BAB V PENUTUP. Penelitian ini pada akhirnya menunjukan bahwa pencapaian-pencapaian

dokumen-dokumen yang mirip
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Bantuan United Nations Children s Fund (UNICEF) Dalam Mensukseskan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan kultural dan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berkreasi, semakin dirasakan urgensinya. Otonomi dibidang

BAB V PENUTUP. Pontianak untuk merancang dan memperkenalkan balanced scorecard sebagai

penelitian 2010

Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas

BAB V PENUTUP Pertama

BAB VI PENUTUP. visi bersama mahasiswa yang menjadi cita-cita atau arah perubahan yang hendak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

MENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. modal sosial menempati posisi penting dalam upaya-upaya. pemberdayaan dan modal sosial, namun bagaimanapun unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

BAB V PENUTUP. kebangkitan gerakan perempuan yang mewujud dalam bentuk jaringan. Meski

BAB III METODE PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN. PAR ini adalah kepanjangan dari Participatory Action Research. Pendekatan PAR

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. yang memadai dan efektif pada setiap tahapan manajemen public relations

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di

I. PENDAHULUAN. dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri.

BAB V PENUTUP. prespektif Identitas Sosial terhadap Konflik Ambon, maka ada beberapa hal pokok yang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Nasional dinyatakan bahwa Pendidikan nasional...bertujuan untuk

BAB V KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nana Sutarna, 2015

STRATEGI MEMAJUKAN PERAN & KEBERLANJUTAN ORGANISASI MASYARAKAT SIPIL DI INDONESIA 1

BAB V PENUTUP. di perusahaan dan juga kaitannya dengan aspek penelitian.

VISI, MISI, DAN PROGRAM MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman

BAB I PENDAHULUAN. dunia perguruan tinggi di Indonesia, maka sangatlah logis apabila. maupun jurnal intemasional. Hal ini merupakan salah satu upaya

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM. Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

TINJAUAN PUSTAKA. Ditinjau secara segi etimologi, kata strategi berasal dari Yunani yaitu Strategos

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki dampak positif dan negatif bagi kehidupan manusia. Untuk

Secara umum, perencanaan sosial dimaksudkan untuk:

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 KAPASITAS ADAPTASI PETANI TANAMAN PANGAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM UNTUK MENDUKUNG KEBERLANJUTAN KETAHANAN PANGAN

VISI, MISI DAN PROGRAM CALON BUPATI DAN CALON WAKIL BUPATI TOLITOLI PERIODE LATAR BELAKANG

VI. SIMPULAN DAN SARAN. adalah sub variabel inisiatif individu, dengan indikator-indikatornya

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem Pendidikan Nasional yang menjamin pemerataan kesempatan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. informal dalam keluarga, komunitas suatu suku, atau suatu wilayah.

V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V PENUTUP. ini. pemberdayaan digunakan sebagai alternatif pembangunan yang bersifat

BAB VI LANGKAH KE DEPAN

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan

1. PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan siswa guna mencapai hasil

TAHAP 1: MERUMUSKAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri karena pendidikan yang tinggi dapat

BAB I PENDAHULUAN. semestinya bukan sebagai media periklanan, isinya didominasi dari iklan motor,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. umum dapat digambarkan bahwa proses pembelajaran menggunakan model

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berpikir dan berupaya para pemerhati pendidikan merupakan hal yang bersifat. tantangan zaman dalam era globalisasi ini.

Organisasi menurut KBBI adalah kelompok kerjasama antara orang-orang yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama. Sebuah organisasi tentulah harus

I. PENDAHULUAN. Peran serta masyarakat dalam pendidikan pada dasarnya bukan merupakan sesuatu

STRATEGI SANITASI KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VI PENUTUP. Bab ini merupakan penutup dari berbagai data dan pembahasan yang. telah dilakukan pada bagian sebelumnya yang pernyataannya berupa

RENCANA STRATEGIS SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ( RENSTRA SKPD ) TAHUN

BAB III METODE PENDAMPINGAN. A. Pendekatan yang Dilakukan Terhadap Masyarakat

DESA: Gender Sensitive Citizen Budget Planning in Villages

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Herlinda, 2014

BAB V PENUTUP A. Jawaban Masalah Pertama

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. memiliki sejarah tersendiri, salah satunya keresahan akan keadaan LSM yang mementingkan

PENINGKATAN MUTU PEMBELAJAAN MATEMATIKA DAN SAINS: PENDEKATAN DAN STRATEGI

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar untuk kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tujuan nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

72. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

PENYUSUNAN PROGRAM PEMBAHARUAN DI TINGKAT SEKOLAH

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pembelajaran IPE berbasis komunitas memberikan dampak positif dengan

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DAERAH

KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA BIDANG PERTANIAN SUB BIDANG PERTANIAN

74. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E)

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PKn kelas VIII SMP N 40

BAB VI REFLEKSI PENDAMPINGAN BERBASIS ASET KAMPUNG PENELEH. Pendampingan masyarakat Peneleh dalam memanfaatkan aset yang

A. Program Magister Pendidikan Agama Islam (S2 PAI) 1. Standar Kompetensi Lulusan Jenjang Strata Dua (S2) Progam Magister

MENGENAL KPMM SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan lingkungan bisnis saat ini begitu pesat, kondisi ini

PASANGAN BALON BUPATI/WAKIL BUPATI KAB.HUMBANG HASUNDUTAN PALBET SIBORO,SE-HENRI SIHOMBING,A.Md VISI, MISI, TUJUAN DAN PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN. Trends In International Mathematics And Science Study (TIMSS)

BAB I PENDAHULUAN. faktor penggerak gerakan sosial. Sebagai suatu bentuk tindakan kolektif yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan korporasi pada awalnya dibentuk agar badan usaha dapat

BAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perusahaan dihadapkan dalam persoalan yang semakin

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

PENDAHULUAN. Latar Belakang

depan yang akan dijalani yang diwarnai tantangan dan perubahan. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari Kurikulum Tingkat Satuan

Definisi tersebut dapat di perluas di tingkat nasional dan atau regional.

TERWUJUDNYA LAYANAN PENDIDIKAN YANG PRIMA, UNTUK MEMBENTUK INSAN LAMANDAU CERDAS KOMPREHENSIF, MANDIRI, BERIMANDAN BERTAQWA SERTA BERBUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB V PENUTUP. Sinorang tidak bisa diseragamkan dengan pola pendampingan yang dipahami. CSR di Desa Sinorang dapat terpetakan sebagai berikut:

Transkripsi:

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini pada akhirnya menunjukan bahwa pencapaian-pencapaian Bandung Berkebun di usia pergerakannya yang masih relatif singkat tidak terlepas dari kemampuannya dalam mengakses serta memobilisasi sumber daya yang ada disekitarnya. Adapun sumber daya utama yang paling menonjol dalam mendukung keberhasilan pencapaian-pencapaian Bandung Berkebun adalah sumber daya kultural berupa konsep dan ide-ide yang inovatif, sumber daya manusia yang kreatif, serta sumber daya sosial organisasional berupa jejaring sosial yang kuat. Sementara mekanisme proses dalam mengakses sumber daya yang selama ini telah dilakukan oleh Bandung Berkebun adalah agregasi dan produksi secara mandiri. Agregasi cenderung menjadi mekanisme yang mendominasi cara yang dipilih Bandung Berkebun dalam mengakses sumber daya disekitarnya. Hal tersebut dikarenakan sumber daya yang berhasil dimiliki oleh komunitas ini mayoritas merupakan sumber daya bawaan dari masing-masing individu penggiat didalamnya. Penelitian ini cenderung menunjukan bahwa proses kunci mobilisasi sumber daya yang telah dilakukan oleh Bandung Berkebun sebagai organisasi gerakan sosial mampu meraih pencapaian-pencapaian tidak sedikit dalam usianya yang masih relatif singkat serta memberikan kontribusi positif pada keberlanjutan komunitas kedepannya. Namun, dalam konteks keberlanjutan serta realisasi visi gerakan proses mobilisasi yang terjadi masih sekedar mobilisasi yang belum 155

sepenuhnya mengarah kepada upaya memastikan tumbuhnya partisipasi dan kesadaran dari masyarakat Bandung secara luas dalam memanfaatkan lahan terbengkalai melalui urban farming, sehingga peluang keberlanjutan visi besar komunitas ini di masyarakat masih cenderung kecil 1. 5.2 Refleksi Kritis Berdasarkan kesimpulan diatas peneliti melihat bahwa sejauh ini peran komunitas Bandung Berkebun masih sekedar sebagai inspirator serta mobilisator awal bagi keberadaan gagasan pemanfaatan lahan terbengkalai, negatif atau sisa melalui urban farming. Gerakan yang digagas oleh Bandung Berkebun berhasil menciptakan semacam preferensi baru di masyarakat dalam merespon permasalahan banyaknya lahan terbengkalai serta kerawanan pangan pada masyarakat. Keberadaan insipirator memang penting bagi masyarakat yang dihadapkan pada situasi masalah tertentu, namun hal tersebut tidak serta merta otomatis akan membangun kesadaran mereka untuk berpartisipasi secara langsung dalam ide atau gagasan yang bersangkutan. Mereka cenderung belum mencapai tahapan untuk memastikan bagaimana sebenarnya keberlanjutan dari realisasi gagasan urban farming dalam level masayarakat. Hal tersebut terlihat dari rendahnya keberlanjutan program-program urban farming yang pernah dilakukan oleh komunitas Bandung Berkebun di beberapa wilayah Bandung dalam level rukun warga. Belum ada mekanisme 1 Fakta empiris yang sebenarnya terkait keberlanjutan implementasi urban farming di kota Bandung tentu saja akan membutuhkan kajian tersendiri lebih lanjut dengan masyarakat Bandung sebagai subjek utamanya. Adapun kesimpulan ini hanya semacam prediksi awal terkait keberlanjutan aksi urban farming oleh masyarakat yang dihasilkan melalui penelitian dengan Bandung Berkebun sebagai subjek utamanya. 156

evaluasi berkala yang ditujukan kepada hasil program (pasca program), misalnya alur komunikasi khusus antara komunitas dengan masyarakat yang menjadi sasaran program kegiatan mereka. Sehingga kecenderungan yang terjadi adalah masyarakat mungkin tersadar akan keberadaan gagasan ini, namun mereka belum tentu dengan sadar dan atas inisiatif mereka mau melakukan aksi urban farming secara berkelanjutan. Kesadaran akan akan manfaat serta pentingnya aksi urban farming nampaknya masih jadi milik para penggiat komunitas semata, sementara masyarakat belum melihat urgensi gagasan ini bagi mereka. Hal tersebut membutuhkan proses yang sangat panjang dan konsisten, dan nampaknya masih sulit dilakukan dalam bentuk organisasi yang cair dan belum terstruktur secara formal. Sementara itu, guna mencapai pemahaman yang lebih komprehensif terkait isu gerakan urban farming di Bandung. Peneliti melihat perlunya dilakukan suatu penelitian lanjutan yang melihat dinamika implementasi urban farming dari sudut pandang masyarakat Bandung sebagai subjek penelitian. Karena, penelitian yang telah dilakukan ini cakupannya baru dalam level Komunitas Bandung Berkebun dengan segala dinamika organisasional dan pengelolaan sumber daya yang telah mereka lakukan dalam mencapai visi masyarakat se-bandung ngebon, tanpa melibatkan pembahasan bagaimana sebenarnya implementasi yang sebenarnya terjadi di masyarakat. Kemudian terakhir, apabila kita berkaca dari hasil penelitian tadi, Bandung berkebun sendiri sebetulnya menyadari sepenuhnya akan keterbatasan mereka dalam mewujudkan visi besar tersebut, terlebih apabila mereka hanya bergerak 157

sendiri sebagai suatu komunitas. Hal tersebut terlihat dari keberadaan ide pembentukan research centre dari para penggiat awal komunitas ini. Ide pembentukan research centre bertujuan untuk menciptakan mesin penggerak Bandung Berkebun sebagai entitas komunitas. Dalam artian, aktivitas badan ini akan terpisah dari aktivitas komunitas yang bergerak sebagai inspirator dan aktor yang mendorong dan memacu masyarakat Bandung untuk mengimplementasikan urban farming. Sementara itu badan reserach centre ini berfungsi sebagai mesin penggerak bagi komunitas dalam menghasilkan dana atau proyek-proyek kerjasama yang lebih besar dengan stakeholder yang lebih luas. Proyek-proyek kerja sama dengan stakeholder yang lebih luas ini misalnya berupa hubungan patronase antara Bandung Berkebun dengan lembaga internasional yang fokus pada aksi urban farming. Kemudian, proyek tersebut dapat juga berupa pelaksanaan program pemberdayaan masayarakat terkait aksi urban farming, pelaksanaan riset implementasi serta database terkait aksi dan pelaku urban farming di kota Bandung, yang tentunya dapat menjadi pengetahuan dan informasi bermanfaat bagi kepentingan pelaksanaan kegitan, program ataupun aksi kolektif komunitas Bandung Berkebun kedepannya. Lebih jauh lagi, apabila riset ini dilakukan secara mendalam dan tersistematis, maka data dan informasi yang didapat melalui riset tersebut, pada kelanjutannya dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk proses advokasi kebijakan tentang urban farming bagi pemerintah kota Bandung. Harapannya adalah terciptanya suatu sistem yang dapat mewujudkan visi besar implementasi urban farming di seluruh kota Bandung, yang terdiri dari 158

komunitas Bandung Berkebun sebagai inspirator yang terus menggali ide-ide kreatif mengenai gagasan urban farming, research centre merupakan mesin penggerak yang menjamin keberlangsungan komunitas dari aspek ekonomi dan penyedia basis data dan informasi, sementara pemerintah adalah stakeholder yang dapat mengakselerasi implementasi gagasan ini ke seluruh penjuru kota Bandung. Namun, untuk merealisasikan ide pembentukan research centre ini, Bandung Berkebun dituntut untuk memiliki sumber daya yang memadai untuk kebutuhan pembentukan awal. Sumber daya manusia yang siap untuk bekerja secara profesional bagi lembaga ini, terikat secara formal terhadap research centre ini. Sumber daya sosial organisasional berupa pilihan bentuk lembaga atau organisasi profesional seperti apa yang ingin diterapkan dalam research centre ini. Realisasi ide pembentukan reserach centre ini bisa jadi menjadi suatu tantangan yang harus ditempuh oleh Bandung Berkebun dalam rangka mencapai visi besar yang mereka miliki. 159