PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROJECT BASED LEARNING

Oleh : Yeyen Suryani dan Sintia Dewiana. Abstrak

Sriningsih Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya,

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

Kata Kunci : Hasil Belajar Sosiologi, Metode Group Investigation (GI), Metode Team Game Tournament (TGT)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

*keperluan Korespondensi, HP: , ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan adalah Quasi Experimental dengan desain

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian jenis quasi eksperimental. Quasi

MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DAN GROUP TERHADAP PRESTASI BELAJAR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENEREPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN TEAM GROUP TOURNAMENT (TGT) TERHADAP HASIL BELAJAR

BAB IV. A. Deskripsi dan Analisis Data 1. Deskripsi Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kemampuan pemahaman matematik siswa dan data hasil skala sikap.

Pengaruh Penggunaan WhatsApp Messenger Sebagai Mobile Learning Terintegrasi Metode Group Investigation Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampai bulan April. Mulai dari tahap persiapan, observasi, eksperimen dan

A. Deskripsi Proses Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gilang Purnama 1, Dedi Rohendi 2, Purnawan 3

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 MEJAYAN KABUPATEN MADIUN

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Gerak di Kelas X SMA Negeri 6 Sigi

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dengan evaluasi tipe

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. 23

PENGARUH CHALLENGE BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 GETASAN KABUPATEN SEMARANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. diperlukan penjelasan tentang istilah-istilah, berikut di bawah ini:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional. Dalam penelitian ini definisi operasionalnya adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari tanggal November 2012 di SMA

BAB IV METODE TANYA JAWAB DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK KHUSUSNYA PADA MAPEL FIKIH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. semu. Metode eksperimen semu digunakan untuk mengetahui

BAB III METODE PENELITIAN

Eva Nuraisah 1, Riana Irawati 2, Nurdinah Hanifah 3. Program Studi PGSD Kelas UPI Kampus Sumedang Jl. Mayor Abdurachman No.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu (Quasi Experimental

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan generik sains pada

BAB III METODE PENELITIAN

Muhamad Soeleman Universitas Suryakancana Cianjur

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Journal of Mechanical Engineering Learning

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. serta data hasil belajar siswa yang berupa nilai pre-test dan pos-test. Hasil dari

III. METODE PENELITIAN. Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki

PENGARUH PENGGUNAAN MODUL SEJARAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 KESAMBEN JOMBANG SEMESTER GASAL TAHUN AJARAN 2011/2012

Kelas Eksperimen : O X O... Kelas Kontrol : O O Sumber : (Sugiyono, 2012)

BAB III DESAIN PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA

BAB III METODE PENELITIAN. berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. 34. Rancangan penelitian ini menggunakan Nonequivalent Control Group

BAB III METODE PENELITIAN

Rika Hajizah Purba 1, Ach. Fatchan 2, Singgih Susilo

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum SMP Negeri 1 Godean. berwawasan global, cinta bangsa dan negara.

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment)

Maryetta Evi Hariati: Mahasiswa FKIP Universitas Jambi Page 0

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

Kelas Eksperimen : O X O

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

Soepri Tjahjono Moedji Widodo ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS VIII SMP NEGERI 3 PERCUT SEI TUAN T.A 2012/2013

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN INVESTIGASI MATEMATIKA SISWA

BAB III METODE PENELITIAN. exsperimen (eksperimen semu) dengan desain Nonequivalent Control Group

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALLING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 MALANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tabel 3.1 Nonequivalent Pretest and Posttest Control Group Design

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMP PADA MATERI GETARAN DAN GELOMBANG

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Eksperimen Semu (quasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuasi eksperimen. Menurut

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pertama melakukan pretest, tiga kali pertemuan dilakukan pembelajaran dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI SOSIAL TERHADAP HASIL BELAJAR IPS KELAS IX SEMESTER I SMP NEGERI 8 KOTA JAMBI ARTIKEL ILMIAH OLEH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS (Studi Eksperimen Pada Mata Kuliah Mikro Ekonomi Kompetensi Dasar Teori dan Biaya Produksi Mahasiswa Pendidikan Ekonomi Semester II Universitas Kuningan Tahun Akademik 2013/2014) Oleh : Atin Nuryatin Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perbedaan kemampuan kritis mahasiswa pada pengukuran awal (pretest) dengan pengukuran akhir (post test) pada kelas eksperimen, perbedaan kemampuan kritis mahasiswa pada pengukuran awal (pre test) dengan pengukuran akhir (posttest) pada kelas kontrol yang model pembelajaran konvensional dan peningkatan kemampuan kritis mahasiswa setelah pengukuran akhir (post test). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen dan uji dua rerata karena penelitian ini adalah berupaya mengungkapkan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation terhadap kemampuan berfikir kritis.lokasi penelitian dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Ekonomi Semester II tahun akademik 2013/2014 yang berjumlah 62 siswa. Metode pengolahan data uji t. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada perbedaan kemampuan berpikir kritis mahasiswa pada pengukuran awal dengan akhir di kelas eksperimen dan kelas control, tidak terdapat perbedaan pada pengukuran akhir antara kelas eksperimen dengan kelas control, terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis antara mahasiswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dengan model pembelajaran konvensional. Artinya model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berpengaruh positif dalam meningkatkan. Pembelajaran yang aktif dapat memberikan pengalaman langsung untuk membangun pengetahuan sendiri yang melibatkan pembentukan konsep, aplikasi, analisis, menilai informasi yang terkumpul dalam memecahkan masalah sehingga pengembangan keterampilan berpikir kritis juga akan sangat mudah dikembangkan dari tahap yang rendah ketahap yang paling tinggi. PENDAHULUAN Perguruan tinggi merupakan salah satu lembaga pendidikan yang menjadi sentra pembangunan SDM. Harapan pendidikan terhadap perguruan tinggi dalam menciptakan SDM yang berkualitas nampaknya belum sepenuhnya tercapai dengan optimal, mahasiswa seringkali hanya menunjukan penguasaan salah satu aspek pembelajaran pada tataran keterampilan berpikir tingkat rendah yaitu mengingat/menghafal. Padahal keterampilan berpikir sebagai bagian dari life skill yang diharapkan oleh pemerintah terhadap pendidikan tinggi adalah keterampilan berpikir tingkat tinggi, yang salah satunya adalah kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis menjadi kompetensi yang harus dicapai serta alat yang diperlukan dalam mengkonstruksi pengetahuan. Namun pada kenyataannya yang berlangsung hingga saat ini, praksis pembelajaran masih berorientasi dan terfokus pada paradigma penerusan informasi dari dosen kepada mahasiswa sehingga dosen masih mendominasi proses pembelajaran yang pada akhirnya hasil belajar yang dicapai belum optimal. Faktor yang diduga menyebabkan permasalahan di atas adalah pemilihan model/metode pembelajaran yang kurang tepat. Model dan metode pembelajaran banyak

macamnya, sehingga pemilihan dan penerapan model serta metode yang tepat bagi suatu pembelajaran tentunya akan memberikan output yang maksimal, sehingga mahasiswa akan lebih mudah memahami materi yang diberikan dosen dan berdampak pada peningkatan hasil belajar. RUMUSAN MASALAH 1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan berfikir kritis pada pengukuran awal dengan pengukuran akhir pada kelas eksperimen yang Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation? 2. Apakah terdapat perbedaan kemampuan berfikir kritis pada pengukuran awal dengan pengukuran akhir pada kelas kontrol yang Metode Pembelajaran Konvensional? 3. Apakah terdapat perbedaan kemampuan berfikir kritis dalam pengukuran akhir antara kelas eksperimen yang Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dengan kelas kontrol yang metode konvensional? 4. Apakah terdapat perbedaan peningkatan (gain) kemampuan berfikir kritis antara kelas eksperimen yang Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dengan kelas kontrol yang metode konvensional? TUJUAN PENELITIAN 1. Untuk mendeskripsikan perbedaan kemampuan berfikir kritis pada pengukuran awal dengan pengukuran akhir pada kelas eksperimen yang Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation. 2. Untuk mendeskripsikan perbedaan kemampuan berfikir kritis pada pengukuran awal dengan pengukuran akhir pada kelas kontrol yang Metode Pembelajaran Konvensional. 3. Untuk mendeskripsikan perbedaan kemampuan berfikir kritis dalam pengukuran akhir antara kelas eksperimen yang Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dengan kelas kontrol yang metode konvensional. 4. Untuk mendeskripsikan terdapat perbedaan peningkatan (gain) kemampuan berfikir kritis antara kelas eksperimen yang Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dengan kelas kontrol yang metode konvensional. MANFAAT PENELITIAN 1. Kegunaan Akademik (Teoritik) Dalam tataran konseptual, hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat sebagai salah satu bahan kajian dalam perkembangan ilmu pendidikan diantaranya : a. Memberikan opsi metode pembelajaran efektif yang mampu mengembangkan kemampuan berfnikir kritis mahasiswa. b. Memberikan motivasi untuk membuat metode-metode pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif. c. Sebagai referensi bahan kajian dan acuan untuk penelitian sejenis. 2. Kegunaan Praktis (Empirik) Dalam tataran praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan kebijakan yang komprehensif sehingga penelitian ini dapat memberikan kegunaan sebagai berikut: a. Memperluas wawasan keilmuan bagi peneliti

sehingga dapat mengaplikasikan teori yang dimiliki untuk mencoba menganalisa fakta, gejala dan peristiwa yang terjadi dan diambil suatu kesimpulan yang dapat dipertanggung jawabkan secara objektif dan ilmiah. b. Sebagai bahan masukan bagi dosen dan guru-guru ekonomi dalam mencari alternatif metode pembelajaran untuk menciptakan situasi yang kondusif dalam proses belajar mengajar. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memotivasi dosen dalam memodifikasi kebiasaan mengajarnya c. Bagi mahasiswa hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai langkah awal untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis melalui peningkatan kompetensi bertanya, mengeluarkan pendapat, dan menganalisis berbagai permasalahan sehingga dapat menjawab pertanyaan dengan dilandasi argumentasi yang tepat. LANDASAN TEORI Berpikir adalah suatu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah pada suatu tujuan. Ciri-ciri yang terutama dari berpikir adalah adanya abstraksi. Abstraksi dalam hal ini berarti anggapan lepasnya kualitas atau relasi dari benda-benda, kejadiankejadian dan situasi-situasi yang mulamula dihadapi sebagai kenyataan (Ngalim Purwanto, 1990: 43). Kemampuan berpikir merupakan kegiatan penalaran yang reflektif, kritis, dan kreatif yang berorientasi pada suatu proses intelektual yang melibatkan pembentukan konsep, aplikasi, analisis, menilai informasi yang terkumpul atau dihasilkan melalui pengamatan, pengalaman, refleksi, pentaakulan, atau komunikasi sebagai landasan kepada satu keyakinan (kepercayaan) dan tindakan (Iskandar, 2009: 86). Berpikir kritis dapat dipandang sebagai kemampuan berpikir siswa untuk membandingkan dua atau lebih informasi yang dimiliki. Bila terdapat perbedaan atau persamaan, maka ia akan mengajukan pertanyaan atau komentar dengan tujuan untuk mendapatkan penjelasan. Menurut Ennis (dalam Gestalt) berpikir kritis adalah cara berpikir reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar yang difokuskan untuk menentukan apa yang harus diyakini dan dilakukan. Kemampuan berpikir kritis mencerminkan kemampuan untuk membuat suatu penilaian yang rasional atau beralasan. Biasanya kriteria untuk menilai suatu kualitas sesuatu, produk ide atau gagasan. Jadi, intinya adalah tatakrama berpikir yang digunakan seseorang untuk mengukur atau menilai validitas/kebenaran sesuatu seperti pernyataan, kisah, argumen, penelitian dan lain-lain. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto, 2010: 37). Salah satu metode spesialisasi tugas dalam pembelajaran kooperatif adalah Group Investigation. Secara umum perencanaan pengorganisasian kelas dengan teknik kooperatif GI adalah kelompok dibentuk oleh siswa itu sendiri dengan beranggotakan 2-6 orang, tiap kelompok bebas memilih subtopik dari keseluruhan unit materi (pokok bahasan) yang akan diajarkan, kemudian membuat atau menghasilkan laporan kelompok. Selanjutnya, setiap kelompok mempresentasikan atau memamerkan laporannya kepada seluruh kelas, untuk berbagi dan saling tukar inforamsi temuan mereka.

HIPOTESIS 1. Terdapat perbedaan kemampuan berfikir kritis pada pengukuran awal dengan pengukuran akhir pada kelas eksperimen yang Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation. 2. Terdapat perbedaan kemampuan berfikir kritis pada pengukuran awal dengan pengukuran akhir pada kelas kontrol yang Metode Pembelajaran Konvensional. 3. Terdapat perbedaan kemampuan berfikir kritis dalam pengukuran akhir antara kelas eksperimen yang Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dengan kelas kontrol yang metode konvensional. 4. terdapat perbedaan peningkatan (gain) kemampuan berfikir kritis antara kelas eksperimen yang Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dengan kelas kontrol yang metode konvensional. METODE PENELITIAN Subjek Penelitian : mahasiswa semester 2 Pendidikan Ekonomi Universitas Kuningan tahun akademik 2013-2014 yang berjumlah 62 orang yang terbagi menjadi dua kelas Metode Penelitian : Quasi Eksperimen Desain Penelitian : Pretest Postest Control Group Design Sumber Data dan Unit Analisis : Mahasiswa semester 2 Pendidikan Ekonomi Teknik Pengumpulan : Test, observasi, dan studi pustaka Data Populasi : mahasiswa semester 2 Pendidikan Ekonomi Universitas Kuningan tahun akademik 2013-2014 yang berjumlah 62 orang yang terbagi menjadi dua kelas Sampel : Mahasiswa kelas A dan B tingkat I masing-masing 31 orang. Seluruh populasi dijadikan sampel Teknik Analisis Data : a. Uji Normalitas b. Uji Homogentitas c. Uji t Uji Penelitian Instrumen : a. Uji Validitas (4 dari 20 item pertanyaan tidak valid) b. Uji Kesukaran Soal (75% soal sedang, 25% soal sukar dan tidak ada soal mudah) c. Uji Daya Pembeda (85% soal dapat membedakan mahasiswa yg berkemampuan tinggi dengan yg berkemampuan rendah. 55% option yang digunakan baik, hanya 20% option soal yang tidak terpakai). d. Uji Reliabilitas (Keandalan soal termasuk kategori sedang (0.423). Uji Analisis Persyaratan : a. Uji Normalitas (Data yang diambil mengikuti distribusi yang telah ditetapkan) Chi Asymp. Kelas Kriteria Square Sig Pretest 9,826 0,425 Normal Eksperimen Postest 11,226 0,34 Normal

Kontrol Pretest 7,387 0,597 Normal Postest 10,613 0,303 Normal b. Uji Homogenitas (Mahasiswa kedua kelas berasal dari populasi yang memiliki varians sama) Kelas Lavene Statics Sig Kriteria Eksperimen 0,824 0,368 Homogen Kontrol 0,121 0,730 Homogen HASIL PENELITIAN Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t atau uji kesamaan dua rerata melalui Paired Sample T-test dan Independent Sample Test untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe GI terhadap kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.5. Rekapitulasi Hasil Pengujian Hipotesis Pengujian F test Sig. t Sig. (2- tailed) Pretest Eksperimen dg Kontrol 0,635 0,429 0,386 0,02 Pretest dan Postes Eksperimen - - -7,03 0.000 Pretest dan Postes Kontrol - - -4,92 0.000 Postes Eksperimen dan kontrol 0,173 0.679 0,626 0,534 N gain 0.142 0.708 2.330 0.023 Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel diatas, dapat digambarkan hasil pengujian hipotesis sebagai berikut: 1. Hasil Uji Hipotesis Pretes Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol Nilai rata-rata pretest dikelas kontrol 43,7097 sedangkan nilai rata-rata pretest kemampuan berpikir kritis mahasiswa di kelas eksperimen 36,45 sehingga pretes dikelas kontrol lebih tinggi dibandingkan dengan pretes di kelas eksperimen. Akan tetapi, Uji t menunjukkan bahwa harga t hitung sebesar 0,386 dan t tabel sebesar 2,36. Karena t hitung > t tabel, artinya bahwa nilai t yang diperoleh dari analisis lebih besar dari pada nilai t yang terdapat pada tabel pada taraf signifikansi 0,05, artinya terdapat perbedaan antara hasil belajar mahasiswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Pendek kata bahwa kemampuan awal mahasiswa sebelum dilakukan atau diberikan pembelajaran itu sama. 2. Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa pada Pretes dan Postest di Kelas Eksperimen Nilai sebesar -7,030 dengan P value 0.000 < 0.05 (α), artinya terdapat perbedaan rata-rata pada pengukuran awal dengan pengukuran akhir. Nilai negatif pada menunjukan nilai awal lebih rendah dari nilai berikutnya. Pada saat menginput data, terlebih dahulu penulis menginput nilai pretes, sehingga dapat disimpulkan nilai rata-

rata kemampuan berpikir kritis mahasiswa pada pengukuran awal lebih rendah dari pengukuran akhir. Dengan demikian, Hipotesis 1 yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan kemampuan berfikir kritis pada pengukuran awal dengan pengukuran akhir pada kelas eksperimen yang Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dapat diterima. 3. Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa pada Pretes dan Postest di Kelas Kontrol Nilai sebesar -4,92 dengan P value 0.000 < 0.05 (α), artinya terdapat perbedaan rata-rata pada pengukuran awal dengan pengukuran akhir. Nilai negatif pada menunjukan nilai awal lebih rendah dari nilai berikutnya. Pada saat menginput data, terlebih dahulu penulis menginput nilai pretes, sehingga dapat disimpulkan nilai ratarata kemampuan berpikir kritis mahasiswa pada pengukuran awal lebih rendah dari pengukuran akhir di kelas kontrol yang model pembelajaran konvensional. Dengan demikian Hipotesis 2 yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis pada pengukuran awal dengan pengukuran akhir pada kelas kontrol yang Model Pembelajaran Konvensional dapat diterima. 4. Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis pada Postest antara Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol Hasil output pada asumsi dengan variance sama (equal variance assumed) atau variance tidak sama (equal variance not assumed) menunjukan nilai F sebesar 0,173 dengan probabilitas 0,679, karena nilai probabilitas 0.679>0,05 (α), artinya variance kemampuan berpikir kritis mahasiswa pada kelas eksperimen identik dengan variance kemampuan berpikir kritis mahasiswa pada kelas kontrol. Oleh karena hasil Lavene's Test menunjukkan bahwa variance kedua kelompok sama, maka analisis T test asumsi Equal variance yaitu dengan melihat t hitung atau P value. Nilai t pada asumsi variance yang sama yaitu sebesar 0,626 dan probabilitas 0,534. Karena nilai probabilitas > 0,05 (α), maka tidak signifikan, artinya bahwa rata-rata perbedaan kemampuan berpikir kritis mahasiswa setelah mendapat perlakukan di kedua kelas tidak berbeda secara statistik. Jadi hipotesis nol yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kritis mahasiswa antara mahasiswa yang belajar model pembelajaran kooperatif dengan metode konvensional tidak dapat ditolak. Dengan kata lain, Hipotesis 3 yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan kemampuan berfikir kritis dalam pengukuran akhir antara kelas eksperimen yang Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dengan kelas kontrol yang metode konvensional ditolak. 5. Perbedaan Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis antara Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol Data N-gain diperoleh dari hasil perhitungan dengan data dari pretest dan posttest. N-gain menunjukan peningkatan kemampuan berpikir kritis mahasiswa setelah mengikuti model pembelajaran. Setelah data hasil pretest dan posttest dari kedua kelompok didapat kemudian diolah untuk mengetahui peningkatan yang model pembelajaran konvensional (ceramah) dengan model pembelajaran kooperatif tipe GI.

Eksperimen Kontrol Tabel 4.6. Normal Gain Kelas Mean N-Gain Pretest 36,45 Postest 55,98 Pretest 43,71 Postest 54,03 0,29 0,17 Dari tabel 4.6. di atas nampak bahwa nilai n-gain pada kedua kelas, baik kelas ekperimen maupun kelas kontrol < 0.3, artinya bahwa peningkatan kemampuan berpikir kritis mahasiswa sebelum dan sesudah diberi perlakuan meningkat pada kategori rendah. N Gain yang diperoleh kemudian di uji, dan hasil output pada asumsi dengan variance sama (equal variance assumed) atau variance tidak sama (equal variance not assumed) menunjukan dari Uji Levene memberikan nilai F sebesar 1.142 dengan probabilitas 0,708 yang berarti signifikan karena nilai probabilitas di atas 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa variance kemampuan berpikir kritis mahasiswa pada kelas eksperimen identik dengan variance kemampuan berpikir kritis mahasiswa pada kelas kontrol. Oleh karena hasil Lavene's Test menunjukkan bahwa variance kedua kelompok sama, maka analisis T test asumsi Equal variance yaitu dengan melihat t hitung atau P value. Nilai t hitung pada asumsi variance yang sama yaitu sebesar 2,330 dan probabilitas 0,023. Karena nilai probabilitas <0,05 maka signifikan, artinya bahwa rata-rata peningkatan setelah mendapat perlakukan di kedua kelas berbeda secara statistik. Jadi hipotesis nol yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan peningkatan antara mahasiswa yang belajar model pembelajaran kooperatif dengan metode konvensional ditolak. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian, pada awal pembelajaran antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen memiliki kemampuan berpikir kritis mahasiswa yang berbeda. Hal ini disebabkan karena peneliti metode quasi eksperimen dan tidak melakukan randomisasi pada kelas yang dijadikan subjek penelitian. Penelitian dilakukan pada lingkungan yang sudah ada tanpa intervensi dari peneliti. Hasil pretes kelas kontrol lebih besar dari hasil pretes kelas eksperimen. Namun setelah dilakukan pembelajaran pada kedua kelas dengan perlakuan/metode pembelajaran yang berbeda, yaitu kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional sedangkan kelas eksperimen metode pembelajaran Grup Investigasi, maka diperoleh rata-rata postes kelas eksperimen lebih besar dari rata-rata postes kelas kontrol. Berdasarkan hasil pengukuran akhir di kedua kelas, pengujian menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis antara mahasiswa yang model pembelajaran kooperatif tipe GI dengan mahasiswa yang model pembelajaran konvensional. Akan tetapi dilihat dari peningkatan kemampuan berpikir kritis ternyata peningkatan kemampuan berpikir kritis mahasiswa kelas eksperimen lebih besar dari peningkatan kemampuan berpikir kritis pada kelas kontrol. Hal ini menunjukan bahwa hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya yang menyatakan bahwa pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi terhadap kemampuan berpikir kritis mahasiswa di Prodi

Ekonomi Universitas Kuningan diterima atau terbukti sesuai dengan teori. Meningkatnya kemampuan berpikir kritis mahasiswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe GI dimungkinkan karena melalui pembelajaran kooperatif tipe GI mahasiswa diberikan kesempatan yang luas untuk berpartisipasi langsung dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan terhadap strategi pembelajaran, salah satu strategi pembelajaran yang dapat efektif meningkatkan kemampuan berfikir siswa adalah strategi belajar kooperatif (Suryadi, 1999: 128). Merujuk pada teori bahwa penggunaan model pembelajaran yang efektif dapat membantu seseorang untuk melatih keterampilan berpikirnya seperti yang ditunjukan pada hasil penelitian ini. Hal ini sesuai pada pendapat Slavin (1995) yang menyatakan bahwa : "Dalam mewujudkan suasana pembelajaran yang mendukung keterampilan berpikir kritis dalam memecahkan masalah kompleks bernuansa kerja sama, strategi pembelajaran kooperatif sebagai rancangan pembelajaran bernuansa kolaboratif sangat tepat digunakan". Pendapat tersebut dipertegas Coper & Robinson (dalam Bagus, 2005) bahwa "Strategi pembelajaran kooperatif diyakini mampu memberikan peluang untuk melakukan praktik pemecahan masalah belajar melalui interaksi sosial yang terjadi di dalamnya". Pendapat di atas memberikan makna bahwa model pembelajaran yang dibutuhkan untuk melatih keterampilan berpikir adalah model pembelajaran yang mampu memfasilitasi setiap tahap proses intelektual seseorang sehingga memungkinkan orang tersebut mengkonstruksi sendiri pengetahuannya sesuai dengan pengamatan dan pengalamannya. Model pembelajaran kooperatif tipe GI yang dilakukan penulis pada penelitian ini merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir mahasiswa karena pada model ini mahasiswa dilatih untuk menghadapi berbagai masalah, melakukan investigasi, menganalisis hasil investigasi dan menarik kesimpulan sehingga dapat memecahkan masalah serta mempresentasikan hasilnya. KESIMPULAN 1. Terdapat perbedaan kemampuan berfikir kritis pada pengukuran awal dengan pengukuran akhir pada kelas eksperimen yang Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata skor pretes termasuk kategori rendah namun setelah dilakukan model pembelajaran kooperatif tipe GI menunjukan peningkatan rata-rata postest termasuk kategori sedang. 2. Terdapat perbedaan kemampuan berfikir kritis pada pengukuran awal dengan pengukuran akhir pada kelas kontrol yang Metode Pembelajaran Konvensional. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata skor pretes termasuk kategori rendah namun setelah dilakukan metode pembelajaran konvensional menunjukan peningkatan rata-rata postest termasuk kategori sedang. 3. Tidak terdapat perbedaan kemampuan berfikir kritis dalam pengukuran akhir antara kelas eksperimen yang Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dengan kelas kontrol yang metode konvensional. Hal ini dilihat dapat dari nilai rata-rata postest kelas eksperimen lebih besar dari nilai rata posttest kelas kontrol tetapi dari hasil pengujian perbedaan tersebut tidak signifikan. 4. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis antara mahasiswa yang belajar model pembelajaran kooperatif dengan metode konvensional. Peningkatan kemampuan berpikir kritis

mahasiswa yang belajar model pembelajaran kooperatif lebih tinggi dari pada Peningkatan kemampuan berpikir kritis mahasiswa yang belajar model pembelajaran konvensional. SARAN 1. Dalam mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe GI perlu diperhatikan kesesuaian materi ajar, ketersediaan sarana dan prasarana, serta pembagian waktu secara seksama. Model pembelajaran ini cocok untuk materi ajar / mata kuliah yang berkaitan dengan isi, jenis dan tujuan mata kuliah yang menuntut mahasiswa mampu melakukan analisis terhadap masalah dan solusinya. 2. Model pembelajaran GI merupakan tipe model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks, untuk itu dibutuhkan penguasaan materi dan pengelolaan kelas yang baik dari para guru/dosen sebagai fasilitator dalam pembelajaran. 3. Mahasiswa diharapkan secara sungguh-sungguh berpartisipasi aktif dalam perkuliahan, sehingga pengetahuan yang diperoleh benar-benar melekat dan menjadikan pembelajaran lebih bermakna. Inovasi-inovasi yang dilakukan oleh dosen bukan untuk menambah beban belajar mahasiswa, oleh karena itu dosen dan mahasiswa harus bekerja sama sehingga tujuan perkuliahan dapat tercapai dengan baik. Proses perkuliahan menjadi lebih terarah dan tidak membuang waktu dengan percuma. 4. Dalam proses perkuliahan diharapkan mahasiswa dilatih untuk terbiasa menghubungkan konsep-konsep pada materi yang dipelajari dengan data dan fakta yang terdapat dilingkungan sekitar serta menganalisisnya dengan baik sehingga dapat mengambil keputusan secara tepat. Hendaknya untuk penelitian lebih lanjut dapat dilengkapi dengan meneliti kemampuan berpikir lain, misalnya kemampuan berpikir kreatif. 5. Model pembelajaran konvensional dapat dilakukan dosen dengan mengeksploitasi atau dikreasikan menjadi suatu metode ceramah yang lebih menyenangkan melalui alat bantu media pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Bagus, Putu. A Ida. 2004. Pengembangan Perangkat Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Dipandu Strategi Belajar Kooperatif serta Pengaruh Implementasinya terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa SMA pada peljaran Ekosistem. Disertasi. Malang: PPS-UM Malang, Tidak diterbitkan. Iskandar. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Pers. Purwanto, Ngalim. 2011. Psikologi Pendidikan. PT Remaja Rosdakarya. Slavin, R.E. (2009). Cooperative Learning : Teori, Riset, dan Praktik (terjemahan). Nusa Media. Bandung. Sugiyanto. 2010. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta : UNS Press.