X. KESIMPULAN DAN SARAN. identifikasi kemiskinan dan program strategi pemberdayaan masyarakat miskin

dokumen-dokumen yang mirip
I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

KESIMPULAN DAN SARAN

IV. METODE PENELITIAN

KEBIJAKAN DAN RENCANA PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN TAHUN Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA MIKRO

BAB VI LANGKAH KE DEPAN

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang

VI. RANCANGAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PENGEMBANGAN PETERNAKAN

BAB IV VISI DAN MISI

BAB I PENDAHULUAN. Krisis harga minyak yang sempat melonjak hingga lebih dari 120 dolar

PEMBERDAYAAN IBU RUMAH TANGGA DALAM MEMBUAT PRODUK DAUR ULANG SAMPAH DI KELURAHAN BALEARJOSARI

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. diantaranya adalah perspektif sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Karena

PENYULUHAN DAN KEBERADAAN PENYULUH

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman

I. PENDAHULUAN yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkalis. Adanya

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukan bahwa faktor-faktor kinerja

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. analisis data yang telah dipaparkan pada bab terdahulu, maka dapat ditarik beberapa

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Palembang Tahun BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Implementasi Kebijakan Pengembangan Kawasan Agropolitan Sendang Kabupaten Tulungagung

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM

Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : perkotaan yang dilaksanakan di Desa Dagang Kelambir?

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. ditemui melalui pendekatan kualitatif, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

Partisipasi kelompok marginal dan perempuan

Menimbang: a. bahwa Koperasi dan Usaha Kecil memiliki peran dan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

PENGARUH KINERJA ANGGOTA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN PERKOTAAN DI DESA DALU X A KECAMATAN TG

IX. PROGRAM STRATEGI DAN MAPPING PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN PERKOTAAN BERBASIS KELEMBAGAAN LOKAL DI KELURAHAN CURUG MEKAR, KOTA BOGOR

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

: PERATURAN GUBERNUR TENTANG ARAH, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN.

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

BAB V PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TENGAH

FORM EDS KEPALA SEKOLAH

RANCANGAN PROGRAM RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KBU PKBM MITRA MANDIRI

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan.

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

DEKLARASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI

SOAL EDS ONLINE UNTUK KS.

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG

BAGAIMANA MENAKAR PEMBANGUNAN EKONOMI LOKAL DI ERA OTONOMI DAERAH*)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4. IDENTIFIKASI STRATEGI

BAB II EKONOMI MAKRO DAN KEBIJAKAN KEUANGAN

Boks 2. PERINGKAT DAYA SAING INVESTASI DAERAH PROVINSI JAMBI

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prasyarat utama untuk memperbaiki derajat kesejahteraan rakyat.

BAB 5 INDIKASI KEKUATAN, KELEMANAHAN, ANCAMAN, DAN PELUANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

TEKNIK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SECARA PARTISIPATIF

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi saat ini telah banyak perubahan dalam berbagai bidang

STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL (Studi Kasus Kabupaten Garut, Propinsi Jawa Barat) Oleh : ABDUL WAHID A

STRATEGI PENGEMBANGAN PENGUSAHA KECIL MELALUI CAPACITY BUILDING DI DAERAH TUJUAN WISATA

Prioritas Kebijakan Pemda Untuk Optimalisasi PATEN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. ada. Fenomena ini tidak bisa lepas dari sistem pendidikan kita yang mengutamakan

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

Pangkalan Data Penjaminan Mutu Pendidikan. Negara Kesatuan Republik Indonesia. Panduan EDS Kepala Sekolah PADAMU NEGERI

TERWUJUDNYA MASYARAKAT SELOMARTANI YANG AGAMIS SEJAHTERA BERBUDAYA DAN MANDIRI DENGAN KETAHANAN PANGAN PADA TAHUN 2021

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB VIII STRATEGI DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

Transkripsi:

X. KESIMPULAN DAN SARAN 10.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil kajian mengenai analisis identifikasi kemiskinan dan program strategi pemberdayaan masyarakat miskin perkotaan berbasis kelembagaan lokal adalah sebagai berikut : 1. Secara umum Kelurahan Curug Mekar mempunyai potensi internal kelembagaan lokal yang dapat difasilitasi pengembangan peran dan fungsinya baik oleh pemerintah, swasta maupun kelompok pemeduli. Potensi internal kelembagaan tersebut terutama terdapat pada : (1) Lingkungan dan wilayah Kelurahan Curug Mekar yang kondusif sebagai prasyarat penanggulangan kemiskinan. (2) Proses pemberdayaan yang datang dari bantuan luar menjadi kekayaan organisasi dan struktur kelembagaan lokal. (3) Kelembagaan lokal menjunjung tinggi nilai budaya terlebih agama. Pengembangan manajerial kelembagaan lokal merupakan prasyarat yang perlu dilalui guna mencapai persepsi dalam manajemen kelembagaan lokal. Peran dan fungsi kelembagaan lokal masih merupakan manajemen kegiatan. Hal tersebut menyebabkan kurang cermatnya subsidi silang sasaran antar Rukun Warga. Akibatnya, upaya pemberdayaan masyarakat miskin belum berdampak secara keseluruhan. 2. Berdasarkan analisis faktor internal dan eksternal, pemberdayaan masyarakat miskin perkotaan berbasis kelembagaan lokal menekankan pada strategi yang

bertujuan untuk menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang eksternal. Peluang eksternal tersebut terbuka dalam hal fasilitasi, mediasi dan advokasi yang dilakukan oleh pemerintah, swasta maupun kelompok pemeduli. (Strategi W - O) Hasil analisis matriks IFE menunjukan bahwa basis kelembagaan lokal masih memiliki kondisi internal yang lemah, yaitu belum mampu memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi kelemahan. Kelemahan utama yang dihadapi adalah masih lemahnya para aktor sosial yang bergerak sektoral, serta belum terdapat suatu pedoman bersama. Hasil analisis EFE menunjukan bahwa basis kelembagaan lokal telah mampu memanfaatkan peluang eksternal untuk menghadapi ancaman. Peluang terbesar yang dimiliki adalah perkembangan teknologi, kebijakan pemerintah daerah Kota Bogor yang memprioritaskan upaya penanggulangan kemiskinan, posisi strategis Kelurahan Curug Mekar, serta adanya tanggung jawab sosial. 3. Berdasarkan analisis identifikasi kemiskinan di Kelurahan Curug Mekar, adalah sebagai berikut : (1) Karakteristik kepala rumah tangga miskin yang masih berada dalam kisaran usia produktif berimplikasi pada fungsi dan peran kelembagaan lokal. Kelembagaan lokal perlu melalukan peran dan fungsi pendampingan. Pendampingan dilakukan agar keswadayaan keluaga miskin dapat berorientasi produksi atau pendapatan. (2) Terkait dengan teridentifikasinya kemiskinan relatif dan cyclical poverty di Kelurahan Curug Mekar maka hal tersebut berimplikasi pula pada pengembangan fungsi dalam

kelembagaan lokal. Kelembagaan lokal perlu melakukan fungsi distribusi secara aktif dan selektif (skala prioritas). Berdasarkan diskusi kelompok terarah, teridentifikasi bahwa kemiskinan yang terjadi memiliki arti yang sama dengan upaya kelangsungan hidup rumah tangga miskin, upaya menekan biaya pemeliharaan, serta upaya menjauhkan diri dari musibah. Ketiga hal tersebut memerlukan suatu bentuk kegiatan yang berorientasi hasil. Salah satu bentuk kegiatan yang berorientasi hasil adalah pemetaan kebutuhan fisik dan prasarana lingkungan. Berdasarkan analisa tersebut maka pola pemberdayaan yang baik dilaksanakan dalam jangka pendek adalah pemberdayaan bidang fisik dan prasarana. Alasan lain perlu dilakukannya kegiatan pemberdayaan fisik dan lingkungan adalah terkait dengan kondisi sosio demografis kepala rumah tangga miskin pada kisaran umur 49 tahun. Implikasi pada basis kelembagaan adalah bahwa fungsi kelembagaan yakni sebagai fungsi penerima peluang. Konsekuensinya adalah perlu dilibatkannya kepala keluarga miskin kelompok usia tersebut kedalam bentuk kegiatan padat karya, karena kepastian memperoleh pendapatan merupakan hal termudah yang dapat dilakukan kelompok usia tersebut. 10.2. Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan, beberapa saran yang dapat direkomendasikan antara lain : 1. Dalam rangka pemberdayaan masyarakat miskin perkotaan yang berbasis kelembagaan lokal pemberdayaan tersebut sebaiknya memperhatikan karakteristik sosio demografis rumah tangga miskin. 2. Upaya peningkatan peran dan fungsi kelembagaan harus memperhatikan sumberdaya yang terdapat di Kelurahan Curug Mekar. Selain itu, pemerintah pusat maupun daerah sebaiknya meningkatkan fasilitasi pengembangan kelembagaannya pula baik sarana maupun prasarana. 3. Dokumen perencanaan yang muncul sebagai kebutuhan masyarakat harus difasilitasi oleh pemerintah daerah karena terkait dengan kemitraan yang berproses. Selain itu dokumen perencanaan diperlukan sebagai suatu alat yang komprehensif, integratif dan transparan hingga menjadi alat komunikasi yang efektif bagi pelaksana, antar pelaksana, tingkatan pelaksana dan generasi penerus. 4. Upaya lain yang harus dikembangkan adalah komitmen manajerial dan political will dari pemerintah pusat maupun daerah. Kemiskinan memerlukan penanganan jangka pendek maupun jangka panjang. Kelembagaan lokal di Kelurahan Curug Mekar teridentifikasi mandiri. Namun kemandirian yang dimiliki hanya berperan sejauh membantu pemenuhan kebutuhan dasar atau kelangsungan hidup keluarga miskin di Kelurahan Curug Mekar. 5. Upaya menciptakan iklim yang kondusif berupa pemotongan rantai kemiskinan melalui strategi pendidikan merupakan amanat yang harus diciptakan oleh pemerintah. Seiring berprosesnya strategi pendidikan,

diperlukan juga berprosesnya politik dan berprosesnya ekonomi yang kondusif. Penciptaan lapangan kerja selayaknya relevan dengan keberhasilan program strategi pendidikan itu sendiri. 6. Upaya pembangunan kesehatan juga merupakan hal penting. Pembangunan kesehatan merupakan upaya pencegahan penyebab kemiskinan. DAFTAR PUSTAKA