III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian model pemberdayaan peternak rakyat dalam usaha penggemukan sapi potong ini dilaksanakan pada 13 Desember 2015 hingga 30 Januari 2016 dengan lokasi penelitian di Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali. B. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survei (survey method) terhadap para peternak rakyat sapi potong yang merupakan anggota dari Kelompok Tani Ternak (KTT) di Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali. Menurut Irawan (2007) metode survei adalah metode penelitian yang menggunakan kuesioner sebagai instrumen utama untuk mengumpulkan data. Penelitian survei dengan kuesioner diperlukan responden dalam jumlah yang cukup agar validitas temuan tercapai dengan baik. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap pra survei dan survei. Tahap pra survei dilakukan untuk menentukan lokasi penelitian dan menentukan responden. Tahap survei bertujuan untuk mendapatkan data primer dan sekunder melalui wawancara langsung kepada responden dan instansi/lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian. Terdapat dua teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian yaitu teknik Participatory Rural Appraisal (PRA) dan Rapid Rural Appraisal (RRA). Teknik PRA yaitu suatu teknik dengan metode yang menempatkan masyarakat sebagai peneliti, perencana, pelaksana, dan sebagai penilai dalam program pemberdayaan sehingga peneliti dan stakeholder yang terlibat sebagai fasilitator dan masyarakat sebagai pelakunya (Sidu, 2006). Teknik RRA menyajikan pengamatan yang dipercepat dengan dilakukan oleh dua atau lebih peneliti, biasanya dengan latar belakang akademis yang berbeda. Metode RRA ini bertujuan untuk menghasilkan pengamatan kualitatif bagi keperluan pembuat keputusan untuk 14
15 menentukan perlu tidaknya penelitian tambahan dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan (Beebe, 1995). Teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik PRA. Data penelitian yang didapatkan dianalisis secara deskriptif kuantitatif (quantitative descriptive analysis) yaitu menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data dan hasil pengolahan data. Data tersebut kemudian dipaparkan dalam bentuk angka-angka, sehingga lebih mudah dipahami oleh siapapun (Prasetyo dan Lina, 2010). Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan Focus Group Discussion (FGD) bersama peternak rakyat anggota kelompok tani ternak di Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali. C. Teknik Penentuan Sampel 1. Metode penentuan lokasi penelitian Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan waktu dan kemampuan serta jangkauan peneliti (Notohadiprawiro, 2006). Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali dengan lokasi penelitian di enam desa yaitu Kenteng, Pulutan, Rembun, Bendo, Glonggong, dan Guli berdasarkan pertimbangan bahwa : a) Kecamatan Nogosari merupakan daerah yang memiliki lahan tani yang luas, ketersediaan pakan melimpah dan mempunyai potensi yang baik untuk pengembangan usaha ternak sapi potong. b) Enam lokasi desa tempat penelitian tersebut memiliki KTT yang aktif berkontribusi dalam usaha penggemukan sapi potong yang dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat sebagai bentuk dari usahatani yang bersifat komplementer dengan usahatani lainnya. Populasi sapi potong di Kecamatan Nogosari dapat dilihat pada Tabel 1.
16 Tabel 1. Banyaknya pemilik dan ternak sapi potong di Kecamatan Nogosari tahun 2013 Desa Pemilik (orang) Jumlah populasi sapi potong (ekor) Potronayan 281 673 Pulutan 412 624 Keyongan 402 577 Kenteng 182 562 Pojok 325 556 Sembungan 183 496 Rembun 236 485 Bendo 417 475 Glonggong 422 471 Ketitang 217 455 Tegalgiri 279 429 Jeron 165 407 Guli 176 344 Jumlah 3.697 6.554 Sumber : Dinas Peternakan dan Perkebunan Kecamatan Nogosari, 2013 2. Metode Pengambilan Responden Metode pengambilan responden dilakukan secara sensus. Penelitian sensus merupakan penelitian yang mengambil satu kelompok populasi sebagai sampel secara keseluruhan dan menggunakan kuesioner terstruktur sebagai alat pengumpulan data yang pokok untuk mendapatkan informasi secara spesifik (Usman dan Akbar, 2008). Responden pada penelitian ini adalah 61 peternak rakyat yang merupakan anggota KTT terpilih. KTT yang terpilih adalah KTT yang belum lama terbentuk atau maksimal 2 tahun berdiri sehingga masih membutuhkan banyak intervensi pemberdayaan. KTT tersebut juga merupakan KTT yang pernah mengikuti Pelatihan Wirausaha Penggemukan Sapi di Daerah Kabupaten Boyolali Menurut Umar (2006) ukuran sampel yang ideal lebih dari 30 dan kurang dari 500.
17 D. Jenis dan Sumber Data 1. Data primer Data primer merupakan data yang diperoleh langsung di lapangan oleh peneliti sebagai obyek penulisan. Data primer diperoleh langsung dengan wawancara kepada responden (peternak) dengan menggunakan daftar kuesioner dan pertanyaan yang dipersiapkan sebelumnya 2. Data sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan mencatat secara sistematis dan mengutip secara langsung data dari instansi terkait atau lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian seperti Asosiasi Peternak Sapi Indonesia (ASPIN), Dinas Peternakan dan Perkebunan Kecamatan Nogosari, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali,Kantor Kecamatan Nogosari, dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Boyolali. E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Teknik wawancara adalah teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan dengan melakukan wawancara langsung kepada responden yang didasarkan pada daftar pertanyaan pada kuesioner yang telah dipersiapkan. 2. Observasi merupakan metode yang digunakan untuk meneliti beberapa segi dari masalah yang dijadikan sasaran untuk memperoleh fakta-fakta yang diperlukan berdasarkan pengamatan peneliti (Soekartawi, 2005). 3. Studi pustaka adalah pengumpulan data dari buku-buku, prosiding, jurnal ilmiah, internet dan sebagainya yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. 4. Focus Group Discussion (FGD) atau kelompok diskusi terarah bertujuan untuk menggali gagasan, mengidentifikasi, merumuskan masalah, dan mencari alternatif pemecahan masalah yang efektif dan efisien.
18 F. Analisis Data Data penelitian yang didapatkan dianalisis dengan analisis deskriptif (descriptive analysis) dan analisis kebutuhan. Analisis deskriptif mengacu pada transformasi dari data-data mentah ke dalam suatu bentuk yang mudah dimengerti dan diterjemahkan. Pendeskripsian hasil penelitian merupakan ciri khas dari bentuk pertama analisis. Perhitungan rata-rata, distribusi frekuensi dan distribusi presentase adalah bentuk yang paling umum dari peringkasan data. Fungsi analisis deskriptif adalah untuk memberikan gambaran umum tentang data yang telah diperoleh. Penelitian ini bertujuan untuk membuat gambaran mengenai situasi, kejadian atau memberikan gambaran hubungan antar fenomena, membuat prediksi serta implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan (Manti et al., 2003). Alur penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1 sebagai berikut : Perumusan Masalah Mengetahui profil peternak rakyat yang mengelola usaha penggemukan sapi potong Penelitian survei berbasis Participatory Rural Appraisal (PRA) Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat usaha penggemukan sapi potong Perumusan alternatif model pemberdayaan peternak rakyat anggota KTT sapi potong Focus Group Discussion (FGD) untuk memformulasikan dan memilih model pemberdayaan peternak rakyat anggota KTT sapi potong Penentuan model pemberdayaan peternak rakyat anggota KTT sapi potong dalam pengembangan usaha penggemukan sapi potong Gambar 1. Alur penelitian
19 Keterangan : Peneliti mulai menentukan perumusan masalah yang terjadi di lokasi penelitian dengan menggunakan metode PRA untuk mengetahui profil peternak rakyat, mengidentifikasi kebutuhan, faktor pendukung dan penghambat anggota kelompok tani ternak dalam usaha penggemukan sapi potong, sehingga didapat perumusan alternatif model pemberdayaan anggota kelompok tani ternak melalui FGD. FGD digunakan untuk memformulasikan dan memilih model pemberdayaan. Tahap selanjutnya adalah penentuan model pemberdayaan kelompok tani ternak dalam usaha penggemukan sapi potong. G. Batas Definisi dan Operasional 1. Pemberdayaan merupakan sebuah upaya pengembangan diri seseorang melalui keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain. 2. Proses pemberdayaan adalah suatu proses yang melibatkan masyarakat untuk bekerjasama dalam kelompok formal maupun non formal untuk melakukan kajian masalah, merencanakan, melaksanakan dan melakukan evaluasi terhadap program yang telah direncanakan. 3. Kemampuan pelaku pemberdayaan adalah kemampuan yang dimiliki oleh pelaku pemberdayaan yang diharapkan dapat memberdayakan masyarakat. Kemampuan pelaku pemberdayaan diukur melalui tiga aspek perilaku (pengetahuan, sikap dan keterampilan) yang berhubungan dengan kondisi sosial masyarakat dan perencanaan partisipatif dengan sejumlah parameter. 4. Keberdayaan mayarakat adalah unsur-unsur yang memungkinkan masyarakat mampu bertahan dan mampu mengembangkan diri untuk mencapai tujuan-tujuannya. 5. Modal fisik adalah fasilitas yang digunakan sebagai alat dan pendukung utama terselenggaranya suatu proses usaha atau aktivitas dalam rangka pencapaian tujuan seperti tempat tinggal, sarana transportasi, alat-alat penunjang proses usaha dan sebagainya.
20 6. Modal manusia adalah aset yang berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan suatu aktivitas tertentu seperti tingkat pendidikan, kesehatan, dan kemampuan membangun hubungan/asosiasi antar sesama. 7. Modal sosial adalah suatu norma atau nilai yang telah dipahami bersama oleh masyarakat yang dapat memperkuat jaringan kerja yang positif, terjalinnya kerjasama yang saling menguntungkan, menumbuhkan kepedulian dan solidaritas yang tinggi antar sesama.