6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

dokumen-dokumen yang mirip
3 METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2009 di PPN Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

6 STRATEGI PENGEMBANGAN PENYEDIAAN/ PENYALURAN BAHAN KEBUTUHAN MELAUT PERIKANAN PANCING RUMPON DI PPN PALABUHANRATU

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan

6. KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan prasarana perikanan yang berupa Pelabuhan Perikanan (PP)

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG

4. BAB IV KONDISI DAERAH STUDI

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

7 KAPASITAS FASILITAS

8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 TINGKAT KEBUTUHAN ES UNTUK KEPERLUAN PENANGKAPAN IKAN DI PPS CILACAP

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan di

4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian (1) Letak dan Kondisi Geografis

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan

PPN Palabuhanratu. PPN Palabuhanratu ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' '

VII. PENGELOAAN SUMBERDAYA IKAN DI PERAIRAN PELABUHANRATU Analisis Stakeholder dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Di Pelabuhanratu

Pelabuhan secara umum adalah daerah yang terlindung

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Sampel 3.5 Jenis Data yang Dikumpulkan

34 laki dan 49,51% perempuan. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 0,98% dibanding tahun 2008, yang berjumlah jiwa. Peningkatan penduduk ini

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Lampiran 1 Peta lokasi penelitian PPN Palabuhanratu tahun 2010

7 TINGKAT PEMANFAATAN KAPASITAS FASILITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian dan pengklasifikasian pelabuhan perikanan

BAB I. PENDAHULUAN. Pelabuhan perikanan merupakan pelabuhan yang secara khusus menampung

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan

BAB 4 ANALISIS. Hulu. Hilir

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 16/MEN/2006 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi Pelabuhan Perikanan

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung

KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT RENY YULIASTUTI

5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN

BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENElITIAN

STUDI TATA LETAK FASILITAS DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN PROPINSI JAWATIMUR. Jonny Zain

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

EFISIENSI PEMANFAATAN FASILITAS DI TANGKAHAN PERIKANAN KOTA SIBOLGA ABSTRACT. Keywords: Efficiency, facilities, fishing port, utilization.

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 4.1 Keadaan Umum Daerah Kabupaten Sukabumi

7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Analisis aspek biologi

SKRIPSI INI MILIK ROIF HARDANI C

4 KEADAAN UMUM. 4.1Keadaan umum Kabupaten Sukabumi

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA TUAL

TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN KEBUTUHAN OPERASIONAL PENANGKAPAN IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) KARANGANTU, KOTA SERANG

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Perikanan Tangkap

5 FASILITAS PELAYANAN DI PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Oleh : Ida Mulyani

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Pendaratan dan Pelelangan Hasil Tangkapan 1) Pendaratan Hasil Tangkapan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Pengertian pelabuhan perikanan

Lampiran 1 Layout Pelabuhan Perikanan Pantai Karangantu

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN ALAK KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

6 AKTIVITAS DAN FASILITAS

Keywords: Agam regency, contribution, fisheries sector, Tiku fishing port

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.3 Metode Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

EFISIENSI WAKTU PENGISIAN PERBEKALAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN SONDONG DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DUMAI PROVINSI RIAU

THE EFFICIENCY OF SUPPLIES CHARGING TIME GILL NET AT FISHING PORT DUMAI CITY RIAU PROVINCE ABSTRACT.

KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN PANTAI LABUHAN LOMBOK, KABUPATEN LOMBOK TIMUR, NUSA TENGGARA BARAT SORAYA GIGENTIKA

EFISIENSI WAKTU PENDARATAN IKAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN JARING INSANG DI PPI DUMAI. Fitri Novianti 1) Jonny Zain 2) dan Syaifuddin 2)

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

5 PPI MEULABOH DAN KONDISI OPERASIONALNYA

5 KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON

BAB V EVALUASI KINERJA PELABUHAN

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Metode Pengumpulan Data

2016, No dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik I

Time Efficiency Of Fish Landing Toward Mooring Time Sondong Fishing Boats In Pangkalan Pendaratan Ikan Dumai City Riau Province ABSTRACT

5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Profil Lokasi Penelitian Profil Kabupaten Cilacap

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2012 TENTANG KEPELABUHANAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU 6.1 Tujuan Pembangunan Pelabuhan Tujuan pembangunan pelabuhan perikanan tercantum dalam pengertian pelabuhan perikanan dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 16/MEN/2006 tentang Pelabuhan Perikanan yaitu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan, sedangkan Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu (PPN Palabuhanratu) adalah salah satu pelabuhan perikanan yang dibangun pemerintah pusat guna menunjang aktivitas perikanan yang memanfaatkan sumberdaya ikan yang ada di wilayah pengelolaan perikanan (WPP RI) 573 Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa hingga sebelah Selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu, dan Laut Timor bagian Barat;, melayani kapal-kapal yang sedang melakukan operasi penangkapan ikan di daerah penangkapan ikan (fishing ground) dengan menyampaikan informasi yang diperlukan oleh nelayan, seperti informasi mengenai perkiraan potensi daerah penangkapan ikan, harga ikan, kondisi cuaca melalui radio komunikasi atau alat elektronik lainnya, melakukan pelayanan terhadap kapal-kapal perikanan baik untuk keberangkatan maupun pada saat kedatangan dan saat berada di pelabuhan, memfasilitasi kegiatan pengolahan ikan guna mempertahankan mutu ikan yang didaratkan. 6.2 Kinerja Operasional Pelabuhan Hasil perhitungan atau pengukuran kinerja pelabuhan dengan metode skoring yang dilihat dari 6 parameter yaitu jumlah produksi ikan, frekuensi kunjungan kapal, penyediaan perbekalan melaut, pengolahan, pemasaran dan kepuasan nelayan dapat dilihat pada Tabel 21.

74 Tabel 21 Perhitungan Kinerja PPN Palabuhanratu No Parameter Bobot parameter (A) Sub parameter Bobot subparameter (B) Skor nilai keberhasilan (C) Nilai (D=BxC) Nilai akhir 1 Produksi 0,27 Jumlah produksi ikan (ton) - 5-1,35 2 Frekuensi kunjungan Jumlah kunjungan kapal 0,16 kapal rata-rata perhari (unit) - 5-0,80 3 BBM 0,46 2 0,92 Penyediaan perbekalan 0,17 Es 0,25 2 0,50 melaut Air bersih 0,29 1 0,29 0,29 4 Pengolahan 0,10 Ikan asin dan ikan pindang - 1-0,10 Lokal 0,34 1 0,34 5 Pemasaran 0,17 Luar kota 0,39 3 1,17 0,30 Ekspor 0,27 1 0,27 Penyediaan dan pelayanan fasilitas perbekalan 0,23 3 0,69 Penyediaan dan pelayanan fasilitas perbaikan 0,15 1 0,15 6 Kepuasan Nelayan 0,13 pembongkaran Penyediaan dan pelayanan fasilitas pendaratan dan 0,37 1 0,37 0,19 Penyediaan dan pelayanan fasilitas pemasaran 0,25 1 0,25 (DxA) Jumlah 3,03 75

76 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa elemen yang memiliki kriteria tertinggi atau dengan kata lain memiliki jumlah sesuai dengan yang sudah ditetapkan pemerintah untuk tipe pelabuhan nusantara atau juga memiliki tingkat penyediaan dan pelayanan yang baik menurut para pengguna nelayan adalah frekuensi kunjungan kapal, sedangkan yang lainnya masih kurang dalam jumlah produksi maupun kurang dalam kualitas dan kuantitas fasilitas yang terdapat di pelabuhan. Berdasarkan perhitungan pada tabel diketahui bahwa skor kinerja PPN Palabuhanratu sebesar 3,03. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kinerja PPN Palabuhanratu cukup baik. 6.2.1 Produksi Pada Tabel 21 dapat dilihat bahwa jumlah produksi ikan memiliki skor 5. Skor ini didapat dari nilai keberhasilan sebesar 81,8% (24,55 ton per hari) yang dapat dilihat pada Lampiran 6. Nilai ini menunjukkan bahwa jumlah produksi ikan di PPN Palabuhanratu belum mencapai jumlah produksi ikan yang ditetapkan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan yang minimal sebesar 30 ton per hari. 6.2.2 Frekuensi kunjungan kapal Frekuensi kunjungan kapal memiliki skor 5 dengan nilai keberhasilan sebesar 119,8% (Lampiran 6). Nilai ini menunjukkan bahwa jumlah kunjungan kapal di PPN Palabuhanratu (89,8% atau hampir 90 kapal per hari) sudah melebihi angka kunjungan kapal yang ditetapkan Departemen Kelautan dan Perikanan sebesar 75 kapal per hari. 6.2.3 Penyediaan perbekalan melaut Penyediaan perbekalan melaut terdiri dari 3 sub parameter yang memiliki nilai keberhasilan yang berbeda-beda yaitu 32,29% (skor 2) untuk BBM, 36,78% (skor 2) untuk es dan 3,24% (skor 1) untuk air bersih. Nilai keberhasilan dan skor ini menunjukkan bahwa penyediaan perbekalan melaut di PPN Palabuhanratu belum mencapai jumlah perbekalan melaut yang ditetapkan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan.

77 Penetapan besarnya jumlah penyaluran BBM untuk PPN minimal sebesar 50 ton per hari sedangkan penyaluran BBM di pelabuhan sebesar 16,14 ton per hari. Untuk es, penetapan besarnya jumlah penyaluran es minimal sebesar 60 ton per hari sedangkan di pelabuhan sebesar 22,07 ton per hari. Dan yang terakhir untuk air bersih, besarnya jumlah penyaluran minimal sebesar 250 ton per hari sedangkan di pelabuhan sebesar 8,10 ton per hari. Faktor yang menyebabkan kecilnya nilai keberhasilan ini adalah pencatatan, sebab biasanya pelabuhan hanya mencatat penyaluran yang berasal dari pelabuhan sedangkan dari luar pelabuhan tidak dilakukan pencatatan. 6.2.4 Pengolahan Pengolahan memiliki skor nilai keberhasilan yaitu 1 dengan nilai keberhasilannya sebesar 15,96% (Lampiran 6). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah ikan yang diolah hanya sebesar 15,96% dari jumlah ikan yang ada di pelabuhan. Kecilnya nilai ini disebabkan data ikan yang didapat hanya data ikan asin dan ikan pindang saja, untuk olahan lainnya seperti pembekuan, bakso ikan, kerupuk ikan, terasi dan abon ikan tidak dilakukan pencatatan. 6.2.5 Pemasaran Pemasaran terdiri dari 3 sub parameter dengan skor dan nilai keberhasilan masing-masing sebesar 8,21% (skor 1) untuk lokal, 40,65% (skor 2) untuk luar kota, dan 2,98% (skor 1) untuk ekspor. Tingginya nilai keberhasilan ke luar kota menunjukkan bahwa Palabuhanratu sebagai Pelabuhan Perikanan Nusantara sudah dapat mengkonsentrasikan pemasarannya untuk luar kota. 6.2.6 Kepuasan nelayan Nilai keberhasilan kepuasan nelayan didapat dari hasil wawancara dan kuisioner. Pada wawancara ini nelayan ditanya pendapatnya terhadap penyediaan fasilitas dan kualitas pelayanan yang diberikan pelabuhan yang diberikan PPN Palabuhanratu. Pelayanan fasilitas di PPN Palabuhanratu dibedakan menjadi 2 kategori yaitu pelayanan yang bersifat langsung dan pelayanan yang bersifat tidak langsung. Pelayanan yang bersifat langsung yaitu pelayanan yang fasilitas

78 pelabuhannya dikelola oleh pelabuhan itu sendiri, sedangkan pelayanan yang bersifat tidak langsung yaitu pelayanan yang fasilitasnya tidak dikelola oleh pelabuhan melainkan dikelola oleh perorangan atau swasta, pelabuhan hanya menyediakan lahan dan tempatnya saja. Fasilitas yang dikelola oleh pelabuhan yaitu fasilitas pendaratan (dermaga dan kolam pelabuhan), sedangkan fasilitas yang tidak dikelola oleh pelabuhan melainkan swasta yaitu fasilitas perbekalan melaut (BBM, es, air bersih), fasilitas perbaikan dan fasilitas pemasaran. 1. Pelayanan pelabuhan yang bersifat langsung Pelayanan fasilitas pendaratan dan pembongkaran Dermaga berfungsi sebagai tempat labuh dan bertambatnya kapal, bongkar muat hasil tangkapan dan mengisi bahan perbekalan untuk keperluan penangkapan ikan di laut, sedangkan kolam pelabuhan adalah daerah perairan pelabuhan untuk masuknya kapal yang akan bersandar di dermaga. Tabel 22 Jumlah nelayan responden pengguna fasilitas pendaratan dan pembongkaran Nelayan Dermaga Kolam pelabuhan Payang 5 5 Pancing ulur 25 25 Jaring rampus 4 4 Bagan apung 2 2 Trammel net 3 3 Gillnet 5 5 Rawai 1 1 Pancing tonda 4 4 Tuna longline 1 1 Jumlah 50 50 Tabel 23 Persentase jawaban nelayan responden terhadap tingkat pelayanan pendaratan dan pembongkaran Kategori Dermaga Kolam Pelabuhan (%) (%) Tidak puas - - Kurang puas 100 100 Cukup Puas - - Puas - - Sangat Puas - -

79 Dari hasil wawancara, semua nelayan menjawab kurang puas terhadap pelayanan dermaga dan kolam pelabuhan. Banyak dijumpai kapal ikan yang ingin merapat di dermaga, kesulitan untuk merapat. Hal ini disebabkan karena dermaga sudah kelebihan daya tampung dan adanya kapal yang melakukan perbaikan di dermaga sehingga banyak kapal yang kesulitan untuk melakukan pembongkaran. Contohnya untuk perahu katir (congkreng) dan kapal lainnya yang kesulitan bersandar dekat dengan dermaga, mereka hanya menyandarkan perahunya di tempat yang paling dekat dengan dermaga dan untuk sampai ke dermaga mereka melewati beberapa kapal dengan cara melompatinya. Selain dengan cara tersebut, banyak juga perahu congkreng yang menambatkan kapalnya di pinggir-pinggir pantai di sekitar pelabuhan. Hal ini mereka lakukan karena kalau mereka masuk ke kolam pelabuhan sering kali perahu mereka rusak di tabrak perahu atau kapal yang besar sehingga banyak yang lebih memilih menambatkan perahunya di pinggir pantai. Gambar 31 Dermaga dan kolam pelabuhan. Gambar 32 Tempat pendaratan perahu katir (congkreng) di pinggir pantai.

80 2. Pelayanan yang bersifat tidak langsung a) Pelayanan perbekalan melaut Fasilitas perbekalan melaut adalah fasilitas yang menyediakan bahan perbekalan untuk kepentingan penangkapan ikan meliputi BBM, es dan air bersih. Setiap nelayan memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24 Jumlah nelayan responden pengguna fasilitas perbekalan melaut Nelayan Air bersih BBM Es Payang - 5 5 Pancing ulur - 25 25 Jaring rampus - 4 4 Bagan apung - 2 - Trammel net 3 3 3 Gillnet 5 5 5 Rawai 1 1 1 Pancing tonda 4 4 4 Tuna longline 1 1 1 Jumlah 14 50 48 Tabel 25 Persentase jawaban nelayan responden terhadap tingkat pelayanan perbekalan melaut Kategori Air (%) BBM (%) Es (%) Tidak puas - - - Kurang puas - 48 8,33 Cukup Puas 14,29 32 39,58 Puas 85,71 20 52,08 Sangat Puas - - - Dari hasil wawancara, jawaban nelayan sebesar 20% merasa puas dengan pelayanan BBM. Hal ini dikarenakan harga BBM yang berada di dalam pelabuhan sama dengan harga BBM di SPBU. Jawaban tersebut didominasi nelayan-nelayan yang memiliki modal besar seperti gillnet dan tuna longline. Jawaban lainnya sebesar 32% merasa cukup puas dengan alasan walaupun harga BBM sudah lebih murah dibanding tahun sebelumnya tetapi harga BBM menurut mereka masih mahal, sedangkan jawaban sisanya sebesar 48% merasa kurang puas. Besarnya persentase nelayan yang mengatakan kurang puas didominasi oleh nelayan yang menggunakan bahan bakar bensin dan minyak tanah. Mereka merasa kurang puas karena SPBN di dalam pelabuhan tidak menjual bensin

81 sehingga mereka harus membeli di SPBU diluar pelabuhan yang jaraknya cukup jauh sehingga mereka harus mengeluarkan biaya lagi untuk membayar ojek yang digunakan mengangkut bahan bakar tersebut. Nelayan kecil yang menggunakan solar pun merasa kan seperti itu, karena SPBN didalam pelabuhan jarang melayani pembelian dalam jumlah sedikit maka mereka harus membeli dari SPBU yang berada diluar pelabuhan. Selain itu untuk nelayan payang dan bagan yang biasanya menggunakan minyak tanah untuk bahan bakar, dengan harga minyak tanah yang sangat mahal mereka tidak dapat menggunakannya sebagai bahan bakar lagi sehingga mereka harus menggantinya dengan bensin. Adapun beberapa nelayan masih kurang puas dengan pelayanan fasilitas BBM karena menurut mereka harga BBM masih mahal yaitu sebesar Rp 4.500. Mahalnya harga BBM seperti ini menjadi permasalahan yang sering dihadapi nelayan di PPN Palabuhanratu. Nelayan sering tidak memiliki cukup modal untuk membeli BBM sehingga timbul ketergantungan nelayan kepada bakul. Oleh karena itu juga hasil tangkapan mereka tidak dapat dilelang karena modal yang diberikan bakul nantinya akan ditukar dengan hasil tangkapan yang mereka dapat. Hal ini mengakibatkan nelayan tidak mendapat harga jual yang tinggi dibandingkan jika hasil tangkapan tersebut dilelang. Untuk penyediaan es, sebagian besar kapal membawa es dalam melakukan operasi penangkapannya kecuali bagan, payang dan nelayan yang menggunakan perahu katir (congkreng). Hal itu disebabkan karena waktu penangkapan bagan dan pancing layur terjadi pada malam hari sehingga hasil tangkapan tidak terkena sinar matahari langsung. Untuk tingkat pelayanannya, 52,08 % nelayan merasa puas. Hal ini dikarenakan ada dua pabrik es yang mensuplai kebutuhan es di pelabuhan, sehingga kebutuhan es selalu terpenuhi. Selain itu, di dalam pasar ikan juga terdapat banyak depot es yang menampung es sehingga mereka tidak terlalu jauh untuk membeli es. Jawaban lainnya sebesar 39,58 % merasa cukup puas, nelayan yang mengatakan hal ini merasa bahwa persediaan es di PPN Palabuhanratu sudah mencukupi kebutuhan mereka, hanya saja yang mereka permasalahkan adalah depot es yang jaraknya cukup jauh ketika kapal mereka disandarkan di dermaga II, sehingga mereka harus menggunakan ojek dan ini menambah pengeluaran mereka. Sedangkan untuk kapal yang memesan langsung

82 dari pabrik es seperti kapal tuna longline merasa cukup puas karena menurut mereka persediaan es sudah terpenuhi tetapi karena letak pabrik es berada diluar pelabuhan maka jarak pengangkutan es cukup jauh dan cukup memakan waktu. Pendapat nelayan sisanya sebesar 8,33 % merasa kurang puas. Nelayan yang mengatakan ini terdiri dari nelayan pancing ulur, jaring rampus dan payang. Mereka menggunakan es hanya saat mereka merasa membutuhkannya. Mereka merasa kurang puas karena harga es menurut mereka masih mahal atau tidak sebanding dengan hasil tangkapan yang mereka dapatkan. Harga BBM yang kini mahal menyebabkan para nelayan ini lebih fokus untuk membeli BBM dibandingkan untuk membeli es. Oleh karena itu, mereka membeli es jika modal mereka masih cukup untuk membeli es, itupun dalam jumlah yang sedikit. Untuk kebutuhan air, nelayan Palabuhanratu jarang yang membawa air bersih dalam operasi penangkapan ikan padahal air bersih berfungsi untuk membersihkan hasil tangkapan dari kotoran-kotoran yang melekat pada tubuh ikan. Nelayan yang biasa membawa air bersih yaitu gillnet, rumpon tuna, dan tuna longline. Banyaknya nelayan yang tidak membawa air bersih karena menurut mereka ketika kapal membutuhkan air bisa langsung menggunakan air laut yang banyak tersedia ketika penangkapan. Selain itu, mereka yang tidak membawa air selain air minum karena penangkapannya bersifat one day fishing. Air yang disediakan baik kapal gillnet, rumpon tuna maupun tuna longline pun bukan untuk membersihkan hasil tangkapan melainkan untuk keperluan minum dan mandi. Dari hasil wawancara dengan nelayan di PPN Palabuhanratu, jawaban sebesar 85,71% merasa puas dengan pelayanan air di PPN Palabuhanratu. Nelayan yang berpendapat seperti ini didominasi dari nelayan gillnet dan tuna longline. Hal ini dikarenakan letak gillnet paling dekat dengan tangki air sehingga pengisiannya mudah dan tidak terlalu lama. Untuk kapal tuna longline merasa puas karena walaupun letak kapal tuna longline yang berada di dermaga II letaknya jauh dari tangki air dan dengan jumlah permintaannya yang besar, kebutuhan mereka masih dapat terpenuhi yaitu dengan menggunakan mobil tangki air yang disediakan oleh pengelola air bersih di PPN Palabuhanratu. Jawaban lainnya adalah 14,29% merasa cukup puas. Hal ini dikarenakan kapal yang tetapi berada jauh dari tangki air bersih merasa kesulitan dalam pengisian air sebab

83 biasanya PDAM tidak dapat menggunakan selang untuk kapal yang terlalu jauh melainkan menggunakan blong-blong. Selain itu, PDAM yang tidak setiap hari buka, PDAM hanya buka jika ada orang yang memesan. Hal ini yang terkadang menghambat kapal-kapal yang akan melakukan penangkapan. b) Pelayanan fasilitas perbaikan Fasilitas perbaikan adalah fasilitas yang digunakan untuk memperbaiki kapal dan alat tangkap. Fasilitas ini terdiri dari perbaikan alat tangkap, bengkel, slipway, dan docking. Tabel 26 Jumlah nelayan responden pengguna fasilitas perbaikan Nelayan Perbaikan alat tangkap bengkel slipway Docking Payang 5 5 5 5 Pancing ulur - 25-25 Jaring rampus 4 4-4 Bagan apung 2 2 1 2 Trammel net 3 3 2 3 Gillnet 5 5 3 5 Rawai - 1 1 1 Pancing tonda - 4 4 4 Tuna longline - 1 1 1 Jumlah 19 50 17 50 Tabel 27 Persentase jawaban nelayan responden terhadap tingkat pelayanan perbaikan Kategori Perbaikan alat Bengkel Slipway docking tangkap (%) (%) (%) (%) Tidak puas 73,68 100 5,88 2,00 Kurang puas 10,53-88,24 98,00 Cukup Puas 5,26-5,88 - Puas 10,53 - - - Sangat Puas - - - - Tempat perbaikan alat tangkap merupakan fasilitas yang berfungsi sebagai tempat untuk melakukan perbaikan alat tangkap yang mengalami kerusakan. Nelayan yang merasa tidak puas sebesar 73,68% terdiri dari nelayan jaring rampus, trammel net dan gillnet. Mereka berpendapat seperti itu karena tempat perbaikan alat tangkap tidak ada, mereka biasanya melakukan perbaikan sekaligus penjemuran di dermaga atau di kapal mereka. Nelayan yang merasa kurang puas

84 sebesar 10,53%, nelayan yang menyatakan cukup puas sebesar 5,26% dan puas sebesar 10,53%. Ketiga nilai ini didapat dari pendapat nelayan payang, perbedaan tingkat kepuasan nelayan berbeda. Ada yang berpendapat tempat penjemuran payang sudah cukup untuk melakukan perbaikan, ada yang berpendapat bahwa belum cukup serta ada pula yang berpendapat bahwa tempat perbaikan dan penjemuran payang seharusnya di bedakan. Mereka melakukan perbaikan di tempat penjemuran jaring jika jaring mereka memang sedang melakukan penjemuran jaring di jemur. Jika tidak melakukan penjemuran jaring, mereka melakukan perbaikan di atas kapal ataupun di dermaga. Gambar 33 Penjemuran dan perbaikan gillnet. Gambar 34 Perbaikan alat tangkap payang. Bengkel adalah fasilitas untuk memperbaiki mesin kapal. Semua nelayan yang diwawancarai merasa tidak puas dengan pelayanan bengkel. Hal ini

85 dikarenakan bengkel di PPN Palabuhanratu tidak beraktifitas sebagaimana mestinya. Bengkel hanya menyediakan pengelasan seperti penyambungan knalpot dan penyabutan baut yang patah sehingga jika nelayan akan memperbaiki mesin kapalnya mereka menggunakan montir langganan mereka. Salah satu kapal yang merasa sangat tidak puas adalah kapal tuna longline. Sama halnya dengan slipway, fasilitas bengkel juga tidak terdapat di PPN Palabuhanratu termasuk untuk kapal berukuran kurang dari 30 GT. Gambar 35 Bengkel. Slipway merupakan fasilitas yang digunakan untuk memperbaiki lunas kapal. Dari hasil wawancara, 5,88 % merasa cukup puas. Hal ini dikarenakan menurut nelayan ini. walaupun slipway di PPN Palabuhanratu terbatas jumlahnya mereka masih bisa bergantian untuk menggunakannya. Sedangkan 88,24 % merasa kurang puas dengan pelayanan slipway, yang merasa kurang puas ini hampir keseluruhan kapal. apalagi untuk kapal-kapal berukuran besar seperti gillnet, payang, dan rumpon tuna, karena mereka susah masuk di dermaga tambat yang merupakan satu-satunya jalan menuju slipway. Sisanya sebesar 5,28 % merasa tidak puas. Kapal yang merasa tidak puas adalah kapal tuna long line karena di PPN Palabuharatu tidak terdapat slipway sehingga jika terjadi kerusakan maka kapal harus dibawa ke Jakarta atau ke Cilacap. Docking merupakan fasilitas untuk memperbaiki kapal. Sebesar 98% nelayan merasa kurang puas dengan pelayanan docking, hal ini dikarenakan jalan menuju docking dipenuhi oleh kapal baik kapal yang bersandar maupun kapal

86 yang sudah rusak sehingga cukup sulit menuju tempat docking. Penuhnya tempat docking juga membuat para nelayan yang akan melakukan perbaikan kapal harus menunggu antrian hingga ada kapal yang selesai perbaikan. Selain itu perahu katir pun merasa kurang puas karena walaupun bentuk kapalnya kecil mereka juga merasa kesulitan untuk perbaikan di tempat dock, akhirnya mereka perbaikan di pantai-pantai di sekitar pelabuhan. Untuk nelayan sisanya sebesar 2 % merasa tidak puas dengan pelayanan docking. Kapal yang merasa tidak puas adalah kapal tuna longline karena di PPN Palabuhanratu tidak terdapat tempat untuk kapal tuna longline melakukan perbaikan, yang tersedia hanya docking untuk kapal yang berukuran kurang dari 30 GT sehingga mereka harus ke Jakarta atau Cilacap jika kapal tuna longline akan melakukan perbaikan. Gambar 36 Docking.

87 c) Pelayanan fasilitas pemasaran Fasilitas pemasaran adalah fasilitas yang disediakan untuk memasarkan hasil tangkapan baik ke agen atau langsung sampai ke konsumen. Tabel 28 Jumlah nelayan responden pengguna fasilitas pemasaran (TPI) Nelayan TPI Payang 5 Pancing layur - Jaring rampus - Bagan apung 2 Trammel net 3 Gillnet 4 Rawai - Pancing tonda 1 Tuna longline - Jumlah 15 Tabel 29 Persentase jawaban nelayan responden terhadap tingkat pelayanan pemasaran Kategori TPI (%) Tidak puas 20 Kurang puas 80 Cukup Puas - Puas - Sangat Puas - Jumlah 100 Hasil wawancara mengenai pelayanan fasilitas pemasaran yaitu tempat pelelangan ikan, 80 % nelayan merasa kurang puas. Dengan adanya pelelangan mereka merasa lebih diuntungkan sebab harga ikan lebih tinggi dibanding tidak ada pelelangan, tetapi dengan mengikuti pelelangan mereka tidak dapat langsung menerima uang hasil tangkapan yang mereka lelang. Untuk 20% merasa tidak puas karena pelelangan di PPN Palabuhanratu tidak berjalan. Selain itu sama dengan pendapat nelayan yang merasa kurang puas, mereka tidak puas karena jika mereka ikut lelang, mereka tidak bisa langsung menerima uang hasil tangkapan yang mereka lelang melainkan harus menunggu beberapa hari untuk mendapatkan uang hasil lelang. Hal ini menyebabkan terhambatnya nelayan yang akan melakukan penangkapan ikan sebab mereka tidak memiliki modal lagi untuk melaut dan terpaksa mereka harus menunggu uang dari bakul.