BAB 3 METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB 3 METODE PENELITIAN Penelitian merupakan penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang sifatnya mendeskripsikan kondisi yang terjadi di lapangan mengenai karakteristik PKL makanan siap saji di tempat yang berjualan di Kawasan Pendidikan Tinggi Jebres berdasarkan faktor lokasinya. Penelitian termasuk dalam jenis population research karena dilakukan terhadap seluruh populasi PKL makanan siap saji di tempat di Kawasan Pendidikan Tinggi Jebres. PKL memiliki ciri khusus yaitu selalu berkegiatan di sekitar aktivitas formal (Permadi, 2007), termasuk pada aktivitas pendidikan (Rahayu et al., 2012) menyebabkan munculnya fenomena PKL di sekitaran kampus di kawasan perkotaan. PKL memiliki karakter yang berbeda dibandingkan dengan jenis kegiatan perdagangan yang lain. PKL memiliki karakteristik yang berbeda-beda tergantung jenis barang dagangan dan lokasi berjualannya. PKL di kawasan pendidikan tinggi berjualan barang-barang yang dibutuhkan oleh mahasiswa sebagai pelaku utama aktivitas di kawasan tersebut. PKL makanan siap saji mendominasi di kawasan pendidikan tinggi, hal ini dikarenakan oleh kebutuhan mahasiswa akan makanan dan kesempatan untuk mendapatkannya dengan harga yang lebih rendah. Terdapat dua jenis PKL makanan siap saji, yaitu untuk dibawa pulang dan untuk dimakan di tempat. Dari kedua jenis PKL makanan siap saji ini, PKL makanan siap saji di tempat membutuhkan ruang yang lebih luas dibandingkan PKL makanan siap saji di tempat. Perbedaan inilah yang dijadikan dasar untuk dilakukannya penelitian terhadap karakteristik PKL makanan siap saji di tempat berdasarkan faktor lokasinya. Penelitian dilakukan dengan metode survei yaitu dengan penggalian data di lapangan tanpa adanya intervensi apapun (Sugiyono, 2013). Data-data yang digali terkait dengan karakteristik PKL makanan siap saji di tempat yang berada di Kawasan Pendidikan Tinggi Jebres berdasarkan faktor lokasinya, diperoleh melalui kegiatan observasi. Penelitian didekati secara kuantitatif, yaitu karena penelitian dilakukan terhadap populasi tertentu dan analisis data dilakukan secara kuantitatif/statistik (Sugiyono, 2013). Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mengidentifikasi karakteristik PKL makanan siap saji di tempat yang terdapat di Kawasan Pendidikan Tinggi Jebres berdasarkan faktor lokasinya. Untuk mengetahui karakteristik tersebut, maka perlu diketahui terlebih dahulu mengenai faktor lokasi PKL secara umum. Faktor lokasi PKL diperoleh dengan cara mengawinsilangkan antara faktor lokasi perdagangan dengan karakteristik PKL sehingga diperoleh hasil faktor lokasi PKL. Selanjutnya yang perlu

2 diketahui adalah faktor lokasi PKL di kawasan pendidikan tinggi, yaitu dengan cara mengintegrasikan antara faktor lokasi PKL dengan karakter ruang di kawasan pendidikan tinggi, sehingga akan diperoleh faktor lokasi PKL di kawasan pendidikan tinggi. Data diperoleh dari observasi lapangan yang dilakukan kepada 165 populasi PKL makanan siap saji di tempat di Kawasan Pendidikan Tinggi Jebres sebagai obyek penelitian. Data yang telah diperoleh dikompilasikan secara deskriptif, tabel, gambar, peta, dan/atau grafik. Kajian terhadap data-data sekunder berupa dokumen-dokumen yang telah ada tetap dilakukan untuk memperkuat hasil perolehan data di lapangan. Proses analisis dilakukan dengan menggunakan teknik analisis deskriptif dan teknis analisis statistik dengan cara distribusi frekuensi. Dari hasil distribusi frekuensi, diperoleh karakteristik PKL makanan siap saji di tempat di Kawasan Pendidikan Tinggi Jebres berdasarkan faktor lokasinya. Selain itu, hasil dari distribusi frekuensi juga dapat digunakan pula untuk menyusun tipologi karakteristik PKL makanan siap saji di tempat di Kawasan Pendidikan Tinggi Jebres. 31

3 Teori Faktor Lokasi PKL di PT PKL - Informal bersimbiosis Mendekati aktivitas formal Pendidikan tinggi Mahasiswa rantau Fenomena yang umum dijumpai di kawasan perkotaan PKL makanan siap saji u/ dimakan di tempat berlokasi di sekitar kampus Memiliki karakteristik khusus Bagaimanakah karakteristik PKL makanan siap saji di tempat di kawasan pendidikan tinggi berdasarkan faktor lokasinya? Mengetahui karakteristik PKL makanan siap saji di tempat di kawasan PT berdasarkan faktor lokasi Identifikasi karakteristik PKL makanan siap saji di tempat di KPT Jebres berdasarkan faktor lokasi Tipologi karakteristik PKL makanan siap saji di tempat di KPT Jebres berdasarkan faktor lokasi Lokasi Perdagangan Faktor lokasi perdagangan Karakteristik PKL Aktivitas Pendidikan Tinggi karakter pola kawasan berciri mahasiswa Faktor lokasi PKL Faktor lokasi PKL yang ada di kawasan PT Identifikasi karakteristil PKL makanan siap saji di tempat di KPT Jebres berdasarkan faktor lokasi Analisis karakteristil PKL makanan siap saji di tempat di KPT Jebres berdasarkan faktor lokasi Karakteristik PKL makanan siap saji di tempat di KPT Jebres berdasarkan faktor lokasinya Gambar 3.1 Alur Proses Penelitian 32

4 3.1.Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah atribut berupa sifat atau nilai dari orang, obyek, dan/atau kegiatan yang ditentukan oleh peneliti. Variabel memiliki variasi yang dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Variabel penelitian ditentukan dari hasil tinjauan teoritis sesuai dengan bidang penelitian yang disajikan secara operasional sederhana agar dapat diukur, diolah, maupun dianalisis. Variabel penelitian diperoleh berdasarkan hasil sintesis teori yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah faktor lokasi PKL makanan siap saji di tempat di kawasan pendidikan tinggi. Untuk dapat menjelaskan mengenai variabel penelitian tersebut, dapat dibagi dalam 2 (dua) sub variabel penelitian, yaitu sub variabel jarak dan sub variabel kemudahan aksesibilitas. Sub variabel jarak dijelaskan dengan menggunakan 3 (tiga) indikator, yaitu (a) jarak lokasi berdagang PKL terhadap perdagangan dan jasa, (b) jarak lokasi berdagang PKL dengan indekos, dan (c) jarak lokasi berdagang PKL dengan rumah tinggalnya. Sedangkan indikator untuk sub variabel kemudahan aksesibilitas adalah ketersediaan moda transportasi untuk mencapai lokasi berdagang. Tabel 3.1 Variabel, Indikator, dan Tolok Ukur Penelitian Sub Variabel Jarak Kemudahan aksesibilitas Indikator Penelitian Jarak terhadap perdagangan dan jasa (pasar, swalayan, pertokoan, photocopy, dan/atau rumah makan) terdekat Jarak terhadap indekos terdekat Jarak terhadap tempat tinggal PKL Ketersediaan moda transportasi Satuan Kode Tingkatan Tolok Ukur 1 Dekat < 300 meter 2 Sedang 300 meter 400 meter 3 Jauh > 400 meter 1 Dekat < 300 meter 2 Sedang 300 meter 400 meter 3 Jauh > 400 meter 1 Dekat < 300 meter 2 Sedang 300 meter 400 meter 3 Jauh > 400 meter 1 Mudah Moda transportasi umum 2 Sedang Moda transportasi pribadi 3 Sulit Berjalan kaki 33

5 3.2.Obyek Penelitian Obyek dalam penelitian ini adalah PKL makanan siap saji di tempat yang berlokasi di Kawasan Pendidikan Tinggi Jebres. Penelitian dilakukan terhadap seluruh jumlah populasi PKL makanan siap saji di tempat yang terdapat di Kawasan Pendidikan Tinggi Jebres, yaitu 165 PKL. Penelitian dilakukan dengan melihat karakteristik setiap individu dari populasi PKL makanan siap saji di tempat di Kawasan Pendidikan Tinggi Jebres terhadap faktor lokasinya. 3.3.Kebutuhan dan Teknik Pengumpulan Data Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diantaranya adalah: 1. Karakteristik PKL makanan siap saji di tempat, terdiri dari jumlah dan sebaran PKL di kawasan pendidikan tinggi. 2. Karakteristik PKL makanan siap saji di tempat berdasarkan faktor lokasinya, terdiri dari: jarak lokasi berjualan PKL dengan aktivitas pedagangan dan jasa, jarak lokasi berjualan PKL dengan indekos, jarak lokasi berjualan PKL dengan rumah tinggal PKL, dan kemudahan transportasi untuk menjangkau lokasi berjualan PKL, dengan ketentuan: a. Jarak terhadap fasilitas perdagangan dan jasa adalah jarak fasilitas perdagangan dan jasa terdekat dari lokasi berjualan PKL, b. Jarak terhadap indekos adalah jarak terdekat indekos dari lokasi berjualan PKL, c. Jarak terhadap rumah tinggal PKL adalah jarak lokasi berjualan PKL dengan rumah tinggalnya, dan d. Kemudahan transportasi adalah kemudahan ketercapaian lokasi berjualan PKL dengan moda transportasi. Data yang digunakan dalam penelitian adalah jenis data primer yang diperoleh melalui hasil observasi lapangan. Observasi lapangan adalah melakukan pengamatan secara langsung terhadap obyek yang diteliti (Sugiyono, 2013). Observasi lapangan dilakukan terhadap kondisi PKL yang terdapat di Kawasan Pendidikan Tinggi Jebres, untuk memperoleh gambaran riil yang terjadi di lokasi penelitian. Kegiatan observasi dilakukan dengan bantuan instrumen survei berupa borang penelitian, baik berupa peta, gambar, maupun dalam bentuk deskriptif. 34

6 Tabel 3.2 Kebutuhan Data Penelitian Indikator Jumlah PKL Sebaran PKL Jenis barang dagangan Dekat dengan pusat aktivitas (pasar, pertokoan, swalayan) Dekat dengan indekos Dekat dengan tempat tinggal PKL Kemudahan transportasi Data Jumlah PKL makanan siap saji yg terdapat di Kaw. PT Jebres Jumlah persebaran PKL makanan siap saji yg terdapat di Kaw. PT Jebres Jenis-jenis barang yang dijajakan oleh PKL Jarak lokasi berdagang dari aktivitas pusat aktivitas (pasar, pertokoan, swalayan) Jarak lokasi berdagang dari daerah indekos Jarak lokasi berdagang dari tempat tinggal Ketersediaan moda transportasi yang dapat digunakan untuk menjangkau lokasi berjualan Bentuk Data Peta Tabel Teks Tahun Data Teknik Peng. Data Sumber Data Terbaru Observasi Observasi lap. Terbaru Observasi Observasi lap. Terbaru Observasi Terbaru Terbaru Terbaru Terbaru Wawancara Kuisioner Wawancara Kuisioner Wawancara Kuisioner Wawancara Kuisioner Observasi PKL mak/min siap saji di Kaw. Pend Jebres Observasi lap. Observasi lap. PKL mak/min siap saji di Kaw. Pend Jebres PKL mak siap saji di Kaw. PT Jebres 3.4.Teknik Analisis Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif dan teknis analisis statistik dengan cara distribusi frekuensi. Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan mengenai data-data yang bersifat kualitatif, yang dapat berupa teks dokumen, gambar, peta, tabel, maupun grafik. Teknik analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan mengenai satuan dari masing-masing indikator variabel ke dalam bentuk skala nominal dan/atau ordinal. Sedangkan teknik analisis statistik dengan menggunakan distribusi frekuensi digunakan untuk mengetahui karakteristik PKL makanan siap saji di tempat yang terdapat di Kawasan Pendidikan Tinggi Jebres berdasarkan faktor lokasinya. Dari peta hasil observasi lapangan yang didapatkan akan terlihat karakteristik PKL makanan siap saji di tempat di Kawasan Pendidikan Tinggi Jebres berdasarkan faktor lokasinya. Hal ini dijelaskan dengan menggunakan teknik analisis deskriptif dan distribusi frekuensi. Populasi PKL makanan siap saji di tempat di Kawasan Pendidikan Tinggi Jebres diobservasi karakteristiknya berdasarkan masing-masing faktor lokasi. Selanjutnya, data yang telah diperoleh dari seluruh populasi PKL makanan siap saji di tempat di Kawasan Pendidikan 35

7 Tinggi Jebres didistribusikan frekuensinya menurut masing-masing karakteristik faktor lokasi. Dengan demikian, dari proses distribusi frekuensi diketahui karakteristik PKL makanan siap saji di tempat di Kawasan Pendidikan Tinggi Jebres berdasarkan setiap faktor lokasi. Tabel 3.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik PKL Makanan siap saji di tempat di Kawasan Pendidikan Tinggi Jebres Berdasarkan Faktor Lokasi No. Faktor Lokasi Jarak Perdagangan Jarak Indekos Jarak Rumah Akses Transportasi dan Jasa Jumlah Keterangan: 1 = Dekat = < 300 meter 2 = Sedang = meter 3 = Jauh = > 400 meter 1 = Mudah = Tersedia angkutan umum 2 = Sedang = Tersedia angkutan pribadi 3 = Sulit = Tidak dapat diakses dengan moda transportasi kecuali berjalan kaki Setelah memperoleh karakteristik PKL makanan siap saji untuk dimakan di Kawasan Pendidikan Tinggi berdasarkan faktor lokasinya, proses distribusi frekuensi ini juga menghasilkan tipologi karakteristik PKL makanan siap saji di tempat di Kawasan Pendidikan Tinggi Jebres berdasarkan faktor lokasinya. Perumusan tipologi terbebut dilakukan dengan melihat karakteristik yang muncul pada setiap PKL secara individual terhadap masing-masing faktor lokasi. Ada masing-masing 3 kemungkinan yang terjadi dari setiap faktor lokasi, maka diperoleh ada 81 kemungkinan tipologi karakter yang dapat terbentuk. Penamaan tipologi karakteristik PKL makanan siap saji di tempat di Kawasan Pendidikan Tinggi Jebres berdasarkan faktor lokasinya perlu dilakukan agar tidak membingungkan pada proses selanjutnya Penamaan tipologi dilakukan dengan pemberian kode pada setiap kemungkinan yang bisa terjadi pada karakteristik setiap individu PKL makanan siap saji di tempat di Kawasan Pendidikan Tinggi Jebres. Pemberian kode tersebut yaitu dengan cara mengkombinasikan antara angka dan huruf. Karena terdapat 81 kemungkinan jenis tipologi, maka diputuskan untuk menggunakan angka 1 9 dan huruf A I. Keterangan untuk masing-masing arti dari angka dan huruf berdasarkan faktor lokasi adalah sebagai berikut: 1. Angka 1 9 mengacu pada faktor jarak terhadap perdagangan dan jasa dengan masing-masing keterangannya secara berurutan adalah: 36

8 Angka 1, 4, dan 7 berarti berjarak dekat Angka 2, 5, dan 8 berarti berjarak sedang Angka 3, 6, dan 9 berarti berjarak jauh 2. Angka 1 9 mengacu pada faktor jarak terhadap indekos dengan masing-masing kererangannya secara berurutan adalah: Angka 1 3 berarti berjarak dekat Angka 4 6 berarti berjarak sedang Angka 7 9 berarti berjarak jauh 3. Huruf A I mengacu pada faktor jarak terhadap rumah tinggal dengan masing-masing keterangannya secara berurutan adalah: Huruf A, D, dan G berarti berjarak dekat Huruf B, E, dan H berarti berjarak sedang Huruf C, F, dan I berarti berjarak jauh 4. Huruf A I mengacu pada faktor kemudahan aksesibilitas lokasi berjulan dengan masing-masing keterangannya secara berurutan adalah: Huruf A C berarti tingkat kemudahan aksesibilitas mudah Huruf D F berarti tingkat kemudahan aksesibilitas sedang Huruf G I berarti tingkat kemudahan aksesibilitas sulit Penamaan tipologi karakteristik PKL makanan siap saji untuk dimankan di tempat di Kawasan Pendidikan Tinggi Jebres berdasarkan faktor lokasinya dilakukan dengan mengkombinasikan angka dan huruf tersebut di atas. Untuk lebih jelasnya mengenai tipologi karakteristik PKL makanan siap saji di tempat di Kawasan Pendidikan Tinggi Jebres berdasarkan faktor lokasinya dapat dilihat pada tabel 3.4. Tabel 3.4 Probabilitas Tipologi PKL Makanan siap saji di tempat di Kawasan Pendidikan Tinggi Berdasarkan Faktor Lokasi Jarak Perdagangan dan Jasa Jarak Indekos Faktor Lokasi Jarak Rumah Kemudahan Aksesibilitas Tipologi A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 37

9 Jarak Perdagangan dan Jasa Jarak Indekos Faktor Lokasi Jarak Rumah Kemudahan Aksesibilitas Tipologi A8 A9 B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 D8 D9 E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7 E8 E9 F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8 F9 G1 G2 38

10 Jarak Perdagangan dan Jasa Jarak Indekos Faktor Lokasi Jarak Rumah Kemudahan Aksesibilitas Tipologi G3 G4 G5 G6 G7 G8 G9 H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 H8 H9 I1 I2 I3 I4 I5 I6 I7 I8 I9 Keterangan: 1 = Dekat = < 300 meter 2 = Sedang = meter 3 = Jauh = > 400 meter 1 = Mudah = Tersedia angkutan umum 2 = Sedang = Tersedia angkutan pribadi 3 = Sulit = Tidak dapat diakses dengan moda transportasi kecuali berjalan kaki Keempat faktor lokasi PKL makanan siap saji di tempat di kawasan pendidikan tinggi didistribusikan frekuensinya menurut tolok ukur dari masing-masing PKL terhadap faktor lokasi yang diamati. Dari hasil distribusi frekuensi dapat terlihat kecenderungan karakteristik PKL makanan siap saji di tempat di kawasan pendidikan tinggi. Akan terlihat pula tipologi PKL berdasarkan karakteristik faktor lokasinya. 39

11 Jarak terhadap perdagangan dan jasa Jarak terhadap indekos Jarak terhadap rumah tinggal Kemudahan aksesibilitas Distribusi frekuensi Karakter faktor lokasi PKL makanan siap saji untuk dimakan di tempat Tipologi PKL makanan siap saji untuk berdasarkan karakteristik faktor lokasinya Gambar 3.2 Kerangka Analisis 40

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PKL muncul sebagai salah satu bentuk sektor informal perkotaan. Rachbini dan Hamid (1994) menyebutkan bahwa sektor informal secara struktural menyokong sektor formal.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM, PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 03/PRT/M/2014 /2011 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN, PENYEDIAAN, DAN PEMANFAATAN DI KAWASAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Youth Islamic Center ini menggunakan berbagai penelitian dan juga pengumpulan data dari kawasan setempat. Metode tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian akan menggambarkan langkah-langkah atau tahapan dari suatu penelitian dalam mencapai tujuan penelitian tersebut. Dimana dalam metode penelitian ini akan dijelaskan

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode survei, dengan menggunakan metode survei maka peneliti memperoleh informasi secara langsung dari responden dengan menggunakan alat yaitu kuesioner

Lebih terperinci

STUDI PREFERENSI WISATAWAN TERHADAP JENIS MODA ANGKUTAN WISATA DI KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

STUDI PREFERENSI WISATAWAN TERHADAP JENIS MODA ANGKUTAN WISATA DI KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR STUDI PREFERENSI WISATAWAN TERHADAP JENIS MODA ANGKUTAN WISATA DI KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR Oleh : FLAVIANA VANNI L2D 000 425 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

Tabel.1.1 Jumlah Karyawan PT Bank Himpunan Saudara 1906 TBK, KC Palembang

Tabel.1.1 Jumlah Karyawan PT Bank Himpunan Saudara 1906 TBK, KC Palembang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan Judul Seiring dengan perkembangan perekonomian, berimbas pada banyaknya perusahaan baru bermunculan, baik perusahaan yang menawarkan barang maupun perusahaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif.

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. 15 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Menurut Husaini Usman (2008:129), metode deskriptif merupakan suatu cara atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Transportasi Transportasi atau perangkutan merupakan suatu kegiatan perpindahan orang dan atau barang dari satu tempat (asal) ke tempat lain (tujuan) dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pedagang kaki lima adalah bagian dari aktivitas ekonomi yang merupakan kegiatan pada sektor informal. Kegiatan ini timbul karena tidak terpenuhinya kebutuhan pelayanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat dan juga perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat dan juga perkembangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat dan juga perkembangan globalisasi dan pasar bebas seperti sekarang ini banyak melahirkan perusahaan baru mengakibatkan

Lebih terperinci

Moda Transportasi yang Efektif dan Efisien bagi Mahasiswa ITB

Moda Transportasi yang Efektif dan Efisien bagi Mahasiswa ITB TEMU ILMIAH IPLBI 06 Moda Transportasi yang Efektif dan Efisien bagi Mahasiswa ITB Febby Nugrayolanda Program Magister Rancang Kota, SAPPK, Institut Teknologi Bandung. Abstrak Intensitas penggunaan angkutan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis respon pedagang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis respon pedagang 20 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis respon pedagang kaki lima pasar Cendrawasih terhadap pembangunan Metro Mega Mall (M3) Kota Metro,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam melakukan penelitian yaitu di Pusdiklat Kemendagri Regional

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam melakukan penelitian yaitu di Pusdiklat Kemendagri Regional 55 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi dalam melakukan penelitian yaitu di Pusdiklat Kemendagri Regional Bandung yang memiliki 2 (dua) gedung kampus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya faktor penarik suatu perkotaan dan faktor pendorong dari kawasan perdesaan menjadikan fenomena urbanisasi kerap terjadi di kota-kota di Indonesia. Harapan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode perancangan Metode merupakan sebuah strategi atau cara yang dapat mempermudah dalam mencapai tujuan yang diinginkan, sehingga dalam proses perancangan membutuhkan

Lebih terperinci

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan temuan penelitian mengenai elemen ROD pada kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: -

Lebih terperinci

kecil. Namun disisi lain sektor ini merupakan sektor yang tidak memiliki legalitas

kecil. Namun disisi lain sektor ini merupakan sektor yang tidak memiliki legalitas BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan ruang terbuka publik pada suatu kawasan di pusat kota sangat penting artinya karena dapat meningkatkan kualitas kehidupan perkotaan baik itu dari segi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian model pemberdayaan peternak rakyat dalam usaha penggemukan sapi potong ini dilaksanakan pada 13 Desember 2015 hingga 30 Januari 2016 dengan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN Kerangka kajian yang digunakan dalam proses perancangan Hotel Resort Batu ini secara umum, diuraikan dalam beberapa tahap antara lain: 3.1 Pencarian Ide/Gagasan Tahapan kajian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Zona Selamat Sekolah Perkembangan teknologi otomotif khususnya kendaraan bermotor roda dua maupun kendaraan beroda empat, menjadikan anak-anak khususnya anak-anak Sekolah Dasar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Variabel Terikat Faktor demografi : a.umur b.jenis kelamin c. Pendapatan d. Pekerjaan e. Pendidikan Pengetahuan Minat Sikap Kelompok refrensi

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kabupaten/kota di provinsi Kalimantan Barat yang berjumlah 14 kabupaten/kota. 4.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek/Subyek Penelitian Obyek pada penelitian ini dilakukan di halte bus Trans Jogja yang berada di lingkungan kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan melakukan penelititian

Lebih terperinci

UNIVERSITAS DIPONEGORO PENGARUH ROB TERHADAP DISTRIBUSI LOGISTIK KOMODITAS BUAH DAN SAYUR DI KAWASAN PASAR JOHAR SEMARANG

UNIVERSITAS DIPONEGORO PENGARUH ROB TERHADAP DISTRIBUSI LOGISTIK KOMODITAS BUAH DAN SAYUR DI KAWASAN PASAR JOHAR SEMARANG 0 UNIVERSITAS DIPONEGORO PENGARUH ROB TERHADAP DISTRIBUSI LOGISTIK KOMODITAS BUAH DAN SAYUR DI KAWASAN PASAR JOHAR SEMARANG TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Abstrak... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar...

DAFTAR ISI. Abstrak... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... DAFTAR ISI Abstrak... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... i ii iii vi vii BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Permasalahan... 5 1.3 Tujuan dan Sasaran...

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KARAKTERISTIK MAHASISWA PENGHUNI HUNIAN SEWA BERDASARKAN FAKTOR BERMUKIM DI SEKITAR KAMPUS KENTINGAN UNS

TUGAS AKHIR KARAKTERISTIK MAHASISWA PENGHUNI HUNIAN SEWA BERDASARKAN FAKTOR BERMUKIM DI SEKITAR KAMPUS KENTINGAN UNS TUGAS AKHIR KARAKTERISTIK MAHASISWA PENGHUNI HUNIAN SEWA BERDASARKAN FAKTOR BERMUKIM DI SEKITAR KAMPUS KENTINGAN UNS Diajukan Sebagai Syarat untuk Mencapai Jenjang Strata-1 Perencanaan Wilayah dan Kota

Lebih terperinci

Unisba.Repository.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Unisba.Repository.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 mengenai Pemerintahan Daerah, mulailah era baru dalam sistem pembangunan di daerah. Pada intinya otonomi daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pedestrian berasal dari bahasa Yunani, dimana berasal dari kata pedos yang berarti kaki, sehingga pedestrian dapat diartikan sebagai pejalan kaki atau orang yang berjalan

Lebih terperinci

KAJIAN PERSEPTUAL TERHADAP FENOMENA DAN KARAKTERISTIK JALUR PEDESTRIAN SEBAGAI BAGIAN DAR1 RUANG ARSITEKTUR KOTA

KAJIAN PERSEPTUAL TERHADAP FENOMENA DAN KARAKTERISTIK JALUR PEDESTRIAN SEBAGAI BAGIAN DAR1 RUANG ARSITEKTUR KOTA MODEL JALUR PEDESTRIAN KAJIAN PERSEPTUAL TERHADAP FENOMENA DAN KARAKTERISTIK JALUR PEDESTRIAN SEBAGAI BAGIAN DAR1 RUANG ARSITEKTUR KOTA Studi Kasus : Kawasan Alun - Alun Bandung ABSTRAK Perkembangan kota

Lebih terperinci

EVALUASI RUTE TRAYEK ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) BERDASARKAN PERSEBARAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN SRAGEN TUGAS AKHIR

EVALUASI RUTE TRAYEK ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) BERDASARKAN PERSEBARAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN SRAGEN TUGAS AKHIR EVALUASI RUTE TRAYEK ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) BERDASARKAN PERSEBARAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN SRAGEN TUGAS AKHIR Oleh: ANGGA NURSITA SARI L2D 004 298 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB III. tahapan penelitian yang dilakukan sebagai pendekatan permasalahan yang ada. MULAI SURVEY

BAB III. tahapan penelitian yang dilakukan sebagai pendekatan permasalahan yang ada. MULAI SURVEY BAB III METODOLOGI PENELITIAN 2.1 Bagan Alir Penelitian Agar penelitian lebih sistematis maka pada bab ini dijelaskan mengenai tahapan penelitian yang dilakukan sebagai pendekatan permasalahan yang ada.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini penulis akan menjelaskan alasan mengapa penulis mengambil judul dari masalah yang dialami atau disebut juga latar belakang, rumusan masalah dan batasan masalah dari judul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. moda transportasi (jarak pendek antara 1 2 km) maupun dengan moda

BAB I PENDAHULUAN. moda transportasi (jarak pendek antara 1 2 km) maupun dengan moda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pemilihan moda dapat dikatakan sebagai tahapan terpenting dalam berbagai perencanaan dan kebijakan transportasi. Sebab hal ini menyangkut efisiensi pergerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pola pertumbuhan kota dan tingkat urbanisasi yang terjadi di Indonesia sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan penduduk perkotaan di Indonesia

Lebih terperinci

MODEL BANGKITAN PERGERAKAN ZONA KECAMATAN PALU BARAT KOTA PALU

MODEL BANGKITAN PERGERAKAN ZONA KECAMATAN PALU BARAT KOTA PALU MODEL BANGKITAN PERGERAKAN ZONA KECAMATAN PALU BARAT KOTA PALU Ismadarni* * Abstract The trip generation is a submodel of four steps transportation planning model, used for calculating the mount of trip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angkutan umum memiliki peranan sangat penting dalam pembangunan perekonomian, untuk menuju keberlanjutan angkutan umum memerlukan penanganan serius. Angkutan merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif dengan tujuan untuk memaparkan kecerdasan spasial mahasiswa Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Merriam webster s Collegiate Dictionary. Tenth Edition (Massachussets, USA 1994), 64

BAB I PENDAHULUAN. 1 Merriam webster s Collegiate Dictionary. Tenth Edition (Massachussets, USA 1994), 64 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalur pedestrian atau tepatnya pedestrian Path, adalah gabungan dari dua kata dasar, yaitu path dan pedestrian yang mempunyai kesamaan kesatuan arti, suatu jalur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang UGM merupakan salah satu universitas terbaik, terbesar, dan tertua di Indonesia yang memiliki 55317 mahasiswa, 5103 karyawan, dan 2410 dosen pada tahun 2016. Pada

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. bersama terhadap pola-pola nilai yang di hadapi.(moleong, 2014)

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. bersama terhadap pola-pola nilai yang di hadapi.(moleong, 2014) 12 BAB II METODOLOGI PENELITIAN 2.1. Metode Penelitian Dalam melakukan penelitian, peneliti menggunakan metode kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena

Lebih terperinci

Keterkaitan Karakteristik Pergerakan di Kawasan Pinggiran Terhadap Kesediaan Menggunakan BRT di Kota Palembang

Keterkaitan Karakteristik Pergerakan di Kawasan Pinggiran Terhadap Kesediaan Menggunakan BRT di Kota Palembang JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN : 2337-3539 (2301-9271 Print) C-116 Keterkaitan Karakteristik di Kawasan Pinggiran Terhadap Kesediaan Menggunakan BRT di Kota Palembang Dian Nur afalia, Ketut

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan merupakan paparan deskriptif mengenai langkah-langkah di dalam

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan merupakan paparan deskriptif mengenai langkah-langkah di dalam BAB III METODE PERANCANGAN Merancang sebuah Griya Seni dan Budaya Terakota sesuai dengan konsep dan teori yang diinginkan tidak terlepas dari metode perancangan. Metode perancangan merupakan paparan deskriptif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota sebagai perwujudan aktivitas manusia senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota sebagai perwujudan aktivitas manusia senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota sebagai perwujudan aktivitas manusia senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Aktivitas kota menjadi daya tarik bagi masyarakat sehingga

Lebih terperinci

Korespondensi antara Faktor Penyebab Kemacetan dan Solusinya

Korespondensi antara Faktor Penyebab Kemacetan dan Solusinya TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Korespondensi antara Faktor Penyebab Kemacetan dan Solusinya Alfiani Rahmawati Program Studi Magister Arsitektur, SAPPK, Kelompok Keilmuan Perancangan Arsitektur, Institut Teknologi

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Oleh: RICO CANDRA L2D

TUGAS AKHIR. Oleh: RICO CANDRA L2D STUDI KONTRIBUSI PLAZA CITRA MATAHARI DAN TERMINAL BUS MAYANG TERURAI TERHADAP KEMACETAN LALU LINTAS DI PENGGAL RUAS JALAN TUANKU TAMBUSAI KOTA PEKANBARU TUGAS AKHIR Oleh: RICO CANDRA L2D 301 330 JURUSAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR PETA...

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR PETA... DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR PETA... i ii iv vii ix x BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1.2 Perumusan Masalah... 1.3 Tujuan

Lebih terperinci

PENGARUH BESARAN MODAL DAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHADAP LABA USAHA PADA CELLULER PHONE

PENGARUH BESARAN MODAL DAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHADAP LABA USAHA PADA CELLULER PHONE PENGARUH BESARAN MODAL DAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHADAP LABA USAHA PADA CELLULER PHONE (Studi Kasus: Diwilayah Pasar Kacangan) Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Penggunaan metode dalam suatu penelitian sangat berpengaruh besar

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Penggunaan metode dalam suatu penelitian sangat berpengaruh besar 43 BAB III PROSEDUR PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penggunaan metode dalam suatu penelitian sangat berpengaruh besar terhadap keberhasilan penelitian itu sendiri, metode yang digunakan dalam suatu penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Bangkitan Pergerakan Bangkitan Pergerakan (Trip Generation) adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi wisata alam berupa pantai-pantai. Objek wisata pantai yang ada

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi wisata alam berupa pantai-pantai. Objek wisata pantai yang ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Pacitan merupakan salah satu destinasi wisata di Indonesia yang memiliki potensi wisata alam berupa pantai-pantai. Objek wisata pantai yang ada di Pacitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kota baik dari skala mikro maupun makro (Dwihatmojo)

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kota baik dari skala mikro maupun makro (Dwihatmojo) BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Ruang terbuka merupakan ruang publik yang digunakan masyarakat untuk berinteraksi, berolahraga, dan sebagai sarana rekreatif. Keberadaan ruang terbuka juga bermanfaat

Lebih terperinci

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum. Tentang PEDOMAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KOTA BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum. Tentang PEDOMAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KOTA BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: / / Tentang PEDOMAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KOTA BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Direktorat Jenderal Penataan Ruang Kementrian Pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Halmahera Utara, Kabupaten Halmahera Selatan, Kabupaten Kepulauan Sula,

BAB I PENDAHULUAN. Halmahera Utara, Kabupaten Halmahera Selatan, Kabupaten Kepulauan Sula, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Sanana saat ini adalah Ibu Kota Kabupaten Kepulauan Sula Provinsi Maluku Utara berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii LEMBAR PERSEMBAHAN... iv ABSTRAK... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR PETA... xiv BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsekuensi logis yaitu timbulnya lalu lintas pergerakan antar pulau untuk

BAB I PENDAHULUAN. konsekuensi logis yaitu timbulnya lalu lintas pergerakan antar pulau untuk BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan membawa konsekuensi logis yaitu timbulnya lalu lintas pergerakan antar pulau untuk pemenuhan kebutuhan barang dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks BAB III METODE PERANCANGAN Metode perancangan Rumah Susun pekerja ini menggunakan metode secara kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks permasalahan yang ada secara

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTER AKTIVITAS DAN KARAKTER BERLOKASI PKL DI KOTA SURAKARTA

HUBUNGAN KARAKTER AKTIVITAS DAN KARAKTER BERLOKASI PKL DI KOTA SURAKARTA HUBUNGAN KARAKTER AKTIVITAS DAN KARAKTER BERLOKASI PKL DI KOTA SURAKARTA MURTANTI JANI R, S.T., M.T. PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA, FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET, SURAKARTA RINA

Lebih terperinci

Jakarta, 1 November 2011 DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M

Jakarta, 1 November 2011 DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M Jakarta, 1 November 2011 DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M OUTLINE 1. Hirarki Rencana Tata Ruang dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang 2. Kedudukan RTRW 3.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Pelaksanaan kegiatan Kajian Pengembangan Sarana Transportasi Pedesaan

PENDAHULUAN. Pelaksanaan kegiatan Kajian Pengembangan Sarana Transportasi Pedesaan BAB I PENDAHULUAN Pelaksanaan kegiatan Kajian Pengembangan Sarana Transportasi Pedesaan dan Permasalahan telah memasuki tahap akhir dimana setelah penyusunan Laporan Pendahuluan dan Laporan Kompilasi Data,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kota Tasikmalaya, dengan lingkup wilayah studi area PKL di BWK I. Alasan dipilihnya BWK I karena kawasan ini merupakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini III. METODOLOGI PENELITIAN A. Umum Metodologi penelitian merupakan suatu cara peneliti bekerja untuk memperoleh data yang dibutuhkan yang selanjutnya akan digunakan untuk dianalisa sehingga memperoleh

Lebih terperinci

PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN

PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN POSITIVISTIK Merupakan pendekatan penelitian yang bersumber pada fakta dan berlandaskan teori untuk menganalisis obyek spesifik di lapangan. KAUSAL

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 35 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN PENGHARGAAN WAHANA TATA NUGRAHA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 35 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN PENGHARGAAN WAHANA TATA NUGRAHA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 35 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN PENGHARGAAN WAHANA TATA NUGRAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu bandara perlu didukung oleh sarana angkutan umum yang handal dan

BAB I PENDAHULUAN. suatu bandara perlu didukung oleh sarana angkutan umum yang handal dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandar udara merupakan salah satu simpul transportasi yang memiliki peranan penting dalam penyelenggaraan transportasi antarmoda, khususnya antara moda udara, moda

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini III. METODOLOGI PENELITIAN A. Umum Metodologi penelitian merupakan suatu cara peneliti bekerja untuk memperoleh data yang dibutuhkan yang selanjutnya akan digunakan untuk dianalisa sehingga memperoleh

Lebih terperinci

Panduan Pengumpulan Data Kualitatif: Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Panduan Pengumpulan Data Kualitatif: Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Panduan Pengumpulan Data Kualitatif: Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Subparameter/Variabel Informasi lanjutan Sumber data/metode Kondisi Geografis - Jarak tempuh lokasi penelitian dari pusat pemerintahan:

Lebih terperinci

Kebutuhan Terhadap Pedoman Pejalan Kaki

Kebutuhan Terhadap Pedoman Pejalan Kaki Kebutuhan Terhadap Pedoman Pejalan Kaki disampaikan oleh: DR. Dadang Rukmana Direktur Perkotaan 26 Oktober 2013 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG Outline Pentingnya Jalur Pejalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun perkembangan jumlah penduduk kota Yogyakarta semakin meningkat

BAB I PENDAHULUAN. tahun perkembangan jumlah penduduk kota Yogyakarta semakin meningkat BAB I PENDAHLAN 1.1 Latar Belakang Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar, setiap tahun perkembangan jumlah penduduk kota Yogyakarta semakin meningkat dikarenakan banyak pelajar,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir. Bab ini

BAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir. Bab ini BAB III METODE PENELITIAN Bab metode penelitian ini menguraikan tentang cara kerja dan tahapan dalam penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir. Bab ini menjelaskan tentang penggunaan metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan adalah melakukan studi banding ke objek site serta melihat hal apa sajakah yang

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan adalah melakukan studi banding ke objek site serta melihat hal apa sajakah yang BAB III METODE PERANCANGAN Dalam proses perancangan Stasiun Kota Baru Malang, yang dilakukan selama proses perancangan adalah melakukan studi banding ke objek site serta melihat hal apa sajakah yang memerlukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 21 3.1. Pendekatan Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan didukung dengan data kuantitatif. Pendekatan kualitatif menekankan pada

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Data Penelitian Data untuk penelitian ini diperoleh dari dua sumber, yaitu: 3.1.1. Data Sekunder Data sekunder merupakan data jadi yang diperoleh dari instansi atau sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk disuatu negara akan berbanding lurus dengan kebutuhan sarana transportasi. Begitu pula di Indonesia, transportasi merupakan salah satu bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketepatan waktu, sehingga kereta api sangat dapat diandalkan (reliable). Pesaing

BAB I PENDAHULUAN. ketepatan waktu, sehingga kereta api sangat dapat diandalkan (reliable). Pesaing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yogyakarta sebagai kota tujuan dari beberapa kota sekitar. Hal tersebut menuntut kota tersebut memenuhi kebutuhan transportasi. Kebutuhan transportasi umum hendaklah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Sentra industri sepatu Cibaduyut terletak di kota Bandung bagian selatan ± 5km dari pusat kota, dan kabupaten Bandung bagian tengah ±15 km dari ibukota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat yang pada

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat yang pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini Indonesia memasuki masa milenium. Selama tiga dasawarsa perekonomian Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat yang pada akhirnya terpuruk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pusat kota menjadi salah satu kawasan yang memiliki tingkat pergerakan yang tinggi, karena kawasan ini berkembang dengan cepat dan seiring dengan berkembangnya suatu

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KUANTITATIF

ANALISIS DATA KUANTITATIF A. Pengkodean dan pemasukan data ANALISIS DATA KUANTITATIF Data coding adalah kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka/bilangan sehingga dapat diolah atau dimasukkan dalam database.

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan Pasar Wisata Holtikultura Batu dijelaskan sebagai berikut:

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan Pasar Wisata Holtikultura Batu dijelaskan sebagai berikut: BAB III MTOD PRANCANGAN 3.1. Pencarian Ide Perancangan Dalam perancangan, proses dan tahapan kajian yang digunakan dalam perancangan Pasar Wisata Holtikultura Batu dijelaskan sebagai berikut: a. Fakta

Lebih terperinci

SOAL-SOAL LATIHAN HIPOTESIS. Pertemuan 9

SOAL-SOAL LATIHAN HIPOTESIS. Pertemuan 9 HIPOTESIS Pertemuan 9 01. Cara pengujian hipotesa tergantung dari : a. Prosedur penelitian b. Metode dan desain yang digunakan c. Masalah penelitian d. Tehnik penelitian 02. Kalimat di bawah ini mana yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 31 BAB III METODE PENELITIAN A. LOKASI PENELITIAN Terminal Rawabango ini berada di jalur jalan provinsi Jawa Barat diantara jalur Bandung - Cianjur, tepatnya berada di Kecamatan Karangtengah. Sedangkan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL, PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN SIRKULASI TRANSPORTASI TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI SEKITAR BADAN JALAN SEKUNDER

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN SIRKULASI TRANSPORTASI TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI SEKITAR BADAN JALAN SEKUNDER ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN SIRKULASI TRANSPORTASI TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI SEKITAR BADAN JALAN SEKUNDER di WILAYAH KELURAHAN BARON dan JONGKE KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA Bruce Maldy Pratama,

Lebih terperinci

BAB VI PENGUMPULAN DATA

BAB VI PENGUMPULAN DATA BAB VI PENGUMPULAN DATA 6.1. Umum Pengumpulan data dalam tugas akhir ini dibagi dalam 2 jenis. Yaitu pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan metoda

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cipatat yang secara administratif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cipatat yang secara administratif BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cipatat yang secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Bandung Barat. Secara astronomis Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode dan Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian penilaian kelayakan sistem Kawasan Rawan Bencana (KRB) letusan Gunung Merapi di Kabupaten Sleman. Dalam pengamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Ide Perancangan Ide/gagasan dasar perancangan kembali pondok pesantren Lirboyo ini, yakni : 1. Ide desain didasarkan pada fakta dan isu yang digali dari lokasi perancangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pabundu Tika, 2005:12). Desain penelitian bertujuan untuk memberi

BAB III METODE PENELITIAN. Pabundu Tika, 2005:12). Desain penelitian bertujuan untuk memberi BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah suatu rencana tentang cara mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data secara sistematis dan terarah agar penelitian dapat dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang terjadi bukan hanya disebabkan oleh terbatasnya sistem

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang terjadi bukan hanya disebabkan oleh terbatasnya sistem BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Banyak negara sedang berkembang menghadapi permasalahan transportasi. Permasalahan yang terjadi bukan hanya disebabkan oleh terbatasnya sistem prasarana transportasi yang ada,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan kota yang pesat tanpa diikuti oleh ketersediaan pembiayaan pembangunan yang memadai dapat menimbulkan berbagai permasalahan diantaranya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 50 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat di temukan, di buktikan, dan di kembangkan suatu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian 3.1.1. Pendekatan Penelitian Substansi yang diteliti dari penelitian ini ialah pola persebaran permukiman yang terdapat di Kawasan Rawan III dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Salah satu permasalahan penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan Kota Bandung adalah permasalahan transportasi. Transportasi adalah penunjang fungsi sosial ekonomi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara sedang berkembang, maka perencanaan transportasi sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. negara sedang berkembang, maka perencanaan transportasi sangat erat BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Sistem Transportasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari infrastruktur setiap daerah, baik daerah perkotaan maupun pedesaan, negara maju ataupun negara sedang berkembang,

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

SHOPPING GREEN MALL DI SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

SHOPPING GREEN MALL DI SEMARANG BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan perkembangan zaman disertai dengan perkembangan penduduk yang cukup tinggi terutama di wilayah perkotaan, seringkali terjadi adanya masalah keterbatasan lahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN I.1. Umum Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia, karena transportasi mempunyai pengaruh besar terhadap perorangan, masyarakat, pembangunan ekonomi, dan sosial

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. lift, eskalator maupun lainnya. Di lingkungan masyarakat luar akses banyak sekali

BAB. I PENDAHULUAN. lift, eskalator maupun lainnya. Di lingkungan masyarakat luar akses banyak sekali BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Pentingnya Akses (Jalan) di dalam Dunia Pendidikan Akses tidak hanya terdapat di dalam sebuah bangunan, seperti adanya tangga, lift, eskalator maupun lainnya. Di

Lebih terperinci

3 METODE Jalur Interpretasi

3 METODE Jalur Interpretasi 15 2.3.5 Jalur Interpretasi Cara terbaik dalam menentukan panjang jalur interpretasi adalah berdasarkan pada waktu berjalan kaki. Hal ini tergantung pada tanah lapang, jarak aktual dan orang yang berjalan

Lebih terperinci