MURABAHAH ANUITAS DAN PENERAPANNYA MENURUT STANDAR AKUNTANSI SYARIAH
|
|
- Widyawati Budiaman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 MURABAHAH ANUITAS DAN PENERAPANNYA MENURUT STANDAR AKUNTANSI SYARIAH Oleh: Marita Kusuma Wardani (Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Surakarta) Abstract Praktek transaksi syariah yang dilakukan oleh perbankan syariah dalam menjalankan kegiatan operasionalnya memunculkan Akuntansi Syariah. Hal tersebut mendorong adanya popularitas dan pertumbuhan transaksi syariah di Indonesia yang diikuti dengan tuntutan akan adanya penyempurnaan dalam Standar Akuntansi agar pencatatan yang dilakukan dapat mencerminkan substansi transaksi yang dilakukan. Salah satu transaksi yang populer adalah transaksi dengan akad Murabahah sebagaimana diatur di dalam PSAK 2 Tentang Akuntansi Murabahah. Adanya persoalan tentang penerapan PSAK 2 yang tidak diaplikasikan secara penuh oleh Lembaga Keuangan Syariah, maka Ikatan Akuntan Indonesia mengeluarkan PSAK 2 revisi 2013 tentang Akuntansi Murabahah. Dikarenakan menganut konsep anuitas, maka PSAK 2 revisi 2013 harus dilekatkan dengan PSAK lain yang menerapkan metode anuitas. PSAK tersebut adalah PSAK 50, PSAK 55 dan juga PSAK 60. Penerapan PSAK 50, PSAK 55 dan PSAK 60 ini dilakukan untuk pembiayaan murabahah yang terkait dengan adanya ketentuan berkaitan dengan asset keuangan dalam kategori pinjaman yang diberikan dan juga piutang. Kata Kunci : Akuntansi Murabahah, Metode Anuitas, PSAK Syariah. A. Pendahuluan Berkembangnya perbankan syariah di berbagai negara, khususnya di Indonesia sebagai proses transformasi nilai-nilai Islam setidaknya dilatarbelakangi oleh beberapa hal, yaitu: (1) adanya keinginan masyarakat untuk melakukan berbagai kegiatan ekonomi termasuk transaksi perbankan yang sesuai dengan nilai dan prinsip syari ah; (2) keunggulan sistem operasional dan produk perbankan syari ah antara lain mengutamakan moralitas, keadilan, dan transparansi dalam kegiatan operasional perbankan syari ah (Karim: 2002).
2 Semakin banyaknya kebutuhan akan layanan jasa perbankan yang berprinsip syariah dan dengan dikeluarkannya UU No. Tahun 1998 serta dikeluarkannya Fatwa Bunga Bank Haram dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) tahun 2003,banyak bank konvensional yang mendirikan biro-biro syariah maupun pendirian bank syariah itu sendiri. Hal tersebut menuntut pula adanya kesesuaian di dalam melakukan proses pencatatan transaksi yang dilakukan secara prinsip syariah. Kepatuhan syariah (shari a compliance) saat ini menjadi isu penting bagi stakeholders bank syariah di Indonesia. Banyak kritikan tajam dari masyarakat tentang kepatuhan bank syariah terhadap prinsip-prinsip syariah, bahwa bank syariah di Indonesia saat ini kurang sesuai syariah. Kondisi tersebut boleh jadi sebagai dampak positif dari semakin masifnya sosialisasi tentang perbankan syariah ke masyarakat sehingga masyarakat mulai sadar dan memiliki pengetahuan yang cukup tentang perbankan syariah. Kritikan tajam mulai muncul ketika masyarakat merasa bahwa terjadi perbedaan antara teori dan praktek. Laporan atau opini Dewan Pengawas Syariah yang selalu dilampirkan dalam laporan keuangan bank syariah seakan-akan belum mampu menjawab kritikan dan rasa penasaran masyarakat tentang sejauh mana praktek perbankan syariah di Indonesia saat ini apakah telah sesuai syariah? Sehingga informasi tentang kepatuhan syariah (shari a compliance) seakan-akan menjadi misteri bagi masyarakat yang menyebabkan semakin runcing perdebatan tentang aspek kepatuhan syariah di bank syariah saat ini (Suprayogi, 2013). Untuk mengetahui apakah operasional bisnis dan transaksi bank syariah di Indonesia sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, maka kegiatan bank syariah dapat mengacu pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Syariah. Berdasarkan PSAK Syariah dijelaskan bahwa tujuan penyusunan laporan keuangan syariah yang dinyatakan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Syariah dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah paragraf (a) menyebutkan bahwa tujuan lainnya dari laporan keuangan syariah adalah meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua transaksi dan kegiatan usaha entitas syariah.
3 PSAK Syariah telah mengidentifikasi ada 12 ciri/karakteristik transaksi syariah dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah paragraf 27 yang harus tercermin dalam laporan keuangan syariah di bank syariah sebagai entitas syariah. Dari keduabelas ciri tersebut paling tidak ada tiga ciri yang bisa dianalisis langsung dalam laporan keuangan syariah oleh masyarakat (Suprayogi, 2013), yaitu: tidak mengandung unsur riba, tidak mengandung unsur gharar, tidak mengandung unsur haram, dan tidak menganut prinsip nilai waktu uang (time value of money). Praktek transaksi syariah yang dilakukan oleh perbankan syariah dalam menjalankan kegiatan operasionalnya memunculkan Akuntansi Syariah. Transaksi syariah merupakan transaksi yang didasari oleh nilai-nilai dalam Islam. Di Indonesia, perkembangan transaksi syariah didukung fakta bahwa selama krisis keuangan pada tahun 2008, perbankan syariah, sebagai pelaku utama transaksi syariah, tetap menunjukkan kinerja yang tangguh dengan mempertahankan non performing financing di bawah 5% (dari Berdasarkan data statistik perbankan syariah yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia tahun 2007 s/d 2012, terdapat beberapa kegiatan transaksi syariah yang dilakukan oleh perbankan syariah antara lain: mudharabah, musyarakah,murabahah, istishna, dan ijarah. Komposisi pembiayaan pada bank umum syariah dan unit usaha syariah dapat dilihat pada Tabel 1, sebagai berikut: Tabel 1 Komposisi Pembiayaan Pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah (Milyar Rupiah) Akad Mudharabah Musyarakah Murabahah Istishna Ijarah Qardh Total Sumber Data: Statistik Perbankan Syariah-Bank Indonesia
4 Melihat data transaksi syariah yang disajikan dalam tabel 1 di atas dapat ditunjukkan bahwa salah satu skema pembiayaan yang mendominasi dalam penyaluran dana masyarakat adalah melalui akad Murabahah. Rahmawaty (2007: 193) menyatakan bahwa meskipun banyak kritik yang diarahkan kepada praktik murabahah di perbankan syariah, namun hal ini mengindikasikan bahwa produk murabahah direspon secara luas. Beberapa karakteristik berkaitan dengan konsep murabahah yang merupakan akad di bank syariah (Heykal, 2014) adalah: 1. Murabahah, yang dimaksudkan dengan murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam murabahah, pihak penjual harus memberitahukan harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. 2. Murabahah. Menurut fatwa dari Dewan Syariah Nasional, yang dimaksudkan dengan murabahah adalah menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pihak pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih tinggi sebagai laba. 3. Sesuai dengan ketentuan yang ada dalam Fatwa DSN MUI nomor 4 tahun 2000, ketentuan umum yang ada pada murabahah adalah sebagai berikut : a. Akad murabahah bebas riba; b. Barang yang diperdagangkan bukan barang yang diharamkan; c. Bank membiayai sebagian atau seluruh pembelian barang; d. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri dan juga pembelian ini harus bebas riba; e. Bank menjual barang kepada nasabah dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Secara penerapannya, praktek murabahah mengindikasikan adanya duplikasi kredit atau pinjaman dari bank konvensional dengan realisasi perhitungan marjinnya (keuntungan) mengacu ke bunga bank konvensional (Widodo. 20:34). Sebagaimana yang ditegaskan dalam Fatwa N0. 84/DSN-MUI/XII/2012 yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 21 Desember 2012 mengenai metode pengakuan keuntungan tamwil bi al-murabahah. Fatwa tersebut menyatakan bahwa pengakuan keuntungan
5 murabahah dalam bisnis yang dilakukan oleh para pedagang (al-tujjar) boleh dilakukan secara proporsional (thariqah mubasyirah), yaitu telah dicantumkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No. 2) tentang Akuntansi Murabahah, dan anuitas (thariqah al-hisab al-anazuliyyah/thariqah tanaqushiyyah) selama sesuai dengan urf (kebiasaan) yang berlaku di kalangan lembaga keuangan syariah. Menurut Widodo (20: 44), dengan memperhatikan cara perhitungan imbalan dalam murabahah tersebut, tampak jelas bahwa metode perhitungan demikian telah mengalami pergeseran fondasi transaksi atau akad murabahah yang hakekatnya adalah jual-beli dengan objek barang menjadi utang-piutang dengan objek uang dengan wujud yang dinamakan pembiayaan. Oleh karena adanya popularitas dan pertumbuhan transaksi syariah di Indonesia menuntut adanya penyempurnaan dalam Standar Akuntansi agar pencatatan yang dilakukan dapat mencerminkan substansi transaksi yang dilakukan. Salah satu transaksi yang populer adalah transaksi dengan akad Murabahah. (Outlook Perbankan Syariah Indonesia 2012, Bank Indonesia). B. Murabahah Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 2 PSAK 2 mengenai Akuntansi Murabahah memberikan pengaturan mengenai pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi Murabahah baik bagi pihak penjual maupun pembeli. Berdasarkan PSAK 2 paragraf 5, pengertian dari Murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut kepada pembeli. PSAK 2 menyatakan bahwa harga jual dalam akad Murabahah merupakan biaya perolehan ditambah marjin keuntungan yang disepakati antara penjual dan pembeli. Dalam praktiknya, pada transaksi Murabahah, Lembaga Keuangan Syariah (bertindak sebagai penjual) dapat menerima pendapatan diluar marjin keuntungan seperti biaya administrasi dan biaya lain yang dapat dikaitkan langsung dengan pembiayaan Murabahah., Selain menerima pendapatan tersebut, Lembaga Keuangan Syariah juga mungkin menanggung beban yang terkait langsung dengan pembiayaan
6 Murabahah, seperti biaya komisi, biaya survei, dan biaya lain. Perlakuan akuntansi yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah atas komponen beban tersebut beragam, sebagian mengakui secara langsung sebagai beban pada periode berjalan, sebagian yang lain mengakui sebagai beban selama masa/periode akad. Buletin teknis (Bultek) 5 diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi Syariah (DSAS) dengan tujuan untuk menyeragamkan perlakuan akuntansi atas pendapatan serta biaya yang timbul dari transaksi Murabahah di luar biaya perolehan barang dan marjin keuntungan. Ketika timbul pendapatan dan biaya yang terkait langsung dengan transaksi Murabahah, maka Lembaga Keuangan Syariah (dalam hal ini bertindak sebagai penjual) mengakui seluruh pendapatan dan biaya tersebut selaras dengan pengakuan keuntungan Murabahah yang diatur dalam PSAK 2, seperti tabel 2, yaitu: Penyelesaian Transaksi Tunai atau Tangguh Tidak Melebihi Satu Tahun Ditangguhkan Lebih Dari Satu Tahun Tabel 2. Pengakuan Keuntungan Murabahah Risiko Piutang Beban Pengelolaan Pengakuan dan Penagihan Keuntungan Piutang Murabahah - - Saat Penyerahan Barang Kecil Kecil Saat Penyerahan Barang Relatif Besar Kecil Kecil Relatif Besar Proporsional dengan besaran kas yang berhasil ditagih dari Piutang Murabahah Relatif Besar Relatif Besar Besar Besar Saat seluruh Piutang Murabahah berhasil ditagih* Sumber dari: *) metode ini jarang dipakai karena transaksi Murabahah tangguh kemungkinan besar tidak akan terjadi jika tidak terdapat kepastian yang memadai atas penagihan kas.
7 Ketentuan bagi nasabah (dalam hal ini bertindak sebagai pembeli), biaya transaksi yang timbul dari transaksi Murabahah diakui sebagai bagian dari biaya perolehan aset, sesuai dengan ketentuan di PSAK 16 Aset Tetap paragraf 16. C. Murabahah Anuitas Menurut Standar Akuntansi Syariah Berdasarkan Fatwa N0. 84/DSN-MUI/XII/2012 yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 21 Desember 2012 mengenai metode pengakuan keuntungan tamwil bi al-murabahah yang menyatakan bahwa pengakuan keuntungan murabahah dalam bisnis yang dilakukan oleh para pedagang (al-tujjar) boleh dilakukan secara proporsional (thariqah mubasyirah) dan anuitas (thariqah al-hisab al-anazuliyyah/thariqah tanaqushiyyah) selama sesuai dengan urf (kebiasaan) yang berlaku di kalangan lembaga keuangan syariah, selanjutnya fatwa yang dikeluarkan oleh DSN MUI mengundang reaksi Dewan Standar Akuntansi Syariah Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) untuk mengeluarkan Buletin Teknis No. 9 pada tanggal 16 Januari Buletin teknis ini menjelaskan bahwa fatwa mengenai metode anuitas yang dikeluarkan DSN MUI disebabkan karena pembiayaan murabahah yang keuntungannya diakui secara anuitas menurut substansinya dikategorikan sebagai kegiatan pembiayaan (financing). Akuntansi untuk pembiayaan Murabahah yang substansinya dikategorikan sebagai kegiatan pembiayaan mengacu pada PSAK 50 (Revisi 20) Instrumen Keuangan: Penyajian, PSAK 55 (Revisi 2011) Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran, serta PSAK 60 Instrumen Keuangan: Pengungkapan. Termasuk dalam pengaturan pada PSAK tersebut adalah akuntansi penurunan nilai, pengungkapan risiko secara kualitatif dan kuantitatif yang timbul dari pembiayaan Murabahah. Fakta yang ada membuktikan bahwa bank syariah di Indonesia banyak menerapkan konsep murabahah dalam bentuk pembiayaan murabahah, atau tamwil bil murabahah. Karena itulah ketika DSAS IAI mengeluarkan PSAK 2 tentang murabahah dimana dalam PSAK tersebut merujuk pada pengertian murabahah secara umum dan diterima dalam konsep fiqh muamalah, maka PSAK 2 tersebut menjadi banyak tidak diaplikasikan secara penuh oleh perbankan syariah (Heykal, 2014).
8 Berdasarkan persoalan tentang penerapan PSAK 2 yang tidak diaplikasikan secara penuh oleh Lembaga Keuangan Syariah, maka Ikatan Akuntan Indonesia mengeluarkan kembali PSAK 2 tahun 2013 tentang Akuntansi Murabahah. PSAK ini digunakan untuk pembiayaan murabahah yang terkait dengan adanya ketentuan berkaitan dengan aset keuangan dalam kategori pinjaman yang diberikan dan juga piutang. Karena PSAK tersebut menganut konsep anuitas, maka PSAK 2 tahun 2013 harus dihubungkan dengan PSAK lain yang menerapkan metode anuitas. PSAK tersebut adalah PSAK 50, 55 dan juga PSAK 60. Meskipun demikian perlu adanya penyesuaian yang harus dilakukan terhadap PSAK 50, 55, dan 60 dikarenakan di dalam gabungan PSAK tersebut terdapat elemen yang belum sesuai dengan karakteristik syariah. Beberapa penyesuaian tersebut (Heykal, 2014), dijelaskan sebagai berikut: 1. Istilah Effective Interest Rate menjadi rate of return; 2. Effective Rate of Return merupakan alokasi keuntungan murabahah yang tidak sama dengan rate of return dalam bank konvensional; 3. Ketika masa akad murabahah selesai tidak ada tambahan keuntungan murabahah karena keuntungan murabahah bersifat tetap; 4. Tidak ada off market interest rate. D. Pembahasan Dalam kasus pembiayaan murabahah, Suprayogi (2013) mengidentifikasi apakah dalam bank syariah terdapat unsur time value of money dapat dilihat dalam catatan atas laporan keuangan tentang metode akuntansi yang digunakan dalam pengakuan pendapatan margin murabahah. Berdasarkan PSAK Syariah 2 tentang Akuntansi Murabahah paragraph 23 samapai dengan 25 menyebutkan bahwa pengakuan pendapatan margin murabahah yang diperkenankan adalah secara proporsional. Berdasarkan prakteknya saat ini masih banyak bank syariah yang menggunakan metode anuitas dalam pengakuan pendapatan margin murabahah. Metode anuitas akan menguntungkan bagi bank syariah karena margin murabahah diakui diawal lebih besar dan akan menurun terus sampai pada angsuran terakhir. Sehingga jika metode anuitas masih digunakan dalam pengakuan pendapatan
9 margin murabahah maka bank syariah masih memegang prinsip-prinsip time value of money. Adanya ketidaksesuaian praktek dan pencatatan transaksi syariah khususnya pembiayaan murabahah, maka Dewan Standart Akuntansi Syariah mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi Syariah (PSAK) 2 tahun 2013 yang mengatur tentang Akuntansi Murabahah dengan metode anuitas dalam menentukan marjin (keuntungan) murabahah. Perbedaan penerapan PSAK 2 dengan PSAK 2 tahun 2013 dapat dijelaskan (DSAS-IAI: 2013), sebagai berikut: a. PSAK 2 Tahun Lembaga Keuangan Syariah sebagai posisi penjual yang tidak memiliki risiko yang signifikan terkait dengan kepemilikan persediaan untuk transaksi murabahah merupakan penjual yang melaksanakan transaksi pembiayaan murabahah akan menggunakan PSAK 50,55 dan 60. PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian, PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengungkapan, dan PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan yang terkait asset keuangan dalam kategori pinjaman yang diberikan dan piutang, yang dalam penerapannya disesuaikan dengan prinsip, karakteristik, dan istilah transaksi syariah. 2. Transaksi pembiayaan murabahah berbasis jual beli. 3. Pengakuan pendapatan Murabahah mengenai tingkat imbal hasil efektif yang ditentukan berdasarkan arus kas masa depan harus mengikuti PSAK 50,55 dan Pada awal penerapan PSAK 50,55 dan 60, entitas menentukan penurunan asset keuangan dari transaksi murabahah berdasarkan kondisi pada saat itu. Selisih antara penurunan nilai tersebut dengan penurunan nilai yang ditentukan berdasarkan kebijakan akuntansi sebelumnya diakui langsung ke saldo laba awal. Sementara jika penentuan penurunan nilai tersebut tidak dilakukan pada awal penerapan PSAK 50,55 dan 60, maka entitas memisahkan penurunan nilai yang berasal dari periode berjalan yang diakui di laba rugi dan periode sebelumnya yang diakui langsung ke saldo laba.
10 b. PSAK 2 1. Lembaga Keuangan Syariah sebagai posisi penjual memiliki risiko yang terkait dengan kepemilikan persediaan antara lain: (a) Risiko perubahan harga persediaan; (b) Keuasangan dan kerusakan persediaan; (c) Biaya pemeliharaan dan penyimpanan persediaan; (d) Risiko pembatalan pesanan pembelian secara sepihak. 2. Murabahah yang merupakan jual beli (penggunaan akad jual beli). 3. Pengakuan pendapatan Murabahah diatur berbasis risk and reward. 4. Tidak dilakukan pengaturan tentang cadangan penurunan nilai. Berikut ini contoh simulasi atas transaksi murabahah dengan penerapan PSAK 2 dan PSAK 2 revisi 2013 (PSAK 2: 2013), adalah: Kasus Transaksi: Pada akhir tahun 20X0 Bank Syariah Z melakukan transaksi murabahah secara tangguh dengan nasabah. Biaya perolehan persediaan murabahah adalah Rp. 0,-, margin murabahah Rp. 50,- dan angsuran Rp.,- per tahun selama lima tahun. Penerapan PSAK 2 Mengacu pada PSAK 2 paragraf 23(b)(ii) yaitu keuntungan murabahah diakui secara proporsional. Angsuran dan pengakuan pendapatan murabahah dalam kasus transaksi di atas dapat dihitung dan dicatat dalam jurnal sebagai berikut: Tabel 3. Perhitungan Angsuran dan Pengakuan Tahun Angsuran Pendapatan Pokok (Rp) (Rp) Murabahah (Rp) 20X1 20X2 20X3 20X4 20X TOTAL 50 0
11 Tabel 4. Jurnal Tahun Rekening Debit Kredit 20X0 150 Persediaan X1 Kas 20X2 Kas 20X3 Kas 20X4 Kas 20X5 Kas Penerapan PSAK 2 Revisi 2013 Transaksi murabahah yang tidak memenuhi kriteria untuk menerapkan PSAK 2, maka akan menerapkan PSAK 50, 55, dan 60. Berdasarkan arus kas masuk dari angsuran dan arus kas keluar untuk pembelian persediaan murabahah diperoleh tingkat imbal hasil efektif (effective rate of return) sebesar 15,24%. Angsuran dan pengakuan pendapatan murabahah dalam kasus transaksi tersebut dapat dihitung dan dicatat dalam jurnal sebagai berikut:
12 Tabel 5. Perhitungan Angsuran dan Pengakuan Tahun Angsuran Pendapatan Pokok (Rp) (Rp) Murabahah (Rp) 20X1 20X2 20X3 20X4 20X5 15,24 12,99,40 7,41 3,97 14,76 17,01 19,60 22,59 26,03 TOTAL 50 0 Tabel 6. Jurnal Tahun Rekening Debit Kredit 20X0 150 Persediaan X1 Kas 15,24 15,24 20X2 Kas 12,99 12,99 20X3 Kas,40,40 20X4 Kas 7,41 7,41 20X5 Kas 3,97 3,97
13 E. Kesimpulan Pengakuan keuntungan murabahah secara proporsional dan metode anuitas sebagaimana yang diatur dalam Fatwa N0. 84/DSN-MUI/XII/2012 memunculkan pendapat bahwa kedua metode tersebut seharusnya diatur dalam PSAK 2. Namun secara penerapannya PSAK 2 memiliki konsep akuntansi yang berbeda dengan metode anuitas. PSAK 2 menggunakan konsep jual beli yang tidak memisahkannya menjadi transaksi jual beli dan transaksi pembiayaan. Sementara metode anuitas dalam murabahah merupakan konsep pembiayaan berbasis jual beli. Kedua konsep tersebut tidak dapat digabungkan karena akan menghasilkan informasi keuangan yang berbeda secara signifikan. Sehingga transaksi murabahah dengan metode anuitas yang diakui sebagai pembiayaan berbasis jual beli penerapannya harus menggunakan PSAK 50, PSAK 55, dan PSAK 60 dengan keharusan memperhatikan karakteristik transaksi syariah secara umum dan transaksi murabahah secara khusus seperti yang diatur di dalam PSAK 2 Revisi 2013 Tentang Akuntansi Murabahah. DAFTAR PUSTAKA Bank Indonesia, Statistik Perbankan Indonesia, dari Statistik/Statistik+Perbankan/Statistik+Perbankan+Indonesia. Dewan Syariah Nasional. Fatwa Dewan Syariah Nasional Metode Pengakuan Keuntungan Tanwil Bi Al-Murabahah Di Lembaga Keuangan Syariah, Fatwa N0. 84/DSN-MUI/XII/2012, Jakarta, Deloitte, Murabahah Anuitas Perspektif Baru Lembaga Keuangan Syariah, dari DSAK IAI Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 2 tentang Akuntansi Murabahah. Jakarta: IAI. DSAK IAI Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 2 (2013) tentang Akuntansi Murabahah. Jakarta: IAI DSAS-IAI Revisi PSAK 2 Akuntansi Murabahah, dari
14 Heykal, Mohamad PSAK 2 ( Revisi 2013 ) Tentang Murabahah, dari Ikatan Akuntan Indonesia, Buletin Teknis 9 Penerapan Metode Anuitas Dalam Murabahah, dari Karim, Adiwarman Ekonomi Mikro Islam: The International Institute of Islamic Thouht Indonesia (IIITI). Outlook Perbankan Syariah Indonesia 2012, Bank Indonesia, dari Rahmawaty, Anita. "Ekonomi Syariah : Tinjauan Kritis Produk Murabahah Dalam Perbankan Syari ah Di Indonesia", Jurnal Ekonomi Islam La Riba Vol. 1 No. 2, Jakarta, Suprayogi, Noven, Menyingkap Shari a Compliance Bank Syariah Dari Laporan Keuangan, Majalah Sharing Edisi Januari 2013, dari Widodo, Sugeng. "Seluk Beluk Jual Beli Murabahah Perspektif Aplikatif", Asgard Chapter, Yogyakarta 20.
ANALISIS PSAK 102 (REVISI 2013) TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PRODUK KEPEMILIKAN KENDARAAN BERMOTOR (KKB) BRISYARIAH IB
Prosiding Keuangan dan Perbankan Syariah ISSN: 2460-2159 ANALISIS PSAK 102 (REVISI 2013) TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PRODUK KEPEMILIKAN KENDARAAN BERMOTOR (KKB) BRISYARIAH IB 1 Renka Suka Alamsyah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Akuntansi syariah yang berlandaskan nilai Al-Qur an dan Al-Hadis. ditugaskan oleh Allah SWT untuk mengelola bumi secara amanah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Akuntansi syariah yang berlandaskan nilai Al-Qur an dan Al-Hadis membantu manusia untuk menyelenggarakan praktik ekonomi yang berhubungan dengan pengakuan,
Lebih terperinciMurabahah Anuitas Perspektif Baru Lembaga Keuangan Syariah
Murabahah Anuitas Perspektif Baru Lembaga Keuangan Syariah Murabahah Anuitas Perspektif Baru Lembaga Keuangan Syariah 1 Murabahah Anuitas Perspektif Baru Lembaga Keuangan Syariah 2 Popularitas dan pertumbuhan
Lebih terperinciANUITAS DI PERBANKAN SYARIAH
ANUITAS DI PERBANKAN SYARIAH Mirasanti Wahyuni STIE Bank BPD Jateng Abstract This article discusses the differences annuity method and proportional method of financing murabaha Islamic bank by means of
Lebih terperinciAKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH
AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH SESI 4: Akuntansi Murabahah Achmad Zaky,MSA.,Ak.,SAS.,CMA.,CA Ruang Lingkup 1. Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dan Koperasi Syariah yang melakukan transaksi murabahah baik
Lebih terperinciED PSAK 102. akuntansi murabahah. exposure draft
ED PSAK 0 exposure draft PERNYATAAN Standar Akuntansi Keuangan akuntansi murabahah Diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi Syariah Ikatan Akuntan Indonesia Grha Akuntan, Jalan Sindanglaya No. Menteng,
Lebih terperinciAnalisis Penerapan PSAK 102 di BMT itqan dalam Kaitannya dengan Pembiayaan Murabahah
Prosiding Keuangan dan Perbankan Syariah ISSN: 2460-6561 Analisis Penerapan PSAK 102 di BMT itqan dalam Kaitannya dengan Pembiayaan Murabahah 1 Yuke Maryanti, 2 Asep Ramdan Hidayat, 3 Nunung Nurhayati
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. (Akuntansi Murabahah) dan fikih muamalah. Dalam rangka meningkatkan dan
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji tingkat kepatuhan pada PT Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah berdasarkan PSAK 102 (Akuntansi Murabahah) dan fikih
Lebih terperinciBAGIAN III AKAD JUAL BELI
- 19 - BAGIAN III AKAD JUAL BELI III.1. MURABAHAH A. Definisi 1. Murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar beban perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan
Lebih terperinciANALISIS PENERAPAN PSAK 102 ATAS MURABAHAH PADA PT. BANK BRI SYARIAH, TBK.
ANALISIS PENERAPAN PSAK 102 ATAS MURABAHAH PADA PT. BANK BRI SYARIAH, TBK. Nama : Nurdiani Sabila NPM : 25210157 Jurusan : Akuntansi Pembimbing: Dr. Ambo Sakka Hadmar,SE.,MSi LATAR BELAKANG PENELITIAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan Wardi dan Putri (2011) tentang Analisis
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang dapat menjadi data pendukung dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Penelitian yang dilakukan Wardi dan Putri (2011)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil. Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) sudah diatur peraturan tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntansi adalah an everchangging discipline, berubah terus menerus sepanjang masa (Morgan 1988, Hines 1989 dan Francis 1990). Akuntansi adalah proses mengidentifikasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prinsip syariah sebagai dasar hukumnya berupa fatwa yang dikeluarkan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga Keuangan Syariah (LKS) merupakan salah satu bagian dari konsep sistem ekonomi Islam yang lebih luas. Dalam menjalankan kegiatan bisnis dan usahanya, Lembaga
Lebih terperinciPENERAPAN METODE PENGAKUAN KEUNTUNGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH (AT TAMWIL BI AL MURABAHAH) PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2013
1 PENERAPAN METODE PENGAKUAN KEUNTUNGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH (AT TAMWIL BI AL MURABAHAH) PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2013 Nurul Istikoma S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perbankan syariah berawal pada tahun 1950an.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perbankan syariah berawal pada tahun 1950an. perkembangan syariah merupakan cita-cita para praktis ekonomi islam pada saat itu, sehingga pada tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis yang melanda dunia perbankan Indonesia sejak tahun 997 telah menyadarkan semua pihak bahwa perbankan dengan sistem konvensional bukan merupakan satu-satunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Adapun salah satu ukuran keberhasilan suatu bank adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu aktifitas perbankan yang paling dominan adalah penyaluran dana kepada masyarakat. Penyaluran dana menjadi bagian yang sangat penting bagi bisnis bank
Lebih terperinciRizky Andrianto. Evony Silvino Violita. Program Studi Akuntansi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Abstrak
ANALISIS PENERAPAN PRINSIP DAN STANDAR AKUNTANSI SYARIAH YANG BERLAKU DI INDONESIA MENGENAI PENJADUALAN ULANG PIUTANG MURABAHAH BERMASALAH (STUDI KASUS PADA PT BANK XYZ) Rizky Andrianto Evony Silvino Violita
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Penerapan Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Muamalat Indonesia,
BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Penerapan Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk menerapkan murabahah pesanan yang bersifat mengikat. PT. Bank Muamalat Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penghubung antara pihak yang kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan memiliki fungsi sebagai lembaga intermediasi yaitu menjadi penghubung antara pihak yang kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana. Salah satu upaya dari
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian a) Implementasi Akad Murabahah Di Indonesia, aplikasi jual beli murabahah pada perbankan syariah di dasarkan pada Keputusan Fatwa Dewan Syariah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi tingkat bunga akhir-akhir ini memberikan perhatian lebih kepada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fluktuasi tingkat bunga akhir-akhir ini memberikan perhatian lebih kepada para pelaku pasar untuk berhati-hati dalam melakukan investasi. Di antara dampak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menjalankan kegiatan perekonomian. Salah satu faktor penting
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi suatu negara pada umumnya tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan dari para pelaku ekonomi yang menjalankan
Lebih terperinciPembandingan PSAK No. 102 Dengan Fatwa MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000 1
EKBISI, Vol. VII, No. 2, Juni 2013, hal. 150 163. ISSN:1907-9109 Pembandingan PSAK No. 102 Dengan Fatwa MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000 1 Aninda Adhaninggar, Fakultas Ekonomi UII Syamsul Hadi, Fakultas Ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekunder, maupun tersier dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya masyarakat tidak
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi baik kebutuhan primer, sekunder, maupun tersier dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya masyarakat tidak memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perbankan Islam atau di Indonesia disebut perbankan syariah merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan Islam atau di Indonesia disebut perbankan syariah merupakan lembaga keuangan yang berfungsi memperlancar mekanisme ekonomi di sektor riil melalui kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia perbankan di Indonesia mempunyai peranan yang sangat vital dalam industri perekonomian dan perkembangan ekonomi, bahkan bisa dikatakan sebagai salah satu fondasi
Lebih terperinciAKUNTANSI MURABAHAH. Materi: 6. Afifudin, SE., M.SA., Ak.
Materi: 6 AKUNTANSI MURABAHAH Afifudin, SE., M.SA., Ak. E-mail: afifudin_aftariz@yahoo.co.id atau afifudin26@gmail.comm (Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Malang) Jl. MT. Haryono 193
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia dewasa ini berjalan dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan bank syariah di Indonesia dewasa ini berjalan dengan sangat pesat. Walaupun jumlah bank, jumlah kantor bank dan jumlah total aset bank syariah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank menurut istilah adalah
Lebih terperinciRuang Lingkup PSAK SYARIAH
M. Gunawan Yasni 1 Ruang Lingkup PSAK SYARIAH Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah PSAK 102: Akuntansi Murabahah PSAK 103: Akuntansi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki peran sebagai lembaga perantara antara unit-unit yang memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga keuangan merupakan salah satu instrumen yang penting dalam ekonomi modern, terutama dalam pembangunan suatu negara di bidang ekonomi. Bank memiliki peran sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bank-bank konvensional. Esensi bank Islam tidak hanya dilihat dari
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bank Islam memiliki ciri karakter sendiri yang berbeda dengan bank-bank konvensional. Esensi bank Islam tidak hanya dilihat dari ketiadaan sistem riba dalam seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia. Terbukti dengan bermunculannya bank umum syariah lainnya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan bank syariah dalam beberapa tahun belakangan mengakibatkan persaingan diantara lembaga keuangan dengan basis syariah maupun konvensional. Bank
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pada Al Qur an dan Hadist Nabi SAW. Dengan kata lain, Bank syari ah adalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Islam atau biasa disebut dengan Bank Tanpa Bunga, adalah lembaga keuangan/ perbankan
Lebih terperinciBAB IV. Seperti di perbankan syari ah Internasional, transaksi mura>bah}ah merupakan
BAB IV ANALISIS FATWA MUI NO.04/DSN-MUI/IV/2000 DAN PERATURAN BANK INDONESIA NO.7/46/PBI/2005 TERHADAP IMPLEMENTASI PEMBIAYAAN MODAL KERJA MURA>BAH}AH BIL WAKA>LAH DI PT. BANK MUAMALAT INDONESIA CABANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diarahkan untuk mencapai sasaran pembangunan. Oleh karena itu peranan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian yang semakin kompleks tentunya membutuhkan ketersediaan dan peran serta lembaga keuangan. Kebijakan moneter dan perbankan merupakan bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nasional Indonesia menganut dual banking system yaitu, sistem perbankan. konvensional menggunakan bunga (interest) sebagai landasan
i BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Menurut UU Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, perbankan nasional Indonesia menganut dual banking system yaitu, sistem perbankan konvensional dan sistem perbankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bank Syariah ini salah satunya dicirikan dengan sistem bagi hasil (non bunga)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Konsep perbankan syariah adalah hal yang baru dalam dunia perbankan di Indonesia, terutama apabila dibandingkan dengan penerapan konsep perbankan konvensional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebabkan semakin bertambahnya kebutuhan hidup, terutama kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, kita ketahui bersama bahwa populasi manusia juga semakin bertambah. Bertambahnya jumlah populasi manusia tersebut menyebabkan semakin
Lebih terperinciAKUNTANSI MURABAHAH. Materi: 5-6. Afifudin, SE., M.SA., Ak.
Materi: 5-6 AKUNTANSI MURABAHAH Afifudin, SE., M.SA., Ak. E-mail: afifudin_aftariz@yahoo.co.id atau afifudin26@gmail.comm (Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Malang) Jl. MT. Haryono 193
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia saat ini sudah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia saat ini sudah mengalami peningkatan yang cukup pesat dan sudah memiliki tempat yang memberikan cukup pengaruh
Lebih terperinciBAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1
BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1 5.1. Dewan Pengawas Syariah Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah dewan yang melakukan pengawasan terhadap prinsip syariah dalam kegiatan usaha lembaga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bagi hasil, bahkan memungkinkan bank untuk menggunakan dual system,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia khususnya perbankan syariah mulai berkembang dengan pesat sejak tahun 1999 yaitu setelah berlakunya Undang-undang nomor
Lebih terperinciAnalisis Penerapan PSAK 102 Untuk Akad Murabahah Dalam Pembiayaan Kepemilikan Rumah pada PT. Bank BJB Syariah KCP Tangerang
Analisis Penerapan PSAK 102 Untuk Akad Murabahah Dalam Pembiayaan Kepemilikan Rumah pada PT. Bank BJB Syariah KCP Tangerang Dessy Susilowati 1, Imam Sofi i², Ekonomi, Universitas Pamulang Jl. Surya Kencana
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PENETAPAN MARGIN PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH{AH DI BSM LUMAJANG DALAM TINJAUAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MUI
55 BAB IV ANALISIS PENETAPAN MARGIN PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH{AH DI BSM LUMAJANG DALAM TINJAUAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MUI A. Analisis Penetapan Margin Pada Pembiayaan Mura>bah{ah Di BSM Lumajang
Lebih terperinciBABl PENDAHULUAN. Lembaga keuangan syariah lahir sebagai akibat adanya rasa
BABl PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalab Lembaga keuangan syariah lahir sebagai akibat adanya rasa ketidakpercayaan pada sebagian masyarakat mengenai kinerja lembaga keuangan konverisional dan adanya
Lebih terperinciBAB IV. Analisa Hukum Islam Terhadap Penentuan Margin Pembiayaan Mud{a>rabah Mikro (Study Kasus Di BMT As-Syifa Taman Sidoarjo).
78 BAB IV Analisa Hukum Islam Terhadap Penentuan Margin Pembiayaan Mud{a>rabah Mikro (Study Kasus Di BMT As-Syifa Taman Sidoarjo). A. Analisa Aplikasi Penentuan Margin Dalam Pembiayaan Mud}a>rabah Mikro
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN. Sistem perbankan ganda (sistem konvensional dan sistem syariah)
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Sistem perbankan ganda (sistem konvensional dan sistem syariah) yang diterapkan di Indonesia menjadi semakin kokoh dan kepastian hukum bagi para nasabah menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tatanan serta operasionalisasi ekonomi yang berprinsip syariah di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tatanan serta operasionalisasi ekonomi yang berprinsip syariah di Indonesia baru berkembang sejak kurang lebih satu dekade terakhir. Perkembangan ini dilatar belakangi
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Akuntansi Akad Murabahah pada KJKS BMT Al Fath
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Akuntansi Akad Murabahah pada KJKS BMT Al Fath Pencatatan akuntansi yang dilakukan oleh KJKS BMT Al Fath dilakukan dengan cara komputerisasi dengan program IT
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank Syariah 2.1.1 Pengertian Perbankan adalah suatu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang dan jasa pengiriman uang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian Bank merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana. Pada dasarnya bank syariah sebagaimana
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Nasabah Nasabah adalah aset atau kekayaan utama perusahaan karena tanpa pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang mengatakan pelanggan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan landasan teori yang telah dijelaskan pada bab II, maka dalam bab ini penulis akan membahas penerapan akuntansi untuk pembiayaan ijarah pada Bank DKI Syariah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan Al-Qur an dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Al-Qur an dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan umat Islam, banyak idealisme yang muncul mempertanyakan apakah praktik ekonomi yang sudah dijalankan saat ini sudah sesuai dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bank Syariah 1. Prinsip Akutansi Bank Islam Laporan akuntansi Bank Islam menurut Pardede dan Gayo (2005) terdiri dari : Laporan posisi keuangan / neraca Laporan laba-rugi Laporan
Lebih terperinciBAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan pada Bab II, maka bab ini peneliti akan membahas mengenai Perlakuan Akuntansi Pendapatan atas Pembiayaan Murabahah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bank syari ah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bank syari ah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan bunga. Bank syari ah lahir sebagai salah satu solusi terhadap persoalan pertentangan antara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank syariah sebagaimana bank konvensional memiliki fungsi sebagai perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu menghimpun dana dari
Lebih terperinciANALISIS PERBEDAAN DAN DAMPAK KEUANGAN DARI PENERAPAN PSAK 102 DENGAN PSAK 50, 55, DAN 60 PADA TRANSAKSI PEMBIAYAAN MURABAHAH STUDI KASUS DI BANK XYZ
1 ANALISIS PERBEDAAN DAN DAMPAK KEUANGAN DARI PENERAPAN PSAK 102 DENGAN PSAK 50, 55, DAN 60 PADA TRANSAKSI PEMBIAYAAN MURABAHAH STUDI KASUS DI BANK XYZ Irsalina Rizka Nurfadhilah, Sri Nurhayati Departemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sistem ekonomi islam dengan konsep profit dan loss sharing yang. bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Fenomena menarik yang
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Sistem ekonomi islam dengan konsep profit dan loss sharing yang berprinsip pada Al-qur an dan tauhid mampu memberi warna tersendiri bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan syariah merupakan alternatif lembaga keuangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan syariah merupakan alternatif lembaga keuangan berlandaskan syariah Agama Islam. Seperti halnya bank konvensional bank syariah berfungsi sebagai lembaga intermediari
Lebih terperinciNo. 15/26/DPbS Jakarta, 10 Juli Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA
No. 15/26/DPbS Jakarta, 10 Juli 2013 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Pelaksanaan Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia. Sehubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengembangan keuangan syariah. Namun demikian, hingga saat ini market share
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia dan mayoritas penduduk yang beragama Islam, Indonesia menjadi pasar yang potensial dalam pengembangan
Lebih terperinciAnalisis Tata Kelola Penyaluran Dana Berbasis Bagi Hasil pada Lembaga Keuangan Syariah
Analisis Tata Kelola Penyaluran Dana Berbasis Bagi Hasil pada Lembaga Keuangan Syariah Ringkasan Penelitian Bank Syariah dikenal sebagai bank dengan ciri khas bagi hasil. Ciri ini tergambar kuat pada aspek
Lebih terperinciSALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 9/SEOJK.03/2015
Yth. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 9/SEOJK.03/2015 TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH INDONESIA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana bertemunya pemilik, pengguna dan pengelola modal.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan sangat berperan strategis sebagai pendorong kemajuan perekonomian nasional serta membantu memperlancar arus lalu lintas keuangan ekonomi dan moneter. Tanpa
Lebih terperinciBuletin Teknis ini bukan bagian dari Standar Akuntansi Keuangan.
EXPOSURE DRAFT BULETIN TEKNIS 8 DIKELUARKAN OLEH KONTRAK ASURANSI DEWAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN IKATAN AKUNTAN INDONESIA TANGGAL 19 OKTOBER 2012 Buletin Teknis ini bukan bagian dari Standar Akuntansi
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. A. Penerapan Akad Pembiayaan Musyarakah pada BMT Surya Asa Artha
50 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Penerapan Akad Pembiayaan Musyarakah pada BMT Surya Asa Artha BMT berdiri dalam rangka menumbuh dan mengembangkan sumberdaya ekonomi mikro yang bersumber pada syariat Islam.
Lebih terperinciCreated by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Praktek Pembiayaan Murabahah Praktek pembiayaan Murabahah di Bank Muamalat Indonesia berpanduan pada DSN-MUI dan PSAK. 1. Akuntansi Syariah Murabahah (PSAK 102)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara dengan basis penduduk muslim terbesar di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara dengan basis penduduk muslim terbesar di dunia tetapi jauh tertinggal oleh Inggris dalam penerapan ekonomi syariahnya. Perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah menjelaskan, praktik perbankan syari ah di masa sekarang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berawal dari munculnya perbankan syari ah di Indonesia pada era 1990-an, pertumbuhan bank syari ah di indonesia saat ini begitu pesat. Hal tersebut ditandai
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Akuntansi 1. Pengertian Akuntansi Akuntansi menurut Weygandt dkk. (2007:4) adalah sebagai berikut : Suatu sistem informasi yang mengidentifikasikan, mencatat, dan mengomunikasikan
Lebih terperinciANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI MURABAHAH PADA PT BANK RAKYAT INDONESIA SYARIAH CABANG KOTA MALANG
ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI MURABAHAH PADA PT BANK RAKYAT INDONESIA SYARIAH CABANG KOTA MALANG Disusun Oleh: Novan Bastian Dwi Ardha bastian.novan@gmail.com Aulia Fuad Rahman, DBA, Ak., SAS Jurusan Akuntansi
Lebih terperinciANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP PEMBIAYAAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH ib PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA SYARIAH CABANG SURABAYA
ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP PEMBIAYAAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH ib PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA SYARIAH CABANG SURABAYA Tysa Dhara Noor Febrina Universitas Negeri Surabaya Email: tysadhara@yahoo.com
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. keuangan atau biasa disebut financial intermediary. Sebagai lembaga keuangan,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dibangun atas dua sektor, yaitu sektor riil dan sektor moneter. Sektor riil adalah sektor ekonomi yang ditumpukan pada sektor manufaktur dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sehat dan stabil. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri dari tiga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi suatu negara pada umumnya tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan dari para pelaku ekonomi yang menjalankan kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perwujudan dari permintaan masyarakat yang membutuhkan suatu sistem
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia merupakan suatu perwujudan dari permintaan masyarakat yang membutuhkan suatu sistem perbankan alternatif yang selain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis jenis usaha yang dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perbankan syariah pada era reformasi ditandai dengan disetujuinya Undang undang Nomor 10 tahun 1998. Dalam undang-undang tersebut diatur dengan rinci landasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai financial
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai financial intermediary artinya menghimpun dana masyarakat dan menyalurkan kembali ke masyarakat
Lebih terperinciEVALUASI KESESUAIAN PSAK 102 (AKUNTANSI MURABAHAH) DENGAN MERUJUK KEPADA AL-QURAN, HADIST DAN IJMA ABSTRACT
EVALUASI KESESUAIAN PSAK 102 (AKUNTANSI MURABAHAH) DENGAN MERUJUK KEPADA AL-QURAN, HADIST DAN IJMA Herawati Khotmi Endang Kartini Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi AMM Mataram ABSTRACT The purpose of this study
Lebih terperinciAKUNTANSI LEMBAGA KEUANGAN ISLAM
AKUNTANSI LEMBAGA KEUANGAN ISLAM SESI 7: Akuntansi Akad Istishna Achmad Zaky,MSA.,Ak.,SAS.,CMA.,CA 2 DEFINISI Akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat memiliki kebutuhankebutuhan. yang harus dipenuhi. Seluruh aktivitas ekonomi yang mengandung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat memiliki kebutuhankebutuhan yang harus dipenuhi. Seluruh aktivitas ekonomi yang mengandung kemaslahatan bagi umat disebut sebagai
Lebih terperinciPERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 102 AKUNTANSI MURABAHAH
Akuntansi Murabahah ED PSAK (Revisi 00) 0 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. AKUNTANSI MURABAHAH Paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf standar. Paragraf Standar harus
Lebih terperinciBAGIAN XI LAPORAN LABA RUGI
BAGIAN XI LAPORAN LABA RUGI XI.1. PENGERTIAN 01. Laporan Laba Rugi adalah laporan yang menyajikan seluruh pos penghasilan dan beban yang diakui dalam suatu periode yang menunjukkan komponen laba rugi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam beberapa tahun terakhir ini. Praktek perbankan Islam sebagai alternatif
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perbankan Islam merupakan fenomena yang menarik dalam beberapa tahun terakhir ini. Praktek perbankan Islam sebagai alternatif sistem keuangan Internasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pinjaman pada dunia perbankan dan inilah yang terjadi pada perekonomian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bank sebagai salah satu lembaga keuangan merupakan sarana dalam meningkatkan kualitas kehidupan ekonomi masyarakat. Bank sebagai lembaga keuangan yang seharusnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan khususnya sektor perbankan menempati posisi sangat strategis dalam menjembatani kebutuhan modal kerja dan investasi riil dengan pemilik dana.
Lebih terperinciAKAD MURABAHAH DAN APLIKASINYA
AKAD MURABAHAH DAN APLIKASINYA David Irawan (06) A. PENDAHULUAN Menghadapi dunia global dewasa ini, kebutuhan hidup manusia semakin bervariatif, dimulai dari keinginan untuk memiliki kebutuhan pokok sehari-hari
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. ANALISIS PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI KJKS CEMERLANG WELERI
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. ANALISIS PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI KJKS CEMERLANG WELERI KENDAL Dikeluarkannya Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
Lebih terperinciKODIFIKASI PRODUK PERBANKAN SYARIAH
KODIFIKASI PRODUK PERBANKAN SYARIAH Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia 2008 DAFTAR ISI A. Penghimpunan Dana I. Giro Syariah... A-1 II. Tabungan Syariah... A-3 III. Deposito Syariah... A-5 B. Penyaluran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Upaya mendorong pengembangan bank syariah dilaksanakan dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya mendorong pengembangan bank syariah dilaksanakan dengan memperhatikan bahwa sebagian masyarakat muslim Indonesia pada saat ini sangat menantikan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian yang mengelola dana dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank, lembaga pembiayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perbankan nasional yang terbagi menjadi dua macam yaitu perbankan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian Indonesia tidak terlepas dari peran perbankan nasional yang terbagi menjadi dua macam yaitu perbankan syariah dan konvensional. Perbankan syariah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. intermediasi yang menghubungkan antara pihak-pihak yang kelebihan (surplus) dana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia banyak sekali Lembaga Keuangan baik konvensional maupun syariah yang memiliki fungsi yang sama, yaitu untuk menjadi lembaga perantara atau intermediasi
Lebih terperinciANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH, MUDHARABAH, DAN MUSYARAKAH PADA BANK KALTIM SYARIAH DI SAMARINDA
ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH, MUDHARABAH, DAN MUSYARAKAH PADA BANK KALTIM SYARIAH DI SAMARINDA Jati Satria Pratama Fakultas Ekonomi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda Email : Order.circlehope@gmail.com
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
7 BAB II LANDASAN TEORI A. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.102 Akuntansi untuk penjual 1. Pengakuan dan Pengukuran a. Pada saat perolehan, asset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar biaya
Lebih terperinciSTRATEGI PENETAPAN MARGIN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BMT AT- TAQWA MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT. LELI SUWITA Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat
MENARA Ilmu Vol. XI Jilid 1 No.76 Juli 2017 STRATEGI PENETAPAN MARGIN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BMT AT- TAQWA MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT LELI SUWITA Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat A. PENDAHULUAN
Lebih terperinciJESTTVol.1No.11November2014
ANALISIS PENERAPAN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA FATWA NO. 84/DSN-MUI/XII/2012 BANK MUAMALAT KANTOR CABANG DARMO SURABAYA Diah Putri Pravita Sari Mahasiwa Program Studi S1 Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan
Lebih terperinci