BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Kerangka Berpikir Konsep Bagan 4.1 Kerangka Berpikir Konsep 105
106 Dari kerangka berpikir diatas dapat penulis memilih konsep Batik Pekalongan : The Diversity of Culture yang memiliki arti Batik Pekalongan : Keragaman Budaya Gambar 4.1 Konsep
107 Batik Pekalongan yang beragam mencerminkan masyarakat Pekalongan yang mudah menerima pengaruh dari kebudayaan luar seperti India-Arab, Belanda, Cina dan Jepang. Sifat tersebut juga dimiliki oleh masyarakat urban Jakarta yang mudah menyerap pengaruh dari kebudayaan luar sehingga penulis memilih tema ini. Setiap ruangan pada Pusat Batik Pekalongan ini memiliki tema tersendiri yang mencerminkan tiap kebudayaan yang terdapat pada kain batik Pekalongan. Selain itu dalam perancangan ini terdapat pula penerapan motif kain batik Jlamprang yang merupakan batik pertama dari Pekalongan dengan pengaruh dari India-Arab. 4.2 Citra Ruang Pusat Batik Pekalongan adalah sebuah tempat yang memiliki tujuan tidak hanya sebagai tempat yang menjual batik namun juga melestarikan batik Indonesia, khususnya batik khas Pekalongan dengan target market pengunjung berusia 20-50 yang merupakan masyarakat perkotaan menengah keatas. Sesuai dengan kriteria pengunjung yang merupakan masyarakat menegah keatas, dewasa dan memiliki tingkat kesibukan tinggi, citra yang ingin ditimbulkan dalam perancangan interior Pusat Batik Pekalongan ini adalah interior yang modern dengan sentuhan tradisional dengan tetap memperhatikan kenyaman pengunjung.
108 Gambar 4.2 Konsep Cirta Ruang 4.3 Konsep Bentuk dan Garis Konsep bentuk yang digunakan dalam perancangan ini dalah bentuk-bentuk geometris dengan garis lurus diagonal yang menunjukkan kesan dinamis dan kuat serta penggunaan garis lengkung untuk kesan yang tidak kaku dan lebih luwes. Penggunaan bentuk geometris dapat terlihat dari penataan dan bentuk furniture yang digunakan didalamnya. Selain itu terdapat pula penerapan bentuk geometris yang diambil dari salah satu motif batik Pekalongan yaitu Jlamprang. Jlamprang memiliki bentuk geometris berupa persegi, lingkaran dan garis lurus tegak serta diagonal yang memiliki kesan tenang, proposional, dan tidak kaku. Penerapan motif jlamprang dapat terlihat pada pola penataan furniture area display pakaian atau restaurant. Selain itu penerapan motif ini juga terdapat pada ceiling dan lantai pada area lobby dan retail. Dan pada area restaurant workshop penggunaan motif jlamprang ini akan diterapkan pada dinding dengan menggunakan cutting laser dari material tembaga.
109 Gambar 4.3 Konsep Bentuk dan Garis 4.4 Konsep Furnitur Furnitur yang digunakan dalam perancangan retail ini adalah furniture yang memiliki kesan modern dengan sentuhan tradisional. Sistem furniture yang digunakan merupakan gabungan dari loose furniture dan built-in furniture. Builtin furniture akan banyak digunakan pada area display kain pada retail. Sedangkan loose furniture digunakan pada area restaurant, workshop, dan office.
110 Gambar 4.4 Konsep Furniture 4.5 Konsep Material Lantai, Dinding dan Ceiling Material yang digunakan dalam perancangan Pusat Batik Pekalongan ini yaitu material alami dan material buatan. Penggunaan material alami antara lain kayu dan granite, sedangkan material buatan antara lain kaca, gypsum, dan karpet. Penggunaan material lantai yang tahan lama dan tahan gesekan seperti lantai kayu (parquet) dan marmer baik digunakan untuk area retail yang memiliki tingkat lalu lintas yang tinggi, sedangkan penggunaan material lantai seperti tegel kunci pada area restaurant dapat mendukung ambience dan konsep dalam perancangan ini. Untuk area back office yang membutuhkan konsentrasi tinggi
111 penggunaan karpet sangat baik karena dapat meredam suara bising didalam ruangan. Saberro house ini menggunakan material dinding dari batu bata. Area retail dan restaurant menggunakan wallpaper sebagai pelapis dinding karena wallpaper dapat memberikan kesan yang bersih, rapi, mewah serta merupakan reflector yang baik dalam penciptaan ambience ruangan. Sedangkan workshop menggunakan cat sebagai pelapis dinding pada area yang kering dan keramik pada area yang basah seperti area pewarnaan. Penggunaan material ceiling akustik yang dapat meredam suara atau bising sangat cocok untuk digunakan pada area yang membutuhkan konsentrasi tinggi seperti back office dan workshop. Sedangkan penggunaan material ceiling gypsum sangat cocok untuk digunakan pada area retail karena ceiling gypsum dapat memantukan cahaya dengan baik dan dapat dibentuk sesuai keinginan Gambar 4.5 Konsep Material Resto
112 4.6 Konsep Warna Batik Pekalongan dikenal memiliki motif yang beragam dan warna cerah, untuk itu dalam perancangan ini penggunaan warna netral seperti putih, krem, coklat, dan hitam baik untuk menonjolkan warna dan motif dari kain tersebut. selain itu terdapat pula penambahan aksen warna merah dan biru yang merupakan warna kain khas daerah pesisir Pekalongan. Penggunaan warna merah secara psikologis melambangkan keberanian, kuatan, kekuasaan, dan glamour yang diaggap pantas mewakili karakteristik pengunjung retail ini yang merupakan kalangan menengah atas, sedangkan warna biru memberikan kesan tenang, sejuk, dan bersahabat. Gambar 4.6 Skema Warna 4.7 Konsep Pencahayaan Sistem pencahayaan yang digunakan dalam perancangan ini adalah pencahayaan langsung (direct lighting) dan pencahayaan tidak langsung (indirect lighting). Pencahayaan langsung yang di dapat dari matahari terbatasi karena tidak banyaknya jendela dalam gedung ini, untuk itu dibutuhkan pencahayaan dari
113 lampu terutama pada daerah yang membutuhkan konsentrasi tinggi seperti back office. Area back office menggunakan general lighting dengan cahaya yang terang dan tidak berbayang seperti lampu flourecent, sedangkan pada area retail menggunakan general lighting dan dibantu dengan task lighting dan decorative lighting yang dapat membatu dalam menciptakan store atmosfer. Namun pada area retail atau galeri (exclusive retail) penggunaan sistem pencahayaan langsung seperti lampu spotlight hanya digunakan pada area display kain atau pamer karena panas lampu yang mengarah langsung ke permukaan kain dapat membuat kain mudah rapuh sehingga penggunaan lampu LED sangat dianjurkan. Gambar 4.7 Konsep Pencahayaan (Sumber : http://google.com/) 4.8 Konsep Penghawaan Penghawaan yang digunakan adalah penghawaan buatan. Selain karena tidak banyaknnya bukaan pada gedung ini, penggunaan ac (air conditioning) sangat sesuai karena dapat diubah suhunya sesuai dengan kebutuhan. Namun penggunaan ac secara terus menerus dengan suhu yang rendah dapat membuat kelembaban dalam suatu ruangan meningkat. Tingkat kelembaban yang tinggi dapat mengakibatkan timbulnya lumut, jamur, dan bakteri yang dapat merusak kain dan peralatan yang berada didalam ruangan. Untuk itu perlu adanya penggunaan dehumidfier yang dapat membantu menyerap kelembaban. Penggunaan dehumiedfier ini sangat penting terutama pada ruangan retail, galeri, dan storage dimana kain batik berada. Karena dalam perawatannya kain batik harus berada dalam ruangan bersuhu 20 24 C dengan kelembaban 45
114 46%. Selain penggunaan ac dan dehumiedfier juga diperlukan exhaust fan untuk pertukaran udara pada area yang lembab seperti dapur, panty dan kamar mandi. Gambar 4.8 Konsep Penghawaan 4.9 Konsep Keamanan Sistem keamanan dalam perancangan pusat batik Pekalongan ini mencakup keamanan dari kebakaran. Sistem keamanan kebakaran memerlukan perangkat seperti alarm kebakaran, alat pendeteksi asap (smoke detector), dan alat penyiraman air (sprinkler) pada setiap ruangan. Sedangkan untuk mencegah pencurian diperlukan perangkat seperti CCTV (Closed Circuit Television) dan Security Alarm System. CCTV yang dipasang pada area tertentu seperti area kasir, galeri dan area lainnya yang dianggap penting. Gambar 4.9 Konsep Keamanan
115 4.10Moodboard Gambar 4.10 Kota Pekalongan Gambar 4.11 Moodboard 1
116 Gambar 4.12 Moodboard 2 Gambar 4.13 Moodboard 3
117 Gambar 4.14 Moodboard 4 Gambar 4.15 Moodboard 5
118 Gambar 4.16 Moodboard 6