi (Stanton, 1965:9). Sarana-sarana sastra yang terdapat dalam cerpen ini adalah judul, sudut pandang, gaya dan tone. Stanton (1965:51) menyebutkan, judul seringkali selalu dikaitkan dengan karya yang diampunya, sehingga keduanya membentuk satu kesatuan. Pemahaman judul seperti itu benar apabila judul mengacu pada sang karakter utama atau satu latar tertentu. Berbeda apabila judul tersebut mengacu pada satu detail yang tidak menonjol. Judul seperti ini seringkali muncul dalam cerpen yang menjadi petunjuk makna cerita bersangkutan. Sudut pandang adalah posisi atau pusat kesadaran tempat kita untuk dapat memahami setiap peristiwa di dalam cerita. Stanton (1965:53) menjelaskan, pembaca memiliki posisi dan hubungan yang berbeda dengan tiap peristiwa dalam sebuah cerita, entah itu di dalam atau di luar satu karakter, atau menyatu dan terpisah secara emosional. Singkatnya, posisi pembaca dalam membaca cerita dinamakan sudut pandang. Sudut pandang menurut Stanton (1965:53-54), dibagi menjadi empat tipe utama. 1. Orang pertama-utama, sang karakter utama bercerita dengan kata-katanya sendiri.

8 2. Orang pertama-sampingan, cerita dituturkan oleh satu karakter bukan utama (sampingan). 3. Orang ketiga-terbatas, pengarang mengacu pada semua karakter dan memosisikannya sebagai orang ketiga, tetapi hanya menggambarkan apa yang dapat dilihat, didengar, dan dipikirkan oleh satu orang karakter saja. 4. Orang ketiga-tidak terbatas, pengarang mengacu pada setiap karakter dan memosisikannya sebagai orang ketiga. Gaya adalah cara pengarang dalam menggunakan bahasa. Stanton (1965:61) menjelaskan, meski dua orang memakai alur, karakter, dan latar yang sama, hasil tulisan keduanya bisa sangat berbeda. Perbedaan tersebut secara umum terletak pada bahasa dan menyebar dalam berbagai aspek seperti kerumitan, ritme, panjang-pendek kalimat, detail, humor, kekonkretan, dan banyaknya imaji dan metafora. Campuran dari aspek-aspek tersebut menghasilkan gaya. Tone adalah sikap emosional pengarang yang ditampilkan dalam cerita. Tone bisa dilihat dalam berbagai wujud, romantis, ironis, misterius, senyap, bagai mimpi, atau penuh perasaan. Tone identik dengan dengan atmosfer (Stanton, 1965:63). 1.6 Metode Penelitian Penelitian struktural memandang karya sastra sebagai karya yang mampu menjalin unsur-unsur secara padu dan bermakna. Adapun untuk melihat semua keterkaitan unsur-unsur tersebut, dilakukan terlebih dahulu penelitian terhadap satu-persatu unsur tersebut. Langkah-langkah yang penulis lakukan untuk

9 melakukan penelitian ini mengacu kepada Endraswara (2013:52-53), berikut langkah-langkahnya: 1) Membangun teori struktur sastra yang baik sesuai dengan genre yang diteliti. Hal ini dimaksud agar nantinya penulis dapat dengan mudah mengikuti teori yang telah dibangunnya. Penulis pun harus memahami secara mendalam hakikat setiap unsur pembangun karya sastra. 2) Penulis melakukan pembacaan secara cermat cerpen ikāyatu Lā ibi at- Tinis, kemudian diterjemahkan agar dapat memahami lebih jauh maknamakna yang terkandung di dalamnya. 3) Dari hasil pembacaan yang dilakukan penulis, secara kasar sudah dapat dilihat unsur-unsur struktur dari cerpen ikāyatu Lā ibi at-tinis. Kemudian unsur-unsur yang telah didapat, dicatat dalam catatan penulis sebagai acuan dalam penjabaran di bab pembahasan. 4) Sesuai dengan teori struktural Robert Stanton, urutan unsur-unsur intrinsik pembangun karya sastra terdiri atas: fakta cerita (karakter, alur, dan latar), tema, dan sarana sastra (judul, sudut pandang dan gaya dan tone). Satu persatu unsur-unsur tersebut dijabarkan sesuai dengan urutannya. 5) Setelah selesai menjabarkan unsur-unsur tersebut, dicari keterkaitan antar unsurnya dengan menghubungkan unsur satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, analisis struktural bertujuan memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antar unsur karya sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah kemenyeluruhan. Analisis struktural tidak cukup dilakukan hanya sekadar mendata unsur tertentu sebuah karya fiksi, namun menunjukkan

10 bagaimana hubungan antarunsur itu dan sumbangan apa yang diberikan terhadap tujuan estetik dan makna keseluruhan yang ingin dicapai (Nurgiyantoro, 2013:60). 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam skripsi ini dibagi menjadi empat bab. Bab I pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II berisi biografi Mu ammad al-mansī Qandīl dan sinopsis cerpen ikāyatu Lā ibi at-tinis. Bab III berisi pembahasan analisis struktural cerpen ikāyatu Lā ibi at-tinis. Bab IV berisi kesimpulan, kemudian diakhiri dengan daftar pustaka. 1.8 Pedoman Transliterasi Arab-Latin Penulisan transliterasi Arab-Latin dalam penelitian ini menggunakan pedoman transliterasi Arab-Latin berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tanggal 22 Januari 1988 No. 158/1987 dan No. 0543 b/u/1987. 1. Konsonan Konsonan bahasa Arab dilambangkan dengan huruf hijaiyah atau disebut dengan huruf Arab. Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan أ alif - tidak dilambangkan ب bā B - ت tā T - ث sā Ś s dengan titik di atasnya

11 ج jīm J - ح ā h dengan titik di bawahnya خ khā kh - د dāl d - ذ zāl ż z dengan titik di atasnya ر rā r - ز zā z - س sīn s - ش syīn sy - ص sād ṣ s dengan titik di bawahnya ض dād ḍ d dengan titik di bawahnya ط tā ṭ t dengan titik di bawahnya ظ zā ẓ z dengan titik di bawahnya ع ain koma terbalik غ gain g - ف fā f - ق qāf q - ك kaf k - ل lām l - م mīm m - ن nŭn n - و wawu W - ه hā H - ا lam alif - - ء hamzah ` apostrof, tidak digunakan untuk hamzah di bawah kata Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

12 - y yā ي 2. Vokal Vokal Pendek Vokal Panjang Diftong : a ا : ā ي : ai... : i ي : ī و : au... : u و : ū 3. Tā Marbūṭah Transliterasi untuk tā Marbūṭah ada dua, yaitu: a. Tā Marbūṭah hidup atau mendapat harakat fat ah, kasrah, atau ḍammah, transliterasinya adalah /t/. b. Tā Marbūtah mati atau mendapat sukūn, transliterasinya adalah /h/. Kalau pada kata yang terakhir dengan Tā Marbūṭah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al- serta kedua kata itu terpisah, maka Tā Marbūṭah itu ditransliterasikan dengan /h/. Contoh: امنو رة :امدينة al-madīnah al-munawwarah atau al-madīnatul- Munawwarah. 4. Syaddah Tanda Syaddah dilambangkan dengan huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah tersebut. Contoh: نز ل : nazzala

13 5. Kata Sandang Transliterasi kata sandang dibedakan atas kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyyah dan kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyyah. a. kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, yaitu huruf /I/ diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang tersebut. Contoh: :الش مس asy-syamsu b. kata sandang yang diikuti huruf qamariyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, yaitu /I/ ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Contoh: القمر : al-qamar 6. Hamzah Hamzah ditransliterasikan dengan apostrof jika terletak ditengah dan akhir kata. Bila terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan karena dalam tulisan Arab berupa alif. Contoh: إن : inna, ويأخذ : wa ya`khużu, قرأ : qara`a 7. Penulisan Kata Pada dasarnya setiap kata ditulis terpisah, tetapi untuk kata-kata tertentu yang penulisannya dalam huruf Arab sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan, maka transliterasinya dirangkaikan dengan kata lain yang mengikutinya.

14 Contoh: وإن اه هو خر الر ازقن : Wa innallāha lahuwa khair ar-rāziqīn atau innallāha lahuwa khairur-rāziqīn 8. Huruf Kapital Meskipun dalam sistem tulisan Arab tidak dikenal huruf kapital, tetapi dalam transliterasinya huruf kapital digunakan dengan ketentuan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Contoh: و ما حمد إا رسول : Wa mā Mu ammadun illā rasūl