III. METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

Lampiran 1 Sidik ragam sifat arang aktif. Kuadrat tengah. Sumber Keragaman. F hitung

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab III Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan

3 Metodologi Percobaan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Rancangan Percobaan dan Analisis Data

3 Metodologi penelitian

Eksperimen HASIL DAN PEMBAHASAN Pengambilan data

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010.

Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biokimia Hasil Pertanian Jurusan

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

3 METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

BAHAN DAN METODE. Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

Bab III Metodologi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga April Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif

4 Hasil dan Pembahasan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

III. PROSEDUR PERCOBAAN. XRD dilakukan di Laboratorium Pusat Survey Geologi, Bandung dan

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

BATERAI BATERAI ION LITHIUM

3 METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

METODE PENELITIAN. Pengolahan Hasil Perkebunan STIPAP Medan. Waktu penelitian dilakukan pada

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei

Pemanfaatan Kulit Singkong Sebagai Bahan Baku Karbon Aktif

Bab III Metodologi Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

LAMPIRAN A DATA HASIL PENGUJIAN KARBON AKTIF KAYU BAKAU

BAB III METODE PENELITIAN

KETERAMPILAN LABORATORIUM DAFTAR ALAT LABORATORIUM

3 Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

3 Percobaan. 3.1 Alat dan Bahan Alat Bahan

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009).

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Metode Penelitian

Metodologi Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metodologi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September hingga Desember 2015 di

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas

3. Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN Alat Penelitian 1. Mesin electrospinning, berfungsi sebagai pembentuk serat nano.

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Prosedur Penelitian Persiapan Bahan Baku

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga bulan April 2013 di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III. BAHAN DAN METODE

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat

LAMPIRAN A DATA DAN PERHITUNGAN. Berat Sampel (gram) W 1 (gram)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada Bulan Februari hingga Desember 2011. Pembuatan dan karakterisasi arang aktif dilakukan di Puslitbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan, Departemen Kehutanan Bogor. Proses sintesis dan karakterisasi membran dilakukan di Laboratorium Biofisika, Fakultas MIPA, Institut Pertanian Bogor. Khusus untuk karakteristik morfologi membran, dilakukan di Laboratorium Geologi Kuarter, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung. 3.2 Bahan dan Alat Bahan baku pembuatan karbon/arang aktif adalah kayu sengon (Paraserienthes falcataria) dari PD. Wijaya Kayu Ciampea, Kabupaten Bogor, dan limbah tempurung kelapa (Cocos nucifera) dari beberapa kios sembako di Ciomas, Kota Bogor. Sebagai bahan sintesis membran, digunakan polimer polisulfon (Aldrich), pelarut N,N-dimethylacetamide (DMAc) (Sigma Aldrich), dan air destilasi sebagai koagulan. Bahan kimia lain untuk pembuatan dan karakterisasi arang aktif adalah kalium hidroksida (KOH), natrium tiosulfat (Na 2 S 2 O 3 ), benzena (C 6 H 6 ), kloroform (CHCl 3 ), iod (I 2 ), dan larutan kanji. Untuk pengarangan dan aktifasi karbon, digunakan tungku pengarangan (retort pirolisis) dan retort aktivasi. Plat kaca, batang silinder kaca, dan selotip digunakan sebagai media pencetakan membran. Alat preparasi sampel lain di antaranya adalah gelas beker, gelas ukur, labu erlenmeyer, labu takar, cawan petri, pipet tetes, alat titrasi, kertas saring, hot plate stirrer, magnetic stirrer, ultrasonic processor (Cole Parmer), desikator, tanur, oven, inkubator, dan mesin gerus arang. Sedangkan alat ukur yang digunakan adalah neraca analitis, mikrometer, jangka sorong, mistar, stopwatch, dan termometer. Karakterisasi struktur kristalit arang aktif dan membran dilakukan dengan X-Ray Diffractometer (XRD) Shimadzu seri XRD7000 Maxima 40 kv. Konduktivitas listrik arang aktif dan membran diukur dengan LCRmeter Hioki 3532-50 Hi-Tester 5 MHz. Analisis struktur morfologi dilakukan dengan

22 Scanning Electron Microscope (SEM) ZEISS seri EVO 20 kv untuk arang aktif, dan SEM JEOL JSM-6063 LA untuk membran. Karakteristik fluks dan kuat mekanik membran diuji dengan alat uji fluks tipe cross-flow dan sensor gaya PASCO CI-6746 dengan ScienceWorkshop 750 Interface. 3.3 Diagram Alir Penelitian Seluruh rangkaian kegiatan dan tahapan penelitian yang dilakukan dapat diilustrasikan dengan diagram alir pada Gambar 8 dan Gambar 9. Tempurung Kelapa; Kayu Sengon Karbonisasi (500 O C, 4 Jam) Perendaman dalam KOH 10% (24 Jam) Penumbukan (0,5 0,8 cm) Aktivasi dengan H 2 O (850 O C; 80,110 menit) Tanpa perendaman Arang Arang aktif Analisis: - Rendemen - Kadar air, abu, karbon, zat terbang - Daya serap benzena, kloroform, dan iod. Karakterisasi: - XRD - SEM - Konduktivitas listrik Penyeleksian berdasarkan struktur pori Arang aktif optimum untuk aplikasi membran Gambar 8 Proses pembuatan dan karakterisasi arang dan arang aktif

23 Gambar 8 menunjukkan diagram alir untuk proses pembuatan dan karakterisasi arang dan arang aktif, dengan bahan baku kayu sengon atau tempurung kelapa, yang merupakan tahap pertama penelitian. Tahap kedua adalah proses sintesis dan karakterisasi membran polisulfon yang didadah karbon aktif, sebagaimana ditampilkan pada Gambar 9. Polisulfon + Karbon Aktif 0, 2, 6% (b/b) Dilarutkan dalam DMAc 99%, 24 Jam Homogenisasi (Stirring 1 jam dan Sonikasi 1 jam) Larutan Cetak (Dope) Pencetakan Membran (Teknik Inversi Fasa) Membran Karakterisasi Membran Fluks membran Derajat pengikatan air Konduktansi membran Kuat mekanik SEM XRD Gambar 9 Proses sintesis dan karakterisasi membran polisulfon didadah karbon aktif

24 3.4 Metode Penelitian 3.4.1 Pembuatan Arang dan Arang Aktif Arang dibuat dari dua bahan baku, yaitu tempurung kelapa dan kayu sengon. Perlakuan yang sama diberikan pada kedua jenis bahan. Bahan baku dikarbonisasi pada retort pirolisis dengan pemanas listrik, pada suhu 500 o C selama 4 jam, lalu didinginkan ± 24 jam. Sebagian arang dihaluskan untuk karakterisasi dan sebagian lagi diproses untuk aktivasi. Sebelum proses pengaktifan arang pada retort aktivasi, arang dibagi menjadi dua perlakuan, yakni tanpa perendaman dan dengan perendaman dalam larutan kalium hidroksida (KOH) teknis, konsentrasi 10% (b/b). Arang direndam selama 24 jam, lalu ditiriskan hingga kering pada suhu ruang. Perendaman ini merupakan proses aktivasi kimia. Masing-masing jenis arang (tanpa dan dengan perendaman) selanjutnya diaktivasi secara fisika, menggunakan retort aktivasi yang terbuat dari bahan baja anti karat, dan dililit dengan elemen kawat nikelin sebagai pemanas. Aktivasi dilakukan pada suhu 850 o C, dengan memberikan aliran uap air panas (steam) selama 80 dan 110 menit. Variasi perlakuan arang aktif selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Variasi perlakuan aktivasi arang aktif Perlakuan Bahan baku arang Lama steam Perendaman kimia (menit) KOH 10% 80 KOH 10% 110 Tempurung kelapa - 80-110 Kayu sengon KOH 10% KOH 10% - - 80 110 80 110 Kode arang aktif AAT KOH-80 AAT KOH-110 AAT-80 AAT-110 AAS KOH-80 AAS KOH-110 AAS-80 AAS-110 3.4.2 Penetapan Mutu Arang Aktif Pengujian mutu arang dan arang aktif dilakukan dengan prosedur sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-3730-1995 tentang arang aktif teknis. Pengujian meliputi penetapan rendemen, kadar air, abu, zat terbang, karbon, serta daya serap terhadap benzena, kloroform, dan iod, dengan 2 kali ulangan.

25 a. Rendemen Rendemen atau perolehan arang aktif dihitung melalui perbandingan berat arang setelah diaktivasi, terhadap berat bahan baku sebelum diaktivasi. Massa arang aktif Rendemen (%) = x 100% (9) Massa bahan baku b. Kadar Air (SNI 06-3730-1995) Sejumlah 1 gram contoh arang aktif dimasukkan ke dalam cawan petri, lalu dikeringkan dalam oven selama 3 jam pada suhu 110 o C. Hasil pengeringan selanjutnya didinginkan dalam desikator dan ditimbang sampai massanya konstan. Massa basah Massa kering Kadar air (%) = x 100% (10) Massa basah c. Kadar Abu (SNI 06-3730-1995) Contoh arang aktif sebanyak 1 gram dimasukkan ke dalam cawan petri yang telah diketahui massanya, lalu dipanaskan dalam tanur listrik pada suhu 750 o C selama 6 jam. Contoh kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang hingga massanya tetap. Massa sisa contoh Kadar abu (%) = x 100% (11) Massa contoh awal d. Kadar Zat Terbang (SNI 06-3730-1995) Kadar zat terbang ditentukan dengan memasukkan 1 gram contoh arang aktif ke dalam cawan porselin yang telah diketahui beratnya, selanjutnya dipanaskan dalam tanur listrik pada suhu 950 o C selama 10 menit. Setelah itu didinginkan dalam desikator dan ditimbang sampai massanya konstan. Penurunan massa contoh Kadar zat terbang (%) = x 100% (12) massa contoh awal e. Kadar Karbon (SNI 06-3730-1995) Besarnya kadar karbon dalam arang aktif diperoleh dengan jalan pengurangan dari kadar abu dan kadar zat terbang. Kadar karbon (%) = 100% - (Kadar abu + Kadar zat terbang) (13)

26 f. Daya Serap Iod (SNI 06-3730-1995) Contoh arang aktif ditimbang sebanyak 0.25 gram, lalu dimasukkan ke dalam botol bertutup dengan warna gelap. Sebanyak 25 ml larutan iod 0,1 N ditambahkan ke dalam botol, lalu dikocok selama 15 menit pada suhu kamar. Larutan kemudian disaring, hasilnya dipipet sebanyak 10 ml dan dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat 0,1 N, hingga diperoleh larutan berwarna kuning muda. Beberapa tetes larutan kanji 1% dapat ditambahkan pada larutan sebagai indikator. Larutan dititrasi kembali hingga bening tak berwarna. Vtio x N tio Viod x x fp N 12. 693 iod Daya serap iod (mg/g) = (14) M Keterangan : V iod V tio N iod N tio fp M = Volume iod sebagai titran (ml) = Volume natrium tiosulfat sebagai titrat (ml) = Normalitas iod (N) = Normalitas natrium tiosulfat (N) = Faktor pengenceran = Massa arang aktif (g) g. Daya Serap Uap Benzena dan Kloroform Sebanyak 1 gram contoh arang aktif dimasukkan ke dalam cawan petri, lalu ditempatkan dalam desikator yang telah dijenuhkan dengan uap benzena atau uap kloroform selama 24 jam. Selanjutnya contoh ditimbang, di mana sebelumnya dibiarkan dulu selama 5 menit pada udara terbuka, untuk menghilangkan uap yang tertempel pada permukaan kaca. Massa uap yang terserap Daya serap (%) = x 100% (15) Massa contoh awal 3.4.3 Karakterisasi Arang Aktif a. Struktur Kristalit Struktur kristalit arang dan arang aktif dianalisis dengan difraksi sinar-x, menggunakan X-Ray Diffractometer (XRD). Analisis ini bertujuan untuk mengetahui derajat kristalinitas (X), jarak antar lapisan (d), tinggi lapisan (Lc),

27 lebar lapisan (La), dan jumlah lapisan aromatik (N) pada arang dan arang aktif, dengan sumber radiasi tembaga (Cu). Penetapan nilai parameter tersebut dilakukan menurut Iguchi (1997) serta Kercher dan Nagle (2003). Struktur kristalit diilustrasikan pada Gambar 10. Perhitungan untuk mengetahui struktur kristalit arang dan arang aktif dirumuskan sebagai berikut: Bagian kristal Derajat kristalinitas : X = x 100% (16) Bagian kristal + Bagian amorf Jarak antar lapisan aromatik (d 002 ) : λ = 2 d sin θ (17) Tinggi lapisan aromatik (Lc) : Lc (002) = K λ / β cos θ (18) Lebar lapisan aromatik (La) : La (100) = K λ / β cos θ (19) Jumlah lapisan aromatik (N) : N = L c /d (20) di mana: λ = 0.1540598 nm (panjang gelombang radiasi sinar Cu) β = Intensitas ½ tinggi dan lebar intensitas difraksi (radian θ) K = Tetapan untuk lembaran grafit (0.89) θ = Sudut difraksi Gambar 10 Skema struktur kristalit arang dan arang aktif; dengan jarak antar lapisan (d), tinggi lapisan (Lc), lebar lapisan (La), dan jumlah lapisan aromatik (N) b. Konduktivitas Listrik Konduktivitas adalah ukuran ilmiah tentang kemampuan material dalam mengalirkan arus listrik yang melaluinya. Konduktivitas merupakan kebalikan dari resistivitas atau sifat tahanan jenis bahan. Penentuan nilai konduktivitas arang dan arang aktif dilakukan dengan LCRmeter (Gambar 11). Sampel yang telah

28 dihaluskan, ditimbang sebanyak 0.3 gram, lalu dimasukkan ke dalam tabung konduktor berdiameter 15.12 mm. Nilai konduktivitas sampel diukur pada arus bolak-balik (AC), dalam rentang frekuensi 50 Hz - 5 MHz dan tegangan 1 V. Ketebalan sampel dalam tabung diukur menggunakan jangka sorong. Nilai konduktivitas listrik dihitung dengan persamaan berikut (Purwanto et al. 2007): d σ = G (21) A dengan σ adalah konduktivitas listrik (S/m), G adalah nilai konduktansi yang terukur (Siemens), d adalah ketebalan sampel (m), dan A merupakan luas penampang dalam tabung sebagai tempat sampel (m 2 ). Gambar 11 Pengukuran konduktivitas listrik arang dan arang aktif c. Analisis Morfologi Permukaan Analisis morfologi permukaan arang dan arang aktif dilakukan dengan mikroskop elektron, pada tegangan operasi 20 kv. Pengambilan foto SEM dilakukan pada bahan baku tempurung kelapa dan kayu sengon, serta arang dan arang aktifnya, dengan perbesaran 500 kali. 3.4.4 Sintesis Membran dengan Dadah Arang Aktif Teknik pembuatan membran yang digunakan adalah metode inversi fasa. Proses pembuatannya melalui dua tahap, yaitu pembuatan larutan cetak atau dope, dan pencetakan membran untuk memperoleh lapisan tipis padat membran. Pembuatan membran polisulfon dilakukan dengan mencampurkan bahan polimer polisulfon dan karbon aktif sebagai bahan terlarut, dan dimethylacetamid (DMAc) sebagai pelarut. Komposisi larutan membran terdiri atas 12% polisulfon,

29 karbon aktif dengan variasi konsentrasi 0, 2, dan 6% (b/b), dan sisanya adalah pelarut DMAc, dengan massa total larutan cetak 10 gram. Nilai perbandingan ini didasarkan pada penelitian Romli et al. (2006), yang melakukan uji permeabilitas membran polisulfon terhadap air, dengan fluks tertinggi diperoleh pada konsentrasi polisulfon 12%. Variasi komposisi membran disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Perbandingan fraksi massa polisulfon, karbon aktif, dan DMAc Jenis Bahan Terlarut (gr) Pelarut Total Kode membran Polisulfon Karbon aktif DMAc (gr) massa (gr) membran Polisulfon PS-TKP* PS-TKP PS-Sengon PS-Sengon 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 0 0.2 0.6 0.2 0.6 8.8 8.6 8.2 8.6 8.2 10 10 10 10 10 PSM PST 2% PST 6% PSS 2% PSS 6% * PS: Polisulfon, TKP: Tempurung kelapa Setelah penimbangan, masing-masing bahan dimasukkan ke dalam gelas beker dan ditutup kertas alumunium foil untuk menghindari penguapan pelarut. Larutan membran disimpan pada suhu ruang selama 24 jam, agar seluruh bagian polisulfon dan karbon aktif terlarut dalam DMAc. Selanjutnya membran distiring selama 1 jam dengan kecepatan 300 rpm dan disonikasi selama 1 jam dengan amplitudo 25%, agar campuran larutan lebih homogen. Gambar 12 Proses pencetakan membran dengan metode inversi fasa

30 Langkah kedua adalah proses pencetakan membran, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 12. Larutan cetak dituangkan ke atas plat kaca yang telah dibatasi selotip berketebalan 0,05 mm pada kedua sisinya, kemudian diratakan dengan batang silinder kaca agar menjadi lapisan tipis. Plat kaca bersama lapisan membran kemudian dikoagulasikan (dicelupkan) ke dalam nampan berisi aquades sebagai non pelarut. Selama pencelupan, membran polisulfon-karbon aktif terbentuk. Membran selanjutnya dilepaskan dari plat kaca dan tetap disimpan dalam aquades sampai dilakukan proses karakterisasi. 3.4.5 Karakterisasi Membran a. Fluks Membran Ukuran kecepatan suatu spesi tertentu untuk melalui membran disebut sebagai permeabilitas membran. Permeabilitas dinyatakan sebagai aliran fluks permeat melewati membran tiap satu satuan waktu. Nilai fluks membran dapat diperoleh dengan persamaan berikut (Kertesz et al. 2009): J 1 dv = (22) A dt Di mana J merupakan nilai fluks (L/m 2.jam), V adalah volume permeat (L), A adalah luas area filtrasi membran (m 2 ), dan t adalah waktu (jam). (b) (a) (c) Gambar 13 Pengujian fluks membran dengan metode cross flow; (a) skema aliran, (b) alat uji fluks tipe cross-flow, (c) modul membran

31 Uji fluks dilakukan dengan metode cross flow (Gambar 13). Pada metode ini, umpan mengalir melalui suatu membran, di mana hanya sebagian umpan yang melewati membran untuk menghasilkan permeat, sedangkan aliran pelarut atau cairan pembawa akan melewati permukaan membran, sehingga larutan, koloid, dan padatan tersuspensi yang tertahan oleh membran akan terus terbawa menjadi aliran balik (Li et al. 2008). Pengujian fluks dilakukan dengan bahan filtrat air destilasi. Air pada wadah umpan dipompa dengan tekanan tetap 5 psi (tekanan trans membran 2.5 psi). Pertambahan volume air yang tersaring oleh membran diukur setiap 30 detik selama 15 menit. b. Derajat Pengikatan Air Penentuan derajat serapan air dilakukan melalui penimbangan membran saat kering dan basah. Membran kering dipotong dengan ukuran 3x3 cm, ditimbang dengan neraca analitis, lalu direndam dalam aquades bersuhu 40 o C selama 24 jam. Setelah perendaman, seluruh permukaan membran dikeringkan dengan tisu dan kertas saring, lalu ditimbang kembali. Derajat pengikatan air oleh membran (W) dihitung dengan persamaan berikut: Wb Wk W (%) = x 100% (23) W W b dan W k masing-masing adalah massa membran (gr) saat basah dan kering. k c. Konduktansi dan Porositas Penentuan konduktansi dan porositas membran didasarkan pada metode yang dilakukan oleh Smith et al. (1992), dengan beberapa modifikasi pada alat dan proses pengukuran. Konduktansi diukur pada suatu media chamber, dengan mengalirkan larutan elektrolit NaCl melewati membran. Bagian lapisan aktif membran dihadapkan pada larutan NaCl dengan molaritas lebih tinggi yakni 1 M dan sisi lainnya dengan larutan NaCl 0.1 M, di mana aliran ion mengalir dari molaritas tinggi ke rendah. Besarnya aliran ion melalui membran diukur sebagai nilai konduktansi, menggunakan LCRmeter yang dihubungkan dengan 2 buah elektroda AgCl pada kedua sisi membran. Pengukuran dilakukan pada arus AC dengan frekuensi 1 khz dan tegangan masukan 1 V. Nilai konduktansi (G) diukur

32 dengan variasi suhu larutan (T) 30-50 o C. Untuk memanaskan larutan NaCl, chamber diletakkan pada waterbath kaca berisi air, yang dipanaskan dengan pemanas listrik. Proses pengukuran konduktansi membran diilustrasikan pada Gambar 14. Pertambahan nilai konduktansi terhadap kenaikan suhu diplotkan dalam kurva ln G terhadap 1/T. Kemiringan atau gradien kurva digunakan untuk menentukan perubahan energi diri membran dan jari-jari pori membran. Gambar 14 Pengukuran konduktansi membran Perubahan energi diri (ΔU) membran ditentukan dengan persamaan berikut: ΔU = B k (24) Di mana B adalah gradien dari grafik hubungan konduktansi (ln G) terhadap suhu (1/T), dan k adalah nilai konstanta Boltzman (1.38662 x 10-23 J/K). Dengan mengetahui nilai energi diri, maka dapat diperoleh ukuran jari-jari pori membran: b = 2 2 z q α 4π ε ε U 0 m Δ (25)

33 Keterangan: b = Jari-jari pori membran (m) z = Bilangan valensi ion (untuk NaCl = 1) q = Muatan ion (1.6 x 10-19 C) α = Konstanta geometri dan dielektrik (pendekatan 0.2) ε o = Permitivitas ruang hampa/konstanta resapan (8.85 x 10-12 F/m) ε m = Konstanta dielektrik membran (3-4) d. Kuat Mekanik Pengukuran kuat mekanik meliputi kuat tekan dan tarik membran, menggunakan sensor gaya. Sampel membran yang diuji memiliki luasan 3x2 cm. Membran ditekan atau ditarik hingga robek dengan sensor gaya (Gambar 15). Sensor diintegrasikan langsung dengan komputer, sehingga data pengukuran ketika gaya diberikan dapat langsung terbaca melalui software sensor. (a) (b) Gambar 15 Pengukuran kuat mekanik membran; (a) kuat tekan, (b) kuat tarik e. Analisis Morfologi Analisis membran dengan SEM dilakukan untuk mengamati struktur morfologi permukaan dan penampang lintang membran. Foto SEM dilakukan pada tiga bagian membran, yaitu pada penampang atas dan bawah dengan perbesaran 10 000 kali, serta penampang samping dengan perbesaran 500 kali. f. Analisis Struktur Kristalit Analisis struktur dengan XRD dilakukan untuk mengetahui struktur kristalit membran polisulfon murni tanpa dadah, serta perubahannya setelah didadah dengan karbon aktif tempurung kelapa dan kayu sengon.

34 3.5 Rancangan Percobaan Data arang berupa rendemen, kadar air, kadar abu, kadar zat terbang, dan kadar karbon terikat untuk arang dari bahan baku tempurung kelapa dan kayu sengon dianalisa secara deskriptif. Sedangkan kadar air, kadar abu, kadar zat terbang, kadar karbon terikat, serta daya serap terhadap iod, benzena, dan kloroform dari arang aktif yang dihasilkan, dianalisis menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan 3 variasi perlakuan: A = Jenis arang; tempurung kelapa (A1), kayu sengon (A2), B = Perendaman kimia; perendaman dengan KOH 10% (B1) dan tanpa perendaman (B2), C = Lama aktivasi; 80 menit (C1) dan 110 menit (C2). Berikut adalah model persamaan analisisnya: Y ijkl = µ + A i + B j + (AB) ij + C k + (AC) ik + (BC) jk + (ABC) ijk + ε ijkl (26) Keterangan: Y ijk = Nilai pengamatan pada perlakuan A taraf ke-i, perlakuan B taraf ke-j, perlakuan C taraf ke k, dan ulangan ke-l µ = Rataan umum A i = Pengaruh utama perlakuan A taraf ke-i B j = Pengaruh utama perlakuan B taraf ke-j C k = Pengaruh utama perlakuan C taraf ke-k (AB) ij = Pengaruh utama interaksi perlakuan A taraf ke-i dan B taraf ke-j (AC) ik = Pengaruh utama interaksi perlakuan A taraf ke-i dan C taraf ke-k (BC) jk = Pengaruh utama interaksi perlakuan B taraf ke-j dan C taraf ke-k (ABC) ijk = Pengaruh utama interaksi perlakuan A taraf ke-i, B taraf ke-j, dan perlakuan C taraf ke-k ε ijkl = Pengaruh acak yang menyebar normal (0,σ 2 ) Hasil analisis kemudian diuji lanjut dengan uji perbandingan antar perlakuan, menggunakan metode beda nyata terkecil (BNT) (Matjik dan Sumertajaya 2006).