Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara 2008

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

Agar setiap fungsi MSDM dapt diterapkan dengan baik dan tepat maka perlu adanya perencanaan. 1. Perencanaan organisasi

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 61 TAHUN 2010 TENTANG

KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM KEHUTANAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN. didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan tropis yang luas dan memiliki keanekaragaman hayati yang

tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kehutanan Tahun , implementasi kebijakan prioritas pembangunan yang

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2012 TENTANG

REPETA DEPARTEMEN KEHUTANAN TAHUN 2004

PENDAHULUAN. daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam

BAB I PENDAHULUAN. (renewable resources), namun apabila dimanfaatkan secara berlebihan dan terusmenerus

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG

K E P U T U S A N KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN Nomor : SK. 112 /Dik-2/2011

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Penyelenggaraan. Sistem Informasi.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.46/Menhut-II/2013 TENTANG

BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.9/Menhut-II/2011P. /Menhut-II/2009 TENTANG

I. PENDAHULUAN. hutan dan hasil hutan dengan tujuan untuk memperoleh manfaat sebesar-besarnya

TINJAUAN PUSTAKA. Seluruh kawasan hutan yaitu hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi

Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan

I. PENDAHULUAN. ekonomi. Manfaat hutan tersebut diperoleh apabila hutan terjamin eksistensinya

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan hasil hingga pemasaran hasil hutan. Pengelolaan menuju

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.7/Menhut-II/2010P. /Menhut-II/2009 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Dekonsentrasi. Pemerintah. Provinsi.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Hutan adalah salah satu sumber daya alam yang dikaruniakan oleh

KONSEPSI HUTAN, PENGELOLAAN HUTAN DAN PENERAPANNYA DALAM PENGELOLAAN HUTAN ALAM PRODUKSI DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja dan memberikan kesempatan membuka peluang berusaha hingga

BAB I PENDAHULUAN. dalam Suginingsih (2008), hutan adalah asosiasi tumbuhan dimana pohonpohon

Membangun Moral Rimbawan di Tengah Krisis Kebijakan dan Laju Deforestasi Hutan (Pengantar Praktek Umum Kehutanan) Edy Batara Mulya Siregar

PENGANTAR ILMU KEHUTANAN DAN ETIKA LINGKUNGAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No. -2- Kehutanan, diperlukan penyempurnaan Peraturan Menteri Kehutanan sebagaimana dimaksud dalam huruf b; d. bahwa berdasarkan pertimbangan se

PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF

IV.C.3 Urusan Pilihan Kehutanan

2014, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik I

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian hutan tropis terbesar di dunia terdapat di Indonesia. Berdasarkan

BAB VI PROSPEK DAN TANTANGAN KEHUTANAN SULAWESI UTARA ( KEDEPAN)

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan hutan sebagai bagian dari sebuah ekosistem yang memiliki

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Bismillahirrahmanirrahim,

KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM KEHUTANAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN

VI. GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT Sejarah Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat

SESI : 7. Kualitas Air dan Pemulihan Ekosistem Topik : 7.1. Konservasi Tanah dan Air. Jadwal : Selasa, 25 November 2014 Jam : WIB.

K E P U T U S A N KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN Nomor : SK. 106/Dik-2/2011. t e n t a n g

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

2011, No.68 2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Ind

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan hutan lestari perlu dilaksanakan agar perubahan hutan yang terjadi

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.10/Menhut-II/2006 TENTANG INVENTARISASI HUTAN PRODUKSI TINGKAT UNIT PENGELOLAAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

BAB I PENDAHULUAN. yang disebutkan di atas, terdapat unsur-unsur yang meliputi suatu kesatuan

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN KPH

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kerja dan mendorong pengembangan wilayah dan petumbuhan ekonomi.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

REVITALISASI KEHUTANAN

V. INDIKATOR-INDIKATOR EKOSISTEM HUTAN MANGROVE

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN PASAMAN BARAT DINAS KEHUTANAN. Komplek Pertanian Sukomananti Padang Tujuah

PUP (Petak Ukur Permanen) sebagai Perangkat Pengelolaan Hutan Produksi di Indonesia

DATA DAN INFORMASI KEHUTANAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROGRAM/KEGIATAN DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DIY KHUSUS URUSAN KEHUTANAN TAHUN 2016

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KESATUAN PENGELOLAAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sektor sosial budaya dan lingkungan. Salah satu sektor lingkungan yang terkait

BAB I PENDAHULUAN. bagi kehidupan manusia. Pengelolaan hutan merupakan sebuah usaha yang

PERAN STRATEGIS KPH. Oleh : M.Rizon, S.Hut, M.Si (KPHP Model Mukomuko) Presentasi Pada BAPPEDA Mukomuko September 2014

Permasalahan hutan dan upaya penanganan oleh pemerintah

2017, No Pengolahan Air Limbah Usaha Skala Kecil Bidang Sanitasi dan Perlindungan Daerah Hulu Sumber Air Irigasi Bidang Irigasi; Mengingat : 1.

Pelayanan Terbaik Menuju Hutan Lestari untuk Kemakmuran Rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dasar masyarakat seperti pangan, papan, obat-obatan dan pendapatan

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 022 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS, POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Kebijakan Fiskal Sektor Kehutanan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan di bidang kehutanan diarahkan untuk memberikan manfaat sebesarbesarnya

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA OPERASIONALISASI KPH

Menimbang : Mengingat :

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 13/Menhut-II/2009 TENTANG HUTAN TANAMAN HASIL REHABILITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan.

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015 DINAS KEHUTANAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

OLEH: LALU ISKANDAR,SP DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN LOMBOK TENGAH

Transkripsi:

KARYA TULIS KEBUTUHAN SUMBERDAYA MANUSIA (SDM) MENUJU KEMANDIRIAN KPH Oleh : Nurdin Sulistiyono, S.Hut, MSi NIP. 132 259 567 Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara 2008

DAFTAR ISI Halaman Urgensi Pembangunan KPH... 1 Sumber Daya Manusia (SDM) dan KPH... 2 Perencanaan SDM KPH... 3 Organisasi Pengelola KPH dan Kebutuhan SDM... 5 Pemenuhan SDM KPH... 8 Audit SDM KPH... 8 Penutup... 9 Bahan Bacaan... 9

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Contoh Struktur Organissasi KPH... 7

KEBUTUHAN SUMBERDAYA MANUSIA (SDM) MENUJU KEMANDIRIAN KPH 1 Oleh : Nurdin Sulistiyono, S.Hut, MSi 2 Urgensi Pembangunan KPH Selama ini pembangunan kehutanan telah difungsikan sebagai penunjang pembangunan ekonomi nasional dengan memanfaatkan hasil hutan kayu secara sebagai produk utamanya. Seiring dengan proses pengusahaan hutan di Indonesia, masalah-masalah sosial dan ekologis muncul sebagai dampak dari kegiatan pengusahaan hutan seperti perambahan hutan, kebakaran hutan illegal logging dll. Akibat dari itu, hutan Indonesia telah terdegradasi dengan kecepatan yang sangat mengkhawatirkan. Beberapa sumber menyebutkan angka laju deforestasi Indonesia mencapai kurang lebih 2 juta hektar per tahun. Walaupun pada tataran pemikiran telah disadari akan peran hutan sebagai fungsi penunjang ekosistem kehidupan yang lebih luas dan upaya untuk mewujudkan pengelolaan hutan yang berkelanjutan (sustainable forest management) telah seringkali dibahas, namun dalam praktek sehari-hari di lapangan degradasi hutan masih terus berlanjut. Dampak-dampak negatif dari degradasi hutan juga semakin sering terjadi dengan korban jiwa dan materi yang semakin besar. Dalam jangka pendek hal ini diperkirakan masih sulit untuk diatasi karena upaya perbaikan yang dilakukan akan berkejaran dengan degradasi yang terjadi. Oleh karena itu yang harus dilakukan adalah peningkatan perbaikan pengelolaan hutan secara terus menerus, baik perbaikan dari segi kualitas pengelolaan maupun skala aksi di lapangan. Disamping itu juga diperlukan suatu gerakan nasional yang konsisten dan terus menerus yang melibatkan semua pihak, antara lain dengan meningkatkan peran kelembagaan pengelola kehutanan yang harus semakin handal. 1 Karya Tulis Ilmiah untuk Perpustakaan USU 2 Staf Pengajar Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian USU

Berdasarkan kondisi umum tersebut diatas, perbaikan pengelolaan sumber daya hutan dapat dilakukan melalui penguatan kelembagaan pengelola hutan dengan membentuk unit-unit pengelola lapangan berupa Kesatuan Pengelola Hutan (KPH) yang mencakup seluruh jenis hutan yaitu hutan produksi, hutan lindung dan hutan konservasi. Dengan adanya KPH maka seluruh areal hutan akan mempunyai pengelola yang bertanggung jawab atas kelestarian hutan di wilayahnya. Sumber Daya Manusia (SDM) dan KPH KPH adalah wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya, yang dapat dikelola secara efisien dan lestari. Untuk mewujudkan pengelolaan hutan lestari, seluruh kawasan hutan terbagi kedalam KPH, yang menjadi bagian dari penguatan sistem pengurusan hutan nasional, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Idealnya wujud KPH di lapangan adalah berupa suatu hamparan lahan hutan yang secara geografis terpusat (tidak terpencar-pencar) yang terdiri dari satu atau lebih tipe tegakan, mengandung atau akan ditanami tumbuhan pohon (vegetasi), berada dalam satu kesatuan DAS, dan biasanya berbentuk kesatuan kepemilikan dan atau kesatuan perencanaan pengelolaan hutan untuk keperluan menerapkan suatu preskripsi manajemen hutan dengan tujuan pengusahaan hutan tertentu. Untuk mendukung keberhasilan KPH dalam mewujudkan pengelolaan hutan yang lestari maka diperlukan sumberdaya manusia (SDM) yang profesional. Hasibuan (2005) menyatakan SDM adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu. Perilaku dan sifatnya ditentukan oleh keturunan dan lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya. Tegasnya kemampuan setiap manusia ditentukan oleh daya pikir dan daya fisiknya. SDM menjadi unsur yang utama dalam setiap kegiatan termasuk dalam kegiatan pengelolaan hutan. SDM yang profesional menjadi syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh KPH. SDM ini nantinya akan mengisi seluruh posisi jabatan yang ada dalam struktur organisasi KPH mulai dari tingkat manajerial sampai teknisi di lapangan.

Perencanaan SDM KPH Perencanaan SDM KPH akan dapat dilaksanakan dengan baik dan benar jika perencanaanya mengetahui apa dan bagaimana kebutuhan SDM yang dibutuhkan KPH itu. Perencanaan SDM adalah proses merencanakan tenaga kerja agar sesuai dengan kebutuhan suatu kegiatan dengan demikian tujuan yang telah ditetapkan dari kegiatan tersebut bisa tercapai dengan cara seefisien mungkin. Secara ringkas tujuan perencanaan SDM dalam pengelolaan hutan khususnya dalam organisasi KPH adalah sebagai berikut : 1. untuk menentukan kualitas dan kuantitas SDM yang akan mengisi semua jabatan dalam organisasi KPH 2. untuk menghindari terjadinya mismanajemen dan tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas KPH 3. untuk mempermudah koordinasi, integrasi dan sinkronisasi sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja KPH 4. untuk menjamin bahwa jabatan atau posisi tertentu dalam KPH ditempati oleh SDM yang sesuai atau profesional Perencanaan Organisasi Hal-hal yang perlu direncanakan dalam kegiatan perencanaan organisasi KPH adalah sebagai berikut : 1. Besar kecilnya organisasi yang dibutuhkan supaya efektif dan efisien membantu tercapainya tujuan KPH yakni pengelolaan hutan yang lestari. 2. Struktur organisasi KPH dan jumlah bagian-bagiannya 3. Definisi pembagian tugas untuk setiap jabatan yang jelas untuk menghindari adanya tumpang tindih wewenang 4. Hubungan dan saluran perintah serta tanggung jawab dalam organisasi KPH.

Perencanaan Pengarahan Pengarahan SDM KPH perlu direncanakan agar SDM KPH bekerja lebih efektif dan efisien dalam membantu tercapainya tujuan KPH. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pengarahan SDM KPH antara lain : 1. Adanya peraturan KPH berupa sanksi hukuman bagi yang melanggarnya. 2. Pengaturan pemberian insentif 3. Alat-alat motivasi SDM dan cara pemberiannya 4. Delegation of authiriy, maksudnya sentralisasi atau desentralisasi Perencanaan Pengadaan Perencanaan pengadaan harus direncanakan dengan secara baik dan benar supaya kualitas dan kuantitas SDM KPH sesuai dengan kebutuhan KPH. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pengadaan SDM KPH antara lain : 1. penentuan jumlah dan kualitas SDM yang akan diperlukan 2. sumber dan calon SDM dan cara pengadaanya 3. tingkatan seleksi yang diperlukan 4. cara penempatan calon pegawai yang akan dilakukan Perencanaan Controling Pengendalian (controling) SDM KPH harus direncanakan dengan sebaikbaiknya supaya pelaksanaan pengendalian mampu mengetahui sedini mungkin terjadinya kesalahan-kesalahan dan melakukan perbaikan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pengendalian SDM KPH antara lain : 1. Sistem dan poin-poin yang akan dinilai 2. Periode dan proses penilaian yang akan dilakukan 3. Tindakan terhadap hasil penilaian

Organisasi Pengelola KPH dan Kebutuhan SDM Sebagai ilustrasi wilayah kerja KPH dengan luas efektif berkisar antara 70.000 ha sampai dengan 105.000 ha dibagi kedalam 2 sampai 3 bagian BKPH (Bagian Kesatuan Pengusahaan Hutan) dengan luas masing-masing sekitar 35.000 ha. Setiap BKPH selanjutnya dibagi kedalam 5 sampai 7 WPH / RPH (Wilayah Pengamanan Hutan / Resort Pengamaan Hutan) dengan luas berkisar 5000 ha saapai dengan 7000 ha.. Wilayah kerja KPH dengan ukuran luas lebih kecil atau lebih besar, fasilitas dan kebutuhan tenaga dalam setiap kesatuan wilayah disesuaikan sebanding dengan luasnya. Adapun fungsi serta kebutuhan sumberdaya manusia dari setiap kesatuan wilayah yang terdapat dalam KPH adalah sebagai berikut : 1. KPH, berfungsi sebagai : Satu kesatuan kelestarian hasil Satu kesatuan usaha (profit centre) Kebutuhan SDM : Kepala KPH : 1 orang Kepala Bagian Produksi : 1 orang Kepala Bagian Perencanaan : 1 orang Kepala Bagian Konservasi Hutan dan Penyuluhan : 1 orang Kepala Bagian Pemasaran : 1 orang Kepala Bagian Diklat dan Litbang : 1 orang Kepala Bagian Tata Usaha : 1 orang Staf Pembantu setiap Kepala Bagian : 10 5 orang Staf Administrasi : 3-5 orang 2. BKPH, berfungsi sebagai satu kesatuan siklus pekerjaan, artinya bahwa pada kesatuan ini setiap tahunnya harus terdapat kegiatan pengusahaan hutan yang lengkap, mencakup regenerasi, pemeliharaan dan pemanenan, tetapi tidak dituntut harus memberikan hasil yang sama dalam setiap tahunnya.

Kebutuhan SDM : Kepala BKPH : 1 orang Kepala Seksi Pembinaan Hutan : 1 orang Kepala Seksi Pemanenan Hutan : 1 orang Kepala Seksi Pengamanan Hutan : 1 orang Kepala Seksi Administrasi : 1 orang Penanggung Jawab Kegiatan Penanaman : 5 orang Penangung Jawab Kegiatan Pemeliharaan : 5 orang Penanggung Jawab Kegiatan Penebangan : 5 orang Staf Administrasi : 1 orang 3. WPH, berfungsi sebagai satu kesatuan wilayah pengamanan hutan, artinya bahwa kegiatan pengawasan pengamanan hutan pda wilayah ini berada dalam tanggung jawab dan diawasi oleh satu kepala wilayah tertentu. Kebutuhan SDM : Kepala RH : 1 orang Petugas Penjaga Keamanan Hutan : 5-7 orang Petugas Pembinaan dan Pemanenan Hutan : 15 orang Untuk memenuhi jumlah SDM KPH seperti ilustrasi di atas diperlukan sejumlah persyaratan kualifikasi SDM KPH yang dibutuhkan. Hal ini penting mengingat kegiatan pengelolaan hutan sangat membutuhkan SDM yang profesional sesuai bidang keahliannya serta pengalaman karir dalam kegiatan pengelolaan hutan. Adapun persyaratan untuk jabatan dalam struktur KPH dapat dilihat pada tabel 1 berkut ini.

Tabel 1. Persyaratan untuk jabatan dalam struktur KPH No Jabatan S.Hut Sarjana lain yg sesuai Persyaratan D3 Kehutanan D1 Kehutanan SKMA 1 KKPH x 2 KBKPH x xx xxx 3 Kepala Bagian x xx xxx 4 KWPH x xx xxx 5 Kepala Seksi x xx 6 Penanggung Jawab Kegiatan x xx 7 Petugas Penjaga Keamanan x 8 Staf Administrasi x SLTA Keterangan tabel : x : dapat diangkat langsung tanpa persyaratan tambahan xx : dapat diangkat langsung setelah mendapatkan pelatihan khusus guna penyesuaian bidang keahliannya xxx : dapat diangkat setelah memiliki pengalaman yang cukup memadai KKPH KBTU Kabag Produksi Kabag Diklat dan Litbang Kabag Perencanaan Hutan Kabag Pemasaran Kabag Konservasi Hutan dan Penyuluhan KBKPH I KBKPH II KBKPH III Kasi Administrasi Kasi Pembinaan Hutan Kasi Pemanenan Hutan Kasi Perencanaan Hutan KWPH I KWPH II KWPH III Gambar 1. Contoh struktur organisasi pengusahaan hutan KPH

Pemenuhan SDM KPH Untuk memenuhi kebutuhan SDM KPH perlu dicarikan berbagai alternatif sumber SDM yang profesional. Berbagai alternatif sumber tersebut antara lain : 1. Penataan pesonel PNS yang ada di lingkup Pemda Kabupaten 2. PNS yang berasal dari wilayah kabupaten lain dalam provinsi 3. PNS yang berasal dari wilayah provinsi lain 4. PNS yang berasal dari wilayah provinsi lain dan atau dari pusat 5. Penerimaan pegawai baru Audit SDM KPH Audit SDM KPH merupakan tindak lanjut dari realisasi perencanaanperencanaan yang telah dilakukan. Audit SDM penting dan mutlak harus dilakukan untuk mengetahui apakah SDM dalam organisasi KPH telah bekerja dengan baik dan berperilaku sesuai dengan tujuan. Tujuan dari audit SDM KPH ini sendiri dapat dirinci sebagai berikut : 1. untuk mengetahhui apakah pelaksanaan dan hasil kerja SDM KPH telah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan 2. untuk memotivasi peningkatan semangat kerja, prestasi kerja dan disiplin SDM KPH 3. sebagai dasar pertimbangan pengembangan kemampuan SDM KPH dalam bentuk pelatihan dan pendidikan 4. sebagai pedoman yang efektif dalam melaksanakan seleksi penerimaan SDM KPH di masa yang akan datang Pelaksanaan audit SDM KPH ini bisa dilakukan oleh atasan langsung (KKPH) baik secara individu maupun kolektif. Kegiatan audit SDM ini bisa dilakukan secara formal maupun informal, baik langsung maupun tidak langsung. Audit informal bisa dilakukan dari pelaporan masyarakat, sedangkan audit formal dilakukan oleh atasan secara langsung. Audit SDM KPH baru berarti positif jika ada tindak lanjut dari hasil audit SDM tersebut. Hal ini diperlukan agar SDM KPH termotivasi untuk meningkatkan disiplin, semangat kerja, dan perilakunya.

Penutup KPH yang mandiri adalah KPH yang mampu membiayai kegiatan operasionalnya sendiri, layak secara ekonomis, sosial serta ekologis. Dengan adanya sistim perencanaan, pengadaan, controling serta audit SDM KPH yang baik, diharapkan akan tercipta SDM KPH yang profesional. SDM yang profesional mutlak sangat diperlukan dalam menunjang kemandirian KPH ke depan. Bahan Bacaan Darusman, D. 2002. Pembenahan Kehutanan Indonesia. Dokumentasi Kronologis Tulisan 1986 2002. Lab Politik Ekonomi dan Sosial Kehutanan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Departemen Kehutanan. 1997. Manual Perencanaan KPHP. Kerjasama Departemen Kehutanan dengan Indonesia UK Tropical Forest Management Programme (DFID). Jakarta. FWI/GFW. 2001. Potret Keadaan Hutan Indonesia. Bogor, Indonesia : Forest Watch Indonesia dan Washinton D.C. Global Forest Watch. Hasibuan, M. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT. Bumi Aksara. Jakarta.