1 PERSEPSI MASYARAKAT DESA PEMEKARAN DALAM PROSES PELAYANAN PUBLIK DI KECAMATAN LIRIK KABUPATEN INDRAGIRI HULU ARTIKEL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S1) Oleh RIDHANO PRATAMA 10030261 Pembimbing I Pembimbing II Erna Juita, S.Pd., M.Si Elvi Zuriyani, S.Si., M.Si PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2016
2
3 PERCEPTION PUBLIC OF VILLAGE EXPANSION IN THE PROCESS PUBLIC SERVICES IN LIRIK DISTRICT OF HULU INDRAGIRI By : Ridhano Pratama 1 Erna Juita 2 Elvi Zuriyani 3 1.the geography education student of STKIP PGRI Sumatera Barat. 2,3 the lecturer at geography department of STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT This study aimed to obtain information and analyze data on: 1) perception public of village expansion in public services of health, 2) public of village expansion in public services of government and 3) perceptions of village expansion in public services of education in Lirik district Indragiri Hulu. This type of research is descriptive. The study population is all households in the village sub-district division Lirik consisting of three villages with 723 households. Samples were taken by proportional random sampling with a proportion of 10% to obtain 103 households. The research found that: (1) perception public service of health was in good criterion with the percentage of 66.60%, (2) perception public service of government was in good criteria with the percentage of 63.37% and ( 3) perception public service of education are in good criterion well with the percentage of 64.77% Key words: perceptioan, public sevice, health, government, education, 1
2 PENDAHULUAN Pemekaran wilayah dipandang sebagai sebuah terobosan untuk mempercepat pembangunan melalui peningkatan kualitas dan kemudahan memperoleh pelayanan bagi masyarakat. Salah satu upaya tersebut adalah pembentukan wilayah otonom baru, yang dikenal dengan pemekaran wilayah. Walaupun dalam fakta yang ada pemekaran wilayah terkadang melahirkan masalah baru, sehingga optimalisasi pelayanan sebagaimana salah satu tujuan pemekaran wilayah tidak dapat terlaksana dengan baik. Salah satu cara untuk menjalankan otonomi daerah tersebut adalah melalui pembentukan daerah. UUD 1945 mengatur bahwa wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi dibagi atas kabupaten/kota yang masing-masing mempunyai pemerintahan daerah untuk menjalankan otonomi daerah seluas-luasnya. UUD 1945 tidak mengatur perihal wilayah atau pemekaran wilayah secara khusus, namun disebutkan dalam pasal 188 ayat (1) bahwa: Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahandaerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang." Selanjutnya, pada ayat (2) pasal yang sama tercantum kalimat berikut. 1) Negara mengakui dan menghormati kesatuankesatuan masyarakat hukum adat beserta hakhak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Repuplik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang. Pasal 4 ayat (3) UU 32 Tahun tentang Pemerintahan Wilayah berbunyi: Pembentukan daerah dapat berupa penggabungan daerah atau bagian wilayah yang bersandingan atau pemekaran dari satu daerah menjadi dua daerah atau lebih". Pemberian otonomi daerah mengandung arti bahwa, setiap daerah diberi kewenangan untuk menyelenggarakan bidang pemerintahan yang nyata diperlukan, pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik. Kondisi ideal di atas tidak terjadi dalam realitasnya. Dalam 10 tahun terakhir ini, tidak semua daerah hasil pemekaran menghasilkan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sebaliknya, pemekaran wilayah memunculkan raja-raja kecil daerah. Bahkan terjadi konflik di wilayah perbatasan yang akibatnya menghambat upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hingga awal tahun 2014, Departemen Dalam Negeri telah menerima usulan pembentukan sebanyak 2l provinsi baru dan 94 kabupaten/ kota, selama kurun waktu 2008-2014. Departemen Dalam Negeri dalam evaluasinya menyebutkan 104 daerah (lima provinsi, 97 kabupaten) pemekaran yang terjadi dari tahun 2000 sampai 2004, sekitar 76 diantaranya masih bermasalah. Berbagai macam masalah yang timbul, dari mulai aset daerah induk yang belum diserahkan ke wilayah pemekaran sampai letak ibu kota yang masih belum pasti. Penjelasan pada awal 2005 dari Depdagri, beberapa persoalan yang muncul diantaranya, ada 87,71% daerah induk belum menyelesaikan P3D (Pembiayaan, Personil, Peralatan dan Dokumen), kemudian, 79% daerah otonomi baru belum memiliki batas wilayah yang jelas. Selanjutnya, 89,48% wilayah induk belum memberikan dukungan dana kepada wilayah otonomi baru dan 84,2% pegawai negeri sipil (PNS) sulit dipindahkan dari wilayah induk ke wilayah pemekaran. Hasil penelitian Badan Dunia untuk Program Pembangunan (United Nations Development Program-LINDP) dan Bappenas menemukan setelah lima tahun dimekarkan, kondisi daerah otonom baru masih berada di bawah kondisi daerah induk dan daerah kontrol. Penduduk miskin menjadi terkonsentrasi di daerah otonom baru. Hasil UNDP dan Bappenas menyebutkan, kondisi daerah-daerah pemekaran lebih buruk dibandingkan dengan daerah induk. Untuk itu, pemerintah baik provinsi maupun kabupaten/kota harus berperan aktif mempersiapkan pemekaran, sehingga objektif dan rasional, sehingga pemekaran bisa menjadi momentum bagi provinsi untuk menata ulang perwilayahannya serta perluasan dan pemekaran wilayah benar-benar atas pertimbangan yang matang. Hal ini perlu dicermati agar semangat perluasan dan pemekaran wilayah tidak hanya sekedar kepentingan "sesaat" atau keinginan kelompok ataupun kepentingan politik, termasuk hanya sekedar bagi-bagi kekuasaan sebagaimana yang beredar luas di tengah masyarakat. Menurut Fitzmmos dalam (Sinambela, 2010:7) terdapat lima indikator pelayanan publik, yaitu reability yang ditandai pemberian pelayanan yang tepat dan benar; tangibles yang ditandai dengan penyediaan yang memadai sumber daya manusia dan sumber daya lainnya; responsiveness yang ditandai dengan keinginan melayani konsumen dengan cepat; assurance yang ditandai tingkat perhatian terhadap etika dan moral dalam memberikan pelayanan, dan empaty yang ditandai dengan tingkat kemauan untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumen.
3 Peningkatan kualitas pelayanan pada masyarakat dalam menghadapi era globalisasi sangat memerlukan sebuah strategi, mulai dari strategi perancangan pelayanan prima menajemen kualitas modern hingga kepada implementasi dari rancangan terhadap konsep pelayanan publik yang baik, sehingga penyelengaraan pemerintahan dalam hal administratif tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Dalam konsep administrasi publik modern, pemberian pelayanan kepada masyarakat tidak harus dilakukan oleh pemerintah, akan tetapi pemerintahan bekerjasama dengan mengembangkan kemitraan, baik dengan kelompok swasta maupun perorangan. Kecamatan Lirik merupakan salah satu kecamatan yang berada pada wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hulu, dengan luas wilayah 596,00 Km2. Kondisi seperti inilah yang menjadi alasan salah satu faktor terbentuknya pemekaran wilayah di Kabupaten Indragiri Hulu. Dalam konteks pemekaran daerah, konsep pelayanan publik yang baik menjadi salah satu faktor utama dalam penyelenggaraan administrasi publik, hal inilah yang menjadi permasalahan utama dalam pemekaran wilayah, dimana pelayanan publiknya masih bisa dikatakan belum baik dan sesuai dengan visi misi dari wilayah pemekaran tersebut. Berdasarkan observasi awal di Kecamatan Lirik, masyarakat kurang puas tentang pelayanan publik yang ada diberikan oleh pemerintahan Kecamatan Lirik, terutama yang berkaitan dengan pelayanan di kantor-kantor pemerintah. Masyarakat menganggap, pegawai yang bekerja di kantor pemerintahan belum sepenuh hati dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, walaupun pemerintah telah melengkapi sarana prasarana pelayanan, seperti puskesmas pembantu, sekolah dan membangun kantor desa pada masing-masing desa pemekaran. Adanya perbedaan persepsi antara masyarakat pemerintah tentang pemekaran desa ini karena besarnya harapan masyarakat mendapatkan pelayanan publik dari pemerintah. Tujuan penelitian adalah mendapatkan informasi dan menganalisis tentang: 1) Persepsi masyarakat desa pemekaran dalam proses pelayanan publik bidang kesehatan, 2) Persepsi masyarakat desa pemekaran dalam proses pelayanan publik bidang pemerintahan dan (3) Persepsi masyarakat desa pemekaran dalam proses pelayanan publik bidang pendidikan di Kecamatan Lirik Kabupaten Indragiri Hulu. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yang bertujuan untuk mengetahui dan mengungkapkan persepsi masyarakat desa pemekaran dalam proses pelayanan publik di Kecamatan Lirik Kabupaten Indragiri Hulu populasi dalam penelitian ini adalah seluruh KK yang ada di desa pemekaran Kecamatan Lirik yang terdiri dari 3 desa dengan 1.030 KK. Sampel responden diambil dengan menggunakan teknik proportional random sampling dengan proporsi 10% artinya setiap keluarga 15% sehingga diperoleh sampel responden sebanyak 103 KK. Analisis data dilakukan dengan teknik persentase dengan rumus P = f x100% (Arikunto (2006) n Menghitung rata-rata skor total item dengan menggunakan rumus: Skor total = (Ax5) + (Bx4) (Cx3) + (Dx2) + Ex1 (Sudjana dan Ibrahim, 2010) Sugiyono (2010:95) mengemukakan kriteria persepsi masyarakat ditentukan berdasarkan interval berikut ini: Kriteria persepsi dikelompokkan sebagai berikut SB = Sangat baik (81 100%) B = baik (61 80%) CB = Cukup baik (41 60%) KB = kurang baik (21 40%) TB = tidak baik (0 20%) HASIL DAN PEMBAHASAN Pertama, persepsi masyarakat desa pemekaran dalam pelayanan publik bidang kesehatan termasuk baik dengan persentase 66,60%. Rakhmat (2007: 51) meyatakan persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Selanjutnya Slameto, (2010: 102) menyatakan persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihatan, pendengaran, peraba, perasa dan penciuman. Kotler (dalam Supranto, 2011: 227) mengatakan bahwa jasa/layanan merupakan suatu kinerja penampilan, tidak terwujud dan cepat hilang, lebih dapat dirasakan dari pada dimiliki, serta masyarakat lebih dapat berperan
4 aktif dalam proses mengkonsumsi jasa tersebut. Yoeti (2000: 9) mengemukakan bahwa pelayanan itu diberikan kepada dua macam masyarakat, yaitu internal customer (orang yang terlibat dalam proses produksi dan jasa yang kita hasilkan) dan external customer (mereka yang berada di luar organisasi yang menerima barang atau jasa dari pemberi pelayanan). Kedua, persepsi masyarakat desa pemekaran dalam pelayanan publik bidang pemerintahan termasuk baik dengan persentase 63,37% Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 yang dimaksud dengan pelayanan publik pasal 1 adalah kegiatan atau rangkaian dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang dan jasa dan pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Ketiga, persepsi masyarakat desa pemekaran dalam proses pelayanan publik bidang pendidikan di kecamatan Lirik kabupaten Indragiri Hulu termasuk baik dengan persentase 64,77%. Irawan (2002:2), kepuasan adalah persepsi terhadap produk atau jasa yang telah memenuhi harapan, masyarakat merasa puas jika persepsinya sama atau lebih dari yang diharapkan. Disini terlihat bahwa kepuasan adalah respon permulaan dari konsumen, hasil penilaian dari konsumen bahwa produk atau pelayanan telah memberikan tingkatan kenikmatan dimana tingkat pemenuhannya bisa lebih atau kurang. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Persepsi masyarakat dalam pelayanan publik bidang kesehatan termasuk baik dengan persentase 66,60%. 2. Persepsi masyarakat dalam pelayanan publik bidang pemerintahan termasuk baik dengan persentase 63,37% 3. Persepsi masyarakat dalam proses pelayanan publik bidang pendidikan termasuk baik dengan persentase 64,77%. Sedangkan saran yang dapat penulis kemukakan : kesehatan yang memadai dan dalam bidang pemerintahan, masyarakat mendapatkan pelayanan dari kantor desa 2. Disarankan kepada Dinas Pendidikan untuk menambah fasilitas pendidikan, seperti mendirikan pendidikan dasar yaitu SD pada masing-masing daerah pemekaran. 3. Disarankan kepada Dinas Kesehatan untuk memperhatikan infrastruktur rumah sakit sesuai dengan standar yang melengkapi sarana kesehatan masyarakat serta tenaga kesehatan untuk melayani masyarakat pada desa pemekaran DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Asdi Mahasatya Irawan, Handi. 2002. Prinsip Kepuasan Pelanggan. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Mursil, Slamet Rianto, Iswandi U. 2013. Persepsi Masyarakat Tentang Infrastruktur Pembangunan Di Kecamatan V Koto Kabupaten Mukomuko. http://ejournals1.stkip-pgri-sumbar. ac. id/ index.php/geografi/issue/view/11, diakses tanggal 20 Februari 2016 Rakhmat, Jalaluddin. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Supranto. J. 2001. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan untuk Menaikkan Pangsa Pasar. Jakarta: Rineka Cipta Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik Undang-Undang No. 32 tentang Pemerintahan daerah 1. Disarankan kepada pemerintah daerah kabupaten Indragiri Hulu untuk memperhatikan kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan, yaitu adanya sarana pendidikan yang mudah dijangkau, kemudian dalam bidang kesehatan yaitu adanya sarana