Pedoman Akuntansi Lembaga Zakat Dodik Siswantoro Sri Nurhayati 2015
Pedoman Akuntansi Lembaga Zakat Dodik Siswantoro Sri Nurhayati 2015 i
Pedoman Akuntansi Lembaga Zakat Copyright @Dodik Siswantoro & Sri Nurhayati Penulis: Dodik Siswantoro & Sri Nurhayati Cover: Dodik Siswantoro Diterbitkan pertama kali oleh: Jln. Kerja Bakti RT 001/02 No. 9 Kel. Makasar, Kec. Makasar Jakarta Timur 13570, Indonesia Telp: 021-8098208 e-mail: info@dapurbuku.com www.dapurbuku.com Januari 2015 ISBN: 9 786023 150427 ii
Kata Pengantar Assalamu alaikum wr wb. Perkembangan lembaga zakat di Indonesia cukup pesat, hal ini menyebabkan diperlukannya standar akuntansi tersendiri yang khusus untuk karakter Lembaga zakat. PSAK No. 45 tentang akuntansi nirlaba dinilai kurang cocok untuk karakteristik lembaga zakat. Oleh karena itu, PSAK No. 109 akuntansi zakat dan infak/sedekah dibuat khusus untuk Lembaga zakat. Dalam praktiknya PSAK No. 109 dapat digunakan oleh Lembaga Amil Zakat (LAZ) atau Badan Amil Zakat (BAZ). Namun perlu penyesuaian sesuai dengan karakter masing-masing bidang. Dengan adanya standar ini maka Lembaga zakat dapat mengacu kebijakan yang berlaku secara umum karena standar tersebut juga didukung oleh fatwa Majelis Ulama Indonesia. Buku ini diharapkan memberikan kemudahan dalam pencatatan akuntansi di Lembaga Zakat. Sehingga laporan keuangan Lembaga Zakat dapat diperbandingkan dan mudah dipahami oleh masyarakat umum. Buku ini didukung oleh Universitas Indonesia dan Dirjen Dikti Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia. Wassalam Dodik Siswantoro Sri Nurhayati Untuk saran dan kritik bisa ke kidod25@yahoo.com iii
Daftar Isi Bab Keterangan Hal Kata Pengantar Iii Daftar Isi iv Bab 1 Sejarah Standar Akuntansi Zakat di Indonesia 1 Bab 2 Rerangka Dasar Standar Akuntansi Zakat 3 Bab 3 Standar Akuntansi Lembaga Zakat 6 Bab 4 Sistem Lembaga Zakat 10 Bab 5 Akuntansi Lembaga Zakat 11 Bab 6 Contoh laporan Akuntansi Lembaga Zakat 15 Referensi 22 iv
Bab 1 Sejarah Standar Akuntansi Zakat di Indonesia Standar akuntansi zakat di Indonesia (PSAK 109) mulai berlaku paling lambat 1 Januari 2012, sedangkan standarnya sendiri mulai diterbitkan sejak 6 April 2010. Sebelum digunakan PSAK No. 109 akuntansi zakat dan infak/sedekah, Lembaga zakat menggunakan PSAK No. 45 akuntansi nirlaba. Namun ada beberapa karakteristik lembaga zakat yang tidak sesuai dengan PSAK No. 45 tersebut. Karakteristik tersebut antara lain jenis dana yang digunakan, tujuan penyaluran dana, dan pengelolaan dana. PSAK ini tidak lepas dari usulan Forum Zakat (FOZ) yang merupakan kumpulan organisasi pengelola zakat. Pada awalnya, standar akuntansi yang digunakan adalah pedoman akuntansi dan keuangan yang dikeluarkan oleh FOZ pada tahun 2005. Kajian untuk standar akuntansi dilakukan di Ikatan Akuntan Indonesia dengan membentuk tim kerja yang terdiri dari: Setiawan Budi Utomo Ahmad Toha Anis Basalamah Catur Sawitri Rangkuti Darwis Dodik Siswantoro Dyah Rudati Eka Supriyati Ekky Awal Muharram Hasanudin Iis Afriana Nurhasan Nurwidodo Pristwanto Rahmat Hidayat Sri Yanto Syuhelmaidi Syukur Tarko Sunaryo Teguh Heru Komite Akuntansi Syariah Akuntan Publik Akademisi Praktisi/Forum zakat Ikatan Akuntan Indonesia Akademisi Andayani Praktisi/Forum zakat Ikatan Akuntan Indonesia Praktisi/Forum zakat Komite Akuntansi Syariah Departemen Agama RI Praktisi/Forum zakat Ikatan Akuntan Indonesia Dewan Syariah Nasional Ikatan Akuntan Indonesia Praktisi/Forum zakat Akuntan Publik Praktisi/Forum zakat 1
Teten Kustiawan Yakub Yuli Hidayani Praktisi/Forum zakat Ikatan Akuntan Indonesia Praktisi/Forum zakat Tim tersebut bekerja mulai 10 April 2007 hingga disetujui menjadi exposure draft pada tanggal 26 Februari 2008. ED PSAK tersebut masih harus menunggu fatwa MUI mengenai hal-hal yang belum diatur misalnya: 1 1. Biaya iklan/promosi yang dilakukan oleh OPZ 2. Penyaluran zakat yang tidak langsung diterima mustahik 3. Penyaluran dalam bentuk aset kelolaan oleh amil 4. Penyaluran zakat kepada yayasan sosial 5. Penyaluran zakat dalam bentuk pinjaman atau dana bergulir 6. Investasi dana zakat 7. Penyajian laporan dana non-halal dan 8. Pengaturan zakat perusahaan. Fatwa untuk merespon hal tersebut baru dikeluarkan pada tanggal 16 Agutus 2011. Fatwa tersebut adalah: 1. Fatwa No. 8/2011 tentang amil zakat 2. Fatwa No. 13/2011 tentang hukum zakat atas harta haram 3. Fatwa No. 14/2011 tentang penyaluran harta zakat dalam bentuk aset kelolaan 4. Fatwa No. 15/2011 tentang penarikan, pemeliharaan, dan penyaluran harta zakat. PSAK No. 109 sudah disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Syariah Ikatan Akuntan Indonesia (DSAS-IAI) pada 6 April 2010, untuk meminta fatwa DSAK-IAI menulis surat ke Dewan Syariah Nasional- Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) pada 4 Mei 2010 yang kemudian baru dikeluarkan fatwa pada 16 Agustus 2011. Maka sejak tanggal tersebut PSAK No. 109 dapat diterapkan. Di dalam PSAK tersebut dijelaskan bahwa penerapannya dimulai pada 1 Januari 2012. 1 http://www.forumzakat.net/index.php?act=paparan&id=14 2
Bab 2 Rerangka Dasar Standar Akuntansi Zakat Rerangka dasar standar akuntansi zakat merujuk pada kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan syariah (KDPPLKS). Tujuan laporan keuangan Lembaga Zakat sesuai dengan KDPPLKS adalah: 1. Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah 2. Informasi aset, kewajiban, pendapatan, dan beban yang tidak sesuai dengan prinsip syariah, bila ada dan bagaimana perolehan dan penggunaannya 3. Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab entitas syariah terhadap amanah Untuk tujuan ke-4 sudah tercakup dalam Lembaga zakat itu sendiri sebagai fungsi sosial. Asumsi dasar akuntansinya sebagai berikut: 1. Dasar akrual Dasar akrual disini menggambarkan keadaan entitas. Berapa besar aset dan kewajiban entitas. Sedangkan untuk pengakuan pendapatan atau beban yang berbasis akrual mengindikasikan bahwa informasi dicatat tidak hanya pada saat kas diterima, tetapi pada saat kejadian. Zakat harus diberikan oleh muzakki secara tunai tidak boleh dalam bentuk piutang atau utang. Hal ini disebabkan zakat harus dimiliki mutlak oleh muzakki. 2. Kelangsungan usaha Lembaga zakat didasari atas usaha yang kontinyu. Tidak ada niatan untuk melikuidasi atau beroperasi sebatas pada periode tertentu saja. 3
Karakteristik kualitatif laporan keuangan terdiri dari: 1. Dapat dipahami Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus mudah dipahami oleh pemakai. 2. Relevan Informasi harus relevan agar berguna dalam pengambilan keputusan. Ini terkait dengan prediksi dan penegasan. Masa lalu juga dapat menjadi informasi yang berguna. a. Materialitas Kesalahan dapat memengaruhi relevansi dalam mengambil keputusan. 3. Keandalan a. Penyajian jujur Penyajian informasi akuntansi harus sesuai dengan keadaan sebenarnya. Sehingga faktor kejujuran merupakan hal yang penting. b. Substansi mengungguli bentuk Subtansi dalam traksaksi lebih diutamalan dari formalitas akad. c. Netralitas Tidak memihak pada salah satu pihak. d. Pertimbangan sehat Perlu digunakan pertimbangan yang sehat misalnya dalam hal adanya utang atau piutang yang macet. Prinsip kehati-hatian harus digunakan. e. Kelengkapan Informasi perlu disajikan lengkap tanpa batasan material dan biaya. 4
4. Dapat dibandingkan Secara tren tahunan harus dapat dibandingkan dan dengan Lembaga zakat lain juga harus dapat dibandingkan agar memudahkan dalam penilaian. Yang perlu diperhatikan adalah Lembaga zakat merupakan lembaga nirlaba yang tidak fokus pada optimalisasi laba, namun pada pelayanan. Rerangka akuntansi yang terdapat pada KDPPLKS dapat digunakan karena bersifat umum, namun harus didasari pada basis nirlaba. 5
Bab 3 Standar Akuntansi Lembaga Zakat PSAK No. 109 secara umum hanya mengatur pengakuan dan pengukuran atas zakat, infak dan sedekah, begitu juga dengan penyajian dan pengungkapan. Hal lain yang diatur diluar PSAK dapat merujuk pada PSAK yang berlaku umum dan hal lain yang terkait dengan perlakuan teknis yang belum diatur dapat dilakukan perlakuan secara profesional. Untuk laporan keuangan merujuk pada PSAK No. 101 dan 109, komponen laporan keuangan sebagai berikut: 1. Laporan posisi keuangan Laporan Posisi Keuangan BAZ XYZ Keterangan Rp Keterangan Rp Aset Liabilitas Aset lancar Liabilitas jangka pendek Kas dan setara kas Biaya yang masih harus dibayar Piutang Efek Liabilitas jangka panjang Liabilitas imbalan kerja Aset tidak lancar Jumlah liabilitas Aset tetap Akumulasi penyusutan Sald Dana Dana zakat Dana infak/sedekah Dana amil Jumlah dana Jumlah aset Jumlah liabilitas dan saldo dana Sumber: PSAK 109 6
2. Laporan perubahan dana Laporan Perubahan Dana BAZ XYZ Keterangan DANA ZAKAT Penerimaan Penerimaan dari muzaki Muzaki entitas Muzaki individual Hasil penempatan Jumlah penerimaan Penyaluran Amil Fakir miskin Riqab Gharim Muallaf Sabilillah Ibnu sabil Alokasi pemanfaatan aset kelolaan (misalnya beban penyusutan) Jumlah penyaluran Surplus (defisit) Saldo awal Saldo akhir DANA INFAK/SEDEKAH Penerimaan Infak/sedekah terikat Infak/sedekah tidak terikat Hasil pengelolaan Jumlah penerimaan Rp 7
Penyaluran Amil Infak/sedekah terikat Infak/sedekah tidak terikat Alokasi pemanfaatan aset kelolaan (misalnya beban penyusutan dan penyisihan) Jumlah penyaluran Surplus (defisit) Saldo awal Saldo akhir DANA AMIL Penerimaan Bagian amil dari dana zakat Bagian amil dari dana infak/sedekah Penerimaan lain Jumlah penerimaan Penggunaan Beban pegawai Beban penyusutan Beban umum dan administrasi lain Jumlah penggunaan Surplus (defisit) Saldo awal Saldo akhir Jumlah saldo dana zakat, dana infak/sedekah dan dana amil Sumber: PSAK 109 8
3. Laporan perubahan aset kelolaan Laporan Perubahan Aset Kelolaan BAZ XYZ Keterangan Dana infak/sedekah - aset kelolaan (misal piutang bergulir) Dana infak/sedekah - aset tidak lancar kelolaan (misal rumah sakit atau sekolah) Dana zakat-aset kelolaan (missal rumah sakit atau sekolah) Saldo awal Penambahan Pengurangan Akumulasi penyusutan Sumber: PSAK 109 Akumulasi penyisihan Saldo akhir 4. Laporan arus kas Untuk laporan arus kas merujuk pada PSAK No. 2, format yang digunakan adalah metode langsung sehingga menggambarkan arus kas secara langsung. 5. Catatan atas laporan keuangan Merujuk pada PSAK No. 101.. 9
Bab 4 Sistem Lembaga Zakat Sistem lembaga zakat dapat memengaruhi pola akuntansinya. Berikut pola akuntansi terkait dengan sistem zakat di Lembaga zakat: 1. Zakat Pusat Zakat yang dibayarkan ke kantor pusat seharusnya didukung oleh sistem akuntansi yang memadai. Hal ini untuk memudahkan dalam pelaporannya. Hal ini juga harus didukung oleh sistem perbankan yang memadai karena untuk mengecek dana yang masuk sehingga memudahkan untuk verifikasi. 2. Cabang Lembaga zakat Untuk Lembaga zakat yang memiliki cabang sebaiknya rekening bank yang digunakan sama dengan kantor pusat. Hal ini untuk memudahkan dalam pelaporan dan pengecekan saja. Kantor cabang lebih ke arah sebagai pemasaran dan pengembangan potensi di sekitar kantor cabang. 3. Unit Pungutan Zakat (UPZ) UPZ biasanya digunakan sebagai wakil dari Baznas. Sistemnya bisa berbeda dengan konsep cabang. UPZ dapat memungut sendiri dana zakat. Namun dapat menggunakannya untuk kepentingan di sekitar UPZ, tenntunya ini dengan izin Baznas pusat atau daerah. Dana yang dikumpulkan harus diserahkan semua ke Baznas pusat atau daerah, jika ada keperluan kegiatan dapat mengajukan proposal. Yang sering terjadi adalah tidak semua dana yang dikumpulkan diserahkan ke Baznas karena disebabkan oleh masalah birokrasi. Dengan semakin canggih perkembangan teknologi, Lembaga zakat harus didukung oleh sistem informasi yang baik pula. Koordinasi antara website dan jaringan dan sistem perbankan akan memudahkan dalam praktik dan pelaporannya. 10
Bab 5 Akuntansi Lembaga Zakat Akuntansi Lembaga zakat merujuk pada PSAK No. 109 Akuntansi zakat dan infak/sedekah. Akuntansi zakat juga termasuk di dalamnya infak dan sedekah. Secara umum PSAK No. 109 sudah didukung oleh fatwa MUI sehingga jenis-jenis transaksi yang dibolehkan dan dilarang juga sudah sesuai dengan fatwa terkait. Dalam pembuatan PSAK ini juga sudah mengakomodir masukan dari berbagai Lembaga zakat yang mempunyai perlakuan akuntansi yang berbeda untuk satu jenis transaksi yang sama. Dengan adanya PSAK ini, masalah perbedaan perlakuan akuntansi di Lembaga zakat dapat diminimalisir atau malah dapat dicari perbandingan secara umum setelah digunakan. 11
Berikut contoh akuntansi zakat dan infak/sedekah: Contoh Transaksi Zakat Infak/sedekah Penerimaan kas Dr. Kas Dr. Kas Cr. Penerimaan zakat Cr. Penerimaan infak/sedekah Penerimaan non-kas Dr. Aset nonkas (nilai wajar) Dr. Aset nonkas (nilai wajar) Cr. Penerimaan zakat Cr. Penerimaan zakat Bisa masuk lancar atau tidak lancar Fee penyaluran zakat yang ditunjuk muzaki Dr. Kas - Cr. Penerimaan dana amil Penurunan nilai aset bukan kelalaian amil Dr. Penurunan nilai aset Cr. Aset non-kas Dr. Penurunan nilai aset Cr. Aset non-kas Penurunan nilai aset amil karena lalai Infak dikelola untuk mendapatkan hasil Dr. Kerugian penurunan nilai- dana Dr. Kerugian penurunan nilai- dana amil amil Cr. Aset non-kas Cr. Aset non-kas - Cr. Kas Dr. Hasil investasi 12
Penyaluran Dr. Penyaluran zakat- dana amil Dr.Penyaluran zakat non amil Cr. Kas atau aset non-kas Dr. Penyaluran infak Cr. Kas atau aset non-lancar Infak bagian amil - Dr. Kas Cr. Dana amil Biaya operasional Dr. Beban- Dana zakat Dr. Beban- Dana infak/sedekah Cr. Kas Cr. Kas Beban penghimpunan dan penyaluran Dr. Beban- Dana amil Cr. Kas Dr. Beban- Dana infak/sedekah Cr. Kas Penyaluran lewat amil lain Dr. Piutang penyaluran - Cr. Kas Ketika sudah disalurkan oleh amil lain Dr. Penyaluran zakat dana amil Cr. Piutang penyaluran - Penyaluran infak/sedekah dengan dana bergulir - Dr. Piutang- dana bergulir Cr. Kas Pembayaran ujrah amil lain Dr. Beban- dana amil - Cr. Kas 13
Penyaluran yang berupa aset tetap seperti gedung, mobil Ketika aset tetap sudah selesai disalurkan Dr. Penyaluran zakat- beban depresiasi Cr. Akumulasi penyusutan Dr. Akumulasi penyusutan Cr. Aset tetap Dr. Penyaluran infak/sedekahbeban depresiasi Cr. Akumulasi penyusutan Dr. Akumulasi penyusutan Cr. Aset tidak lancar 14
Bab 6 Contoh kasus Akuntansi Lembaga Zakat Contoh laporan keuangan Bazas sebagai representasi Pemerintah dan dari Dompet Dhuafa dan Rumah zakat. 1. Baznas Sumber: Laporan keuangan Baznas 2013 15
Sumber: Laporan keuangan Baznas 2013 16
Laporan keuangan Baznas mempunyai dana non-syariah di saldo dana. Pertimbangan lain menjadikannya akun tersebut masuk ke dalam saldo dana. Hal yang sama juga terdapat di laporan perubahan dana, dana nonsyariah disajikan terpisah. Kemudian, Baznas masih menggunakan dana APBN untuk kegiatan operasionalnya. Untuk penyaluran dana zakat juga tidak di kategorikan untuk 8 asnaf yang dapat menerima dana zakat. 2. Dompet Dhuafa Sumber: Laporan keuangan Dompet Dhuafa 2012 17
Sumber: Laporan keuangan Dompet Dhuafa 2012 18
Lembaga Dompet Dhuafa masih menerima dana wakaf dan membuat akun sendiri di laporan posisi keuangan. Hal ini tidak sesuai dengan karakteristik Lembaga zakat. Penyaluran zakat juga tidak dirinci berdasarkan kategori 8 asnaf. Saldo dana juga tidak dipisah menurut akun dana zakat, infak/sedekah, amil. 3. Rumah Zakat Sumber: Laporan keuangan Rumah Zakat 2013 19
Dana non halal dipisahkan dalam saldo dana walaupun demikian jumlahnya tidak besar. Dari ketiga Lembaga zakat saldo dana yang ada cukup besar. Sumber: Laporan keuangan Rumah Zakat 2013 Rumah zakat menyajikan penyaluran zakat berdasarkan 8 asnaf namun ada juga yang berdasarkan program kegiatan. Infak dialokasikan untuk amil bukan dari zakat. Terdapat cross alokasi dari dana zakat ke infak atau ke amil untuk penyalurannya. 20
Sumber: Laporan keuangan Rumah Zakat 2013 21
Referensi Baznas. 2013. Laporan Keuangan 2013. Dompet Dhuafa. 2012. Laporan Keuangan 2012. Ikatan Akuntan Indonesia. 2007 dan 2011. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia Nurhayati, S. & Wasilah. 2011. Akuntansi syariah di Indonesia. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Rumah Zakat. 2013. Ringkasan Laporan Keuangan 2013. 22