BAB I PENDAHULUAN. persebaran penduduk yang tidak merata, dan sebagainya. Pada Maret 2016,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis, karena pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. dalam peningkatan perekonomian daerah, peningkatan pendapatan devisa nasional

PERAN USAHA INDUSTRI KECIL TAHU TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA KALISARI KECAMATAN CILONGOK KABUPATEN BANYUMAS

I. PENDAHULUAN. Krisis yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1997 telah mengakibatkan

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB I PENDAHULUAN. maupun yang sudah modern. Perkembangan jumlah UMKM periode

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

PERAN USAHA INDUSTRI KECIL TAHU TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA KALISARI KECAMATAN CILONGOK KABUPATEN BANYUMAS RINGKASAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian utama masyarakatnya di bidang pertanian. ekonomi yang disertai terjadinya perubahan struktur ekonomi.

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini perekonomian bukanlah menjadi masalah yang baru khususnya di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Muhammad Rizki, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak era reformasi di Indonesia, berbagai pihak termasuk pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara yang kuat sering di artikan sebagai negara dengan kondisi ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali di Indonesa. Peranan UMKM dalam perekonomian Indonesia diakui

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik. financial openness). Keuntungan dari keterbukaan

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian. karena sektor ini akan banyak menyerap tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pesatnya perkembangan zaman membuat masyarakat terpacu memberikan

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah %

BAB II TINJAUAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil

I. PENDAHULUAN. tahun keuangan mikro (international microfinance year 2005), dimana lembaga

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan usaha yang tergolong besar (Wahyu Tri Nugroho,2009:4).

I. PENDAHULUAN. jangka panjang (Sukirno, 2006). Pembangunan ekonomi juga didefinisikan

I. PENDAHULUAN. Amartya Sen, peraih Nobel Ekonomi tahun 1998, menyatakan bahwa. bersama akan maksimal, dengan demikian kemakmuran sebuah bangsa dapat

sehingga mempunyai ciri-ciri dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat yang mencakup perubahan-perubahan penting dalam struktur sosial, sikap-sikap

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 merupakan momen yang

BAB I PENDAHULUAN. bidang, termasuk didalamnya adalah pembangunan di bidang ekonomi. Salah satu

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Produksi dan Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pekerjaan merupakan suatu kebutuhan individu dalam memenuhi. perekonomiannya, bermacam-macam pekerjaan telah menjadi pilihan setiap

99,37 % Kecil dan Menengah Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. kecil merupakan bagian dari dunia usaha nasional yang. mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang

BAB I PENDAHULUAN ,83 % , ,10 13,15 % Sumber :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pendapatan di Indonesia. Usaha kecil yang berkembang pada

I. PENDAHULUAN. oleh kualitas SDM yang akan memanfaatkan fasilitas tersebut. (Indriati, A. 2015)

BAB I PENDAHULUAN. keluar untuk mengatasi masalah perekonomian di Indonesia. UMKM di. ditampung sehingga tingkat pengangguran semakin berkurang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tempe merupakan makanan yang terbuat dari biji kedelai atau beberapa

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menjadi Rp per dollar pada bulan juni 1998 dan inflasi meningkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dan Pertumbuhan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) merupakan salah satu motor pengerak yang sangat

I. PENDAHULUAN. rantai produksi, pengolahan masukan dan keluaran industri (agroindustri),

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Perkembangan perekonomian nasional yang dihadapi dunia usaha saat ini

I. PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, usaha kecil mikro, dan menengah adalah usaha

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Filipina, Malaysia dan lainnya yang mengalami distorsi ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya

BAB I PENDAHULUAN an dimana terjadi krisis ekonomi. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) demikian UKM tidak dapat dipandang sebelah mata.

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) telah mendapat perhatian yang relative cukup besar dari pemerintah,

I. PENDAHULUAN. Industri tahu di Indonesia telah berkontribusi secara nyata dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. tukar tereskalasi menjadi krisis multi dimensi yang dimulai akhir tahun 1997.

2015 PERKEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH (UKM) BONEKA KAIN DI KELURAHAN SUKAGALIH KECAMATAN SUKAJADI KOTA BANDUNG

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, peranan Industri Kecil Menengah (IKM) dikaitkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan nasional adalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia dengan

BAB I PENDAHULUAN LINGKUNGAN SEKITAR KAWASAN INDUSTRI DI KECAMATAN SOLOKAN JERUK KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pada sebuah pembangunan dapat mendatangkan dampak berupa manfaat yang

Latar Belakang. Furnitur kayu Furnitur rotan dan bambu 220 Furnitur plastik 17 Furnitur logam 122 Furnitur lainnya 82 Sumber: Kemenperin 2012

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD

BAB I PENDAHULUAN. Sakur, Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Spirit Publik, Solo, 2011, hal. 85.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wenni Febriani Setiawati, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Kecil Menengah (UKM) sangat berperan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di Asia

Pengaruh Kondisi Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Terhadap Pembayaran Pajak Penghasilan

PERANAN BUMDes DALAM PENGELOLAAN LIMBAH CAIR TAHU DAN PEMANFAATAN BIOGAS

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia, karena sektor ini dapat mengatasi permasalahan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumber daya alam yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pembangunan adalah kenyataan fisik sekaligus keadaan mental (state

II TINJAUAN PUSTAKA. Juni 2010] 6 Masalah Gizi, Pengetahuan Masyarakat Semakin Memprihatinkan. [10

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa sektor pertanian menempati posisi yang penting dalam

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

2015 PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat (sumber: www.kemenkopmk.go.id). Jumlah penduduk Indonesia selalu meningkat setiap tahunnya. Menurut BPS jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2015 berjumlah 255.461.700 juta jiwa. (sumber: www.bps.go.id) Tentunya dengan jumlah penduduk sebanyak itu muncul berbagai masalah kependudukan di Indonesia terutama masalah kemiskinan, pengangguran, persebaran penduduk yang tidak merata, dan sebagainya. Pada Maret 2016, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 28,01 juta orang atau sebesar 10,86 persen dari total jumlah penduduk Indonesia. (sumber: www.bps.go.id) Selain kemiskinan, permasalahan yang dihadapi oleh negara Indonesia adalah masalah pengangguran. Lapangan kerja yang ada tidak sebanding dengan jumlah angkatan kerja yang ada, ditambah dengan kualitas sumber daya manusia di Indonesia yang mayoritas masih rendah mengakibatkan pengangguran semakin bertambah. Banyaknya permasalahan kependudukan, maka mengakibatkan proses pembangunan ekonomi menjadi terhambat. Mendukung tercapainya pembangunan ekonomi pemerintah melakukan banyak hal salah satunya adalah dengan mengembangkan UKM (Usaha Kecil dan Menengah), khususnya UK 1

(Usaha Kecil) karena dinilai dapat mengurangi pengangguran, memerangi kemiskinan dan pemerataan pendapatan (Tambunan, 2002:1). Definisi tentang UKM sangat beragam di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 s.d 19 orang. Sedangkan menurut Undang- Undang no 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang disebut usaha kecil merupakan entitas yang memiliki kriteria sebagai berikut: (1) kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan (2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 sampai dengan paling banyak 2.500.000.000. sementara itu yang disebut dengan usaha menengah adalah entitas usaha yang memiliki kriteria sebagai berikut: (1) kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000 sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan (2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00 sampai dengan Rp. 50.000.000.000,00. (sumber: www.bi.go.id) Keberadaan UKM diharapkan dapat memberi suatu kontribusi positif yang signifikan terhadap upaya-upaya penanggulangan masalah ekonomi sosial seperti tinggnya tingkat kemiskinan, besarnya jumlah pengangguran, ketimpangan distribusi pendapatan, proses pembangunan yang tidak merata antara daerah perkotaan dan pedesaan, serta masalah urbanisasi dengan segala efek negatifnya. Maka dari itu di Indonesia kebijakan pengembangan UKM sering dianggap secara 2

tidak langsung sebagai kebijakan penciptaan kesempatan kerja, kebijakan anti kemiskinan, atau kebijakan redistribusi pendapatan (Tambunan, 2002:1). UKM juga mampu bertahan ketika terjadinya krisis ekonomi, karena pada umumnya sektor ini masih memanfaatkan sumberdaya lokal, baik itu untuk sumberdaya manusia, modal, bahan baku, hingga peralatan. Salah satu contohnya krisis yang terjadi pada tahun 1998, pada saat itu UKM yang berorientasi ekspor mengalami windfall profit akibat depresiasi rupiah karena mereka mendapatkan penghasilan dalam dolar Amerika Serikat. UKM juga tidak terpengaruh oleh credit crunch karena pada umumnya sektor ini tidak ditopang dana pinjaman dari bank, melainkan dari dana sendiri untuk mengembangkan usahanya, sehingga tidak terlalu terpengaruh ketika terjadi krisis ekonomi seperti usaha besar yang umumnya bergantung pada modal pinjaman dari bank (Thahir, 2013:1). UKM di Indonesia sangat penting dalam hal penciptaan tenaga kerja. Hal ini dikarenakan besarnya jumlah angkatan kerja yang ada di Indonesia tidak diimbangi dengan kualitas sumber daya manusia yang baik sehingga banyak angkatan kerja yang tidak dapat diserap oleh industri besar, karena pada kelompok usaha besar relatif padat modal berbeda dengan UKM yang relatif padat karya. Maka dari itu UKM dapat mengurangi persoalan pengangguran di Indonesia karena industri kecil membutuhkan banyak tenaga kerja. Di Indonesia konsentrasi UKM berada di Pulau Jawa. Hal ini dikarenakan wilayah ini merupakan wilayah di Indonesia dengan tingkat kemiskinan tertinggi. Hubungan antara pertumbuhan UKM dan kenaikan tingkat pendapatan riil perkapita juga bisa negatif atau positif dengan tingkat kemiskinan yang ada, yang 3

artinya kegiatan UKM merupakan pilihan terakhir bagi mereka yang tidak memperoleh pekerjaan (pengangguran dan masyarakat miskin). Hal ini disebabkan karena pendidikan mereka rendah mengakibatkan mereka tidak bisa bekerja disektor formal sehingga mereka terpaksa untuk melakukan pekerjaan apa saja seperti membuka usaha kecil untuk menjadi sumber pendapatan (Tambunan, 2012: 293). Gambar1: Perkembangan Usaha Besar dan UMKM tahun 2011-2012 Berdasarkan data dari Kementrian Koperasi dan UMKM 2014, selama tahun 2011 sampai 2012 terjadi pertumbuhan pada UMKM serta penurunan pada usaha besar. Bila pada tahun 2011, usaha besar mencapai 41,95% tahun berikutnya hanya 40,92%, turun sekitar 1,03%. Pada UMKM terjadi sebaliknya. Bila usaha menengah pada tahun 2011 hanya 13,46%, pada tahun 2012 mencapai 13,59%. Ada peningkatan sebesar 0,13%. Berbeda dengan usaha kecil, ada sedikit penurunan dari tahun 2011. Pada tahun itu mencapai 9,94% namun pada tahun 2012 hanya mencapai 9,68%, artinya menurun sekitar 0,26%. Peningkatan cukup besar terjadi pada usaha mikro, bila tahun 2011 hanya mencapai 34,64%, pada tahun 2012 berhasil meraih 38,81% terjadi peningkatan sebesar 4,17% (sumber: www.bi.go.id) Industri kecil yang ada di Indonesia mayoritas memproduksi makanan dan kerajinan tangan. Salah satunya seperti yang ada di Kabupaten Banyumas. Di kabupaten ini terdapat banyak industri kecil yang memproduksi makanan seperti gethuk, tempe, tahu dan sebagainya. 4

Menurut statistik daerah Kabupaten Banyumas tahun 2016 industri makanan dan minuman menjadi penyumbang terbesar dalam sektor industri. Kontribusi sektor industri cenderung meningkat selama lima tahun terakhir. Indikasi ini menandakan bahwa prospek disektor industri di Kabupaten Banyumas semakin bagus. Sektor industri pengolahan memberikan kontribusi sebesar 23,85 % terhadap total PDRB tahun 2015. Industri makanan dan minuman tersebar diberbagai daerah di Banyumas dengan adanya industri tersebut mampu menyerap banyak tenaga kerja di wilayah Banyumas itu sendiri namun, berdasarkan data dari Forum Konsultasi Publik tercatat ada beberapa kecamatan yang termasuk termiskin di Banyumas yang pertama ada Kecamatan Cilongok mempunyai jumlah usulan Rumah Tangga Sasaran (RTS) terbanyak yakni 21.914, selanjutnya ada Kecamatan Ajibarang 16.213 RTS, dan Kecamatan Sumbang 14.568 RTS (http://radarbanyumas.co.id). Suatu kecamatan disebut kecamatan termiskin disebabkan karena selain usulan RTS terbanyak, juga karena jumlah warga miskin di wilayah tersebut banyak. Wilayah yang cukup luas, Cilongok dan Sumbang juga mempunyai jumlah penduduk yang lebih banyak dibandingkan dengan kecamatan lain. Hal ini juga yang menjadi salah satu faktor penyebab banyaknya masyarakat miskin di Cilongok, Kondisi geografis Kecamatan Cilongok dan Kecamatan Sumbang juga yang mempengaruhi kondisi perekonomian di daerah tersebut. Kondisi geografis kedua daerah tersebut berupa pegunungan, yang menyebabkan kurang beragamnya pertanian di wilayah Kecamatan Cilongok dan Sumbang. Berbeda dengan kecamatan lain, dimana banyak tanaman yang bisa diolah sehingga bisa 5

mendongkrak dari segi perekonomian. Walaupun seperti itu ada satu desa di Kecamatan Cilongok yang terkenal sebagai desa sentra industri tahu yaitu Desa Kalisari. Berdasarkan data dari pemerintah Desa Kalisari, hampir seperempat dari jumlah penduduknya mayoritas bertumpu pada industri tahu. Dari total 1413 KK, terdapat 268 UKM yang tersebar di desa seluas 204.533 hektar. Banyaknya jumlah pengrajin tahu di Desa kalisari sehingga, sekitar 9 ton biji kedelai impor didatangkan dan diolah setiap harinya untuk memenuhi kebutuhan pembuatan tahu di Desa Kalisari. Kedelai yang digunakan dalam proses pembuatan tahu menggunakan kedelai impor dikarenakan kedelai lokal tidak mampu mencukupi kebutuhan dalam pembuatan tahu. Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua kelompok industri tahu, indutri kecil tahu di Desa Kalisari sudah terkenal sejak tahun 1965. Perkembangan industri tahu di Desa kalisari semakin meningkat setiap tahunnya, walaupun jumlah pengrajin tahu sempat menurun drastis diakibatkan mahalnya harga kedelai hal ini dibuktikan dengan sudah dipatenkannya merk dagang untuk tahu yang dibuat di Desa Kalisari yaitu dengan merk Tahu Sari Delai dengan nomor REG. DIY2014.00350. Dipatenkannya merk tahu dari Desa Kalisari ini digunakan untuk meningkatkan popularitas produk dan menguatkan proses pemasaran. Tercatat baru 87 pengrajin yang mempunyai izin PIRT dari 268 total pengrajin. Selain dengan memantenkan merk produk tahu, setiap tahunnya diadakan Festival Tahu Kalisari yang berisi kegiatan fashion show produk tahu, ekspo produk tahu, 6

lomba kuliner tahu, dan seni budaya tradisional serta modern agar tahu dari Desa Kalisari semakin berkembang. Industri tahu yang ada di Desa Kalisari berbentuk industri rumah tangga, sehingga hampir setiap rumah memproduksi tahu. Banyaknya jumlah pabrik tahu rumahan yang ada tentunya membawa permasalahan yang baru yaitu permasalahan limbah tahu baik cair maupun padat. Untuk limbah cair dibuang ke sungai-sungai sekitar pabrik tahu, sehingga mengotori sungai-sungai yang ada dan terjadi pencemaran lingkungan yang mengakibatkan ikan-ikan mati. Untuk limbah padat dijual kembali untuk digunakan sebagai pakan ternak. Untuk saat ini permasalahan limbah di Desa Kalisari sudah tertangani walaupun pengelolaannya belum maksimal karena sejak tahun 2009 sudah dibangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk mengolah air limbah menjadi biogas yang saat ini sudah dapat dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat Desa Kalisari sekitar IPAL. Selain membuat tahu, para pengusaha tahu di Desa Kalisari saat ini dapat memanfaatkan limbah padat dari proses pembuatan tahu dengan memanfaatkannya sebagai produk olahan yaitu kerupuk ampas tahu. kerupuk ini mempunyai merk dagang dengan nama Kerupuk Okara. Saat ini pemasaran Kerupuk Okara sudah sampai Banjarnegara, Purbalingga, Bumiayu, Cilacap dan sekitarnya. Selain dimanfaatkan sebagai kerupuk limbah padat tahu juga dapat dibuat sebagai brownies dan pudding. Namun sayangnya untuk produk brownies dan pudding pemasarannya belum sebaik pemasaran Kerupuk Okara. Banyaknya pengusaha tahu yang ada hal ini tentunya dapat menyerap banyak tenaga kerja yang ada di Desa Kalisari. Tenaga kerja yang dibutuhkan 7

dalam satu pabrik tahu biasanya membutuhkan 5-10 orang pekerja tergantung seberapa besar pabrik tahu tersebut. Para pengusaha tahu tersebut biasanya mempekerjakan keluarga atau saudaranya untuk bekerja di pabrik tahu mereka. Usaha ini kebanyakan dijalankan secara turun temurun dan dijadikan sebagai sumber pemasukan utama mayoritas masyarakat Desa Kalisari terutama bagi masyarakat desa Kalisari yang berpendidikan rendah. Hal ini mempengaruhi bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat Desa Kalisari terlebih lagi usaha industri tahu ini sudah berlangsung lama. Melalui latar belakang di atas, peneliti ingin lebih mendalami tentang bagaimana peran adanya industri kecil tahu terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat Desa Kalisari. Sehingga peneliti mengambil judul Peran Usaha Industri Kecil Tahu terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Kalisari, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi berbagai masalah sebagai berikut: 1. Kecamatan Cilongok menjadi kecamatan termiskin dari jumlah total 27 kecamatan di Kabupaten Banyumas. 2. Menurunnya jumlah industri kecil tahu di Desa Kalisari setelah tahun 2004 karena mahalnya harga kedelai sehingga banyak pengrajin tahu mengalami kebangkrutan. 3. Rendahnya tingkat pendidikan para pemilik industri tahu di Desa Kalisari. 4. Strategi pemasaran tahu kurang kreatif. 8

5. Rendahnya tingkat sosial ekonomi warga Desa Kalisari mendorong banyak warga Desa Kalisari bekerja menjadi pengrajin tahu. 6. Belum diketahui peran adanya industri kecil tahu terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat Desa Kalisari. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka penelitian dibatasi pada masalah belum diketahui peran adanya industri kecil tahu terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat Desa Kalisari. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah di atas, dapat diajukan rumusan masalah yaitu: 1. Bagaimana peran industri kecil tahu terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat Desa Kalisari, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas?. 2. Bagaimana perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat Desa Kalisari, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas setelah adanya industri kecil tahu? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini yaitu: 1. Untuk mengetahui peran industri kecil tahu terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat Desa Kalisari, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas. 2. Untuk mengetahui perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat Desa Kalisari, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas setelah adanya industri kecil tahu. 9

F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat teoritis dan praktis bagi berbagai pihak. 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur atau kajian teoritis mengenai kajian tentang sosial ekonomi. b. Dapat digunakan untuk menambah perbendaharaan pengetahuan keilmuan khususnya tentang industri di pedesaan di Desa Kalisari, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas. c. Sebagai sumber informasi dan bahan bacaan bagi pengembangan penelitian yang sejenis di masa yang akan datang. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Mahasiswa 1) Sebagai wahana latihan menerapkan ilmu yang diperoleh selama kuliah dengan kenyataan yang dihadapi di lapangan. 2) Sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, yaitu peran industri kecil tahu terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat Desa Kalisari, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas. 3) Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta. 10

b. Bagi Pemerintah Menjadi masukan dan bahan pembuatan kebijakan dalam pengembangan dan peningkatan perekonomian desa khususnya bagi pengusaha industri kecil Desa Kalisari, Kecmatan Cilongok, Kabupaten Banyumas. 11