BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi

1 123 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Konsep Perancangan Konsep perancangan Pusat Rehabilitasi Narkoba didasarkan pada pentingnya memberikan sebuah kenyamanan bagi pasien/residen supaya dapat mempercepat proses penyembuhan, bukan hanya metode yang digunakan dalam penyembuhan tetapi faktor pendukung dalam rehabilitasi juga ikut mendukung proses penyembuhan, faktor pendukung meliputi sarana dan prasarana yang ada dalam pusat rehabilitasi tersebut. karena bila pasien/residen merasakan kenyamanan pada tempat dalam hal ini pusat rehabilitasi narkoba, residen juga akan mengikuti tahap rehabilitasi dengan baik, banyak kasus pasien/residen melarikan diri karena ketidaknyamanan. Memberikan dan menciptakan suasana interior yang sesuai dengan keinginan residen, tidak menekan pengguna/residen dalam keadaan terpenjara/terkurung. Seperti yang kita ketahui sebelumnya bahwa pandangan setiap orang tentang pusat rehabilitasi narkoba merupakan sebuah suasana yang seram seperti didalam penjara/barak. Hal Ini yang membuat penulis ingin merubah pola/pandangan masyarakat tersebut bahwa pusat rehabilitasi narkoba merupakan tempat yang terbaik untuk penyembuhan pecandu/penyalahgunaan narkoba. Bila pecandu narkoba tidak segera direhabilitasi maka dapat timbul berbagai macam penyakit diantaranya HIV/AIDS dan akan berkakhir pada kematian. Semakin hari semakin banyak orang yang terjerumus kedalam jerat narkoba, bahkan pada saat sekarang ini sudah banyak anak dibawah umur mulai mencoba-coba untuk mengkonsumsi narkoba, kebanyakan dari mereka yang menggunakan narkoba karena frustasi dengan hal-hal yang tidak seharusnya mereka rasakan, diantaranya karena hubungan keluarga yang tidak harmonis, terlibat perkelahian dengan orangtua, bahkan karena orangtua bercerai sehingga anak menjadi korban. Dan juga karena salah pergaulan, dalam hal ini teman yang menjerumuskan.

2 124 Metode rehabilitasi yang digunakan pada setiap rehabilitasi narkoba banyak memiliki kelebihan dan ada juga kekurangannya. Ada residen yang pernah merasakan sampai berpindah-pindah tempat rehabilitasi dengan alasan ketidak cocokan dengan metode ataupun tempat yang mereka pernah rasakan. Kebanyakan dari para residen menginginkan sebuah tempat yang membuat mereka merasa nyaman seperti berada didalam rumah sendiri, tidak merasakan suasana seperti berada didalam penjara. Dengan lingkungan dan suasana yang nyaman dapat mempengaruhi mereka dalam proses rehabilitasi. Mereka tidak merasakan seperti berada didalam rehabilitasi tetapi mereka merasakan seperti berada didalam rumah dengan orang-orang yang berbeda. Yang membuat residen termotivasi untuk kembali sehat baik fisik dan jiwa mereka. Maka dalam perancangan ini menginspirasi untuk mengambil sebuah konsep desain dengan tema Back to Health With Homey Rehabilitation. secara sadar ataupun tidak mereka ingin sebuah fasilitas yang mereka rasakan seperti berada dirumah. Penulis sempat melakukan wawancara dengan salah seorang residen pada sebuah yayasan, seorang residen menceritakan bahwa ada teman mereka yang pernah merasakan rehabilitasi dan ketika selesai masa rehabilitasi mereka masih ada keinginan untuk menggunakan kembali dikarenakan ketidaknyamanan didalam rehabilitasi, baik karena didalam rehabilitasi merasa terkekang. Ketidaksukaan terhadap metode yang digunakan. Dan juga karena tempat rehabilitasinya yang membuat mereka merasa kurang nyaman. 4.2 Citra Ruang Citra ruang yang ingin ditimbulkan adalah homey, dimana didalamnya terdapat unsur cozy dan comfortable. Sesuai dengan keinginan residen yang pernah diwawancara sebelumnya, mereka menginginkan kesan seakan-akan rehabilitasi itu seperti berada dialam rumah. Kesan homey ditimbulkan dalam bentuk ruangan yang menampilkan kenyamanan bagi residen. Dan juga kesan modern yang ditonjolkan dalam setiap ruang rehabilitasi kecuali ruang isolasi.

3 125 Dengan tema Back To Health With Homey Rehabilitation juga dimaksudkan agar residen mempunyai semangat untuk sehat dengan konsep penyembuhan yang homey. Dan membuat residen tidak ingin kembali lagi menggunakannya (relapse) dengan metode penyembuhan yang digunakan yaitu Therapeutic Community (TC). Dengan penggunaan bentuk-bentuk geometris dan organis, sesuai dengan dasar masa bangunan yaitu merupakan pengembangan dari bentuk lingkaran serta persegi yang dapat memberikan kesan sederhana (tenang, bentuk akrab dengan lingkungan), yang memiliki sifat stabil dengan fungsi untuk mereduksi sifat dan bentuk formal. 4.3 Konsep Material Floor, Wall dan Ceiling Material yang akan digunakan untuk Pusat Rehabilitasi mengikuti dengan konsep Sustainable desain. Mengutamakan fungsi dari sebuah ruang untuk memenuhi kebutuhan penggunaannya dengan meningkatkan keamanan, kenyamanan, dan minim perawatan. Berdasarkan survey mengenai kesan masyarakat tentang pusat rehabilitasi narkoba adalah tempat yang menakutkan dan suram. Pemilihan material sangat perlu dipertimbangkan untuk merubah pandangan masyarakat mengenai pusat rehabilitasi narkoba. Dalam perancangan ini beberapa material yang akan diterapkan adalah: Ceiling : untuk memberikan kesan homey pada setiap ruangan menggunakan gypsum dengan pola up ceiling dan drop ceiling, penggunaan pola dimaksudkan agar ruangan tidak terkesan kaku seperti ruangan pusat rehabilitasi kebanyakan hanya menggunakan gypsum tanpa permainan pola. Kecuali ceiling pada ruang isolasi atau ruang detoksifikasi, penggunaan ceiling pada ruang isolasi menggunakan teralis besi. hal ini bertujuan untuk keselamatan residen yang ada didalamnya. Karena ketika residen masih dalam tingkat kecanduan yang tinggi dan ketika mengalami gejala putus obat dalam artian sakaw, mereka bisa merusak apa saja yang berada di sekelilingnya, mereka cenderung memiliki tingkat emosi yang sangat tinggi dan tidak dapat terkontrol.

4 126 (Gambar 4.1 konsep ceiling) Wall : penggunaan material dinding pada beberapa ruangan menggunakan gypsum firestop, merupakan material yang tahan terhadap api dalam jangka waktu yang cukup lama, termasuk material gypsum yang lebih kuat dari gypsum standart dan kayu solid. Khusus untuk ruang isolasi menggunakan dinding celcon/hebel dan difinishing dengan busa yang dilapis dengan kain kalep/ kulit sintetis dengan tujuan agar tidak membahayakan pada saat residen mengalami gejala putus obat (sakaw) dan residen berusaha untuk melukai dirinya dengan membenturkan tubuhnya ke dinding.

5 127 (Gambar 4.2 Konsep Dinding) Floor : penggunaan material lantai menggunakan material marmer dengan penggunaan pola lantai untuk beberapa ruangan yang bertujuan untuk tidak menimbulkan kaku dalam ruangan tersebut. penggunaan material homogeneus tile, dan penggunaan parket untuk ruang khusus seperti ruang gym. juga penggunaan batu-batuan alam. Lantai pada ruang isolasi dibuat khusus, posisi lantai lebih rendah dan memiliki kemiringan yang bertujuan untuk kebutuhan metabolisme residen dan juga dibuat lubang pembuangan pada bagian ujung ruangan. (Gambar 4.3 konsep lantai)

6 128 Analisa material lantai : (Tabel 4.1 Analisa Material Lantai) Sumber : Dokumentasi Pribadi 4.4 Konsep Warna (Gambar 4.4 Color Scheme) Beberapa warna yang akan diterapkan pada perancangan pusat rehabilitasi narkoba, diantaranya : Warna Biru Warna yang menenangkan dan diyakini dapat mengatasi insomnia, kecemasan. Dan Warna ini baik digunakan pada rehabilitasi narkoba karena warna ini diyakin dapat menurunkan gejala stress. Penggunaan warna biru akan digunakan pada beberapa ruangan, diantaranya ruang isolasi/detoksifikasi dengan tingkat stress yang sangat tinggi ketika gejala putus obat (sakaw).

7 129 (Gambar 4.5 Warna Biru) Warna Hijau Hijau dikaitkan dengan alam. Hijau dianggap sebagai warna yang menenangkan dan santai. Warna ini dapat membantu orang untuk menghilangkan rasa tegang. Hijau dipercaya dapat menyeimbangkan emosi, menciptakan keterbukaan dalam bersosialisasi. Hal ini sangat berpengaruh dalam proses rehabilitasi karena dapat menimbulkan kembali jiwa sosial, dan mempunyai rasa saling membantu satu dengan yang lainnya. Karena selama dalam penggunaan narkoba residen tidak perduli dengan sosial. (berdasarkan wawancara user drugs).

8 130 (Gambar 4.6 Warna Hijau) Warna Putih Putih memberikan aura kebebasan, keterbukaan dan hygienic. Warna putih sangat baik digunakan pada ceiling karena dapat menimbulkan kesan tinggi. Warna ini akan digunakan untuk ruang dokter, laboratorium, ruang obat dan ruang lain yang berhubungan dengan kegiatan medis. (Gambar 4.7 Warna Putih) Warna krem Cream merupakan gradasi dari warna coklat, selain terkesan lembut warna krem juga dapat membawa atmosfer kehangatan. Secara psikologi warna krekm memiliki karakter tenang dan lembut, mampu memunculkan kesan luas saat diaplikasikan pada sebuah ruangan. warna krem dapat membuat ruangan terkesan lega. Warna ini diterapkan pada area lobby, area bermain, living room. Warna krem menciptakan sebuah ruang yang mempunyai kesan homey terhadap penggunannya.

9 131 (Gambar 4.8 Warna krem) 4.5 Konsep Pencahayaan Untuk memaksimalkan proses kegiatan pada siang dan malam hari, pencahayaan menggunakan sistem pencahayaan alami dan buatan yang akan diterapkan Pencahayaan alami (Sinar Matahari) Pencahayaan alami sangat diutamakan pada area kegiatan, ruang kerja dan ruang belajar yang dapat menunjang proses rehabilitasi. Pencahayaan Buatan (Lighting) Pencahayaan buatan diterapkan pada keseluruhan ruangan sebagai pencahayaan pada malam hari. Untuk pencahayaan buatan dibagi menjadi beberapa jenis pencahayaan yatu pencahayaan langsung, pencahayaan tidak langsung dan spotlighting. Pencahayaan lampu diutamakan pada ruang yang memiliki aktifitas pada malam hari seperti ruang santai, ruang kelas, musholla, ruang makan dan ruang tidur. Menerapkan pencahayaan Downlight, hidden lamp pada up ceiling dan drop ceiling, penggunaan spotlight yang bertujuan untuk menyinari art work/pigura yang berisikan kata-kata motivasi. (Gambar 4.9 Downlight konsep)

10 132 (Gambar 4.10 Spotlight konsep) 4.6 Konsep Penghawaan Penghawaan yang digunakan adalah penghawaan alami dan buatan, pada beberapa ruang seperti ruang isolasi/detoksifikasi menggunakan penghawaan alami dengan ventilasi dan jendela terbuka untuk dapat menghirup udara alam. Pada ruangan lain menggunakan air conditioner/ac central, suhu ac diatur secara terpusat. alat pengontrol penghawaan (termohidrograf) ditempatkan pada setiap ruangan. dengan pengontrolan penghawaan sesuai dengan aktifitas/kegiatan residen. 4.7 Konsep Akustik Ruang Penggunaan material akustik pada beberapa ruang yang memiliki tingkat kebisingan tinggi, dan juga untuk mencegah polusi suara/ suara yang tembus dari ruang yang lain. diantaranya ruang auditorium/ruang serbaguna,. Ruang isolasi, ruang fitness. Penggunaan material akustik seperti gypsum dan dilapis dengan glasswool yang berfungsi sebagai peredam pada bagian ceiling dan dinding.

11 133 (Gambar 4.11 Partisi akustik) 4.8 Konsep Keamanan dan Signage 1. Sistem keamanan diterapkan untuk memantau kegiatan residen setiap saat, guna menjaga stabilitas kondisi di dalam rehabilitasi untuk mencegah kemungkinan buruk terjadi seperti melarikan diri, perkelahian, bunuh diri, kebakaran dan yang lainnya. Sistem keamanan terhadap kebakaran. - penempatan detector api dan detector asap sebagai pertanda bila terjadi kebakaran - Alat pemadam api ringan (APAR) diletakkan pada tempat-tempat yang mudah dijangkau, - Fire hydrant - Sprinkler, di setiap ruangan dipasang sprinkler yang merupakan sistem pertolongan pertama yang memancarkan air secara otomatis dan merata bila terjadi kebakaran. Setiap ruangan dipasang kamera CCTV yang terhubung lansung pada ruang kantor dan ruang pengaawas, khusus untuk camera CCTV pada ruang isolasi di tempatkan berada jauh lebih tinggi dan tidak dapat dijangkau oleh residen. dengan adanya CCTV dapat memudahkan pemantauan langsung dari kantor kegiatan yang sedang dijalankan oleh para residen.

12 134 (Gambar 4.12 Camera CCTV) Metal Detector gate, yang merupakan fungsi pengecekan terhadap bahan bawaan kepada setiap orang yang masuk untuk mencegah senjata tajam dan hal-hal yang tidak diinginkan didalam pusat rehabilitasi. (Gambar 4.13 Metal Detector Gate) 2. Signage Sebagai media untuk petunjuk arah dan juga berfungsi sebagai petunjuk/tanda nama pada setiap ruangan, (Gambar 4.14 Konsep Signage)