I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Skala Usaha, Jumlah, dan Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia Tahun 2006 s.d. 2007

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000

SEBARAN PENYALURAN KREDIT USAHA RAKYAT PERIODE NOVEMBER AGUSTUS 2012

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

Antar Kerja Antar Daerah (AKAD)

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro dan Kecil (UMK), yang merupakan bagian integral. dunia usaha nasional mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang

KREDIT USAHA RAKYAT. Disampaikan dalam Pembukaan Pembekalan PPB MU KP Tahun 2017 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI

I.PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011

I. PENDAHULUAN. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan yang

I. PENDAHULUAN. Persaingan antar Bank sebagai industri jasa keuangan semakin tajam. Bank-bank

TANYA-JAWAB SEPUTAR KUR

BAB I PENDAHULUAN. (UMKMK), penciptaan lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan,

I. PENDAHULUAN. Negara memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan masyarakatnya,

KREDIT/PEMBIAYAAN PERBANKAN BABEL TRIWULAN II 2008 MAKIN EKSPANSIF

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN

BADAN PUSAT STATISTIK

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2017

KREDIT/PEMBIAYAAN PERBANKAN BABEL TRIWULAN III 2008 MASIH CUKUP EKSPANSIF

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Pertumbuhan UMKM dan Usaha Besar. Mikro, Kecil dan Menengah ,55 47, ,93 47, ,75 46,25

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN Drs. Braman Setyo, M.Si

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

KREDIT/PEMBIAYAAN PERBANKAN BABEL TRIWULAN I 2008 TETAP EKSPANSIF

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 TUMBUH 5,21 PERSEN MENGUAT DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2015

BAB I PENDAHULUAN. berarti dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa dan negara, baik peranannya

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. serangan krisis. Pada tabel penyerapan tenaga kerja BPS, pada tahun 1997

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN. Pertambangan. Industri Pengolah-an (Rp Milyar) (Rp Milyar) na

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

APBNP 2015 belum ProRakyat. Fadel Muhammad Ketua Komisi XI DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. dibanding usaha besar yang hanya mencapai 3,64 %. Kontribusi sektor

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan dalam banyak hal. Baik itu dari segi pemerintahan, pendidikan

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Industri pengolahan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh suatu bangsa dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan dan

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2015

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014

- 1 - MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

SURVEI PERBANKAN * perkiraan

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Peringkat daya saing negara-negara ASEAN tahun

BAB I PENDAHULUAN. sektor riil yang sangat penting keberadaannya adalah Usaha Mikro Kecil dan

Antar Kerja Antar Lokal (AKAL)

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN II-2015 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2015 TUMBUH 5,07 PERSEN, MENGUAT DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2014

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO)

LAPORAN MONITORING REALISASI APBD DAN DANA IDLE - TAHUN ANGGARAN TRIWULAN III

UMKM & Prospek Ekonomi 2006

No. Jenis Kredit Rincian Kredit

BAB I PENDAHULUAN. Tabel I.1 Pertumbuhan Produksi Tahunan Industri Mikro dan Kecil YoY menurut Provinsi,

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa latin credere atau credo yang berarti kepercayaan

No. Jenis Kredit Rincian Kredit

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016

(%, SBT) (%, qtq)

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. sumber dana internal dan eksternal perusahaan. Sumber dana internal, artinya,

BAB I PENDAHULUAN. nasional telah menunjukkan bahwa kegiatan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN I TAHUN 2014

(%, SBT) (%, qtq)

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN IV TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sebenarnya masalah dan kendala yang dihadapi masih bersifat klasik yang selama

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, maka pelaksanaan pembangunan

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2014 SEBESAR 3,41 PERSEN

abungan, baik dalam rupiah giro valuta

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategi dalam pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk terlibat dalam kegiatan UMKM dan koperasi, baik di sektor tradisional maupun moderen. Oleh karena itu, selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. Data Kementerian Koperasi dan UKM pada tahun 2011, pelaku usaha terbesar dengan persentasenya mencapai 99,99% dari total pelaku usaha nasional dilakukan oleh UMKM. Pelaku UKM berjumlah 52,7 juta unit dan Koperasi berjumlah 177.483 unit. Disisi lain, akses UKM ke lembaga keuangan sangat terbatas baru 25% atau 13 juta pelaku UKM yang memperoleh akses ke lembaga keuangan. Untuk tenaga kerja, 97% diserap oleh pelaku UKM dan koperasi. Hal ini mengindikasikan UMKM memiliki peran besar dalam menopang perekonomian. Secara umum sektor UMKM dinilai memiliki kontribusi cukup dominan dalam menunjang pertumbuhan ekonomi Indonesia, salah satu alasan dan yang menjadi kelebihannya adalah sektor UMKM mampu meningkatkan ekonomi kerakyatan dengan padat karya (lapangan usaha dan lapangan kerja) berorientasi ekspor dan substitusi impor (perkokoh struktur industri dan perolehan devisa). Kontribusi UMKM terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) yang menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS) sepanjang tahun 2011, berkontribusi 56,5% dan sisanya ditunjang oleh sektor-sektor usaha besar. Kondisi demikian menyiratkan terdapat potensi besar atas kekuatan domestik, jika dikelola dan dikembangkan dengan baik, maka UMKM akan dapat tumbuh dan menjadi usaha menengah yang tangguh. Di sisi yang lain, UMKM masih dihadapkan pada masalah mendasar (Hubeis, 2009) seperti: 1. Masih sulitnya akses pasar untuk produk-produk yang dihasilkan pelaku UMKM. 2. Masih lemahnya SDM dalam kewirausahaan dan manajerial. 3. Keterbatasan keuangan dan akses terhadap sumber-sumber pembiayaan dari lembaga-lembaga keuangan formal, khususnya dari perbankan. Keterbatasan keuangan dan akses terhadap sumber-sumber pembiayaan, program pemerintah yang sejalan dengan pengembangan UMKM adalah program Kredit Usaha Rakyat (KUR), yaitu kredit atau pembiayaan kepada usaha mikro kecil menengah dan koperasi (UMKM-K) dalam bentuk pemberian modal kerja dan investasi yang didukung fasilitas penjaminan untuk usaha produktif. Beberapat karakteristik KUR dapat dijelaskan berikut : Pertama, KUR adalah program yang dicanangkan oleh pemerintah namun sumber dananya berasal sepenuhnya dari dana bank penyalur. Kedua, pemerintah memberikan penjaminan terhadap risiko KUR 70% sementara sisanya 30% ditanggung oleh bank pelaksana. Ketiga, penjaminan KUR diberikan dalam meningkatkan akses UMKM-K pada sumber pembiayaan dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Keempat, KUR disalurkan oleh bank pelaksana. Kelima,

2 Penyaluran KUR diatur oleh pemerintah melalui peraturan menteri keuangan No. 135/PMK.05/2008 tentang fasilitasi pinjaman KUR yang telah diubah dengan peraturan Menteri Keuangan No. 10 /PMK.05/2009. PT. Bank ABC merupakan salah satu bank pelaksana penyaluran KUR yang kemudian disebut KUR Bank ABC. Hal ini didasarkan pada Inpres Presiden No. 6 tahun 2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Selain Bank ABC, KUR disalurkan oleh Bank Mandiri, BRI, Bukopin, BTN dan Bank Syariah Mandiri. Pada tahun 2010 bank pelaksana bertambah 3 (tiga) bank, yaitu Bank Jabar Banten (BJB), Bank Jateng dan Bank Jatim, sehingga pelaksana KUR menjadi 9 (sembilan) bank dan pada tahun 2011, pemerintah melibatkan 13 Bank Pemerintah Daerah (BPD). Sejalan dengan perkembangan bisnis perbankan masa depan di mana usaha kecil menjadi dasar dan prioritas pembangunan ekonomi, pembiayaan dalam bentuk KUR memiliki prospek yang cerah untuk bisnis perbankan di masa yang akan datang. Secara spesifik alasan dipilihnya produk KUR sebagai bahan kajian berikut : 1. Sumber pendapatan Bank masih didominasi oleh bunga pinjaman. 2. Dana yang dihimpun dalam bentuk giro, deposito, dan tabungan jauh lebih besar dibandingkan kredit yang diberikan, sehingga pendapatan bunga lebih kecil dibanding biaya bunga dan overheadnya, akibatnya bank akan mengalami kerugian. 3. Kredit mikro memiliki tingkat risiko kemacetan yang lebih kecil dibandingkan dengan kredit Wholesale/Korporasi. 4. Masyarakat pengguna khususnya sektor usaha kecil memiliki karakteristik berikut : a. Manajemen usaha masih bersifat sederhana dan lebih banyak menggunakan tenaga keluarga sebagai pembantunya. b. Tidak adanya jaminan tambahan. c. Tidak dapat membuat catatan administrasi usaha seperti neraca, rugi/laba, dan aktivitas lainnya. d. Beranggapan bahwa berhubungan dengan Bank harus menghadapi birokrasi panjang. e. Bank hanya untuk pengusaha besar saja. f. Tidak memiliki ijin usaha. g. Aspek permodalan masih sangat minim. 5. Image para pemasar bisnis perbankan yang menjadi hambatan adalah bahwa para pengusaha kecil memiliki sifat, kelemahan dan karakteristik, yaitu cepat merasa puas, jangkauan pemasaran yang relatif sempit dan manajemen lemah. 6. Segmen kredit mikro memiliki peran strategis karena dapat membantu menciptakan lapangan pekerjaan dan jumlah kredit macet sangat kecil. Apabila menyoroti sektor perbankan, khususnya Bank ABC dalam penyaluran kredit UKM, Bank ABC telah didukung dengan jaringan yang cukup besar di pelosok tanah air, yaitu Sentra Kredit Kecil (SKC), Unit Kredit Kecil (UKC), Sentra Kredit Menengah (SKM), Kantor Cabang Stand Alone (SA), dan didukung lebih dari 1000 outlet layanan. Untuk meningkatkan layanan kepada

debitur usaha kecil, Bank ABC telah mengimplementasikan teknologi secara online, sehingga memungkinkan proses aplikasi kredit usaha kecil menjadi lebih cepat dan mudah. Sebagai ilustrasi pada tahun 2010, perkembangan KUR mengalami kenaikan signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2008, realisasi KUR mencapai Rp 12,64 triliun, tahun 2009 Rp 4,56 triliun, dan tahun 2010 hampir mencapai Rp 15 triliun dengan jumlah debitur 1.339.570 per 28 Desember 2010. Salah satu bank yang sukses menyalurkan KUR adalah Bank ABC. Penyaluran KUR Bank ABC pada tahun 2010 mencapai Rp 1,63 triliun atau 101,9 persen dari target yang ditentukan pemerintah Rp 1,6 triliun. Jika dihitung penyaluran KUR sejak awal diluncurkan tahun 2007, total yang disalurkan mencapai Rp 3,16 triliun kepada 27.824 debitur (Kiryanto, 2011). Dari jumlah debitur KUR tersebut, sebanyak 2.655 debitur KUR dengan nilai kredit Rp 435,5 miliar berhasil naik kelas menjadi debitur kredit wirausaha dengan batas kredit yang lebih besar dari Rp 500 juta. Penyaluran KUR oleh Bank ABC selain langsung kepada debitur, juga melalui program linkage dengan 174 BPR dan 1.384 koperasi dengan total 313.114 debitur. Berdasarkan data yang disampaikan Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN), hingga 31 Juli 2011, penyaluran KUR secara nasional sudah mencapai mencapai Rp17,28 triliun atau 86,44% dari target tahun yang sebesar Rp20 triliun. KUR ini dikucurkan kepada 1.183.534 debitur. Penyalur KUR terbesar adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI) mencapai Rp10,25 triliun. Angka penyaluran KUR BRI ini melampaui target sebesar Rp 10 triliun. Di posisi kedua ada Bank ABC. Realisasi KUR Bank ABC ini mencapai 75,53% dari target atau Rp1,88 triliun. Sementara Bank Mandiri menduduki posisi ketiga dengan realisasi pencapaian sebesar 68,87% dari target atau Rp2,06 triliun. Dilihat dari sisi sektor ekonomi, penyaluran KUR oleh Bank Pelaksana masih didominasi oleh sektor perdagangan. Penyaluran di sektor ini mencapai Rp53,513 triliun dengan jumlah debitur UMKMK 5,05 juta debitur. Sektor pertanian menjadi sektor kedua terbesar menyerap KUR dari bank pelaksana, yaitu Rp14,9 triliun dengan jumlah debitur mencapai 1.048.015 debitur. Realiasasi KUR menurut sektor ekonomi dapat dilihat pada Tabel 1. Dari sebaran wilayahnya, penyerapan KUR masih terkonsentrasi di Pulau Jawa. Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah dengan plafond masing-masing Rp14,309 triliun dan Rp13,972 triliun masih merupakan propinsi terbesar yang menyerap KUR dari Bank Pelaksana. Realisasi KUR menurut propinsi dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2, penyerapan KUR propinsi Bangka Belitung dengan plafond terendah Rp280,506 juta (0,3%). Padahal di propinsi Bangka Belitung bank pelaksana yang menyalurkan KUR cukup banyak, diantaranya BRI, Bank Mandiri, Bank BNI, BTN dan BPD. Oleh karena itu, menjadi penting mengkaji strategi peningkatan penyaluran kredit usaha rakyat pada salah satu Bank (Bank ABC) cabang Pangkalpinang sebagai salah satu Bank penyalur KUR di propinsi Bangka Belitung. 3

4 Tabel 1. Realisasi KUR menurut sektor ekonomi per 30 November 2012 TOTAL NO Sektor Ekonomi Plafon Outstanding (Rp juta) (Rp juta) Debitur 1 Pertanian 14,960,414 7,221,287 1,048,015 2 Perikanan 730,294 399,769 6,595 3 Pertambangan 70,590 41,913 1,288 4 Industri pengolahan 2,457,661 1,321,318 117,954 5 Listrik, gas dan air 43,461 27,525 784 6 Konstruksi 1,703,689 774,609 8,261 7 Perdagangan 53,513,044 21,568,744 5,057,409 8 Penyediaan akomodasi 593,138 320,276 24,467 9 Transportasi 1,092,204 686,797 23,387 10 Perantara keuangan 740,721 374,796 2,908 11 usaha persewaan 3,184,137 1,914,390 143,318 12 Adm. Pemerintahan 8,556 1,794 30 13 Jasa pendidikan 36,793 20,602 253 14 Jasa kesehatan 173,962 96,907 1,418 15 Jasa kemasyarakatan 2,319,646 1,047,936 95,670 16 Jasa perorangan 60,930 35,968 547 17 Badan internasional 75-1 18 Lainnya 11,531,422 3,744,591 945,961 Total 93,220,737 39,599,221 7,478,266 Sumber : Kemenko Bidang Perekonomian (2012) Tabel 2. Realisasi KUR menurut provinsi per 30 November 2012 TOTAL NO PROVINSI TOTAL Outstanding (Rp juta) (Rp juta) Debitur 1 NAD 1,818,000 601,064 131,723 2 Sumatera Utara 4,991,687 2,265,892 310,570 3 Sumatera Barat 2,854,190 1,344,253 172,336 4 Riau 2,954,135 1,645,304 123,904 5 Jambi 1,773,370 896,077 108,898 6 Sumatera Selatan 2,746,123 1,293,640 136,633 7 Bengkulu 665,409 275,533 54,000 8 Lampung 1,993,673 897,146 172,877 9 Kepulauan Riau 662,124 280,103 23,472 10 Bangka Belitung 280,506 121,667 17,623 11 DKI Jakarta 4,418,221 2,123,485 172,455 12 Jawa Barat 12,026,649 4,740,827 1,063,997 13 Jawa Tengah 13,972,065 5,136,509 1,734,339 14 D.I. Yogyakarta 1,742,478 725,973 191,098 15 Jawa Timur 14,309,862 5,852,567 1,297,597

5 TOTAL NO PROVINSI TOTAL Outstanding (Rp juta) (Rp juta) Debitur 16 Banten 1,960,362 777,200 114,509 17 Bali 2,101,673 930,863 179,047 18 Nusa Tenggara Barat 1,127,024 453,827 111,245 19 Nusa Tenggara Timur 989,968 357,991 76,896 20 Kalimantan Barat 2,037,723 1,033,790 86,810 21 Kalimantan Tengah 1,527,776 811,194 71,732 22 Kalimantan Selatan 2,276,699 1,104,492 140,691 23 Kalimantan Timur 2,533,764 1,187,754 130,084 24 Sulawesi Utara 978,459 435,333 71,523 25 Sulawesi Tengah 1,117,898 485,998 94,948 26 Sulawesi Selatan 5,282,815 2,159,489 416,675 27 Sulawesi Tenggara 809,517 365,600 69,637 28 Gorontalo 500,775 149,121 49,846 29 Sulawesi Barat 520,294 225,875 38,791 30 Maluku 712,100 280,107 37,633 31 Maluku Utara 373,559 147,798 18,510 32 Papua Barat 476,052 232,114 16,216 33 Papua 926,921 433,559 44,868 TOTAL 93,220,737 39,599,221 7,478,266 Sumber : Kemenko Bidang Perekonomian (2012) 1.2 Rumusan Permasalahan Penyaluran KUR di sejumlah bank milik pemerintah di Pangkalpinang berjalan lancar. Setidaknya sejak 2007 hingga sekarang ribuan UMKMK yang sudah mendapatkan bantuan dana melalui KUR. Salah satu Bank penyalur KUR Bank ABC pada tahun 2012 menargetkan penyaluran KUR Rp11,2 miliar. Target naik 83 persen dari tahun sebelumnya Rp6,9 miliar. Sementara itu realisasi penyaluran kredit per Maret 2012 sudah tercapai Rp8,45 miliar, sehingga dana KUR di Bank ABC masih tersisa Rp3 miliar yang disalurkan kepada UKM di seluruh wilayah Bangka Belitung. Pola penyaluran yang dilakukan oleh dana KUR Bank ABC kepada anggota koperasi PT X Rp7,8 miliar dan disalurkan ke UMK Rp0,65 milyar. Saat ini Bank ABC lebih memfokuskan penyaluran kepada kelompok atau anggota koperasi, mengingat debitur ini memiliki potensi yang lebih bagus dalam hal pengembalian. KUR disalurkan kepada 1.115 petani KUD. KUR disalurkan kepada UMKM yang tersebar di Kota Pangkalpinang, Kabupaten Bangka, Bangka Barat dan Bangka Tengah. KUR bermanfaat bagi pengembangan usaha atau pembiayaan modal kerja kepada UMKM di bidang usaha produktif dan layak, namun belum bankable. Berdasarkan daerah penyaluran kredit, Pangkalpinang tercatat sebagai wilayah yang paling dominan mendorong penyaluran kredit secara tahunan, yakni dengan andil pertumbuhan 30,82%, kemudian penyaluran kredit pada kabupaten Bangka dan Belitung mencatat andil pertumbuhan tahunan masing-masing

6 21,76% dan 15,56%. Pada kelompok kredit lapangan usaha, pertumbuhan tahunan tertinggi terjadi pada kredit sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan, sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan serta sektor pertambangan dan penggalian. Sektor pertambangan dan penggalian memiliki pangsa pasar terbesar atau menggeser sektor perdagangan, hotel dan restoran yang biasanya terbesar dalam penyaluran kredit lapangan usaha, share sektor pertambangan dan penggalian 30,05% dari keseluruhan kredit yang ditujukan kepada lapangan usaha. Urutan kedua dan ketiga ditempati oleh penyaluran kredit di sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor pertanian, peternakan dan kehutangan, yaitu masingmasing 27,05% dan 11,91% (BI, 2012). Dari uraian di atas maka dapat dirumuskan beberapa masalah, antara lain: 1. Bagaimana pola penyaluran KUR Bank ABC Cabang Pangkalpinang? 2. Faktor-faktor apakah yang dihadapi dalam penyaluran KUR Bank ABC Cabang Pangkalpinang? 3. Bagaimana alternatif strategi penyaluran kredit prioritas terpilih bagi KUR Bank ABC Cabang Pangkalpinang? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengkaji pola penyaluran KUR Bank ABC Cabang Pangkalpinang 2. Mengidentifikasikan dan menganalisis faktor internal dan eksternal dalam menyalurkan KUR Bank ABC Cabang Pangkalpinang. 3. Menyusun alternatif strategi penyaluran kredit prioritas terpilih bagi KUR Bank ABC Cabang Pangkalpinang 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Penelitian Secara Praktis 1. Masukan untuk bank pelaksana KUR dan Pemerintah Daerah, sehingga meningkatkan penyaluran KUR dan daya serap KUR di provinsi Bangka Belitung sehingga mampu bersaing dengan provinsi lainnya di Indonesia. 2. Memberikan informasi dan masukan bagi Bank ABC Cabang Pangkalpinang mengenai hambatan dan kendala penyaluran KUR serta membangun strategi untuk meningkatkan pangsa pasar KUR Bank ABC diantara bank pelaksana KUR di provinsi Bangka Belitung. 1.4.2 Manfaat Penelitian Secara Teori Penelitian ini memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam hal manajemen strategi dikaitkan dengan penyaluran KUR dan perbankan serta sebagai masukan dalam pengembangan teori manajemen dalam menentukan pola penyaluran KUR yang dapat memberikan peningkatan usaha di masyarakat.