6 2 GAMBARAN UMUM UNIT PERIKANAN TONDA DENGAN RUMPON DI PPP PONDOKDADAP Unit Penangkapan Ikan Kapal Pengoperasian kapal tonda atau yang dikenal dengan kapal sekoci oleh nelayan Sendang Biru dilakukan sejak adanya nelayan andon suku Bugis yang beroperasi di perairan sekitar Sendang Biru pada tahun 1997. Sejak saat itu, perikanan tonda mulai berkembang di Sendang Biru. Jenis kapal yang digunakan pada unit perikanan tonda adalah kapal motor berbahan dasar kayu dengan mesin inboard (Gambar 2.1). Ukuran kapal yang digunakan hampir sama, yaitu memiliki panjang sekitar 16 meter, lebar 3 meter, dan dalam 2 meter, dengan ukuran rata-rata 5-10 (GT). Mesin yang digunakan berjumlah 2-3 buah dengan jenis Yanmar, Jiandong, Kubota atau Mitsubishi dengan kekuatan 300 HP. Setiap kapal memiliki palka 3 buah, dengan kapasitas berkisar antara 1.3-1.6 ton. Palka akan terisi penuh dengan muatan 4.8 ton saat musim puncak. Gambar 2.1 Kapal perikanan tonda di PPP Pondokdadap Alat Tangkap Jumlah alat tangkap pada perikanan tonda berfluktuasi selama 5 tahun terakhir. Jumlah alat tangkap tonda tahun 2008 berjumlah 344 unit, mengalami penurunan pada tahun 2009 dan 2010 masing-masing menjadi 301 unit dan 201 unit. Peningkatan terjadi pada tahun 2011 menjadi 281 unit dan tahun 2012 menjadi 366 unit (UPPPP Pondokdadap 2013). Alat tangkap yang digunakan pada unit perikanan tonda adalah pancing. Jenis pancing yang digunakan memiliki komponen yang hampir sama, yaitu terdiri dari tali pancing, mata pancing, swivel, pemberat, dan umpan (Gambar 2.2). Gambar 2.2 alat tangkap pada unit perikanan tonda
Nelayan Nelayan unit perikanan tonda di PPP Pondokdadap terdiri atas nelayan lokal dan nelayan andon. Nelayan lokal adalah nelayan yang menetap di daerah setempat, sementara nelayan andon adalah nelayan yang berasal dari luar daerah dan hanya datang saat musim ikan. Nelayan disetiap kapal berjumlah 5-6 orang, dimana untuk kapal andon sebagian besar nelayan berasal dari luar daerah seperti Kalimantan dan Sulawesi, sementara untuk kapal lokal sebagian nelayan berasal dari daerah setempat dan sebagian lainnya berasal dari luar daerah seperti Banyuwangi. Sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan terakhir Sekolah Dasar (SD) dan sebagian lainnya memiliki pendidikan tingkat SMP atau SMA. 7 Rumpon Penggunaan rumpon sebagai alat bantu pada perikanan tonda sangat diminati oleh nelayan, dikarenakan keberadaan rumpon membantu nelayan untuk memperoleh ikan dengan jumlah yang lebih banyak dan daerah penangkapan menjadi lebih pasti. Rumpon yang dimiliki oleh nelayan tonda biasanya berasal dari modal pribadi (bukan bantuan pemerintah), dengan biaya pembuatan rumpon antara Rp40 000 000-Rp50 000 000. Setiap 1 rumpon biasanya dimanfaatkan oleh 5-9 kapal tonda, dengan jarak antar rumpon berkisar antara 10-15 mil. Rumpon dipasang pada wilayah perairan dengan jarak berkisar antara 50-200 mil dari garis pantai atau pada 8 0-13 0 LS. rumpon terdiri dari tali, pelampung, pemberat, rumbai, dan ban (Tabel 2.1 dan Gambar 2.3), dengan spesifikasi sebagai berikut: Tabel 2.1 Spesifikasi rumpon perikanan tonda di PPP Pondokdadap Bahan dan Jumlah Tali Berbahan serat merek Seagul, tali brebes (ukuran 22-24, berkisar antara 60-100 gulung), dan nylon. Jumlahnya berkisar antara 38-42 gulung dengan masing-masing gulung sepanjang 220 meter Pelampung Besi baja (berbentuk peluru), gabus (panjang 4 meter, lebar 1 meter, dan tinggi 70 meter) Batu andem (berat 10-25 kg), beton cor (40 blok) Rumbai Tali rafia, daun kelapa Ban Ban karet (bagian luar) Pemanfaatan tiap rumpon hanya boleh dilakukan oleh anggota kelompok, dan tiap kelompok tidak boleh memanfaatkan rumpon kelompok lain, kecuali kelompok tersebut mengizinkan. Tidak ada aturan tertulis dalam hal ini, aturan tersebut hanya berdasarkan kesepakatan diantara nelayan tonda saja. Rumpon milik beberapa kelompok nelayan juga tidak dijaga secara khusus, jadi saat musim barat dan banyak nelayan tidak melaut, rumpon hanya dibiarkan di perairan, sehingga terkadang ada rumpon yang hilang. Beberapa kelompok lainnya ada yang membuat kesepakatan untuk menjaga rumpon, yaitu dengan bergantian dalam melakukan operasi penangkapan sehingga rumpon milik kelompok tersebut tetap dapat diawasi oleh anggota kelompok.
8 Besi baja (berbentuk peluru), sebagai pelampung rumpon Ban, untuk mengikatkan kapal yang ingin bersandar di dekat rumpon Daun kelapa atau tali rafia sebagai atraktor Batu, sebagai pemberat atraktor Batu andem dan beton cor sebagai pemberat rumpon Gambar 2.3 Ilustrasi bentuk rumpon perikanan tonda di PPP Pondokdadap Metode Penangkapan Ikan Pancing dimodifikasi lagi oleh nelayan ketika dioperasikan, disesuaikan dengan metode penangkapan dan target tangkapan yang diinginkan. Penangkapan yang dilakukan nelayan perikanan tonda di Sendang Biru terdiri atas 7 jenis pancing, yang namanya disesuaikan dengan metode penangkapan pancing tersebut, yaitu pancing tonda, layangan, ulur, batuan, coping, taber, dan tomba/umbar-umbaran. Penggunaan metode-metode tersebut disesuaikan dengan kondisi perairan saat penangkapan berlangsung dan tidak ada urutan pasti dalam penggunaan jenis pancing. Sebagian besar nelayan melakukan operasi penangkapan selama 10 hari, namun jika hasil tangkapan yang diperoleh melimpah nelayan kembali ke pelabuhan dalam waktu yang lebih cepat. Lamanya waktu operasi untuk masing-masing jenis pancing juga tidak pasti, jika nelayan merasa penggunaan suatu jenis pancing tidak efektif untuk menangkap ikan, maka nelayan akan mengganti metode penangkapan dengan menggunakan jenis pancing yang lainnya. Berikut adalah jenis pancing dan metode operasi yang digunakan pada unit perikanan tonda dengan rumpon di PPP Pondokdadap: (1) Pancing tonda Pancing tonda merupakan jenis pancing yang pengoperasiannya dilakukan dengan cara menonda (menarik) dengan spesifikasi alat seperti pada Tabel 2.2. Penondaan dilakukan dengan mengikatkan tali pancing di bagian belakang (buritan) kapal dan bagian samping kapal, lalu pancing diulurkan ke dalam perairan dan ditonda dengan menyusuri wilayah perairan di sekitar rumpon (Gambar 2.4). Operasi pancing tonda biasanya dilakukan pada pagi hari, sekitar pukul 06.00 WIB dengan target tangkapan cakalang, tongkol, dan tuna kecil.
9 Tabel 2.2 Spesifikasi pancing tonda di PPP Pondokdadap Tali pancing Nylon 150 (tali pancing), nylon 250 (tali pegangan di kapal) Mata pancing Ukuran no. 6 atau 7, 3 buah mata pancing diikatkan menjadi satu sehingga menjadi mata pancing dengan 3 kait Bulu kain sutera mengkilat (berwarna merah, hijau, atau oranye) Gambar 2.4 Ilustrasi metode penangkapan pancing tonda (2) Pancing layangan Metode operasi pancing layangan adalah dengan mengulurkan pancing yang sudah diikatkan umpan cumi karet ke dalam perairan, lalu layangan yang sudah diikatkan tali diterbangkan. Tali layangan harus ditarik ulur agar menimbulkan percikan-percikan atau gerakan di air yang berfungsi untuk menarik ikan (Gambar 2.5). Pancing layangan biasanya dioperasikan pada pagi hari, setelah matahari terbit, sekitar pukul 06.30 WIB. Hasil tangkapan dominan pancing layangan adalah ikan tuna, marlin, dan albakora. Tabel 2.3 Spesifikasi pancing layangan di PPP Pondokdadap Tali pancing Nylon 150 (tali pancing), nylon 250 (tali untuk pegangan nelayan), nylon 70 (tali dari kili-kili ke mata pancing) Mata pancing Ukuran no. 2 atau 3, 3 buah mata pancing digabungkan menjadi satu, sehingga memiliki 3 kait Cumi karet, ikan terbang tiruan (dari kayu) Layangan Kertas manila
10 Gambar 2.5 Ilustrasi metode penangkapan pancing layangan (3) Pancing ulur Pancing ulur dioperasikan sesaat setelah mesin kapal dimatikan dan posisi kapal berada di dekat rumpon. Operasi pancing ulur dilakukan dengan cara mengulurkan mata pancing ke dalam perairan, lalu ditarik ulur untuk menarik perhatian ikan di sekitar rumpon, ketika mata pancing telah mengenai ikan, tali pancing ditarik secara perlahan ke atas kapal. Target tangkapan pancing ulur adalah ikan tongkol dan cakalang. Spesifikasi pancing ulur sangat sederhana, hanya terdiri dari tali pancing, mata pancing, penggulung, dan umpan (Tabel 2.4). Tabel 2.4 Spesifikasi pancing ulur di PPP Pondokdadap Tali pancing Nylon 150 Mata pancing Ukuran no 6 atau 7 Bulu kain sutera mengkilat (4) Pancing batuan Pengoperasian pancing batuan sama seperti pancing ulur, namun pancing batuan memakai batu yang diikatkan pada tali pancing. Operasi dilakukan dengan mengulurkan pancing hingga mencapai kedalaman sekitar 40 meter, lalu dihentakkan (Gambar 2.6). Gerakan karena hentakan dari batu-batu tersebut dianggap dapat menarik perhatian ikan sehingga ikan mendekati mata pancing. yang digunakan biasanya adalah cumi segar. Hasil tangkapan dominan dari pancing batuan adalah ikan tuna dan marlin. Adapun spesifikasi alat tangkap pancing batuan adalah: Tabel 2.5 Spesifikasi pancing batuan di PPP Pondokdadap Tali pancing Nylon 120-150 Mata pancing Ukuran no 3 atau 4 Cumi segar
11 Gambar 2.6 Ilustrasi metode penangkapan pancing batuan (5) Pancing coping Pancing coping merupakan sebutan nelayan perikanan tonda di Sendang Biru untuk jenis pancing yang menggunakan umpan sendok yang sudah dibengkokkan atau plastik transparan yang diris-iris panjang. Penggunaan pancing dengan metode coping adalah dengan mengulurkan tali pancing ke dalam perairan, lalu digerak-gerakkan. Gerakan dari sendok yang sudah diikatkan pada tali pancing diduga dapat menarik perhatian ikan. Tali pancing akan ditarik ke atas kapal saat ikan sudah mengenai mata pancing. Jenis ikan yang biasanya menjadi target tangkapan pancing coping adalah ikan tongkol dan cakalang. Adapun spesifikasi dari pancing coping sebagai berikut: Tabel 2.6 Spesifikasi pancing coping di PPP Pondokdadap Tali pancing Nylon 150 Mata pancing Ukuran no 6 atau 7 Sendok atau plastik transparan (6) Pancing taber Metode operasi pancing taber sama seperti pada pancing tonda, namun tali utama pada pancing taber memiliki beberapa tali cabang, dimana pada setiap tali cabang memiliki mata pancing. Jenis pancing taber ini disebut juga pancing rawai, yang memiliki tali utama dan tali cabang. Setiap 1 tali utama memiliki sekitar 47 tali cabang dan 47 mata pancing (Gambar 2.7). Spesifikasi pancing taber juga tidak jauh berbeda dengan pancing tonda (Tabel 2.7). Pancing taber dioperasikan saat subuh, sekitar pukul 04.30 WIB. Target tangkapan pancing taber adalah jenis ikan tuna, cakalang dan marlin.
12 Tabel 2.7 Spesifikasi pancing taber di PPP Pondokdadap Tali pancing Nylon damil warna perak 200 (tali utama), nylon 120 (tali cabang) Mata pancing Ukuran no 3 atau 4, setiap satu tali utama memiliki 30-40 mata pancing (jarak antar pancing 1.5 meter) Bulu kain layar hijau, campuran kain sutera Gambar 2.7 Ilustrasi metode penangkapan pancing taber (7) Pancing tomba/ umbar-umbaran Pengoperasian pancing tomba atau pancing umbar-umbaran dilakukan dengan cara menghanyutkan pelampung plastik di depan rumpon dengan arah menghadang arus. Pelampung tersebut dihanyutkan setelah diikatkan dengan tali terlebih dahulu (Gambar 2.8). Setiap satu pelampung diikatkan dengan tali pancing yang memiliki 1 mata pancing, dengan kedalaman pancing yang diulurkan sekitar 35 depa atau 75 meter, jika target tangkapan mengenai mata pancing maka tali pancing akan ditarik ke atas kapal. Hasil tangkapan dominannya adalah ikan tuna. Adapun spesifikasi alat tangkap pancing tomba sebagai berikut: Tabel 2.8 Spesifikasi pancing tomba di PPP Pondokdadap Tali pancing Nylon 150 Mata pancing Ukuran no. 3 atau 4 Pelampung Jirigen/drum plastik Cumi karet