Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Kepastian hukum di bidang pertanahan, mutlak diperlukan. Karena itu dibutuhkan perangkat hukum tertulis yang mengatur tentang kepastian hak-hak masyarakat atas tanah. Undang-undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokokpokok Agraria dalam pasal 19, telah memberikan dasar hukum kepada pemerintah untuk menyelenggarakan pendaftaran tanah dalam rangka menjamin kepastian hukum tersebut. Kepastian hukum di bidang pertanahan menyangkut aspek fisik dan aspek yuridis. Aspek fisik berupa kepastian letak dan batas setiap bidang tanah yang tidak dapat diabaikan. Dari pengalaman masa lalu, cukup banyak sengketa tanah yang timbul sebagai akibat dari letak dan batas bidang-bidang tanah yang tidak benar (Hutagalung, 2005). Karena itu, masalah pengukuran dan pemetaan merupakan bagian terpenting yang perlu mendapat perhatian yang serius dan seksama. Pengukuran bidang tanah dalam rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah harus memenuhi kaidah teknis pengukuran dan pemetaan sehingga setiap bidang tanah yang diukur dapat dinyatakan posisi relatifnya terhadap bidang-bidang tanah yang lain serta dapat diketahui letak dan batas-batasnya di atas peta dasar pendaftaran tanah. Namun hambatan yang ditemui di dalam pengukuran bidang tanah adalah belum tersedianya peta dasar pendaftaran tanah yang lengkap. Peta dasar pendaftaran tanah memuat titik-titik dasar teknis dan unsur-unsur geografis yang dapat membantu dalam mengidentifikasi dan menentukan batas fisik kepemilikan bidang-bidang tanah di lapangan. Pembuatan peta dasar pendaftaran tanah yang selama ini menggunakan cara terrestrial dan fotogrametri tidak mampu memenuhi dan mencakup seluruh wilayah Indonesia. Masih banyak bidang-bidang tanah yang belum terdaftar dan
2 titik-titik dasar teknik yang belum terpasang, yang seharusnya menjadi titik ikat bagi pengukuran detail terhadap bidang-bidang tanah tersebut agar tidak melayang. Dengan kemajauan teknologi di bidang perpetaan dan teknologi satelit, dimungkinkan pembuatan peta-peta skala besar dari citra satelit. Sepanjang ketelitian dan hasil yang diperoleh memenuhi ketentuan yang disyaratkan, penggunaan citra satelit akan membantu dalam hal cakupan wilayah lebih luas dan biaya pemetaan lebih murah (Petunjuk Teknis PMNA/KBPN No. 3 Tahun 1997). I.2 Perumusan Masalah Pembuatan peta dasar pendaftaran tanah dengan metode terrestris dan fotogrametri belum memberikan hasil yang memuaskan dalam segi kuantitas. Diperlukan metode lain untuk pengukuran dan pemetaan yaitu menggunakan citra satelit Quickbird. Rumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Berapa nilai akurasi citra Quickbird agar dapat dipergunakan untuk keperluan peta dasar pendaftaran tanah? 2. Apakah citra Quickbird dapat memenuhi standar ketelitian planimetrik dan kartometri serta toleransi luas dari BPN? 3. Berapa skala yang dapat dipergunakan dari citra Quickbird untuk keperluan peta dasar pendaftaran tanah berdasarkan standar ketelitian BPN? I.3 Batasan Penelitian Batasan dalam penelitian ini antara lain: 1. Hasil pengukuran terrestris dan GPS yang dilakukan dalam penelitian ini diasumsikan sudah benar. 2. Obyek dalam penelitian ini adalah bidang-bidang tanah yang dilakukan pengukuran terrestris dengan metode polar. 3. Kajian akurasi meliputi ketelitian titik, jarak dan toleransi luas dari citra Quickbird. 4. Skala peta dasar pendaftaran tanah yang dipergunakan di BPN adalah skala 1:1000, 1:2500 dan 1:10000.
3 I.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji akurasi citra Quickbird untuk keperluan peta dasar pendaftaran tanah. I.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: a. menghasilkan bahan pertimbangan mengenai dipergunakannya citra Quickbird sebagai metode alternatif untuk pembuatan peta dasar pendaftaran tanah. b. memberikan masukan kepada Badan Pertanahan Nasional untuk mempertimbangkan penggunaan citra Quickbird dalam melakukan pemetaan bidang-bidang tanah. I.6 Hipotesis Citra Quickbird memiliki akurasi yang dapat digunakan untuk keperluan peta dasar pendaftaran tanah. I.7 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian dapat dilihat pada gambar I.1. Gambar I.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian
4 a. Persiapan Tahap ini meliputi studi literatur dan penentuan lokasi penelitian. Studi literatur dilakukan untuk memperdalam dan memperluas wawasan serta menambah informasi yang berkaitan dengan ruang lingkup topik penelitian. Lokasi penelitian yang dipilih berdasarkan pertimbangan ketersediaan citra, akses menuju lokasi penelitian dan kenampakan bidang-bidang tanah yang jelas pada citra. b. Pengumpulan Data Pengumpulan data berupa data citra Quickbird dan data ukuran lapangan. Data citra Quickbird diperoleh dari konsultan pertanahan yang tidak memiliki metadata yang lengkap. Sedangkan data ukuran lapangan diperoleh dengan mengunakan receiver GPS untuk mendapatkan GCPs dan Total Station untuk memperoleh koordinat detail bidang tanah. Pengambilan data ukuran lapangan dilakukan oleh peneliti dengan bantuan dua orang operator. c. Pengolahan Data Pengolahan data citra dilakukan melalui proses pemotongan citra, penajaman citra, interpretasi citra dan penentuan GCPs citra. Dan untuk data lapangan, GCPs diperoleh dari receiver GPS melalui pengolahan data dengan bantuan software Trimble Geomatics Office. Sedangkan untuk memperoleh koordinat detail, terlebih dahulu dilakukan proses reduksi jarak terhadap jarak-jarak yang diperoleh di lapangan dengan Total Station. Koordinat GCPs citra dan koordinat GCPs lapangan ditentukan untuk dijadikan titik sekutu. Ada dua variasi titik sekutu yang digunakan. Setelah itu dilakukan transformasi koordinat yang akan menghasilkan parameter koordinat dan koordinat-koordinat hasil transformasi berupa koordinat GCPs citra dan koordinat detail dari citra. Ketelitian titik sekutu dan check point dinilai dari besaran RMSe dan standar deviasi yang diperoleh. Untuk ketelitian titik dan jarak pada blok-blok bidang tanah juga dinilai berdasarkan besaran RMSe dan standar deviasi yang diperoleh dari perbedaan residual koordinat detail pada citra dan koordinat detail dari lapangan. Sedangkan perbandingan luas diperoleh dengan membandingkan
5 luas bidang tanah dari citra dan luas bidang tanah dari lapangan. Semua data ketelitian yang diperoleh dianalisis dan diperbandingkan dengan standar ketelitian dari Badan Pertanahan Nasional. d. Analisis Analisis yang digunakan adalah analisis ketelitian terhadap citra berupa ketelitian titik sekutu dan check point. Alat analisis yang digunakan adalah RMSe dan standar deviasi. Demikian pula untuk analisis ketelitian blok-blok bidang tanah, yang dikaji adalah ketelitian titik dan jarak. Ketelitian titik dan jarak dinyatakan dalam besaran RMSe dan standar deviasi. Berdasarkan standar ketelitian Badan Pertanahan Nasional dilakukan analisis ketelitian berupa ketelitian titik sekutu 0,1 pada peta, ketelitian planimetrik 0,3 pada peta dan ketelitian kartometri 0,5 pada peta yang dibandingkan dengan RMSe titik sekutu, RMSe titik dan RMSe jarak yang didapat dari hasil pengolahan ketelitian terhadap citra Quickbird. e. Kesimpulan Hasil dari analisis dikaji dan dilakukan penarikan kesimpulan terhadap penelitian ini. I.8 Sistematika Penulisan Penelitian ini disusun dalam lima bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut: a. Bab I Pendahuluan, berisi latar belakang, perumusan masalah, batasan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis, metodologi penelitian, serta sistematika penulisan. b. Bab II Tinjauan Pustaka, berisi penelitian terdahulu yang relevan, alasan pemilihan judul penelitian dan landasan teori. c. Bab III Pelaksanaan Penelitian, merupakan uraian jalannya penelitian, yang berisi tahapan penelitian, mengenai daerah penelitian, data dan alat bantu penelitian serta pengolahan data.
6 d. Bab IV Analisis dan Pembahasan, merupakan bab yang berisi mengenai analisis penelitian tentang ketelitian citra Quickbird berdasarkan RMSe dan standar deviasi. e. Bab V Kesimpulan dan Saran, merupakan bab yang berisi tentang penarikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran.