BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini pada akhirnya menunjukan bahwa pencapaian-pencapaian Bandung Berkebun di usia pergerakannya yang masih relatif singkat tidak terlepas dari kemampuannya dalam mengakses serta memobilisasi sumber daya yang ada disekitarnya. Adapun sumber daya utama yang paling menonjol dalam mendukung keberhasilan pencapaian-pencapaian Bandung Berkebun adalah sumber daya kultural berupa konsep dan ide-ide yang inovatif, sumber daya manusia yang kreatif, serta sumber daya sosial organisasional berupa jejaring sosial yang kuat. Sementara mekanisme proses dalam mengakses sumber daya yang selama ini telah dilakukan oleh Bandung Berkebun adalah agregasi dan produksi secara mandiri. Agregasi cenderung menjadi mekanisme yang mendominasi cara yang dipilih Bandung Berkebun dalam mengakses sumber daya disekitarnya. Hal tersebut dikarenakan sumber daya yang berhasil dimiliki oleh komunitas ini mayoritas merupakan sumber daya bawaan dari masing-masing individu penggiat didalamnya. Penelitian ini cenderung menunjukan bahwa proses kunci mobilisasi sumber daya yang telah dilakukan oleh Bandung Berkebun sebagai organisasi gerakan sosial mampu meraih pencapaian-pencapaian tidak sedikit dalam usianya yang masih relatif singkat serta memberikan kontribusi positif pada keberlanjutan komunitas kedepannya. Namun, dalam konteks keberlanjutan serta realisasi visi gerakan proses mobilisasi yang terjadi masih sekedar mobilisasi yang belum 155
sepenuhnya mengarah kepada upaya memastikan tumbuhnya partisipasi dan kesadaran dari masyarakat Bandung secara luas dalam memanfaatkan lahan terbengkalai melalui urban farming, sehingga peluang keberlanjutan visi besar komunitas ini di masyarakat masih cenderung kecil 1. 5.2 Refleksi Kritis Berdasarkan kesimpulan diatas peneliti melihat bahwa sejauh ini peran komunitas Bandung Berkebun masih sekedar sebagai inspirator serta mobilisator awal bagi keberadaan gagasan pemanfaatan lahan terbengkalai, negatif atau sisa melalui urban farming. Gerakan yang digagas oleh Bandung Berkebun berhasil menciptakan semacam preferensi baru di masyarakat dalam merespon permasalahan banyaknya lahan terbengkalai serta kerawanan pangan pada masyarakat. Keberadaan insipirator memang penting bagi masyarakat yang dihadapkan pada situasi masalah tertentu, namun hal tersebut tidak serta merta otomatis akan membangun kesadaran mereka untuk berpartisipasi secara langsung dalam ide atau gagasan yang bersangkutan. Mereka cenderung belum mencapai tahapan untuk memastikan bagaimana sebenarnya keberlanjutan dari realisasi gagasan urban farming dalam level masayarakat. Hal tersebut terlihat dari rendahnya keberlanjutan program-program urban farming yang pernah dilakukan oleh komunitas Bandung Berkebun di beberapa wilayah Bandung dalam level rukun warga. Belum ada mekanisme 1 Fakta empiris yang sebenarnya terkait keberlanjutan implementasi urban farming di kota Bandung tentu saja akan membutuhkan kajian tersendiri lebih lanjut dengan masyarakat Bandung sebagai subjek utamanya. Adapun kesimpulan ini hanya semacam prediksi awal terkait keberlanjutan aksi urban farming oleh masyarakat yang dihasilkan melalui penelitian dengan Bandung Berkebun sebagai subjek utamanya. 156
evaluasi berkala yang ditujukan kepada hasil program (pasca program), misalnya alur komunikasi khusus antara komunitas dengan masyarakat yang menjadi sasaran program kegiatan mereka. Sehingga kecenderungan yang terjadi adalah masyarakat mungkin tersadar akan keberadaan gagasan ini, namun mereka belum tentu dengan sadar dan atas inisiatif mereka mau melakukan aksi urban farming secara berkelanjutan. Kesadaran akan akan manfaat serta pentingnya aksi urban farming nampaknya masih jadi milik para penggiat komunitas semata, sementara masyarakat belum melihat urgensi gagasan ini bagi mereka. Hal tersebut membutuhkan proses yang sangat panjang dan konsisten, dan nampaknya masih sulit dilakukan dalam bentuk organisasi yang cair dan belum terstruktur secara formal. Sementara itu, guna mencapai pemahaman yang lebih komprehensif terkait isu gerakan urban farming di Bandung. Peneliti melihat perlunya dilakukan suatu penelitian lanjutan yang melihat dinamika implementasi urban farming dari sudut pandang masyarakat Bandung sebagai subjek penelitian. Karena, penelitian yang telah dilakukan ini cakupannya baru dalam level Komunitas Bandung Berkebun dengan segala dinamika organisasional dan pengelolaan sumber daya yang telah mereka lakukan dalam mencapai visi masyarakat se-bandung ngebon, tanpa melibatkan pembahasan bagaimana sebenarnya implementasi yang sebenarnya terjadi di masyarakat. Kemudian terakhir, apabila kita berkaca dari hasil penelitian tadi, Bandung berkebun sendiri sebetulnya menyadari sepenuhnya akan keterbatasan mereka dalam mewujudkan visi besar tersebut, terlebih apabila mereka hanya bergerak 157
sendiri sebagai suatu komunitas. Hal tersebut terlihat dari keberadaan ide pembentukan research centre dari para penggiat awal komunitas ini. Ide pembentukan research centre bertujuan untuk menciptakan mesin penggerak Bandung Berkebun sebagai entitas komunitas. Dalam artian, aktivitas badan ini akan terpisah dari aktivitas komunitas yang bergerak sebagai inspirator dan aktor yang mendorong dan memacu masyarakat Bandung untuk mengimplementasikan urban farming. Sementara itu badan reserach centre ini berfungsi sebagai mesin penggerak bagi komunitas dalam menghasilkan dana atau proyek-proyek kerjasama yang lebih besar dengan stakeholder yang lebih luas. Proyek-proyek kerja sama dengan stakeholder yang lebih luas ini misalnya berupa hubungan patronase antara Bandung Berkebun dengan lembaga internasional yang fokus pada aksi urban farming. Kemudian, proyek tersebut dapat juga berupa pelaksanaan program pemberdayaan masayarakat terkait aksi urban farming, pelaksanaan riset implementasi serta database terkait aksi dan pelaku urban farming di kota Bandung, yang tentunya dapat menjadi pengetahuan dan informasi bermanfaat bagi kepentingan pelaksanaan kegitan, program ataupun aksi kolektif komunitas Bandung Berkebun kedepannya. Lebih jauh lagi, apabila riset ini dilakukan secara mendalam dan tersistematis, maka data dan informasi yang didapat melalui riset tersebut, pada kelanjutannya dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk proses advokasi kebijakan tentang urban farming bagi pemerintah kota Bandung. Harapannya adalah terciptanya suatu sistem yang dapat mewujudkan visi besar implementasi urban farming di seluruh kota Bandung, yang terdiri dari 158
komunitas Bandung Berkebun sebagai inspirator yang terus menggali ide-ide kreatif mengenai gagasan urban farming, research centre merupakan mesin penggerak yang menjamin keberlangsungan komunitas dari aspek ekonomi dan penyedia basis data dan informasi, sementara pemerintah adalah stakeholder yang dapat mengakselerasi implementasi gagasan ini ke seluruh penjuru kota Bandung. Namun, untuk merealisasikan ide pembentukan research centre ini, Bandung Berkebun dituntut untuk memiliki sumber daya yang memadai untuk kebutuhan pembentukan awal. Sumber daya manusia yang siap untuk bekerja secara profesional bagi lembaga ini, terikat secara formal terhadap research centre ini. Sumber daya sosial organisasional berupa pilihan bentuk lembaga atau organisasi profesional seperti apa yang ingin diterapkan dalam research centre ini. Realisasi ide pembentukan reserach centre ini bisa jadi menjadi suatu tantangan yang harus ditempuh oleh Bandung Berkebun dalam rangka mencapai visi besar yang mereka miliki. 159