Comparison of Antibacterial Effectivity Star Fish Culcita sp. Extract Against Staphylococcus aureus and Salmonella typhi Growth.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental yang bersifat analitik

BAB III METODE PENELITIAN. metode difusi dengan teknik sumuran.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak saja

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorium dengan metode

BAB III METODELOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorik dengan

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2011

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Rumah Sakit

ABSTRAK. EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli SECARA IN VITRO

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012.

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorik dengan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2012 bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik.

III. METODE PENELITIAN

Lampiran I. Hasil Identifikasi/Determinasi Tumbuhan. Universitas Sumatera Utara

METODELOGI PENELITIAN. Umum DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung dan Laboratorium. Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dalam waktu 4

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

ABSTRAK. Pembimbing I : Widura, dr., MS. Pembimbing II : Yenni Limyati, dr., Sp.KFR., S.Sn., M.Kes. Selly Saiya, 2016;

AKTIVITAS ANTIBAKTERI SARI BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi Linn.) TERHADAP BAKTERI PSEUDOMONAS AERUGINOSA DAN STAPHYLOCOCCUS EPIDERMIDIS

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk meneliti efek dari ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SAWO (Manilkara zapota) TERHADAP BAKTERI Eschericia coli, dan Staphylococcus aureus SKRIPSI

ABSTRAK. EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN MIMBA (Azadirachta indica A. Juss) TERHADAP Enterococcus faecalis

BAB III METODE PENELITIAN A.

ABSTRAK. Kata Kunci : Streptococcus mutans, avokad, in vitro.

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental

LAMPIRAN 1. Standar zona hambat antibiotik menurut CLSI

ABSTRAK. EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL DAUN SALAM (Syzygium polyanthum) TERHADAP Escherichia coli DAN Bacillus subtilis SECARA IN VITRO

BAB I PENDAHULUAN. Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung, 2010). Namun, sebagian besar

Daya Antibakteri Ekstrak Tumbuhan Majapahit (Crescentia cujete L.)Terhadap Bakteri Aeromonas hydrophila

III. Metode Penelitian A. Waktu dan Tempat Penelitian kelimpahan populasi dan pola sebaran kerang Donax variabilis di laksanakan mulai bulan Juni

ABSTRAK. EFEK ANTIMIKROBA ESKTRAK ETANOL CACING TANAH (Lumbricus rubellus) TERHADAP Salmonella typhi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

UJI-UJI ANTIMIKROBA. Uji Suseptibilitas Antimikrobial. Menggunakan cakram filter, mengandung sejumlah antibiotik dengan konsentrasi tertentu

BAB III. METODE PENELITIAN

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

DAYA HAMBAT DEKOKTA KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP BAKTERI ESCHERICHIA COLI. Muhamad Rinaldhi Tandah 1

INTISARI. UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU GIRING (Curcuma Heyneana Val) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella Dysentriae SECARA IN VITRO

AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN BUNGUR (LANGERSTROEMIA SPECIOSA (L.) PERS)

Lampiran 2. Morfologi Tanaman Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth)

HALAMAN PENGESAHAN. Skripsi dengan judul. Dewan Penguji:

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

ABSTRACT. Keywords: Secondary metabolites, antibacterial activity, Pithecellobium jiringa (Jack) Prain. ABSTRAK

UJI AKTIVITAS EKSTRAK BUAH SAWO MENTAH (Acrhras zapota ) DENGAN BERBAGAI PELARUT PADA Salmonella typhii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya

BAB III METODE PENELITIAN. Asam Jawa (Tamarindus indica L) yang diujikan pada bakteri P. gingivalis.

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia)

3 METODOLOGI PENELITIAN

Laporan Tugas Akhir Inovasi Pembuatan Free Germs Hand sanitizer (Fertz) yang Praktis dan Ekonomis dari Ekstrak Daun Kersen BAB III METODOLOGI

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium, mengenai uji potensi antibakteri ekstrak etilasetat dan n-heksan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat,

ABSTRAK. AKTIVITAS ANTIBAKTERIAL EKSTRAK ETANOL LIDAH BUAYA (Aloe vera) TERHADAP Staphylococcus aureus SECARA IN VITRO TAHUN 2014

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Alexander Dicky 1, Ety Apriliana 2

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian terapan dengan menggunakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Ulangan (mm) Jumlah Rata-rata

EFEKTIFITAS EKSTRAK DAUN KATUK (SAUROPUS ANDROGYNUS L.) DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI STAPHYLOCOCCUS AUREUS SECARA IN VITRO

III. METODE PENELITIAN. menggunakan media Mannitol Salt Agar (MSA). pada tenaga medis di ruang Perinatologi dan Obsgyn Rumah Sakit Umum

Wahyuddin Jumardin, Masnawati Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mega Rezky Makassar ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April-Juni 2014 di Laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BIJI BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

25 Universitas Indonesia

EFEKTIVITAS BERBAGAI SEDIAAN EKSTRAK BAWANG PUTIH

LAMPIRAN. Sampel Daun Tumbuhan. dicuci dikeringanginkan dipotong-potong dihaluskan

BAB III METODE PENELITIAN. adalah dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 95%. Ekstrak yang

BAB III METODE PENELITIAN

Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-53 Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Palembang 14 September2016

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Salah satu kuman penyebab infeksi saluran cerna adalah Shigella, yang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian dan

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi Dasar Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi (FST), Universitas

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN KECAPI (Sandoricum koetjape Merr.) Abstract

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan Rancangan

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan

A : Tanaman ceplukan (Physalis minima L.)

PERBANDINGAN EFEK EKSTRAK BUAH ALPUKAT (Persea americana Mill) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Pseudomonas aeruginosa DENGAN METODE DISK DAN SUMURAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH EKSTRAK METANOL DAUN SIRSAK (ANNONA MURICATA) DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI SALMONELLA TYPHI SECARA IN VITRO. Putu Nanda Pramadya P.

Lampiran 1. Hasil identifikasi bunga lawang

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2012

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tanaman Kecipir

Jurnal Farmasi Malahayati Volume 1 No.1 Januari

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

Transkripsi:

Perbandingan Efektifitas Antibakteri Ekstrak Bintang Laut Culcita sp. terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi Redopatra Asa Gama 1, Efrida Warganegara 2, Ety Apprilia 3, Tri Umiana Soleha 4 1 Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung 2,3,4 Bagian Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung Abstrak Resistensi bakteri pada penyakit infeksi sudah menjadi masalah internasional. Salah satu penanganan masalah resistensi adalah dengan mencari alternatif yang memiliki sifat antibakteri. Salah satu bahan alternatif sebagai antibakteri adalah bintang laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antibakteri bintang laut Culcita sp. terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi. Dalam penelitian ini dilakukan sintesis ekstrak bintang laut dalam konsentrasi 1000, 2000, 4000, 8000, dan 16000 ppm melalui proses ekstraksi bertingkat pada serbuk bintang laut kering yang diperoleh dari Perairan Ketapang. Pada penelitian ini dilakukan empat kali pengulangan pada dua kelompok uji yaitu Staphylococcus aureus dan kelompok Salmonella typhi serta kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol negatif (aquadest). Uji antibakteri dilakukan pada media kultur Muller Hinton Agar (MHA) dengan teknik disk diffusi kirby bauer. MHA diinkubasi pada suhu 37 o C selama 24 jam dan dilakukan pengukuran zona hambat. Didapatkan ekstrak bintang laut memiliki aktifitas antibakteri terhadap bakteri Sthapylococcus aureus dan Salmonella typhi. Hal tersebut terlihat dengan adanya zona hambat yang terbentuk dan didapatkan daya hambat yang terbesar pada konsentrasi 16000 ppm. Setelah dilakukan penelitian tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap efek antibakteri ekstrak bintang laut terhadap kedua bakteri. Kata kunci: Culcita sp., Salmonella typhi, Staphylococcus aureus, teknik disk diffusi Comparison of Antibacterial Effectivity Star Fish Culcita sp. Extract Against Staphylococcus aureus and Salmonella typhi Growth. Abstract Bacterial resistance to infectious diseases has become an international problem. One of the handling of the problem of resistance is to look for alternatives that have antibacterial properties. One alternative materials as antibacterial is a starfish. This study aims to determine the antibacterial effect of star fish Culcita sp. against Staphylococcus aureus and Salmonella typhi. In this research, synthesis of starfish extract in a concentration of 1000, 2000, 4000, 8000, and 16000 ppm through the extraction process starfish storied dry powder obtained from Ketapang. In this research, four repetitions in two test group, namely Staphylococcus aureus and Salmonella typhi groups and positive control (chloramphenicol) and negative control (aquadest). Antibacterial test conducted at culture medium Muller Hinton Agar (MHA) with the disk diffusion technique of Kirby bauer. MHA incubated at 37 C for 24 hours and measuring the inhibition zone. The result showed extracts of starfish have antibacterial activity against bacteria Sthapylococcus aureus and Salmonella typhi. It is seen by the inhibition zone formed and obtained the greatest inhibition at concentrations of 16000 ppm. In this study there were no significant differences on the antibacterial effects of extracts of starfish against both bacteria. Keywords: Culcita sp., disc-diffusion technique, Salmonella typhi, Staphylococcus aureus Korespondensi: Redopatra Asa Gama, alamat Jl. Abdul Muis Nomor VII Bandar Lampung, HP 082175402855, e-mail redopatra@gmail.com Pendahuluan Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak saja di Indonesia, tapi juga di seluruh dunia. Selain disebabkan oleh virus, bakteri juga tidak kalah pentingnya dalam menyebabkan penyakit infeksi. 1 Penyakit infeksi bakteri yang sering menyebabkan penyakit pada manusia adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi. Kedua bakteri ini juga cepat menjadi resisten terhadap banyak obat antimikroba, sehingga menyebabkan masalah terapi yang sulit. 2,3 Masalah resistensi bakteri pada antibiotika telah menjadi masalah internasional. Resistensi antibiotik pada mikroba menimbulkan beberapa konsekuensi yang buruk. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang gagal berespon terhadap pengobatan mengakibatkan perpanjangan penyakit, meningkatnya resiko kematian dan semakin lamanya masa rawat inap di rumah sakit. Ketika respon terhadap pengobatan Majority Volume 6 Nomor 3 Juli 2017 12

menjadi lambat bahkan gagal, pasien menjadi infeksius untuk beberapa waktu yang lama. Hal ini memberikan peluang yang lebih besar bagi galur resisten untuk menyebar kepada orang lain. Kemudahan transportasi dan globalisasi sangat memudahkan penyebaran bakteri resisten antar daerah, negara, bahkan lintas benua. Semua hal tersebut pada akhirnya meningkatkan jumlah orang yang terinfeksi dalam komunitas, sehingga menyebabkan kegagalan terapi antibakteri semakin meningkat. Berbagai strategi disusun untuk mengatasi masalah resistensi, diantaranya dengan mencari antibakteri baru. 4,5 Luasnya wilayah perairan di Provinsi Lampung yang kaya akan biota laut memungkinkan untuk mengembangkannya menjadi obat herbal alami yang memiliki efek samping lebih rendah. Keanekaragaman biota laut yang tidak sepenuhnya diketahui dan dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar dan sering dijumpai adalah bintang laut. Salah satu bintang laut di perairan Lampung Selatan adalah Culcita Sp. Culcita Sp. merupakan salah satu jenis echinodermata yang belum banyak dimanfaatkan dan sebagian besar masyarakat belum mengetahui akan keberadaan dan potensi yang dimiliki bintang laut tersebut. 4,6 Penelitian tentang aktivitas antibakteri yang terdapat pada bintang laut Culcita sp. masih terbatas pada sifat antibakteri saja. Hal tersebut yang mendasari untuk dilakukannya penelitian tentang Perbandingan Efektifitas Antibakteri Ekstrak Bintang Laut (Culcita sp.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi. 6 Metode Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia Organik dan Laboratorium Biologi Fakultas MIPA serta Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Penelitian dilaksanakan pada bulan September hingga November 2015. Bahan utama yang digunakan pada penelitian adalah bintang laut Culcita sp. yang didapatkan dari perairan Ketapang, Kab.Pesawaran, bakteri Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi, media kultur Mannitol Salt Agar (MSA), media Shigella- SalmonellaAgar (SSA), media agar MHA (Muller Hinton Agar) sebagai media tempat dilakukannya kultur bakteri dan uji daya hambat bakteri. Alat-alat yang digunakan pisau, cawan petri, timbangan digital, aluminium foil, oven, kompor listrik, kertas saring Whatman 42, kapas, pipet mikro, labu Erlenmeyer 250 ml dan 500 ml, gelas ukur, hammer mills, corong kaca, botol gelas, gelas piala, tabung reaksi, pipet tetes, pipet mikro, blender, sendok plastik, cakram kertas, pipa kapiler, gelas, inkubator, handscoon, dan alat tulis. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah ekstrak bintang laut Culcita sp. dengan kadar 16000 ppm, 8000 ppm, 4000 ppm, 2000 ppm, dan 1000 ppm yang diberikan untuk mempengaruhi pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi. Untuk menentukan besar sampel pada penelitian ini digunakan rumus federer selain itu digunakan kontrol positif dan kontrol negatif. 7 Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu (1) tahapan pengambilan sampel dan preparasi bahan baku, pada tahap ini, bintang laut Culcita Sp. Diambil dari Perairan Ketapang. Bintang laut kemudian dikeringkan dengan suhu rendah menggunakan freeze dryer dengan suhu kurang dari -40 o C, (2) Sterilisasi alat yang lakukan di dalam autoclave selama 15 menit pada suhu 121 o C dengan tekanan 1,5 atm, (3)Pembuatan senyawa ekstrak dari bintang laut, pembuatan kultur bakteri yang dilakukan dengan metode ekstraksi bertingkat yang menggunakan pelarut heksana (p.a), etil asetat (p.a), dan metanol (p.a), dan (4) Uji antimikroba yang dilakukan pada media MHA. 8 Hasil data dianalisis secara analitik comparative, analisis dilakukan mengunakan software statistikspss 17.00 for Windows dengan menggunakan uji one way anova untuk menguji perbedaan rerata pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Majority Volume 6 Nomor 3 Juli 2017 13

Bakteri yang didapatkan dari Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Lampung. Staphylococcus aureus Salmonella typhi Kultur pada lempeng agar darah Kultur pada media Mc Conkey Biakan Staphylococcus aureus Biakan Salmonella typhi Identifikasi dengan pemeriksaan biokimiawi Lakukan uji katalase Lakukan uji TSIA dan Sitrat. Biakan Staphylococcus aureus murni Biakan Salmonella typhi murni Suspensikan bakteri kedalam 5 ml NaCl 0,9% Sampel bintang laut Culcita Sp.dari Perairan Ketapang, Kab.Pesawaran Suspensi bakteri Bubuk Pengeringan dengan freeze drying Penghalusan menggunakan hammer mills Membuat larutan 0,5 Mc Farland dan bandingkan dengan suspensi bakteri sampai homogen Ekstraksi secara bertingkat (n-heksana, etil asetat,metanol) Larutan Ekstrak bintang laut Membuat konsentrasi 16000ppm, 8000ppm, 4000ppm, 2000ppm, 1000 ppm Ekstrak dengan konsentrasi 16000ppm, 8000ppm, 4000ppm, 2000ppm, 1000 ppm Rendam dalam disk kosong (± 15 menit) Homogen Dioleskan pada media MHA Media MHA yang sudah diolesi bakteri Inkubasi 24 jam Ukur zona hambat lakukan pengulangan 4 kali Disk yang mengandung ekstrak bintang laut Zona hambat Analisis data Hasil analisis Gambar 1. Diagram Alur Penelitian Majority Volume 6 Nomor 3 Juli 2017 14

Hasil Tabel 1. Hasil Analisis Univariat Zona Hambat Pada Staphylococcus aureus Konsentrasi Rerata Median Standar Nilai Nilai deviasi minimum maksimum 1000 ppm 14.5 15.5 5.45 8 19 2000 ppm 14 14.5 3.74 9 18 4000 ppm 17.25 17.5 2.5 14 18 8000 ppm 17.5 18 4.79 12 22 16000 ppm 21.25 21 1.5 20 23 Tabel 2. Hasil Analisis Univariat Zona Hambat Pada Salmonella typhi Konsentrasi Rerata Median Standar Nilai Nilai deviasi minimum maksimum 1000 ppm 11 11 2.58 8 14 2000 ppm 9.25 7 5.97 5 18 4000 ppm 16.25 16.5 3.3 12 20 8000 ppm 15.75 15.5 1.7 14 18 16000 ppm 23.25 23.5 5.85 16 30 Tabel 3. Hasil Analisis Uji Post Hoc Diameter Zona Hambat (mm) Konsentrasi Staphylococcus aureus Salmonella typhi p Interpretasi 1000 ppm 14.5 11 0.378 Tidak bermakna 2000 ppm 14 9.25 0.191 Tidak bermakna 4000 ppm 17.25 16.25 0.559 Tidak bermakna 8000 ppm 17.5 15.75 0.663 Tidak bermakna 16000 ppm 21.25 23.25 0.456 Tidak bermakna Pembahasan Pada penelitian ini didapatkan hasil diameter zona hambat pada kedua bakteri uji. Hasil uji bakteri Staphylococcus aureus, didapatkan konsentrasi 1000 ppm dengan rerata 14.5 mm, konsentrasi 2000 ppm dengan rerata 14 mm, konsentrasi 4000 ppm dengan rerata 17.25 mm, konsentrasi 8000 ppm dengan rerata 17.5 mm, konsentrasi 16000 ppm dengan rerata 21.25 mm sedangkan pada kontrol negatif tidak terbentuk zona hambat dan pada kontrol positif didapatkan zona hambat dengan rerata 23 mm. Sedangkan pada bakteri Salmonella typhi, didapatkan hasil konsentrasi 1000 ppm dengan rerata 11 mm, konsentrasi 2000 ppm dengan rerata 9.25 mm, konsentrasi 4000 ppm dengan rerata 16.25 mm, konsentrasi 8000 ppm dengan rerata 15.75 mm, konsentrasi 16000 ppm dengan rerata 23.25 mm, serta pada kontrol negatif yang tidak terbentuk zona hambat dan kontrol positif dengan rerata diameter zona hambat 30.5 mm. Pada kedua bakteri uji didapatkan hasil yang berbeda setiap konsentrasi, tetapi zona hambat yang terbentuk secara keseluruhan semakin meningkat pada konsentrasi yang lebih tinggi. Hal ini juga terjadi pada penelitian Dewi (2010) yang menyatakan bahwa diameter zona hambat tidak selalu naik sebanding dengan naiknya konsentrasi antibakteri, kemungkinan ini terjadi karena perbedaan kecepatan difusi senyawa antibakteri pada media agar serta jenis dan konsentrasi senyawa antibakteri yang berbeda juga memberikan diameter zona hambat yang berbeda pada lama waktu tertentu. 9 Zona hambat yang terbentuk pada bakteri Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi menunjukkan bahwa ekstrak bintang laut memiliki aktivitas antibakteri pada keduanya. Secara deskriptif, zona hambat yang terbentuk memiliki aktivitas yang lebih kuat terjadi pada bakteri Salmonella typhi dengan diameter zona hambat sekitar 23.25 mm. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Juariyah (2014) yang menyatakan bahwa aktivitas antibakteri bintang laut yang diteliti pada bintang laut Asterias forbesii lebih tinggi pada bakteri gram negatif daripada gram positif. 10 Majority Volume 6 Nomor 3 Juli 2017 15

Pada penelitian lain oleh Chamundeeswari et al., (2012) bahwa ekstrak bintang laut Astropecten indicus memiliki aktivitas antimikroba pada pengujian mikroba patogen dengan menggunakan metode difusi, aktivitas antibakteri dilihat dari zona hambat yang terbentuk. Pada penelitian tersebut didapatkan zona inhibisi yang luas pada bakteri Pseudomonas aeruginosa dan zona inhibisi yang rendah pada Staphylococcus aureus. 11 Pada analisis bivariat didapatkan hasil p> 0.05 pada setiap konsentrasi, yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pengaruh ekstrak bintang laut Culcita sp terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Juariyah (2014) yang mengatakan bahwa aktivitas antibakteri ekstrak bintang laut Asteria forbesii lebih aktif terhadap bakteri Gram negatif. Hal tersebut dapat diakibatkan bahwa terdapat perbedaan jenis spesies bintang laut yang pada penelitian Juariyah (2014) menggunakan spesies Asteria forbesii, sehingga dapat dimungkinkan terdapat perbedaan atau komponen bioaktif didalam organisme tersebut. 10 Selain itu, proses pengeringan yang dilakukan pada penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Juariyah (2014) yang melakukan proses pengeringan selama 3x24 jam, sedangkan pada penelitian ini dilakukan proses pengeringan selama 7x24 jam yang bertujuan untuk meningkatkan proses dehidrasi bintang laut, sehingga komponen air didalam bintang laut menjadi berkurang dan komponen bioaktifnya dapat dengan mudah terserap. 10 Perbedaan proses pengeringan tersebut dapat membuat perubahan komponen yang terkandung didalam bintang laut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hector (2004) yang menyatakan bahwa suhu dan lama pengeringan dapat mempengaruhi kadar suatu zat pada proses pengeringan. Hal ini dapat membuat komponen zat yang memiliki aktifitas terhadap bakteri gram positif dan bakteri gram negatif sama banyak. Selain itu, metanol yang digunakan dalam proses maserasi memiliki sifat yang baik dalam penyerapan zat metabolit sekunder, baik polar maupun non polar yang membuat kadar zat yang terserap lebih baik. 12,13 Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Agustina (2012) yang mengatakan bahwa ekstraksi dengan pelarut metanol menghasilkan penyerapan komponen bioaktif lebih baik daripada pelarut lainnya. Hal ini membuat komponen bioaktif yang terkandung pada ekstrak bintang laut yang memiliki aktifitas terhadap bakteri gram positif dan gram negatif tidak jauh berbeda, sehingga aktifitas antibakteri terhadap kedua bakteri tidak memiliki perbedaan yang signifikan. 6,14 Selain itu, nilai standar deviasi yang cukup tinggi dan diameter zona hambat yang memiliki range kecil dapat mengakibatkan tidak signifikannya perbedaan efek antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi sehingga perlu dilakukan uji KLT preparative untuk mengetahui bakteri apa yang memiliki efektifitas lebih baik. 15,16 Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa ekstrak bintang laut Culcita sp. memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi. Hal ini ditunjukkan dengan adanya diameter zona hambat yang terjadi pada kedua bakteri. Pada penelitian ini, efek yang ditimbulkan ekstrak 16000 ppm memiliki aktivitas antibakteri yang lebih besar dibandingkan dengan konsentrasi ekstrak lainnya. Ringkasan Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa ekstrak bintang laut Culcita sp. memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Salmonella thphi. Efek antibakteri yang terjadi semakin meningkat pada setiap peningkatan konsentrasi dengan konsentrasi 16000 ppm memiliki daya hambat terbesar. Namun pada penelitian ini tidak didapatkan perbedaan efektifitas yang signifikan antara kedua bakteri. Simpulan Tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap efek antibakteri ekstrak bintang laut terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi. Majority Volume 6 Nomor 3 Juli 2017 16

Daftar Pustaka 1. Mulholland A. Bacterial infections - a major cause of death among children in Africa. NEJM. 2005; 352(2):75-77. 2. Rina S. Mikrobiologi kedokteran. Edisi ke- 23. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004. 3. Brooks GF, Carrol KC, Butel JS, Morse AS, Mietzener AT, editor. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi ke-23. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008. 4. Deshpande JD, Joshi M. Antimicrobial resistance: the global public health challenge. International Journal of Student Research. 2011; 1(2):41-44. 5. Fauziyah S. Hubungan antara penggunaan antibiotika pada terapi empiris dengan kepekaan bakteri di ruang perawatan icu (intensive care unit) RSUP Fatmawati Jakarta periode januari 2009 - maret 2010 [Tesis]. Jakarta: Program Pasca Sarjana Program Studi Ilmu Kefarmasian, Universitas Indonesia; 2010. 6. Agustina DS. Aktivitas antioksidan dan komponen bioaktif bintang laut Culcita sp [Skripsi]. Bogor: Bogor agricultural university; 2012. 7. Sastroasmoro S. Metode penelitian klinis dasar. Jakarta : PT Bina Rupa Aksara; 1995. 8..Winarno FG. Kimia pangan dan gizi. dalam Agustina DS, editor. Aktivitas antioksidan dan komponen bioaktif ekstrak bintang laut (Culcita sp) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor; 2008. 9. Dewi FK. Aktivitas antibakteri ekstrak etanol buah mengkudu (Morinda citrifolia, linnaeus) terhadap bakteri pembusuk daging segar [Skripsi]. Surakarta: Universitas Sebelas Maret; 2010. 10. Juariah S. Aktivitas senyawa antibakteri bintang laut (Asterias forbesii) terhadap beberapa jenis bakteri patogen [Tesis]. Medan: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara; 2014. 11. Chamundeeswari K, Saranya S, Rajagopal S. Exploration of potential antimicrobial activity of sea star Astropecten indicus. j applied pharmaceutical scienc. 2012; 2(7):125-8. 12. Hector FM. Optimal spray driyer of orange oil. Brazil: Procedding of International Drying Symposium; 2004. 13. Dash BK, Sultana S, Sultana N. Antibacterial activities of methanol and acetone extracts of fenugreek (Trigonella foenum) and coriander (Coriandrum sativum). Life Sciences and Medicine Research. 2011; 11(2):2-7. 14. Bhat SV, Nagasampagi BA, Meenakshi S. Natural products: chemistry and application. New Delhi: Narosa Publishing House; 2009. 15. Sirait M. Penuntun fitokimia dalam farmasi. Bandung: Institut TeknologiBandung; 2007. 16. Lariman R. Keanekaragaman fylum echinodermata di pulau beras basah kotabontang Kalimantan Timur. Mulawarman Scientifie.2011;10(2):207-18 Majority Volume 6 Nomor 3 Juli 2017 17