BAB I PENDAHULUAN. gaya berbusana, atau fashion secara etimologis fashion berasal dari bahasa Latin

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengindonesiaan dari kata tattoo yang berarti goresan, gambar, atau

BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam era-modernisasi negara Indonesia pada saat ini sudah

BAB I PENDAHULUAN. tanpa berhubungan dengan orang lain. Semua orang secara alamiah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. daerah terkaya jika di bandingkan dengan negeri-negeri muslim lainya.

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam memprediksikan perilaku pembelian konsumen terhadap suatu

BAB I PENDAHULUAN. Mereka sangat memperhatikan penampilan selain menunjukan jati diri ataupun

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan. Tidak hanya dikalangan remaja, namun ibu-ibu juga

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan pola kehidupan masyarakat yang mulai berkembang sejak

BAB I PENDAHULUAN. pakaian tidak hanya berguna sebagai alat yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang tersebar di semua wilayah Kota Bandung. Sejak dahulu Kota

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. up, dan lainnya. Selain model dan warna yang menarik, harga produk fashion

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan, perubahan dalam

FASHION SEBAGAI PENCITRAAN DIRI DAN IDENTITAS BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Masa remaja merupakan masa untuk mencari identitas/ jati diri.

BAB I PENDAHULUAN. berlomba untuk merebut dan mempertahankan pangsa pasarnya. Berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sangat mudah sekali mencari barang-barang yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam alat teknologi seperti televisi, koran, majalah, dan telepon.

BAB VI PENUTUP. namun memiliki keuangan yang terbatas. Saat berbelanja di Boutique

BAB I PENDAHULUAN. Ini bisa dilihat dengan begitu maraknya shopping mall atau pusat

BAB I PENDAHULUAN. Tengok saja majalah, koran, radio, acara televisi, sampai media online

BAB I PENDAHULUAN. memberikan identitas kultural terhadap seseorang (Jayanti, 2008: 48).

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan cara pandang dan persepsi konsumen Indonesia tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perubahan dalam gaya hidup. Kehidupan yang semakin modern menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. bagi kemajuan suatu bangsa. Masa anak-anak disebut-sebut sebagai masa. yang panjang dalam rentang kehidupan.

BAB IV. Mahasiswi Berjilbab di FKIP- PGSD UKSW Salatiga

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya mengundang kekaguman pria. M.Quraish Shihab hlm 46

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara etimologis, dalam Oxford English Dictonary (OED),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. akademis dengan belajar, yang berguna bagi nusa dan bangsa di masa depan

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dibidang fashion semakin meningkat. Gaya hidup berbelanja. hanya bagi perempuan saja, laki-laki bahkan tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PENUTUP. jeli dalam mengatur pengeluaran agar tidak berlebih. Kebutuhan atas pakaian sering

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis menyimpulkan inti permasalahan yang dihadapi, sebagai berikut :.

BAB 1 PENDAHULUAN. gramatika, penanda (signifier), dan petanda (signified) dalam kesepakatan subyektif,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi dan. mengakibatkan berbagai perilaku manusia sebagai konsumen semakin mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial yang saling berinteraksi dalam masyarakat, banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin berkembangnya zaman di era modern kebutuhan akan dunia fashion

Makalah. Analisis Studi Kelayakan Bisnis-Usaha Distro. DI Susun oleh : Joko Purnomo

REPRESENTASI FASHION SEBAGAI KELAS SOSIAL DALAM FILM THE DEVIL WEARS PRADA DAN CONFESSIONS OF A SHOPAHOLIC NASKAH PUBLIKASI

I. PENDAHULUAN. dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini persaingan antar perusahaan semakin begitu ketat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. menengah perkotaan, mereka menyadari bahwa penampilan memegang peranan

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

BAB I PENDAHULUAN. hingga tersier. Feist, Jess (2010) mengatakan bahwa salah satu kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia mode pakaian di Indonesia beberapa dekade ini mengalami

BAB I PENDAHULUAN. meninggalkan kebiasaan, pandangan, teknologi dan hal - hal lainnya yang

CHAPTER REPORT (THREE) Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian. Dari Bapak Dr. H. A. Juntika Nurihsan, M. Pd.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pernahkah Anda berpikir, mengapa kebanyakan mahasiswa ataupun

BAB I PENDAHULUAN. luaskan budaya mereka ke dunia Internasional. Melalui banyak media Korea

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Sarlito (2013) batasan umum usia remaja adalah tahun

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dituntut untuk dapat menciptakan keunggulan kompetitif yang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu kecantikan ragawi dan juga inner beauty atau kecantikan dari dalam.

BAB I PENDAHULUAN. dilepaskan dari penampilan dan gaya keseharian. Benda-benda seperti baju

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya berbagai kebebasan dan kemudahan yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk individu mengarah kepada karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakatnya, terutama pada kaum perempuan. Sebagian besar kaum perempuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keadaan modern (modernitas) adalah berkaitan dengan suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perilaku konsumen yang terjadi pada era globalisasi saat ini sangat

Lampiran 1 : Kuesioner Field Study

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia fashion menjadi hal yang penting di berbagai kalangan baik kalangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. dilakukan oleh masyarakat. Belanja yang awalnya merupakan real need atau

FASHION SEBAGAI KOMUNIKASI: ANALISIS SEMIOTIS ATAS FASHION JOKOWI PADA PEMILIHAN PRESIDEN 2014

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. yang paling disukai adalah kegiatan berbelanja produk fashion. Produk

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tentu saja membawa dampak dalam kehidupan manusia, baik dampak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan persoalan akses informasi dan dunia internet. Online shopping merupakan

BAB I PENDAHULUAN. permintaan orang-orang akan hiburan semakin tinggi. Orang-orang

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai perhiasan dan kecantikan bagi yang mengenakannya secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. informasi dan gaya hidup. Globalisasi ditandai dengan pesatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia sehari-hari. Fashion biasanya identik dengan model pakaian atau

BAB I PENDAHULUAN. dalam mencari pekerjaan. Alasan pelarangan yang dikemukakanpun sangat tidak rasional,

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS. Judul : Kreatifitas Desain Kaos dan Baju

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tampil cantik dan modis dengan gaya elegan, feminine, atau simple kini dapat

2015 PENGARUH BUDAYA K-POP TERHADAP NASIONALISME REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan disini mengacu pada penampilan secara keadaan fisik

BAB I PENDAHULUAN. Fashion merupakan kombinasi atau perpanduan dari gaya atau style dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang berimpitan, lokasi penduduk padat, dan sarana-prasarana memadai serta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap perempuan pada dasarnya mempunyai keinginan untuk dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selain papan dan

BAB I PENDAHULUAN. diakses tanggal 27 April 2016 pukul 08:43 WIB.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Akhir-akhir ini, pertumbuhan ekonomi dunia semakin meningkat sejalan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai calon-calon intelektual yang bersemangat, penuh dedikasi, enerjik, kritis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB I PENDAHULUAN. yang baik (Bastian, 2001).Tingkatan kinerja organisasi dapat dilihat dari sejauh mana

BAB I PEMBUKAAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan globalisasi memberi pengaruh pada masyarakat Indonesia, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. melakukan komunikasi dengan manusia lainnya. Selain menggunakan media

BAB IV PENUTUP. dalam hal ini yaitu kota Yogyakarta bertujuan untuk melihat pola-pola yang

BAB I PENDAHULUAN. Di kota Bandung akhir-akhir ini banyak bermunculan pusat-pusat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan manusia tidak akan pernah lepas dari yang namanya gaya berbusana, atau fashion secara etimologis fashion berasal dari bahasa Latin factio, yang artinya membuat atau melakukan, karena itu arti asli dari Fashion mengacu pada kegiatan. fashion merupakan sesuatu yang dilakukan seseorang, tetapi seiring berkembangnya zaman fashion dimaknai sebagai sesuatu yang dikenakan seseorang atau gaya berbusana. Perhatian setiap individu karena fashion memang sudah menjadi bagian penting bagi penampilan keseharian setiap orang. Dengan gaya berbusana yang menarik, maka dapat mendongkrak penampilan seseorang menjadi lebih bagus dari sebelumnya. fashion merupakan sebuah bentuk dari ekspresi seseorang, atau cara yang digunakan individu untuk membedakan dirinya sendiri dengan orang lain. Hal ini bisa menjadi penilaian tersendiri bagi orang lain terhadap karakter masing-masing individu tersebut. Benda-benda seperti baju dan aksesoris yang dikenakan bukan lagi sekadar penutup tubuh dan hiasan, tetapi sudah menjadi sebuah alat komunikasi untuk menyampaikan identitas pribadi. Didalam sebuah fashion ada nilai-nilai yang ingin dipromosikan atau dikomunikasikan melalui apa yang ditampilkan. 1 1 Rahmadya Putra Nugraha,.Fashion Sebagai Pencitraan Diri dan Identitas Budaya. Diakses pada 04 September 2016, http://komunikasi.unsoed.ac.id/sites/defult/files/46.rahmadya%20putraumb.pdf 1

2 fashion sesungguhnya mengatakan banyak hal tentang identitas pemakainya. Orang sering membuat kesimpulan tentang siapa dia lewat apa yang dia kenakan. Tak heran bahwa Thomas Carlyle mengatakan, pakaian menjadi perlambang jiwa (emblems of the soul). Pakaian bisa menunjukkan siapa pemakainya. Dalam kata-kata tersohor dari Umberto Eco, I speak through my cloth. (Aku berbicara lewat pakaianku). Karena hal ini fashion merupakan fenomena komunikatif dan kultural, dalam artian fashion merupakan cara yang di gunakan suatu kelompok atau individu untuk mengonstruksi dan mengkomunikasikan identitasnya, dan orang cenderung membuat penilaian berdasarkan atas apa yang dipakai oleh orang lain. 2 Melalui gaya berbusana atau fashion dapat direpresentasikan sejumlah makna tertentu, sesuai dari tujuan seseorang yang menggunakan fashion tersebut. Gaya pakaian bukan hanya sekedar dipakai begitu saja. Wilson menyebutkan bahwa fashion merupakan seperti fenomena budaya khususnya dalam bentuk simbolis dan mistis yang cukup lama bertahan terpenjara didalam sebuah makna. 3 Pada kajian ilmu komunikasi, pakaian memainkan peran yang penting. Menurut Rakhmat 4 bahwa pakaian dalam konteks komunikasi nonverbal merupakan bagian dari pesan artifaktual. Gaya pakaian dipandang memliki satu fungsi komunikatif. Suatu bentuk komunikasi artifktual dalam ranah komunikasi nonverbal. Gaya pakaian menyampaikan pesan bermakna, dengan cara yang sama 2 Malcolm Bernard,. Fashion sebagai Komunikasi.Jalasutra.Yogyakarta.2011 hal VI 3 Farid Hamid U,.Pakaian : Studi Komunikasi Artifaktual. Jakarta: MediaKom Jurnal Ilmiah 2010 4 Jalaludin Rakhmat,. Psikologi Komunikasi.Remaja Rosda Karya. Bandung 1994 hal 292

3 seperti bahasa menyampaikan pesan. Komunikasi artifaktual meliputi segala macam penampilan seperti gaya pakaian, tas dan atribut-atribut lainnya. 5 Pada umumnya pakaian atau busana digunakan untuk menyampaikan identitas diri seseorang, tentang siapakah dia, apa pekerjaannya, bagaimana sifatnya, melalui gaya busana yang dikenakan. Bahkan untuk membentuk citra diri yang diinginkan juga dapat disampaikan melalui gaya busana yang dikenakan. Seseorang yang ingin terlihat fashionable ia akan mengenakan gaya busana yang sangat up to date dan selalu mengikuti mode yang ada. Selain itu gaya busana seringkali digunakan untuk menunjukkan nilai sosial atau status seseorang, di mana orang seringkali membuat penilaian terhadap nilai sosial atau status orang lain berdasarkan apa yang dipakai orang tersebut. Status bisa merupakan hasil atau berkembang dari pelbagai sumber, dari jabatan, dari keluarga, dari jenis kelamin, gender, usia, atau ras. Aspek pakaian dan fashion bisa saja digambarkan sebagai penandaan ekonomis, atau sisi kontraktual dandanan, sebagai kebalikan dari sisi sosial atau kultural. Fashion dan pakaian juga menunjukan pada level manakah ekonomi orang tersebut bergerak. 6 Ketika orang ingin dianggap dalam level kelas sosial yang lebih tinggi membutuhkan barang-barang yang bermerek atau branded. Ketika sudah menggunakan barang-barang yang bermerek atau branded mereka akan lebih percaya diri dalam berpenampilan dan bergaul dengan orang-orang. 7 Tak heran banyak orang yang memiliki status sosialnya tinggi rela membeli 5 Malcolm Bernard, op.cit.,hal VII 6 Op.cit., hal 91 7 Aldiano Majid,. Fanatisme Terhadap Barang Ber-Breanded yang Menjamur. Diakses pada 5 November 2016. www.kompasiana.com.

4 pakaian dengan harga mahal dengan merek terkenal untuk menunjukan status sosial mereka, walaupun busana atau fashion yang mereka kenakan hampir sama dengan merek dalam negeri, yang hargaya relatif lebih murah dibandingkan dengan harga busana yang berasal dari luar negeri. Orang tersebut seolah sudah terbius oleh merek terkenal tersebut, walaupun bahannya hampir sama dengan merek lokal, asalkan mereknya terkenal maka mereka akan membeli busana atau fashion tersebut. Bisa dikatakan orang tersebut mengkomunikasikan gaya busana mereka melalui merek yang mereka kenakan. Fenomena ini banyak terjadi di kalangan remaja saat ini, agar terlihat fashionable ia selalu mengikuti trend- trend yang muncul, selain itu mereka memiliki pemahaman bahwa dengan memakai atau membawa produk branded tersebut akan dilihat sebagai pribadi yang keren dan membanggakan. 8 Sehingga mereka berlomba-lomba menunjukan gaya fashion mereka berdasarkan merek yang mereka kenakan, bahkan berdasarkan apa yang dipakai oleh orang yang diidolakannya, dengan tujuan untuk mengkomunikasikan dimana level status sosial mereka dan apa yang mereka senangi. Hal ini menarik untuk dikaji, karena akan terlihat bagaimana para pencinta fashion memperhatikan gaya busana mereka mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki, begitu juga sebaliknya orang yang cuek dengan gaya fashion mereka, mereka akan berdandan sesimpel mungkin. Dan dari situlah kita akan mengetahui pesan apa yang akan disampaikan saat menggunakan gaya fashion mereka masing-masing. 8 Annelis Brilian,.Fenomena Anak Gemar Barang BrandedDiakses pada 5 November 2016. www.tabloidnova.com.

5 Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti fenomena ini di salah satu universitas swasta di Jakarta yaitunya Universitas Mercu Buana, karena mahasiswa atau mahasiswi yang kuliah di universitas ini status sosialnya sangat beragam, tidak hanya untuk kalangan menengah atas tapi juga untuk kalangan menengah kebawah, jadi peneliti bisa melihat langsung proses interaksi dari mahasiswa kalangan menengah atas dengan kalangan menengah kebawah saat mengkomunikasikan gaya busana mereka, dan peneliti bisa mengetahui pesan apa yang ingin mereka sampaikan saat mereka mengenakan gaya busana atau fashion mereka tersebut. Peneliti memilih subyek penelitian untuk penelitian ini adalah mahasiswa fakultas ilmu komunikasi angkatan 2013, karena mahasiswa fakultas ilmu komunikasi sering berhubungan dengan media penyiaran atau sering bertemu dengan orang banyak, sehingga mereka paham betul bagaimana cara mereka berkomunikasi melalui gaya busana yang mereka kenakan. 1.2 Fokus Penelitian Dari konteks penelitian yang telah tertulis, peneliti memfokuskan penelitian pada: 1. Apa dan bagaimana makna gaya busana sebagai komunikasi nonverbal dalam fungsi subtitusi dikalangan mahasiswa? 2. Bagaimana cara mereka mengekspresikan atau mengkomunikasikan gaya busana yang mereka kenakan?

6 1.3 Identifikasi Masalah Identifikasi masalah pada penelitian ini adalah peneliti hendak mencari tahu motif dan makna dari gaya berbusana seseorang dan cara mengkomunikasikan gaya busana tersebut. Mengingat dizaman sekarang tren Fashion atau gaya busana berkembang, banyak cara seseorang untuk mengkomunikasikan gaya busana atau Fashion yang mereka kenakan. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan pada fokus penelitian diatas, maka tujuan penelitian ini untuk mengetahui : 1. Untuk mengetahui makna gaya busana sebagai komunikasi nonverbal dalam fungsi subtitusi dikalangan mahasiswa. 2. Untuk mengetahui cara mereka mengekspresikan atau mengkomunikasikan gaya busana yang mereka pakai. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini bermanfaat agar peneliti memahami tentang teori-teori yang berkaitan dengan masalah penelitian dan dapat menghubungkan relevansi antara teori dengan realitas sosial. serta diharapkan pula mampu memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu komunikasi khususnya mengenai Fenomena pemaknaan gaya busana sebagai komunikasi nonverbal. 1.5.2 Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi arahan dan pengetahuan bagi seluruh mahasiswa atau mahsiswi, khususnya dalam memahami

7 karakter dan kepribadian seseorang melalui gaya busana yang digunakan. Dan dapat memberikan suatu gambaran mengenai pesan yang terkandung melalui gaya busana yang dikenakan.