BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA MAHASISWA AKTIVIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan ini khususnya dalam melatih kemampuan verbal, kuantitatif, berpikir

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa lulus dari mata kuliah tersebut. selalu menilai negatif, tidak mengikuti ujian, belum mengambil mata kuliah

Judul Tema: Perilaku Asertif

BAB I. Di era globalisasi saat ini, sungguh tak asing lagi berbicara mengenai dunia

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perbedaan persepsi dan sikap terhadap pengalaman, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai hal yang tidak terhindarkan dan terjadi dimana pun mereka

ANALISIS MARKET RESEARCH UNEJ

LAMPIRAN-LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA

PENDAHULUAN. Mahasiswa yang menjalani kuliah di kampus ada yang merasa kurang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan komunikasi memiliki kaitan yang sangat erat, segala sesuatu

3. Program exchange yang diketahui ANALISIS MARKET RESEARCH BANDUNG

LAMPIRAN I PEDOMAN WAWANCARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk belajar bagi setiap individu dengan mengembangkan dan mengasah keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pakaian yang ketinggalan zaman, bahkan saat ini hijab sudah layak

BAB I PENDAHULUAN. dan individu yang telah lulus dari perguruan tinggi disebut sebagai Sarjana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi semakin diperbaharui dan sumber daya manusia dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan individu menghadapi persaingan global yang menuntut adanya

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan atau sekolah dapat tercapai dengan lebih efektif dan efisien (Zamroni,

HASIL WAWANCARA. Pertanyaan Jawaban Koding Keterangan

Ingatan lo ternyata payah ya. Ini gue Rio. Inget nggak? Rio... Rio yang mana ya? Ok deh, gue maklum kalo lo lupa. Ini gue Rio, senior lo di Univ

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan para mahasiswa yang tanggap akan masalah, tangguh, dapat di

terbanyak keempat didunia, menurut Akbar (2015), jumlah penduduk mencapai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Siswa sebagai generasi muda diharapkan berani untuk mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang masalah. Pendidikan merupakan sesuatu yang tidak terlepas dan bersifat sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Self Efficacy adalah keyakinan seseorang dalam mengkoordinasikan keterampilan dan kemampuan untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Pondok Pesantren Daar el-qolam merupakan salah satu pondok pesantren

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Ekonomi Asean (MEA) untuk meningkatkan stabilitas perekonomian di. bidang ekonomi antar negara ASEAN (

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. serta kebutuhan memungkinkan terjadinya konflik dan tekanan yang dapat

BAB IV HASIL PENELITIAN

LAMPIRAN. Pedoman Wawancara. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang paling mutlak dimiliki oleh semua orang.

BAB I PENDAHULUAN hingga (Unicef Indonesia, 2012). Menurut Departemen Sosial

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

: Permohonan Wawancara. Cirebon, Juli Kepada Yth. Bapak/Ibu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

1. Kegiatan selama liburan

BAB I PENDAHULUAN. tulis ilmiah atau skripsi merupakan persyaratan wajib bagi mahasiswa yang

Lampiran 3. Verbatim Subjek 1. Waktu Wawancara : Sabtu, 08 Februari 2014 PENELITI (P) SUBJEK1 (YS)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Disusun oleh Lusi Nurfaridah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAMPIRAN II VERBATIM DAN FIELD NOTE RESPONDEN IC

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

1. Kegiatan selama liburan. 2. Menghabiskan liburan dengan exchange ANALISIS MARKET RESEARCH UNHAS

LAMPIRAN. 4. Menurut kamu sudah baik kah pelayanan humas? Ya mereka sudah bekerja dengan baik.

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. Sepak Bola yang berdiri pada tahun 1978 di Cengkareng-Jakarta Barat, dan

Lampiran 1 Kuesioner Pola Asuh Orang Tua dan Self Esteem DATA PRIBADI

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

PENDAHULUAN. mengajar yang berkaitan dengan program studi yang diikutinya serta hasil

23 April 2013 Introduction

A. SAJIAN DATA. 1. Respon Guru Jika Murid Tidak Mengerti Materi Pembelajaran

P : Saya Camilla kak dari Komunikasi USU, mau mewawancarai kakak untuk skripsi kak.

Identitas diri Fakultas : Angkatan : Petunjuk Pengisian

BAB I PENDAHULUAN. membahas suatu permasalahan atau fenomena dalam bidang ilmu tertentu dengan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

EKO SAPUTRO F

LAMPIRAN 1. DATA VALIDITAS & RELIABILITAS ALAT UKUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tugas perkembangan yang sangat penting yaitu mencapai status

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendapatnya secara terbuka karena takut menyinggung perasaan orang lain. Misalnya

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan subjek yang memiliki potensi untuk. mengembangkan pola kehidupannya, dan sekaligus menjadi objek dalam

BAB VI CITRA PERUSAHAAN

Kak Rya = Batak Admin service

BAB I PENDAHULUAN. pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam

PERTANYAAN WAWANCARA. Jenis kelamin: Pendidikan terakhir: Pendapatan/bulan : <3juta >3juta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Skripsi merupakan istilah yang digunakan di Indonesia untuk mengilustrasikan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR DEPARTEMEN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. individual yang bisa hidup sendiri tanpa menjalin hubungan apapun dengan individu

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan

TRANSKIP DATA OBJEK PENELITIAN KEDUA

Perpustakaan Unika LAMPIRAN KUESIONER 30

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

LAMPIRAN. Gambar 1: Proses Wawancara dengan Informan dan Barang Online Shop

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membangun kehidupan sosial dan kehidupan bermasyarakat secara luas bagi seorang anak.

Transkrip Wawancara dengan Anak Korban Broken Home

BAB I PENDAHULUAN. semakin marak di kehidupan masyaraat. Hal ini ditandai dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terhadap perilakunya seseorang perlu mencari tahu penyebab internal baik fisik,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul merupakan salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta.

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. Uraian :... Uraian : Mengikuti diklat atau pelatihan akuntansi zakat (PSAK 109) : Uraian :...

Keindahan Seni Pendatang Baru

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. pada setiap individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau statusnya sebagai

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dunia pendidikan menjadi salah satu faktor penting yang dapat membantu perkembangan negara Indonesia. Melalui bidang pendidikan, Indonesia dapat mencetak sumber daya manusia yang dapat membantu mengharumkan nama negara Indonesia untuk bersaing dengan negaranegara lain di era globalisasi ini. Salah satu lembaga pendidikan yang penting dalam mencetak generasi penerus bangsa selanjutnya adalah perguruan tinggi. Pada masa ini yang diharapkan dapat memajukan negara saat ini adalah mahasiswa Indonesia sendiri. Mahasiswa berada pada usia 18-21 tahun, dimana Menurut Monks, dkk (2002: 262) rentang usia tersebut merupakan termasuk dalam masa remaja akhir. Adapun tugas perkembangan yang harus diselesaikan pada tahap ini yaitu diharapkankan dapat mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab (Hurlock, 1996: 10). Seorang mahasiswa dapat dikatakan sebagai orang yang memiliki perilaku sosial yang bertanggung jawab ketika memenuhi aturan sosial yang beradaa di kampus. Misalnya seperti, mematuhi Satuan Acuan Pembelajaran (SAP). Berikut ini merupakan Satuan Acuan Pembelajaran (SAP) pada setiap mata kuliah di Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala (UKWMS) yang menyebutkan bahwa: Mahasiswa diharapkan hadir dalam setiap perkuliahan dan sebelum memulai perkuliahan terlebih dahulu mempersiapkan diri untuk membaca bahan-bahan yang dibahas dalam kuliah, terlibat aktif dalam setiap perkuliahan baik dalam mengemukakan pendapat dan mengerjakan aktivitas belajar yang diminta oleh dosen, mengerjakan seluruh tugas dan latihan yang diberikan oleh dosen secara 1

2 maksimal dan jujur. - SAP (Satuan Acuan Pembelajaran) mata kuliah Psikologi Pendidikan. Ketika mahasiswa tidak memenuhi (SAP) tersebut maka, mahasiswa tersebut belum dapat dikatakan dapat mencapai perilaku yang bertanggung jawab. Salah satu tuntutan yang tertulis dalam SAP diatas adalah mahasiswa diharapkan terlibat aktif saat mengikuti perkuliahan seperti mengemukakan pendapat ketika perkuliahan. Mahasiswa diharapkan tidak hanya duduk diam dan mencatat apa yang diberikan oleh dosen di kelas. Bukan hanya hal itu, mahasiswa juga dapat menanyakan tentang materi ataupun tugas-tugas yang belum sepenuhnya dipahami, karena mahasiswa memiliki hak untuk bertanya. Pada masanya, mahasiswa mulai mampu berpikir secara kritis untuk menilai dan memahami apa yang telah didapat di dalam kelas, sehingga sudah sewajarnya mahasiswa mengutarakan pendapatnya dalam proses diskusi di kelas karena sudah melewati tahap operational formal, maka selama menjalani pendidikan di perguruan tinggi mahasiswa sering kali dituntut untuk lebih aktif dan mandiri dibandingkan saat menjalani tingkat pendidikan yang sebelumnya. Pada kenyataannya peneliti memperoleh data bahwa masih banyak mahasiswa yang belum memenuhi tuntunan-tuntutan tersebut. Masih sering terlihat banyak mahasiswa yang kurang aktif di kelas. Hal ini di dukung dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada beberapa dosen yang pernah mengajar di Fakultas Psikologi UKWMS. Berikut pernyataan dari beberapa dosen yang telah diwawancarai. Dosen I: kalo aku lihat untuk di kelas sih mahasiswa lebih banyak terlihat pasifnya dan menunggu diberi tau sama dosen. Makanya, aku sering katakan toh, aku ingin suatu hari itu di kelas banyak yang angkat tangan untuk bertanya. EE.

3 Dosen II: Di kelas kadang ada sih yang masih suka diem, ditanya gitu masih takut-takut kalo mau jawab. Kalo nggak ditanya, ya nggak ada yang berpendapat. Kadang mahasiswa dari sebagian kelas itu ya ada yang kayak gitu. EL. Berdasarkan dua pernyataan dosen diatas dapat diasumsikan bahwa masih ada beberapa mahasiswa yang belum terlibat aktif dan mandiri ketika mengikuti perkuliahan. Menciptakan proses perkuliahan yang lancar dan kondusif diperlukan keaktifan mahasiswa di dalam kelas, seperti mahasiswa mampu mengungkapkan pendapat ketika telah mendapatkan materi di dalam kelas, menanyakan materi yang belum dipahami, adanya diskusi antara dosen dan mahasiswa ataupun dengan sesama mahasiswa. Hal ini diperlukan agar materi yang diberikan semakin luas dan kaya akan informasi. Salah satu ketrampilan yang diperlukan untuk membantu mahasiswa aktif di kelas adalah asertivitas. Myers (1992: 88) menyatakan bahwa kemampuan untuk mengungkapkan, mempertahankan perasaan dan keyakinan secara langsung, terbuka, jujur, dan tepat tanpa melanggar hak-hak orang lain disebut asertivitas. Asertivitas yang dipakai pada penelitian ini merupakan dalam bidang pendidikan sehingga disebut asertivitas akademik. Myers (1992: 90) menjelaskan karakterisitik dari seorang yang asertif yaitu merasa bebas untuk mengekspresikan dirinya, untuk mengungkapkan perasaannya, dapat berkomunikasi dengan orang-orang di semua tingkatan dan berkomunikasi terbuka, langsung, jujur, dan sesuai dengan situasi, memiliki orientasi aktif dalam kehidupan, dan mencari pengalaman baru, bertindak dengan cara yang menunjukkan rasa hormat untuk diri mereka sendiri. Mahasiswa dapat dikatakan asertif dalam perkuliahan jika mereka mampu mengungkapkan apa yang dipikirkannya (ide, pendapat, saran), mampu

4 melakukan proses diskusi dengan teman, dosen, maupun kakak tingkatan,terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan akademik di kampus (Myers, 1992: 90). Peneliti juga memperolah data lapangan melalui angket skala psikologi awal dengan acuan karakteristik orang asertif yang dikemukakan oleh Myers (1992: 88), yang disebar pada 28 mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya yang masih aktif mengikuti perkuliahan. Angket tersebut disebar sebanyak 4 angket pada masingmasing angkatan. Dari hasil penyebaran angket data awal tersebut ditemukan beberapa mahasiwa yang kurang asertif dengan rincian seperti di bawah ini. Tabel 1.1 Jumlah mahasiswa setiap angkatan yang tidak asertif Tahun angkatan Jumlah 2008 2 2009 2 2010 1 2011 1 2012 1 2013 3 2014 3 Jumlah 13 Sumber: Angket data awal penelitian Berdasarkan hasil tersebut dapat terlihat bahwa masih terdapat 13 mahasiswa yang masih kurang asertif dalam perkuliahan. Pengukuran ini berdasarkan pada karakteristik orang asertif yang dikemukakan oleh Myers (1992: 88). Ketika mahasiswa hanya memenuhi dua dari empat karakteristik tersebut maka mahasiwa belum dapat dikatakan asertif. Berikut ini akan dipaparkan hasil dari angket data awal yang telah di sebar oleh peneliti.

5 1.2 Tabel rangkuman hasil angket data awal penelitian Pernyataan Mengungkapkan pendapat ketika diskusi kelas, tanpa diminta oleh dosen terlebih dahulu Dapat mengungkapkan ide yang dimiliki secara jujur, langsung, dan tepat. Berani menyanggah pendapat dari teman apabila kurang setuju dengan pendapatnya. Bertanya langsung kepada dosen ketika ada materi yang kurang dipahami Mengatakan secara langsung dan jujur ketika tidak setuju dengan pendapat teman yang berbeda. Sumber: angket data awal penelitian Jumlah Orang yang menjawab SS S TS STS 6 orang 9 orang 5 orang 8 orang 5 orang 10 orang 7 orang 6 orang 7 orang 8 orang 10 orang 3 orang 4 orang 11 orang 8 orang 5 orang 9 orang 6 orang 7 orang 6 orang Dari data diatas dapat dilihat bahwa masih terdapat mahasiswa yang belum berani untuk mengungkapkan pendapat kepada teman maupun dosen secara jujur, langsung, dan tepat ketika proses perkuliahan berlangsung, sehingga mahasiswa tersebut dapat dikatakan belum asertif. Adapun hasil pertanyaan angket terbuka yang telah disebar pada 28 mahasiswa diantaranya tiga belas orang menjawab tidak berani mengutarakan pendapatnya secara terbuka, langsung dan jujur. dengan alasan terbanyak karena takut salah, malu, dan ragu-ragu dengan pendapatnya Saya merasa takut salah, malu, dan ragu-ragu dengan pendapat yang akan disampaikan..

6 Tiga belas orang menjawab ketika mengungkapkan pendapat di depan kelas perasaan yang muncul adalah malu dan takut karena takut ditertawakan teman. Saya merasa malu dan takut soalnya saya takut kalo apa yang saya ungkapkan itu salah dan kemudian ditertawakan teman-teman. Dua puluh dua orang menjawab pernah merasa takut dan cemas ketika mengungkapkan pendapat karena takut ungkapannya salah Karena takut pendapat yang saya ungkapkan salah.. Dua puluh orang menjawab pernah berdebat ketika diskusi, dan tiga belas orang menjawab hanya diam dan megalah ketika mengalami perdebatan dengan teman. Saya diam dan mengalah saja kemudian mengikuti pendapat dari teman-teman karena kalopun saya mempertahankan gak akan mereka dengarkan. Sepuluh orang menjawab tidak berani menanyakan materi yang kurang dipahami kepada dosen karena sungkan dan takut dianggap tidak memperhatikan ketika dosen menjelaskan. Karena merasa sungkan dan takut dianggap tidak mendengarkan ketika di kelas. Tiga belas orang menjawab tidak berani untuk menegur teman yang mengobrol ketika ada presentasi berlangsung karena mereka menganggap itu sudah menjadi urusan masing-masing dan takut terhadap penilaian teman. Karena itu sudah menjadi urusan mereka sendiri dan takutnya aku dianggap sok benar karena harus dengar aku presentasi. Dari data kualitatif tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa mahasiwa yang belum bersikap asertif dan belum memenuhi tuntutan dari SAP untuk aktif ketika mengikuti perkuliahan, seperti belum berani mengungkapkan pendapatnya, tidak mempertahankan hak-haknya

7 ketika mengalami perdebatan, belum mampu melakukan komunikasi dengan semua tingkatan misalnya seperti menanyakan pada dosen tentang materi yang belum paham. Peneliti juga melakukan wawancara pada beberapa mahasiswa yang telah mengisi angket. Beberapa hasil wawancara peneliti dengan 4 mahasiswa fakultas psikologi angkatan 2013 dan 2014 juga menunjukkan bahwa beberapa mahasiswa yang belum memenuhi karakteristik orang asertif. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan dari VN, salah satu dari kelima mahasiswa yang diwawancarai oleh peneliti. Kalo pas ada diskusi kelas sih, ya aku ikutin aja tapi biasanya aku diem aja sambil nunggu pendapat mana yang bener terus yauda aku ngikutin pendapat yang itu. Jarang sih aku ngasih pendapat di depan kelas,kalo pas disuruh aja baru aku ngomong pendapatku. Kalo ndak disuruh ya aku diem aja. Kadang kalo pas kelompokan sama temen atau kakak kelas terus mereka nggak kerja ya akhirnya aku yang kerjain. Ndak pernah negur sih akunya, yang penting tugasnya ke kumpul, meskipun kadang aku juga keribetan sendiri kalo pas ada tugas yang lain, hehehe. Kadang kalo pas ada praktek-praktek yang bantuin dosen kayak penelitian gitu ya pengen ikut seh kadang hehe, soale nek dipikir-pikir ya ada manfaate buat pas kuliah, tapi gimana ya hehehe.-vn, 20 th Dari kutipan tersebut dapat terlihat bila VN masih belum belum memenuhi karakteristik orang asertif dari myers (1992: 88). Hal ini juga terlihat dari mahasiswa yang berinisial EA. Berikut kutipan wawancaranya. Mahasiswa 2: Selama di kelas biasanya aku nyatet aja, jarang banget nanya kecuali ditanyain dosen. Kalo diskusi aku ya ikut aja apa kata anak-anak daripada malah rebut kalo beda pendapat. Aku juga ngehindari kelompokan sama yang beda angkatan, soale takut gak nyambung kalo ngomong kan akunya gak kenal sama angkatan lain, jadi ya aku mending milih kelompokan sama yang seangkatan ae. Pernah sih aku punya angan-angan jadi asdos, kan itu juga ada manfaatnya.

8 Tapi aku nggak bisa ngomong, dikelas aja aku kayak gitu (jarang berpendapat) apalagi kalo disuruh ngajarin anakanak lain -EA, 20 th. Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa mahasiswa tersebut belum memenuhi beberapa karakteristik orang yang asertif. Adapun tugas perkembangan remaja lainnya yang perlu diselesaikan yaitu mempersiapkan karier ekonomi (Hurlock, 1996: 10). Setelah menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi mahasiswa akan melanjutkan karirnya di dunia kerja, dimana semakin diperlukannya kemampuan untuk mengungkapkan dan mempertahankan hak-hak yang dimilikinya seperti menanyakan job desc pekerjaan yang akan diterima, menyampaikan pendapat ketika meeting kerja, dan menolak pekerjaan yang tidak sesuai job desc ataupun memberatkan. Maka, dengan adanya tugas-tugas perkembangan tersebut dapat dikatakan bahwa kemampuan untuk mengungkapkan dan mempertahankan hak-hak yang dimiliki seseorang sangat diperlukan oleh mahasiswa, agar dapat melanjutkan tugas perkembangan di masa selanjutnya. Menurut Rathus dan Nevid (1983: 105) banyak faktor yang mempengaruhi asertivitas akademik, salah satunya adalah self-esteem. Myers (1996: 39) menyebutkan bahwa evaluasi diri atau rasa keberhargaan diri pada seseorang disebut Self-esteem. Santrock (2002: 356) juga menjelaskan harga diri (self-esteem) merupakan dimensi evaluative global dari diri. Ciri-ciri seseorang yang memiliki self-esteem yang tinggi menurut Branden (dalam Ghufron, 2001: 43) yakni mampu menanggulangi kesengsaraan dan kemalangan hidup, cenderung lebih berambisi, memiliki kemungkinan untuk lebih kreatif dalam pekerjaan dan sebagai sarana untuk menjadi lebih berhasil, memiliki kemungkinan lebih dalam dan besar dalam membina hubungan interpersonal dan tampak lebih gembira dalam menghadapi realitas.

9 Seseorang yang menghargai dan memperlakukan dirinya secara hormat merupakan suatu bentuk penilaian yang positif pada diri sendiri. Seseorang yang self-esteem-nya tinggi akan menghargai dan menerima dirinya. Namun, jika seseorang memiliki self-esteem yang rendah akan kurang menghargai dirinya, menolak siapa dirinya, dan menilai dirinya secara negatif (Feldman, 2007: 77). Mahasiswa yang memiliki harga diri (self-esteem) tinggi dapat diartikan bahwa mahasiswa tersebut merasa dan menilai dirinya mampu untuk menghadapi tugas-tugas dan memenuhi tuntutan dalam perkuliahan. Sedangkan, mahasiswa yang memiliki harga diri (self-esteem) rendah cenderung merasa dirinya tidak akan dapat memenuhi tuntutan-tuntutan dalam perkuliahan. Harga diri (self-esteem) merupakan hal yang penting pada mahasiswa, karena manusia memang sangat memperhatikan tentang siapa dirinya, termasuk seberapa positif atau negatif seorang individu memandang dirinya, bagaimana citra yang ditampilkan pada orang lain (Baron & Byrne,1994: 75). Adapun hasil wawancara yang diperoleh peneliti yang menunjukkan bahwa masih terdapat mahasiswa yang menunjukkan harga diri yang rendah, sebagai berikut: Aku ada pengalaman pas lagi kerja kelompok tuh nyoba kasih pendapat di kelompok itu ada yang pendapatnya lain sama aku, terus ada yang bilang pendapatku kurang cocok akhirnya pake pendapatnya temenku itu, nah dari situ aku ngerasa kalo pendapatku itu mesti salah, jadi ya aku ngikut aja sama keputusan mereka. Emm lagian yang penting aku dapat nilai aja dari tugas itu,yaa dapet B juga ga papa wes yang penting lulus. Hehehe. Aku kalo dapet tugas dari dosen sih ya tak kerjain sebisaku aja sesuai sama apa yang diminta dosen juga. gitu sih kak, soalnya kadang kalo mau nambah info tambahan itu susah juga carinya, gak nemu jadi ya tak kerjain sesuai standart yang diminta dosen aja hehe-vn,20th Berdasarkan kutipan diatas dapat diasumsikan bahwa mahasiswa tersebut cepat merasa gagal karena pendapatnya tidak diterima oleh

10 temannya dan mahasiswa tersebut cenderung kurang memiliki ambisi untuk mendapatkan nilai yang lebih baik meskipun seharusnya bisa diusahakan mendapat nilai yang lebih bagus, ketika mengerjakan tugas pun dapat dilihat bahwa mahasiswa tersebut kurang kreatif untuk memiliki inisiatif menambahkan informasi baru yang berkaitan dengan tugasnya. Kalo mau berpendapat di depan kelas itu aku grogi, takut salah-salah ngomongnya terus jadi ga jelas habis gitu pesannya gak tersampaikan, nah terus ngomongku jadi salah-salah aku takut diketawain temen temenku terus dibilang pendapatku jelek.aku juga pernah dibilang aku lek ngomong mbulet, yaudah akhirnya aku jadi gak pede pas mau keluarin pendapat soale aku nek ngomong njelimet.aku kalo ngobrol kadang nyambungnya cuman sama beberapa anak aja kak hehe kadang kalo pulang kuliah ya langsung pulang hehe males lama-lama di kampus apalagi kalo diminta ikut organisasi gitu aku males kak, tapi kalo ada tugas ya tak kerjain sih pokoknya kumpul aja sih masalah nilai ya biar diliat nanti aja yang penting aku gak ngulang lah haha lolos kak jadinya -EA,20th Dari kutipan tersebut mahasiswa tersebut juga terlihat pada mahasiswa sebelumnya yang merasa cepat gagal dan berhenti untuk mencoba. Mahasiswa tersebut juga tidak memiliki ambisi untuk mendapatkan nilai yang lebih baik dan tidak memiliki keinginan untuk mengikuti kegiatan organisasi yang dapat menambah pengalamannya. Berdasarkan dua kutipan tersebut dapat dilihat bahwa mahasiswa tersebut belum memenuhi ciri seseorang yang memiliki self-esteem yang tinggi. Dari hasil wawancara tersebut dapat dilihat bahwa untuk bisa berperilaku asertif diperlukan penilaian diri yang positif atau dapat dikatakan dengan selfesteem yang tinggi. Garner (2012: 11) menyebutkan bahwa asertivitas akademik dan self-esteem memiliki kaitan yang erat. Hal ini juga di dukung Penelitian yang dilakukan oleh Kahve, dkk (2008) yang berjudul Self-esteem and

11 Assertiveness of Final Year Turkish University Student yang mendapatkan hasil bahwa mahasiswa keperawatan pada universitas tersebut memiliki self-esteem tinggi begitu pula di ikuti dengan asertivitas yang tinggi. Hasil penelitian dari Santi (2011) juga menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki harga diri yang baik maka akan lebih mampu dan percaya diri untuk megungkapkan ide-ide dan keinginannya, dalam penelitian tersebut juga ditemukan hasil bahwa harga diri (self-esteem) memiliki korelasi dengan perilaku asertif siswa SMP. Berdasarkan permasalahan dan fenomena yang ditemukan di lapangan peneliti ingin melihat lebih lanjut apakah ada hubungan antara Self-esteem dan asertivitas pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. 1.2 Batasan Masalah Penelitian dilakukan untuk melihat hubungan antara asertivitas akademik dan self-esteem pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya angkatan 2013 dan 2014 dalam perkuliahan. Asertivitas yang dilihat dalam penelitian ini adalah asertivitas mahasiswa ketika sedang mengikuti perkuliahan, sehingga dapat disebut dengan asertivitas akademik. Banyaknya faktor yang mempengaruhi asertivitas namun peneliti hanya menghubungkan dengan self-esteem. a. Penelitian ini dilakukan menggunakan penelitian kuantitatif dengan uji hubungan. b. Penelitian ini akan melihat asertivitas pada mahasiswa dalam proses perkuliahan seperti, saat presentasi, menerima materi di kelas, dan juga proses diskusi di kelas bersama dosen. Sehingga asertivitas yang akan dibahas dalam penelitian ini disebut sebagai asertivitas akademik.

12 1.3 Rumusan Masalah Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah hubungan antara asertivitas akademik dan self-esteem pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya angkatan 2013 dan 2014 dalam perkuliahan 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara self-esteem terhadap asertivitas pada mahasiswa remaja akhir dalam perkuliahan. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat menjadi sumbangan referensi bagi ilmu psikologi khususnya dalam bidang pendidikan terkait dengan hubungan antara selfesteem dengan asertivitas akademik. 1.5.2 Manfaat Praktis a. Bagi mahasiswa Penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi mahasiswa bahwa self-esteem dan asertif sangat diperlukan dalam proses perkuliahan di kelas, supaya dapat membantu untuk menyampaikan pendapat dan juga aktif di dalam kelas. b. Bagi Fakultas Penelitian ini dapat menjadi bahan informasi bagi Fakultas Psikologi untuk mendapatkan gambaran hubungan antara self-esteem dan asertivitas sangat diperlukan oleh mahasiswa dalam proses perkuliahan.