PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA MATERI FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 2 LABUAPI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 ARTIKEL SKRIPSI Oleh EVI NOVI RIANA DEWI NIM E1R 013 009 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2017
iii
iii PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA MATERI FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 2 LABUAPI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Oleh Evi Novi Riana Dewi, Amrullah, Nurul Hikmah Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA, FKIP Universitas Mataram Email: evi_nrd@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 2 Labuapi tahun pelajaran 2016/2017 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) pada materi fungsi komposisi dan fungsi invers. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus dan tiap siklus terdiri atas tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, evaluasi dan refleksi. Ada pun masing-masing siklus terdiri atas tiga pertemuan. Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor aktivitas belajar siswa pada siklus I yaitu 13,50 dengan kategori aktif dan pada siklus II yaitu 18,33 dengan kategori sangat aktif. Dari evaluasi hasil belajar siswa, rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I, dan siklus II berturut-turut adalah 66,77 dan 74,18 dengan ketuntasan klasikal masingmasing siklus 68% dan 86%. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari siklus I hingga kesiklus II, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) disesuaikan dengan langkahlangkahnya pada materi fungsi komposisi dan fungsi invers dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 2 Labuapi tahun pelajaran 2016/2017. Kata kunci: Numbered Head Together, aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa
iv THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) ON FUNCTIONS OF COMPOSITION AND FUNCTION OF INVERS MATERIAL TO IMPROVE STUDENT S ACTIVITY AND ACHIEVEMENT OF MATHEMATIC OF CLASS XI IPA 1 SMA NEGERI 2 LABUAPI ACADEMYC YEAR 2016/2017 By Evi Novi Riana Dewi, Amrullah, Nurul Hikmah Study Program of Mathematics Education Mathematics and Basic Science Education Department, FKIP Mataram University Email: evi_nrd@yahoo.co.id ABSTRACT This research is aimed to improve activity and achievement of mathematic of students at grade of Science Class 1 (XI IPA 1) of SMA Negeri 2 Labuapi Academic Year 2016/2017 with the implementation of Cooperative Learning Model type Numbered Head Together (NHT) on composition and invers function. This research used Class Action Research (PTK) as the research method and was conducted in 2 (two) cycles. Each cycles involves 5 (five) stages; planning, acting, observing, evaluating, and reflecting. A cycle consists of 3 (three) times meeting. This class action research applied cooperative learning model type numbered head together (NHT). The result of this research showed that the average score of students learning activities in cycle 1 was 13.50 which categorized as active learners and in cycle 2 reached 18.33 which considered as super-active learner. Based on the evaluation of student s achievement the average of the evaluation cycle I and II respectively were 66.77 and 74.18 with classical completeness for cycle 1 reached 68% and cycle 2 reached 86%. According to the results from cycle 1 into cycle 2, it could be concluded that the implementation of cooperative learning model type numbered head together (NHT), adjusted to the steps on composition and invers function material can improve the activity and achievement of mathematic of students at grade of Science Class 1 (XI IPA 1) of SMA Negeri 2 Labuapi academic year 2016/2017. Keywords: Numbered Head Together, student s activities, student s achieveme
1 I. PENDAHULUAN Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Labuapi merupakan salah satu sekolah yang menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Salah satu harapan yang ingin dicapai oleh sekolah adalah peningkatan kualitas pendidikan pada mata pelajaran matematika yang terlihat dari ratarata hasil belajar siswa yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 70 dan Ketuntasan Nilai Klasikal 85%, artinya minimal 85% siswa di kelas tersebut memenuhi KKM. Akan tetapi, berdasarkan hasil observasi selama kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMAN 2 Labuapi pembelajaran matematika pada siswa kelas XI IPA Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017 belum menunjukkan hasil yang sesuai dengan harapan. Hal ini terlihat dari hasil Ulangan MID Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017 yang tercantum pada tabel 1.1 berikut. Tabel 1.1 Nilai Rata-Rata Ulangan MID Semester Ganjil Matematika Kelas XI IPA SMAN 2 Labuapi Tahun Pelajaran 2016/2017 Nilai Rata-Rata Ketuntasan No. Kelas Jumlah Siswa Kelas Klasikal 1 XI IPA 1 22 orang 62,73 27,27% 2 XI IPA 2 21 orang 68,63 36,84% 3 XI IPA 3 21 orang 64,57 28,57% (Sumber: Data nilai guru matematika kelas XI IPA) Berdasarkan Tabel 1.1 di atas, terlihat bahwa nilai rata-rata siswa dari ketiga kelas tersebut memperoleh hasil belajar matematika yang masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 70 dan ketuntasan klasikal yang jauh dari yang diharapkan yaitu 85%. Kelas XI IPA 1 merupakan kelas yang memiliki nilai rata-rata dan ketuntasan klasikal terendah diantara ketiga kelas tersebut yaitu berturut-turut 62,73 dan 27,27%. Dengan kata lain, bahwa 22 siswa yang ada dikelas XI IPA 1 hanya 6 siswa yang memenuhi KKM. Berdasarkan pengamatan selama kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL) diperoleh beberapa fakta yang terdapat di kelas, antara lain: 1) selama proses pembelajaran, guru menjelaskan materi, melakukan Tanya jawab, kemudian memberikan tugas/latihan soal. Siswa jarang bertanya maupun mengungkapkan pendapat; 2) guru pernah melakukan diskusi kelompok, namun tidak berjalan maksimal. Hal ini terlihat saat diskusi kelompok hanya beberapa siswa yang terlihat bekerja dalam kelompok, sehingga anggota yang lain hanya memperhatikan temannya mengerjakan. Hal tersebut menyebabkan kurangnya keterlibatan seluruh anggota secara total. Akibatnya proses diskusi berlangsung sebentar dan beralih kepada pembicaraan diluar pelajaran; 3) siswa tidak percaya diri saat diminta maju
ke depan kelas/menyajikan hasil diskusi. Dalam hal ini, siswa tidak bertanggung jawab terhadap tugas yang sudah dikerjakan dan tidak mau tampil walaupun sudah diminta oleh guru. Guru menambahkan bahwa pembelajaran seperti ini tentu akan mengakibatkan rendahnya kemampuan siswa untuk menyerap dan memahami materi yang diajarkan. Berdasarkan beberapa fakta yang telah diuraikan di atas, meskipun saat diskusi kelompok hanya beberapa siswa saja yang terlihat bekerja dalam kelompok, namun siswa lebih antusias dalam belajar saat guru menerapkan pembelajaran dengan diskusi kelompok, hanya saja guru perlu menerapkan pembelajaran dengan diskusi kelompok secara optimal dengan cara pembagian tugas yang jelas pada tiap-tiap anggota kelompok saat diskusi untuk meminimalisir anggota yang lain tidak beralih kepada pembicaraan diluar pelajaran, sehingga tidak hanya memperhatikan temannya mengerjakan dan dapat melibatkan seluruh anggota kelompok dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Potensi lainnya yaitu sebagian besar siswa mau tampil di depan kelas saat guru meminta menyajikan hasil pekerjaan yang telah dikerjakan siswa, hanya saja perlu ditunjuk langsung oleh guru. Sedangkan untuk siswa lain yang masih enggan saat diminta untuk maju ke depan kelas/ mempresentasikan hasil diskusi, perlu adanya pemilihan secara acak pada siswa sehingga siswa lebih bertanggung jawab terhadap tugas yang sudah diberikan serta dapat melatih kepercayaan diri siswa. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan permasalahan kelas XI IPA 1 yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), dimana padamodel pembelajaran koperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) siswa diorganisasikan dalam beberapa kelompok dan tiap anggota kelompok mendapatkan nomor. Selanjutnya, tiap anggota kelompok mendapatkan pertanyaan sesuai dengan nomor yang di dapat dan memastikan tiap anggota kelompok mengetahui jawaban dari anggota lainnya. Kemudian guru memilih/memanggil siswa secara acak untuk menjawab pertanyaan yang telah diberikan.penjelasan tersebut menjadi pertimbangan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) di kelas XI IPA 1 untuk mengatasi masalah aktivitas dan hasil belajar siswa kelas XI IPA Melalui pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), siswa diharapkan lebih antusias dalam belajar, bertanya dan mengungkapkan pendapat, baik pada saat diskusi kelompok maupun saat menyampaikan hasil diskusi, serta dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan kepercayaan diri siswa. Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini yaitu untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa melalui penerapan 2
3 model pembelajaran tipe Numbered Heads Together (NHT) pada materi fungsi komposisi dan fungsi invers kelas XI IPA 1 SMA Negeri 2 Labuapi tahun pelajaran 2016/2017. II. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Labuapi dan subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 Semester II tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 22 siswa dengan 6 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus dimana masing-masing siklus terdiri atas 3 pertemuan, yaitu 2 pertemuan untuk kegiatan pembelajaran dan 1 pertemuan untuk evaluasi. Setiap siklusnya terdiri atas beberapa fase, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, evaluasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah observasi dan tes. Observasi yang dilakukan untuk melihat aktivitas guru dan aktivitas siswa. Data aktivitas belajar siswa dianalisi dengan Indikator aktivitas belajar siswa yang diamati sebanyak 7 indikator dengan setiap indikator memiliki 3 deskriptor. Penentuan skor aktivitas belajar siswa ditentukan Skor 0 diberikan jika X 25%, Skor 1 diberikan jika 25% X 50%, Skor 2 diberikan jika 50% X 75%, Skor 3 diberikan jika X 75% dan X = persentase siswa yang aktif melakukan aktivitas sesuai dengan indicator. Data aktivitas belajar siswa dianalisis menggunakan mean ideal (Mi) dan standar deviasi ideal (SDi) Data hasil belajar siswa dianalisis dengan menentukan nilai rata-rata hasil evaluasi pada tiap akhir siklus dengan rumus, M = Rata-rata nilai hasil evaluasi, xi = Nilai yang diperoleh siswa ke-i, dengan i = 1, 2, 3,,n dan n = Banyak siswa yang mengikuti tes. Sedangkan untuk menetukan persentase ketuntasan belajar klasikal dapat dihitung dengan rumus: x, p = Persentase ketuntasan belajar klasikal, n = Banyaknya siswa yang memperoleh nilai 70 dan = Banyaknya siswa. Keberhasilan tindakan yang dilakukan dapat dilihat dari peningkatan rata-rata skor aktivitas siswa minimal berkategori aktif, serta tercapai ketuntasan belajar secara klasikal minimal 85% atau minimal 85% siswa mendapat nilai 70.
4 III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Ringkasan hasil penelitian secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.1 Ringkasan Hasil Penelitian Siklus I II Pertemuan Skor Aktivitas belajar Ratarata skor Kategori Ratarata hasil belajar Ketuntasan klasikal 1 12,33 13,50 Aktif 66,77 68 % 2 14,67 1 18 18,33 Sangat 74,18 86 % 2 18,67 Aktif Berdasarkan Tabel 3.1 terlihat bahwa pada siklus I terjadi peningkatan skor aktivitas siswa dari 12,33 dengan kategori aktif pada pertemuan pertama menjadi 14,67 dengan kategori aktif pada pertemuan kedua. Meningkatknya skor aktivitas belajar siswa menunjukkan bahwa siswa mulai terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Hal tersebut terlihat pada saat diskusi kelompok, siswa bekerjasama dan saling membantu anggotanya yang kesulitan dalam mengerjakan lembar kerja siswa (LKS), meskipun masih ada beberapa kelompok yang belum memastikan seluruh anggotanya memahami jawaban dari semua permasalahan pada lembar kerja siswa (LKS) yang dibagikan. Selain itu, siswa sudah bisa mempertanggung jawabkan hasil diskusi kelompoknya, hal tersebut terlihat pada saat siswa yang ditunjuk untuk presentasi di depan kelas lebih percaya diri meskipun awalnya terlihat canggung untuk presentasi. Dari kekurangankekurangan yang ada pada siklus I, terdapat beberapa kelebihan yaitu kesiapan siswa dan antusiasme siswa dalam menerima pembelajaran cukup tinggi dan hasil diskusi sebagian siswa sudah benar. Berdasarkan uraian diatas, meskipun skor aktivitas belajar siswa telah terpenuhi namun hasil belajar siswa dalam penelitian ini belum mencapai indikator yang sudah ditentukan, oleh karena itu penelitian ini dilanjutkan pada siklus II. Pada siklus II pertemuan pertama diperoleh skor aktivitas belajar siswa adalah 18 dengan kategori sangat aktif. dan pada pertemuan kedua meningkat menjadi 18,67 dengan kategori sangat aktif. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa mengalami peningkatan pada siklus II. Pada tahap berpikir bersama, siswa semakin menunjukkan bagaimana bekerja sama dengan baik dalam kelompok, terlihat dari siswa sudah sangat aktif berdiskusi dan bertanya jika mengalami kesulitan baik kepada temannya maupun guru tanpa harus malu-malu. Pada tahap pemberian jawaban, siswa berlomba mengacungkan tangan ingin menjawab soal. Siswa juga mampu
5 menyelesaikan soal-soal yang diberikan dengan tepat dan berani maju untuk mengerjakannya. Siswa terlihat antusias menyimak hasil diskusi temannya. Begitupula dengan hasil belajar siswa yang diperoleh dari tes evaluasi siklus II yang mencapai 74,18 untuk rata-rata hasil belajar siswa dengan ketuntasan klasikal sebesar 86%. Data tersebut menunjukkan bahwa indikator yang telah ditetapkan dalam penelitian ini tercapai. Dengan kata lain, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Meningkatnya aktivitas dan hasil belajar siswa dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) pada siklus II dikarenakan siswa belajar dalam suasana dan kondisi kelas yang berbeda dari sebelumnya, sehingga siswa menjadi lebih aktif dalam belajar. Sehingga, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) membuat siswa lebih aktif selama proses pembelajaran karena melalui diskusi kelompok, tercipta kerjasama yang baik antar anggota kelompok untuk berpikir bersama dalam memahami dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Selain itu pemanggilan siswa secara acak berdasarkan topi bernomor yang didapatkan membuat siswa memiliki tanggungjawab untuk menyelesaikan dan memahami tugas yang diberikan guru. Hal ini sesuai dengan pendapat Kurniasih dan Sani (2013: 29) yang menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) memiliki ciri khas dimana guru hanya menunjuk satu nomor untuk mewakili kelompoknya tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompok tersebut. Sehingga cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa. Cara ini adalah upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok. Di akhir pembelajaran, dengan bantuan guru siswa menguatkan pemahamannya terhadap materi yang dipelajari dengan menyimpulkan materi tersebut. Selama penelitian ini dilakukan, pembelajaran telah dapat membantu siswa untuk terlibat aktif dan hasil belajar yang diperoleh siswa dapat meningkat menjadi lebih baik. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Sthal bahwa model kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar siswa menjadi lebih baik. Secara jelasnya Sthal (1994) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap saling tolong menolong dalam prilaku sosial (Isjoni, 2011: 15). Hasil yang diperoleh tidak terlepas dari beberapa faktor pendukung selama pembelajaran berlangsung seperti pembentukan kelompok yang heterogen sehingga membantu siswa yang lamban dalam menerima pelajaran. Akan tetapi pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) ini tidaklah mudah. Guru harus memperhatikan persiapan
6 dan pengelolaan alokasi waktu, karena apabila persiapan dan pengelolaan waktunya kurang, maka pembelajaran akan menjadi kurang lancar. Dengan demikian, berdasarkan uraian di atas maka penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) pada materi fungsi komposisi dan fungsi invers dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 2 Labuapi tahun pelajaran 2016/2017. IV. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) pada materi fungsi komposisi dan fungsi invers kelas XI IPA 1 SMA Negeri 2 Labuapi tahun pelajaran 2016/2017 dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 2 Labuapi tahun pelajaran 2016/2017. Hal ini terlihat dari peningkatan rata-rata skor aktivitas siswa pada siklus I yaitu 13,50 dengan kategori aktif dan rata-rata skor aktivitas belajar siswa pada akhir siklus II yaitu 18,33 dengan kategori sangat aktif. Begitu pula dengan ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dengan ketuntasan belajar pada siklus II sebesar 86%. Adapun saran-saran yang dapat dikemukakan oleh peneliti dari hasil penelitian ini, yaitu: a) Bagi guru matematika di kelasxi IPA 1 SMAN 2 Labuapidapatmenerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran di kelas untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajarsiswa. b) Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) pada materi yang lain. DAFTAR PUSTAKA Isjoni. 2009. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta. Kurniasih, I. dan Sani, B. 2015. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran untuk Peningkatan Profesionalitas Guru. Yogyakarta: Kata Pena.