DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 109

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGAJAR GURU MELALUI SUPERVISI AKADEMIK MODEL LESSON STUDY DI SD NEGERI KENONGO KECAMATAN SEDAN

BAB III METODE PENELITIAN

(Seminar Nasional Lembaga Kebudayaan) Edisi 1 Tahun 2017 Halaman E-ISSN

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

DIDAKTIKA PGRI, 2, (2), 2016, 238

PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU

BAB I PENDAHULUAN. setiap manusia memiliki kemampuan yang berbeda-beda tergantung pada usia

Upaya Peningkatan Kemampuan Guru-Guru SMP.I Cening Joni 121

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

Jurnal Visi Ilmu Pendidikan Halaman 269

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVIII/Mei 2014

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SD KELAS I-III

DIDAKTIKA PGRI, 2, (2), 2016, 309

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian diadakan di dalam kelas dan lebih difokuskan pada masalah-masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TEKNIK SUPERVISI KUNJUNGAN KELAS SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN PROFESIONALISME GURU SD 3 DAN 10 KESIMAN DENPASAR Oleh Ni Nengah Widyani 1

Nurhayati Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

SUPERVISI INDIVIDUAL DENGAN PENDEKATAN KOLABORATIF SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN RPP. Ena Suprapti

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diteliti. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan Penelitian

Agus Purwanto SMP 5 Kudus

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

SUPERVISI AKADEMIK BERKELANJUTAN DALAM PENINGKATAN KOMPETENSI GURU MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas

PENINGKATAN KOMPETENSI GURU MEMBUAT PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) MELALUI WORKSHOP MODEL P2FR DI SMP NEGERI 43 MEDAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Oleh: Musringah SD Negeri 2 Durenan Kabupaten Tranggalek

LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan ISSN : Vol. 13 No. 1 (2018) 1 10

MODEL PENDAMPINGAN KEPALA SEKOLAH DALAM MELAKUKAN SUPERVISI AKADEMIK DI SD NEGERI MEDAN SUNGGAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Karakteristik Perkembangan anak usia kelas awal SD

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas IV MIS Margapura Kecamatan Bolano Lambunu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

IMPLEMENTASI SUPERVISI KLINIS DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGAJAR GURU MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Inggris dikenal dengan Clasroom Action Research (ARC). Penelitian tindakan

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya.

Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian. sistematis, terencana, dan dengan sikap mawas diri.

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU BAHASA INDONESIA BERSERTIFIKAT PENDIDIK DI SMP NEGERI KOTA BATU. Diajukan oleh Bambang Irawan NIM

BAB I PENDAHULUAN. Pengawas PAI sebagai seorang supervisor harus memiliki keterampilan. meningkatkan kinerja guru PAI.

BAB III METODE PENELITIAN

HJ. BAIQ SUMIATI. Pengawas SD Dinas Pendidikan Kota Mataram

BAB III METODE PENELITIAN

Penerapan Supevisi Akademik Model Kunjungan Kelas untuk Meningkatkan Kinerja Guru dalam Proses Belajar Mengajar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

10 Media Bina Ilmiah ISSN No

ISSN No Media Bina Ilmiah 1

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME. Dina Hikmah Safariyah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK BERKELANJUTAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU-GURU SD PADA SEKOLAH BINAAN DI KOTA MATARAM

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN ALAT PERAGA BATANG NAPIER. Nur Waqi ah

D036 MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN PERANGKAT PEMBELAJARAN INOVATIF MELALUI LESSON STUDY. Ahmadi 1 1,2,3

MUHAMMAD A. DJAKARIA NIM ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi akan lancar apabila perbendaharaan katanya cukup memadai. Hal ini

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN CONTEXTUAL TEACHING & LEARNING SISWA KELAS VII E SMP N 1 SRANDAKAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWADENGAN MENERAPKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN IPA

PENERAPAN METODE DISKUSI DAN DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN PKn MATERI ASEAN UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VI SDN 1 KALIOMBO

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN DI KELAS IV SDN 1 BALE DENGAN MENGGUNAKAN METODE TANYA JAWAB

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya

Oleh: Rusmiati SD Negeri 1 Punjul Karangrejo Tulungagung

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN KUALITAS RPP TEMATIK MELALUI SUPERVISI AKADEMIK GURU KELAS SMPLB/C PADA SEKOLAH BINAAN DI KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kelas(classroom Action Research) yaitu suatu bentuk penelitian yang dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek

OPTIMALISASI PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU SD NEGERI 49 CAKRANEGARA

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJAGA KEUTUHAN NKRI MENGGUNAKAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW. Parjimin

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Serambi Akademica, Volume IV, No. 2, November 2016 ISSN :

Transkripsi:

DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 109 MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN TEMATIK MELALUI SUPERVISI KLINIS BAGI GURU KELAS I, DAN I SD NEGERI KARANGTURI KECAMATAN LASEM Teguh Riyanto *) SDN Karangturi UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah Abstrak Permasalahan yang akan dipecahkan dalam Penelitian Tindakan Sekolah ini adalah apakah pelaksanaan supervisi klinis yang dilakukan oleh kepala sekolah dapat meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran tematik? Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui apakah lewat pelaksanaan supervisi klinis yang dilakukan secara teratur oleh kepala sekolah dapat meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran Yang menjadi subyek penelitian adalah guru kelas I,, dan I SD Negeri Karangturi Kecamatan Lasem. Waktu penelitian adalah selama 3 bulan, dimulai pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2014. Kegiatan studi awal dimulai bulan Januari 2014. Siklus I, dan dilaksanakan bulan Pebruari 2014. Setiap siklus terdiri dari 4 tahap kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nilai kemampuan guru kelas I,, dan I SDN Karangturi Kec. Lasem dalam melaksanakan pembelajaran tematik mengalami peningkatan secara signifikan pada setiap siklusnya, hal ini dapat dilihat rata-rata nilai pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan, rata-rata nilai siklus I dan siklus. Pada kondisi awal nilainya adalah 56,42, pada siklus I rata-rata nilainya adalah 83,36, sedangkan pada siklus rata-rata nilainya adalah 90,75. Dengan melihat peningkatan nilai tersebut maka dapat disimpulkan bahwa ternyata pelaksanaan supervisi klinis yang dilakukan oleh kepala sekolah dapat meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran tematik. Kata-kata kunci: Peningkatan Kemampuan, Pembelajaran Tematik, Pelaksanaan Supervisi Klinis 1. Pendahuluan Mutu proses belajar mengajar di kelas ditentukan oleh kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Menurut hasil supervisi penulis selaku Kepala SD pada guru kelas I,, dan I SDN Karangturi Kecamatan Lasem ditemukan permasalahan bahwa 66,6 % guru kelas I,, dan I belum mampu menyusun RPP tematik, 100 % guru kelas I,, dan I SDN Karangturi mengalami kesulitan dalam pelaksanaan pembelajaran tematik, dan 66,6 % guru kelas I,, dan I mengalami kesulitan dalam melaksanakan penilaian pada pembelajaran Permasalahan-permasalahan tersebut menurut pandangan penulis harus segera diperbaiki. Penyebab dari masalah tersebut berdasarkan wawancara penulis dengan guru kelas I,, dan I adalah karena jarangnya guru kami mengikuti pendidikan dan pelatihan tentang pembelajaran Berdasarkan uraian latar belakang masalah, masalahmasalah yang muncul yang dapat penulis identifikasi adalah: a. 66,6 % guru kelas I,, dan I SDN Karangturi belum mampu menyusun RPP b. 100 % guru kelas I,, dan I mengalami kesulitan dalam pelaksanaan pembelajaran c. 66,6 % guru kelas I,, dan I mengalami kesulitan dalam melaksanakan penilaian pada pembelajaran Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah pelaksanaan supervisi klinis yang dilakukan oleh kepala sekolah dapat meningkatkan kemampuan guru kelas I,, dan I SDN Karangturi dalam melaksanakan pembelajaran tematik? Adapun rencana pemecahan masalah yang penulis pilih untuk memecahkan masalah dalam penelitian ini adalah dengan mengoptimalkan pelaksanaan supervisi klinis bagi guru kelas I,, dan I SD Negeri Karangturi dalam melaksanakan pembelajaran tematik dengan langkahlangkah pelaksanaan supervisi klinis sebagai berikut: a. Tahap pertemuan awal/pendahuluan, kepala sekolah menciptakan suasana yang akrab dengan guru, sehingga terjadi suasana kolegial. b. Tahap Observasi kelas, pada tahap ini guru mengajar di kelas, dengan menggunakan keterampilan yang disepakati bersama. c. Tahap pertemuan umpan balik, kepala sekolah memberikan penguatan terhadap penampilan guru, agar tercipta suasana yang akrab dan terbuka.

DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 110 Penelitian tindakan sekolah ini bertujuan ingin mengetahui seberapa jauh pelaksanaan supervisi klinis yang dilakukan oleh kepala sekolah dapat meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran 2. Materi dan Metode 2.1. Materi a. Latar Belakang Pembelajaran Tematik Peserta didik yang berada pada Sekolah Dasar kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan anak usia dini. Pada anak usia dini seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang sangat luar biasa. b. Ruang Lingkup Ruang lingkup pengembangan pembelajaran tematik meliputi seluruh mata pelajaran pada kelas I-I Sekolah Dasar, yaitu meliputi Pendidikan Agama, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Pendidikan Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan Keterampilan, serta Pendidikan Jasmani, Olah raga dan Kesehatan. c. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Kelas Awal SD Anak yang berada di kelas awal SD adalah anak yang berada pada rentangan usia dini. Masa usia dini merupakan masa yang pendek, tetapi merupakan masa yang sangat penting bagi kehidupan seseorang. Karakteristik perkembangan anak pada kelas rendah SD biasanya pertumbuhan fisiknya telah mencapai kematangan, mereka telah mampu mengontrol tubuh dan menjaga keseimbangan. d. Cara Anak Belajar Piaget (dalam Masnur Muslich, 2007: 162)) menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya (teori perkembangan kognitif). Anak usia Sekolah Dasar berada pada tahapan operasi konkret. Menurut pendapat Piaget (dalam Made Pidarta, 2007:202) bahwa anak usia SD tergolong ke dalam perkembangan periode operasi konkret, karena periode operasi konkret dimulai umur 7 sampai dengan umur 11 tahun. e. Belajar dan Pembelajaran Bermakna Menurut pendapat M. Sobry Sutikno dalam Pupuh Fathurrohman, (2007:5) bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut BSNP (2006:36) bahwa belajar pada hakekatnya merupakan proses perubahan di dalam kepribadian yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan dan kepandaian. Menurut E. Mulyasa (2008:69) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan Adapun menurut Masnur Muslich (2007:163) bahwa pembelajaran pada hakekatnya adalah suatu proses interaksi antara anak dengan anak, anak dengan sumber belajar dan anak dengan pendidik. f. Pengertian Pembelajaran Tematik Menurut Masnur Muslich (2007:164) menyatakan bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran, dasar cerita (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,1993:21). Hal itu disebabkan adanya sinergistik efek (efek keterpaduan) yang ditimbulkan sebagai hasil dari keterpaduan tersebut (E. Mulyasa, 2007:104) g. Landasan Pembelajaran Tematik Ada tiga landasan yang dapat dijadikan sebagai landasan pembelajaran tematik, yaitu: 1) Landasan filosofis. Landasan filosofis pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat, yaitu (1) progresivisme, (2). konstruktivisme dan (3) humanisme. 2) Landasan psikologis. Landasan psikologis dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. 3) Landasan yuridis. Landasan yuridis dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di Sekolah Dasar. Landasan yuridis tersebut adalah UU Np. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka mengembangkan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (Pasal 9). UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V Pasal 1b). h. Keuntungan Pembelajaran Tematik Keuntungan pembelajaran terpadu melalui tema tertentu adalah sebagai berikut: 1) Anak mudah memusatkan perhatian pada tema atau topik tertentu; 2) Anak dapat mengembangkan berbagai kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama; 3) Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan; 4) Kompetensi berbahasa bisa dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan berbagai mata pelajaran lain dan pengalaman pribadi anak; 5) Anak lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema

DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 111 yang jelas; 6) Anak lebih bergairah belajar karena mereka bisa berkomunikasi dalam situasi nyata untuk mengembangkan keterampilan berbahasa sekaligus untuk mempelajari mata pelajaran lain 7) dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu. 8) Mengembangkan kemampuan dan keterampilan mental dan fisiknya secara terpadu dan optimal. 9) Budi pekerti anak bisa ditanamkan dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi (Erwin Roosilawati, 2004 :10). i. Pengertian Supervisi Klinis Ada dua jenis supervisi yang kita ketahui yaitu supervisi manajerial dan supervisi akademis, dan salah satu supervisi akademik yang populer adalah supervisi klinis. Adapun yang dimaksud supervisi klinis adalah: Suatu proses pembimbingan dalam pendidikan yang bertujuan membantu pengembangan profesional dalam pengenalan mengajar melalui observasi dan analisis data secara obyektif, teliti sebagai dasar untuk usaha mengubah perilaku mengajar guru (Piet A. Sahertian, 1982 :16 ). Menurut Richard Waller memberikan definisi supervisi klinis sebagai supervisi yang difokuskan pada perbaikan pengajaran dengan menjalankan siklus yang sistematis dari tahap perencanaan, pengamatan dan analisis intelektual yang intensif terhadap penampilan mengajar sebenarnya dengan tujuan untuk modifikasi yang rasional. Sedangkan Keith Acheson dan Meredith D Call, menyatakan bahwa supervisi klinis adalah proses membantu guru memperkecil jurang antara tingkah laku mengajar guru yang nyata dan tingkah laku mengajar yang ideal. Secara teknis Keith Acheson dan Meredith D Call mengatakan bahwa model supervisi klinis terdiri dari tiga fase yaitu pertemuan perencanaan, observasi kelas, dan pertemuan balikan. Sedangkan dalam Panduan Manajemen Sekolah yang diterbitkan oleh Depdikbud (1999 : 131) dinyatakan bahwa supervisi klinis adalah bantuan profesional kepada guru melalui siklus perencanaan yang sistematis,pengamatan yang cermat,dan umpan balik yang obyektif dan segera. j. Prinsip-Prinsip Supervisi Klinis Menurut Buku Panduan Manajemen Sekolah yang dikeluarkan oleh Depdikbud (1999:132) ada enam prinsip yang harus dilaksanakan dalam supervisi klinis yaitu: 1) Hubungan konsultatif, kolegial dan bukan hirarkhis; 2)Dilaksanakan secara demokratis; 3)Terpusat pada guru; 4) Didasarkan pada kebutuhan guru; 5) Umpan balik berdasarkan data hasil observasi; 6) Bersifat bantuan profesional. tidak ada sebelas ciri utama supervisi klinis, yaitu: a) Supervisi yang diberikan kepada guru berupa bantuan (bukan perintah), sehingga inisiatif terletak di tangan guru; b) Aspek yang disupervisi harus berdasarkan usul guru. c) Instrumen dan metoda observasi dikembangkan bersama oleh guru dan supervisor; d) Umpan balik diberikan segera setelah pengamatan selesai; e) Mendiskusikan hasil analisis dan data hasil pengamatan dengan mendahulukan interpretasi guru; f) Kegiatan supervisi dilakukan secara tatap muka dan dalam suasana terbatas; g) Supervisor lebih banyak mendengarkan dan menjawab pertanyaan guru dari pada memberi pengarahan; h) Kegiatan supervisi klinis paling tidak terdiri dari tiga tahap yaitu pertemuan awal, pengamatan, pertemuan umpan balik; i) Pemberian penguatan terhadap perubahan perilaku yang positip sebagai hasil pembinaan; j) Dilakukan secara berkelanjutan. l. Tahap-Tahap Pelaksanaan Supervisi Klinis Prosedur supervisi klinis berlangsung dalam suatu proses berbentuk siklus yang terdiri dari tiga tahap yaitu tahap pertemuan awal/ pendahuluan, tahap pengamatan/observasi dan tahap pertemuan balikan. 1) Tahap Pertemuan Awal Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap pertemuan awal adalah: (a) Supervisor menciptakan suasana yang akrab dengan guru, sehingga terjadi suasana kolegial. (b) Supervisor dengan guru membahas rencana pembelajaran yang dibuat guru untuk menyepakati aspek mana yang menjadi fokus perhatian supervisi, serta menyempurnakan rencana pembelajaran tersebut. (c) Supervisor bersama guru menyusun instrumen observasi yang akan digunakan. 2) Tahap Observasi Kelas Pada tahap ini guru mengajar di kelas dengan menerapkan keterampilan yang telah disepakati bersama. Supervisor melakukan observasi dengan menggunakan instrumen yang telah disepakati. 3) Tahap Pertemuan Umpan Balik Pada tahap ini hasil observasi didiskusikan secara terbuka antara supervisor dengan guru. Secara singkat bagan langkah-langkah supervisi klinis adalah sebagai berikut: k. Ciri-Ciri Supervisi Klinis Ada beberapa karakteristik supervisi klinis yaitu: Menurut Buku Panduan Manajemen Sekolah yang dikeluarkan oleh Depdikbud (1999:131-132), paling

DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 112 Bagan 1 Langkah-langkah supervisi klinis Pertemuan Awal/ Pendahuluan: 1. Menganalisis rencana pengajaran 2. Menetapkan bersama guru aspek-aspek mengajar yang akan diobservasi Peningkatan kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran tematik dilakukan melalui upaya tindakan pelaksanaan supervisi klinis oleh kepala sekolah. Dengan pelaksanaan supervisi klinis oleh kepala sekolah, maka akan segera dapat diketahui kekurangan-kekurangan bagi guru tersebut dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran tematik, kemudian kepala sekolah bersama guru menganalisis kekurangan-kekurangan guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran Berangkat dari kerangka berpikir tersebut, maka kepala sekolah melakukan tindakan berupa pelaksanaan supervisi klinis untuk mengatasi kelemahan-kelemahan guru dalam melaksanakan pembelajaran 2.2. Metode Observasi/Pengamatan: 1. Mencatat peristiwa selama pengajaran 2. Catatan harus obyektif dan selektif Pertemuan Balikan/ Pasca Pengamatan : 1. Menganalisis hasil observasi bersama guru 2. Menganalisa perilaku mengajar guru 3. Bersama guru menetapkan aspek-aspek yang harus dilakukan untuk membantu perkembangan keterampilan mengajar berikutnya Kegiatan penelitian yang peneliti lakukan adalah Penelitian Tindakan Sekolah yang dilaksanakan secara bersiklus, dan model siklus yang peneliti gunakan adalah model Kemmis dan Taggart, di mana setiap siklusnya dimulai dari kegiatan tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Adapun model siklus Kemmis. Sebelum dimulai siklus I, penulis terlebih dahulu melaksanakan observasi awal dengan tujuan untuk mengetahui kondisi awal tentang penyusunan perangkat pembelajaran tematik, pelaksanaan pembelajaran tematik dan penilaian pembelajaran Dalam pelaksanaan PTS ini penulis menggunakan model PTS kepala sekolah sebagai peneliti, dengan demikian penulis melaksanakan sendiri pekerjaan penelitian mulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, dan pengamatan, serta refleksi tanpa kolaborasi dengan pihak lain. Yang menjadi subjek penelitian atau sasaran tindakan dalam Penelitian Tindakan Sekolah ini adalah guru kelas I,, dan I SDN Karangturi Kecamatan Lasem pada semester tahun pelajaran 2013/2014. Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah pelaksanaan supervisi klinis oleh penulis selaku kepala sekolah. Supervisi klinis merupakan bantuan profesional kepada guru melalui siklus perencanaan yang sistematis, pengamatan yang cermat, dan umpan balik yang obyektif dan segera. Lokasi penelitian dalam Penelitian Tindakan Sekolah ini adalah kelas I,, dan I SDN Karangturi Kecamatan Lasem. Waktu kegiatan penjajagan dan penelitian berlangsung selama 3 bulan yaitu bulan Januari sampai dengan Maret 2014. Prosedur tindakan penelitian direncanakan sebagai berikut: a. Rencana Kegiatan Siklus I 1) Perencanaan Perencanaan awal, pengamatan langsung proses pembelajaran pada guru kelas I,, dan I SDN Karangturi tentang masalah yang terjadi ketika guru kelas I, dan I melaksanakan pembelajaran tematik, merumuskan permasalahan, mengidentifikasi permasalahan pokok dan menyusun hipotesis pemecahan 2) Pelaksanaan Tindakan melakukan tindakan (pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan tematik) sesuai dengan skenario tindakan pada siklus I. 3) Observasi Penulis memantau dan mencatat perilaku guru kelas I,, dan I dalam melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan 4) Refleksi Refleksi merupakan langkah untuk menganalisis semua hasil kegiatan yang sudah dilaksanakan pada siklus I. b. Rencana Kegiatan Siklus Siklus merupakan kelanjutan serta perbaikan pada siklus I. Hal-hal yang belum dicapai pada siklus I diperbaiki pada siklus. Dengan demikian kegiatan siklus didasarkan pada hasil siklus I dengan rangkaian kegiatan sama seperti pada siklus I yaitu terdiri atas tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi/pengamatan, dan refleksi.

DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 113 Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengamatan. Sumber data dalam penelitian ini berasal dari semua guru kelas I,, dan I SDN Karangturi Kecamatan Lasem pada semester tahun pelajaran 2013/2014. Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis deskripsi kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh. Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui nilai pengamatan tentang pelaksanaan pembelajaran tematik guru kelas I,, dan I SDN Karangturi dengan menggunakan rumus statistik sederhana berikut ini: N = Skor yang diperoleh Skor maksimal x 100 Sedangkan kriteria penilaian yang digunakan untuk mengetahui tingkat penguasaan guru dalam melaksanakan pembelajaran tematik adalah sebagai berikut: 81% - 100% = Sangat tinggi. 61% - 80% = Tinggi. 41% - 60% = Sedang 21% - 40% = Rendah < 21% = Sangat rendah Untuk meningkatkan validasi data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan strategi critical Reflection (refleksi kritis) yaitu setiap tahap siklus penelitian tindakan dirancang untuk meningkatkan kualitas pemahaman (Lather dalam Suharsimi Arikunto, Suhardjono dan Supardi, 2008: 128). Indikator kinerja dalam Penelitian Tindakan Sekolah ini digunakan sebagai pedoman untuk mengukur apakah tindakan yang telah peneliti gunakan telah berhasil atau tidak dalam meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran Untuk itu, penelitian ini dikatakan berhasil jika Minimal 80% dari guru-guru kelas I,, dan I SDN Karangturi Kecamatan Lasem mendapat nilai sangat tinggi dalam melaksanakan pembelajaran 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Deskripsi Kondisi Awal Sebelum penulis melaksanakan penelitian, terlebih dahulu didahului dengan observasi kondisi awal pelaksanaan pembelajaran tematik pada guru kelas I,, dan I SDN Karangturi Kecamatan Lasem. Grafik 1 Rata-rata Nilai Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Kelas I,, dan I SDN Karangturi Kec. Lasem Pada Kondisi Awal 60 50 A 40 NILAI KONDISI AWAL 3.2. Deskripsi Tiap Siklus 3.2.1. Deskripsi Siklus I a. Perencanaan Tindakan Penulis menyusun perencanaan tindakan siklus I pada minggu pertama bulan Pebruari 2014. b. Pelaksanaan Tindakan Melaksanakan tindakan mengacu pada skenario tindakan yang telah direncanakan pada siklus I. c. Observasi/pengamatan Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, dengan menggunakan instrumen yang telah tersedia. Dalam observasi/pengamatan ini, penulis dibantu oleh co-observer dalam melakukan pengamatan, yaitu mengamati penulis dalam melaksanakan supervisi klinis. Grafik 2 Rata-rata Nilai Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Kelas I,,dan I SDN Karangturi Pada Siklus I 85 84 83 82 A B 81 NILAI SIKLUS I Sumber Data: Pengamatan pelakanaan supervisi klinis kepala sekolah pada siklus I Nilai Pelaksanaan Supervisi Klinis = Skor yang diperoleh x 100 Skor maksim = 40 x 100 = 88,8 45 Dari tabel tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan supervisi klinis telah menunjukkan pelaksanaan supervisi klinis termasuk kategori amat baik karena nilai yang diperoleh adalah 88,8. d. Refleksi Kegiatan refleksi siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu, 8 Februari 2014 bertempat di ruang kelas I SD Negeri Karangturi Kecamatan Lasem, diisi

DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 114 dengan kegiatan mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan. 3.2.2. Deskripsi Siklus I a. Perencanaan Tindakan Penulis menyusun perencanaan tindakan siklus pada hari Senin, tanggal 10 bulan Februari 2014. b. Pelaksanaan Tindakan Melaksanakan tindakan mengacu pada skenario tindakan yang telah direncanakan pada siklus. c. Observasi/pengamatan Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, dengan menggunakan instrumen yang telah disepakati bersama. Fokus pengamatan adalah aktivitas penulis dalam melaksanakan supervisi klinis dan nilai pengamatan pelaksanaan pembelajaran Dalam observasi/pengamatan ini, peneliti dibantu oleh co-observer. Hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran tematik pada siklus ditunjukkan pada tabel di bawah ini. Grafik 3 Rata-rata Nilai Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Kelas I,, dan I SDN Karangturi Kec. Lasem Pada Siklus 92 91 90 89 88 NILAI SIKLUS Nilai = Skor yang diperoleh x 100 Skor maksimal = 44 x 100 = 97,7 45 Dari grafik 3 menunjukkan bahwa pelaksanaan supervisi klinis pada siklus lebih baik dari siklus I dan nilai yang diperoleh adalah 97,7 yang termasuk kategori nilai ama baik. d. Refleksi Kegiatan refleksi siklus dilaksanakan pada hari Jum at, 28 Februari 2014 bertempat di ruang kelas I SD Negeri Karangturi Kecamatan Lasem, diisi dengan kegiatan mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan. 3.3. Pembahasan A B Setelah memperhatikan hasil pemantauan pelaksanaan pembelajaran tematik yang dilakukan oleh guru kelas I,, dan I SDN Karangturi Kec. Lasem pada kondisi awal, siklus I dan siklus, maka terjadi peningkatan yang cukup signifikan. Kemampuan guru kelas I,, dan I SDN Karangturi Kec. Lasem dalam melaksanakan pembelajaran tematik meningkat setiap siklusnya. Perbandingan peningkatan nilai setiap siklusnya dapat dilihat pada tabel maupun grafik di bawah ini. Tabel 1 Hasil Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Kelas I,, dan I SDN Karangturi Kec. Lasem Pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus No Kondisi Awal NILAI Siklus I Siklus % Kenaikan Kondisi Siklus I Awal ke ke Siklus I Siklus 1 A 52,15 82,8 91,16 58,77 10,09 2 B 59,16 84,8 91,73 43,34 8,17 3 C 57,96 82,5 89,38 40,26 8,33 Rata-rata 56,42 83,36 90,75 46,48 8,86 Bila hasil pemantauan pelaksanaan pembelajaran baik pada kondisi awal, siklus I dan siklus dibuatkan grafiknya, maka akan tampak sebagai berikut : Grafik 4 Rata-rata Nilai Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Kelas I se Wilayah Gugus Sekolah Dabin 02 Kec. Lasem Pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus. 100 80 60 40 20 0 NILAI NILAI KONDISI SIKLUS I AWAL NILAI SIKLUS Baik pada tabel maupun grafik di atas, terlihat bahwa masing-masing guru meningkat prosentasenya baik dari kondisi awal ke siklus I maupun dari siklus I ke siklus. Dari kondisi demikian menunjukkan bahwa baik pada siklus I maupun siklus, pelaksanaan supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran tematik, hal ini disebabkan dalam pelaksanaan supervisi klinis yang dilakukan oleh penulis selaku Kepala sekolah direncanakan secara sistematis, pengamatan yang cermat, dan pemberian umpan balik yang obyektif dan segera. Dengan cara supervisi tersebut, maka guru dapat menggunakan umpan balik tersebut untuk memperbaiki kinerjanya. A B

DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 115 4. Simpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan, dapat penulis simpulkan dalam penelitian ini bahwa: Ternyata supervisi klinis yang dilakukan oleh kepala sekolah secara berkelanjutan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran tematik. Referensi Ali, Mohamad. 1985. Penelitian Kependidikan Prosedur & Strategi.Bandung: Angkasa Arikunto, Suharsimi & Suhardjono & Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Aqib, Zainal dan Rohmanto, Elham. 2007. Profesionalisme dan Pengawas Sekolah. Bandung : Yrama Widya. Depdiknas. 2008. Petunjuk Teknis Penelitian Tindakan Sekolah. Jakarta. Dirjen PMPTK. Depdikbud. 1994/1995. Pedoman Bimbingan Profesional Sekolah Dasar. Jakarta: Dirjen Dikdasmen. Depdikbud. 1995/1996. Pedoman Kerja PelaksanaanSupervisi. Jakarta : Dirjen Dikdasmen Depdikbud. 1999. Panduan Manajemen Sekolah. Jakarta : Dirjen Dikdasmen Fsthurrohman, Pupuh dan Sutikno, M. Sobry. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : PT Refika Aditama. Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Yang Disempurnakan. Bandung: PT Remaja Rosda karya. Mulyasa, E. 2008. Menjadi Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Muslich, Masnur. 2008. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: PT Bumi Aksara. Majid, Abdul. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.