Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tanaman Kecipir

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan

A : Tanaman ceplukan (Physalis minima L.)

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

Lampiran 1. Hasil identifikasi dari jenis rumput laut Kappaphycus alvarezii (Doty)

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tanaman Jengkol

Lampiran 2. Morfologi Tanaman Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth)

Lampiran 1. Hasil identifikasi daun ekor naga (Rhaphidopora pinnata (L.f.) Schott.)

Lampiran 2. Tumbuhan dan daun ketepeng. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Tanaman sirih dan daun sirih. Tanaman sirih. Daun sirih segar. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan rimpang lengkuas merah

Lampiran 1.Identifikasi tumbuhan

Lampiran 1. Identifikasi Tumbuhan

Lampiran 1. Hasil identifikasi bunga lawang

Lampiran 1. Identifikasi Tumbuhan

Lampiran 1. Hasil Identifikasi hewan Teripang. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan

Lampiran I. Hasil Identifikasi/Determinasi Tumbuhan. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

Lampiran 1. Hasil Persetujuan Etik Penelitian

Lampiran 1. Hasil identifikasi teripang Holothuria atra Jaeger

Lampiran 1. Hasil identifikasi rumput laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus

Lampiran 1. Surat keterangan sampel

Lampiran 1. Gambar 1. Talus Segar Rumput Laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Hasil identifikasi tanaman jambu bol (Syzygiun malaccense L. Merr & Perry)

Lampiran 1. Hasil Persetujuan Etik Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat,

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Lampiran Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian

Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012.

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan daun bangun-bangun (Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode ekperimental meliputi penyiapan alat,

Lampiran 1. Hasil identifikasi sponge

Lampiran 1. Skema Alur Pikir

Lampiran 1.Surat Hasil Identifikasi Daun Bangun-bangun

SKEMA ALUR PIKIR. Kulit Buah Manggis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Pertanian Universitas Sultan Syarif Kasim Riau.

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium, mengenai uji potensi antibakteri ekstrak etilasetat dan n-heksan

Lampiran 1. Hasil identifikasi teripang

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan rimbang

BAB III. METODE PENELITIAN

KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI

Lampiran 1. Surat Ethical clearance

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian dan

LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

BAB III METODELOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI II METODOLOGI PENELITIAN III Alat dan bahan Alat Bahan Bakteri uji... 36

LAMPIRAN. Sampel Daun Tumbuhan. dicuci dikeringanginkan dipotong-potong dihaluskan

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Alur Kerja Ekstraksi Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Menggunakan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat

BAB III METODE PENELITIAN. pembuatan simplisia, karakterisasi simplisia, skrining fitokimia, pembuatan

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

BAB III METODOLOGI. Metodologi penelitian ini meliputi penyiapan dan pengolahan sampel, uji

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia)

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan banyak dimanfaatkan oleh masyarakat, namun demikian pada

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya

Lampiran 1. Ethical Clearanc

Lampiran 1. Identifikasi sampel

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Ulangan (mm) Jumlah Rata-rata

BAB III METODE PENELITIAN. adalah dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 95%. Ekstrak yang

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Asam Jawa (Tamarindus indica L) yang diujikan pada bakteri P. gingivalis.

Lampiran 1. Identifikasi sampel

LAMPIRAN 1. Skema Alur Pikir

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. MIPA dan Laboratorium Universitas Setia Budi Surakarta. B.

Lampiran 2. Gambar Hasil Makroskopik. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Juni 2014 di Laboraturium

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Surat Ethical Clearance

BAB III. A. Jenis Penelitian. Penelitian ini termasuk ke dalam metoda penelitian eksperimental dimana

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

METODE PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik untuk menguji

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorium dengan metode

LAMPIRAN A SKEMA KERJA PEMBUATAN SUSPENSI BAKTERI

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu 10%, 25%, 50%, 75% dan 100%. 2. Bakteri uji yang digunakan adalah bakteri Enterococcus faecalis dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai September 2016.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata pada Agustus 2013 hingga Januari 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. perkolasi kemangi kering menggunakan pelarut air dengan variasi waktu

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

BAB III METODE PENELITIAN. Subyek pada penelitian ini adalah bakteri Enterococcus faecalis yang

Lampiran 1: Hasil identifikasi tumbuhan

UJI EFEK ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN TEH (Camellia sinensis L.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Escherichia coli

Lampiran 1. Hasil Determinasi Kulit Kayu Manis ((Cinnamomum burmannii Nees & T.Nees)) Blume

BAB 3 METODE PENELITIAN. Erlenmeyer 250 ml. Cawan Petri - Jarum Ose - Kertas Saring Whatmann No.14 - Pipet Tetes - Spektrofotometer UV-Vis

Transkripsi:

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan 47

Lampiran 2. Gambar tumbuhan dan daun binara (Artemisia vulgaris L.) Tumbuhan binara Daun segar tampak depan Daun segar tampak belakang 48

Lampiran 3. Gambar tumbuhan dan daun ulam-ulam (Erechtites valerianifolia (Link ex Wolf) Less. ex DC. Tumbuhan ulam-ulam Daun segar tampak depan Daun segar tampak belakang 49

Lampiran 4. Gambar simplisia dan serbuk simplisia daun binara Simplisia daun binara Serbuk simplisia daun binara 50

Lampiran 5. Gambar simplisia dan serbuk simplisia daun ulam-ulam Simplisia daun ulam-ulam Serbuk simplisia daun ulam-ulam 51

Lampiran 6. Gambar mikroskopik penampang melintang daun segar binara 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Keterangan : 1. Rambut penutup 6. Stomata 2. Kutikula 7. Floem 3. Epidermis atas 8. Xilem 4. Jaringan palisade 9. Kolenkim 5. Jaringan bunga karang 10. Epidermis bawah 52

Lampiran 7. Gambar mikroskopik serbuk simplisia daun binara Keterangan: 1. Rambut penutup 2. Stomata tipe anisositik 3. Berkas pembuluh bentuk tangga 4. Parenkim tangkai daun 5. Epidermis atas 6. Jaringan palisade 53

Lampiran 8. Gambar mikroskopik penampang melintang daun segar ulam-ulam Keterangan: 1. Rambut penutup 7. Ca oksalat bentuk druse 2. Kutikula 8. Floem 3. Epidermis atas 9. Xilem 4. Jaringan palisade 10. Kolenkim 5. Jaringan bunga karang 11. Epidermis bawah 6. Stomata 54

Lampiran 9. Gambar mikroskopik serbuk simplisia daun ulam-ulam Keterangan : 1. Jaringan palisade 2. Rambut penutup 3. Stomata tipe anomositik 4. Ca oksalat bentuk druse 5. Berkas pembuluh bentuk spiral 55

Lampiran 10. Bagan penelitian Masing-masing daun binara dan daun ulam-ulam Simplisia Serbuk simplisia Dipisahkan dari pengotor Dicuci, ditiriskan dan ditimbang berat basah Mikroskopik daun segar Dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu ± 40-50 0 C Dihaluskan (blender) Karakteristik simplisia Skrining fitokimia serbuk simplisia Masing-masing serbuk simplisia 200 gram Makroskopik Mikroskopik Pk air Pk sari larut air Pk sari larut etanol Pk abu total Pk abu tidak larut Steroida/triterpenoida Alkaloida Flavonoida Glikosida Saponin Tanin Perkolasi Perkolat Direndam dengan etanol 70% selama 3 jam Dipindahkan kedalam perkolator Didiamkan selama 24 jam Dibuka kran dan dibiarkan perkolat menetes Ekstrak kental Uji aktivitas antibakteri 56

Lampiran 11. Bagan pembuatan ekstrak etanol 200 gram serbuk simplisia daun binara dan 200 gram serbuk simplisia daun ulam-ulam Dimasukkan kedalam wadah tertutup Serbuk simplisia direndam dalam bejana tertutup dengan etanol 70% selama 3 jam Dimasukkan ke dalam alat perkolator Hasil perkolasi Dituang cairan penyari etanol 70% secukupnya sampai semua terendam dan terdapat selapis cairan penyari di atasnya Ditutup mulut tabung perkolator dengan alumunium foil Dibiarkan selama 24 jam Dibuka kran, perkolat ditampung dan ditambah pelarut terus menerus hingga tetesan perkolat Perkolat Ampas Diuapkan dengan rotary evaporator dan dikeringkan diatas penangas air Ekstrak kental binara 63,35 gram dan Ekstrak kental ulam-ulam 73,25 gram 57

Lampiran 12. Bagan uji aktivitas antibakteri dari larutan uji Biakan murni bakteri Diambil dengan jarum ose steril Ditanam biakan pada media NA Diinkubasikan pada suhu 37 0 C selama 18-24 jam Stok kultur bakteri Diambil dengan jarum ose steril Disuspensikan dalam 10 ml NB steril dan inkubasi selama ± 2 jam Divorteks hingga diperoleh kekeruhan yang sama dengan standar Mc. Farland 10 8 CFU/ml Suspensi bakteri 10 8 Dipipet 0,1 ml ke dalam tabung reaksi Ditambahkan 9,9 ml NB steril dan divorteks hingga homogen Suspensi bakteri 10 6 Dipipet 0,1 ml ke dalam cawan petri Dituang 10 ml NB steril cair (45-50 0 C), dibiarkan memadat Dibuat lubang dengan punch hole pada permukaan media, diteteskan 0,1 ml larutan uji yang berbeda Dipra-inkubasikan selama 15 Hasil inkubasi Diameter hambat Diinkubasikan pada suhu 37 0 C selama 18-24 jam Diukur diameter zona hambat di sekitar larutan penguji 58

Lampiran 13. Perhitungan data 1. Perhitungan penetapan kadar air ( ) ( ) Volume air ml Kadar air simplisia = Berat sampel g x 100 % a. Serbuk simplisia daun binara Penjenuhan dengan 2 ml aquadest Volume penjenuhan = 1,8 ml Sampel Berat sampel (g) Volume air (ml) I 5,0000 0,2 II 5,0020 0,2 III 5,0035 0,3 Berat sampel I = 5,0000 Volume air = 2,0 1,8 = 0,2 Kadar air 0,2 = 100% = 4% 5,000 Berat sampel II = 5,0020 Volume air = 2,2 2,0 = 0,2 Kadar air 0,2 = 100% = 3,9% 5,002 Berat sampel III = 5,0035 Volume air = 2,5 2,2 = 0,3 Kadar air = 0,3 100% = 5,9% 5,0035 Kadar air rata-rata = 4% + 3,9% + 5,9% = 4,6 % 3 59

b. Serbuk simplisia daun ulam-ulam Penjenuhan dengan 2 ml aquadest Volume penjenuhan = 1,8 ml Sampel Berat sampel (g) Volume air (ml) I 5,004 0,4 II 5,006 0,4 III 5,006 0,4 Berat sampel I = 5,0600 Volume air = 2,2 1,8 = 0,4 Kadar air = 0,4 100%= 7,9% 5,060 Berat sampel II = 5,0050 Volume air = 2,5 2,2 = 0,3 Kadar air 0,3 = 100%= 5,9% 5,005 Berat sampel III = 5,0060 Volume air = 2,9 2,5 = 0,4 Kadar air = 0,4 100%= 7,9% 5,006 7,9% + 5,9% + 7,9% Kadar air rata-rata = = 7,3 % 3 60

Lampiran 13 : (Lanjutan) 1. Perhitungan penetapan kadar sari yang larut dalam air Kadar sari yang larut dalam air = Berat sari Berat sampel ( g) ( g) x 100 20 x 100 % a. Serbuk simplisia daun binara Sampel Berat sampel (g) Berat sari air (g) I 5,0000 0,1370 II 5,0020 0,1365 III 5,0010 0,1325 Berat sampel I = 5,0000 Berat sari = 0,1370 Kadar sari larut dalam air = 0,1370 5,0000 100 100% = 13,7% 20 Berat sampel II = 5,0020 Berat sari = 0,1365 Kadar sari larut dalam air = 0,1365 5,0020 100 100% = 13,6% 20 Berat sampel III = 5,0010 Berat sari = 0,1325 Kadar sari larut dalam air = 0,1325 5,0010 100 100% = 13,2% 20 Kadar sari rata-rata = 13,7% + 13,6% + 13,2% = 13,5 % 3 61

b. Serbuk simplisia daun ulam-ulam Sampel Berat sampel (g) Berat sari air (g) I 5,0030 0,1385 II 5,0050 0,1384 III 5,0020 0,1372 Berat sampel I = 5,0030 Berat sari = 0,1385 Kadar sari larut dalam air = 0,1385 100% = 13,8% 5,0030 20 Berat sampel II = 5,0050 Berat sari = 0,1384 Kadar sari larut dalam air = 0,1384 5,0050 100 100% = 13,8% 20 Berat sampel III = 5,0020 Berat sari = 0,1372 Kadar sari larut dalam air = 0,1372 5,0020 100 100%= 13,7% 20 Kadar sari rata-rata = 13,8% + 13,8% + 13,7% = 13,7 % 3 62

Lampiran 13. (Lanjutan) 3. Perhitungan penetapan kadar sari yang larut dalam etanol Kadar sari yang larut dalam etanol = Berat sari Berat sampel ( g) ( g) x 100 20 x 100 % a. Serbuk simplisia daun binara Sampel Berat sampel (g) Berat sari etanol (g) I 5,0000 0,1390 II 5,0020 0,1360 III 5,0040 0,1310 Berat sampel I = 5,0000 Berat sari = 0,1390 Kadar sari larut dalam etanol = 0,1390 5,0000 100 100% = 13,9% 20 Berat sampel II = 5,0020 Berat sari = 0,1360 Kadar sari larut dalam etanol = 0,1360 5,0020 100 100% = 13,5% 20 Berat sampel III = 5,0040 Berat sari = 0,1310 Kadar sari larut dalam etanol = 0,1310 100 100% = 13% 5,0040 20 Kadar sari rata-rata = 13,9% + 13,5% + 13% = 13,4% 3 63

b. Serbuk simplisia daun ulam-ulam Sampel Berat sampel (g) Berat sari etanol (g) I 5,0030 0,1315 II 5,0015 0,1380 III 5,0010 0,1330 Berat sampel I = 5,0030 Berat sari = 0,1315 Kadar sari larut dalam etanol = 0,11315 100 100% = 13,7% 5,0030 20 Berat sampel II = 5,0015 Berat sari = 0,1380 Kadar sari larut dalam etanol = 0,1380 100 100% = 13,7% 5,0015 20 Berat sampel III = 5,0010 Berat sari = 0,1330 Kadar sari larut dalam etanol = 0,1330 5,0010 100 x x 100 % = 13,2 % 20 Kadar sari rata-rata = 13,1% + 13,7% + 13,2% = 13,3 % 3 64

Lampiran 13. (Lanjutan) 4. Perhitungan penetapan kadar abu total Kadar abu total = a. Serbuk simplisia daun binara Berat abu (g) Berat sampel (g) 100% Sampel Berat simplisia (g) Berat abu (g) I 2,0000 0,0736 II 2,0001 0,0730 III 2,0001 0,0735 Berat sampel I = 2,0000 Berat abu = 0,0736 Kadar abu total = 0,0736 100% = 3,6% 2,0000 Berat sampel II = 2,0001 Berat abu = 0,0730 Kadar abu total = 0,0730 100% = 3,6% 2,0001 Berat sampel III = 2,0001 Berat abu = 0,0735 Kadar abu total = 0,0735 100% = 3,6% 2,0001 Kadar abu total rata-rata = 3,68% + 3,64% + 3,68% = 3,6 % 3 65

b. Serbuk simplisia daun ulam-ulam Sampel Berat simplisia (g) Berat abu (g) I 2,0000 0,0725 II 2,0001 0,0730 III 2,0001 0,0721 Berat sampel I = 2,0000 Berat abu = 0,0725 Kadar abu total = 0,0725 100%= 3,6% 2,0000 Berat sampel II = 2,0001 Berat abu = 0,0730 Kadar abu total = 0,0730 100%= 3,6% 2,0000 Berat sampel III = 2,0001 Berat abu = 0,0721 Kadar abu total = 0,0721 100%= 3,6% 2,0001 3,6% + 3,6% + 3,6% Kadar abu total rata-rata = = 3,6% 3 66

Lampiran 13. (Lanjutan) 5. Perhitungan penetapan kadar abu yang tidak larut asam Kadar abu tidak larut asam = Berat abu Berat sampel ( g) ( g) x 100 % a. Serbuk simplisia daun binara Sampel Berat simplisia (g) Berat abu (g) I 2,0000 0,0286 II 2,0001 0,0276 III 2,0001 0,0291 Berat sampel I = 2,0000 Berat abu = 0,0286 Kadar abu tidak larut asam = 0,0286 100%= 1,4% 2,0000 Berat sampel II = 2,0001 Berat abu = 0,0276 Kadar abu tidak larut asam = 0,0276 100%= 1,3% 2,0001 Berat sampel III = 2,0001 Berat abu = 0,0291 Kadar abu tidak larut asam = 0,0291 100%= 1,4% 2,0001 1,4% + 1,3% + 1,4% Kadar abu tidak larut asam rata-rata = = 1,4% 3 67

b. Serbuk simplisia daun ulam-ulam Sampel Berat simplisia (g) Berat abu (g) I 2,0000 0,0289 II 2,0001 0,0293 III 2,0001 0,0279 Berat sampel I = 2,0000 Berat abu = 0,0289 Kadar abu tidak larut asam = 0,0289 100%= 1,4% 2,0000 Berat sampel II = 2,0001 Berat abu = 0,0293 Kadar abu tidak larut asam = 0,0293 100%= 1,4% 2,0001 Berat sampel III = 2,0001 Berat abu = 0,0279 Kadar abu tidak larut asam = 0,0279 100%= 1,3% 2,0001 Kadar abu tidak larut asam rata-rata = 1,4% + 1,4% + 1,3% = 1,4% 3 68

Lampiran 14. Hasil pengukuran daerah hambat pertumbuhan bakteri dari ekstrak etanol daun binara. Konsentrasi Diameter daerah hambat pertumbuhan bakteri (mm) ekstrak Staphylococcus aureus Escherichia coli etanol daun binara DI DII DIII D* DI DII DIII D* (mg/ml) 500 19,9 19,8 19,8 19,8 18,8 18,5 17,9 18,4 400 19,8 19,6 19,7 19,7 17,5 17,2 17,0 17,2 300 19,6 19,5 19,5 19,5 16,4 16,2 16,7 16,4 200 19,4 19,1 19,3 19,2 15,4 15,0 15,8 15,4 100 19,1 19,0 19,1 19,0 14,9 14,7 14,2 14,6 90 19,0 18,9 19,0 18,9 14,5 14,3 13,9 14,2 80 18,6 18,7 18,7 18,6 13,9 13,7 13,5 13,7 70 18,3 18,5 18,0 18,2 13,5 13,2 13,3 13,3 60 17,9 18,0 17,8 17,6 13,1 12,9 13,0 13,0 50 17,2 17,5 17,3 17,3 12,8 12,5 12,7 12,6 40 16,8 16,9 17,2 16,9 11,9 11,7 12,5 12,0 30 16,2 16,7 16,3 16,4 11,5 11,4 11,8 11,5 20 15,4 16,0 15,1 15,5 10,4 10,8 10,6 10,6 10 14,1 15,6 14,0 14,5 10,0 10,3 10,1 10,1 9 12,5 12,8 12,0 12,4 8,7 8,5 8,2 8,4 8 10,2 10,6 9,7 10,1 7,5 7,2 7,6 7,4 7 9,5 9,2 9,0 9,2 - - - - 6 8,3 8,7 8,0 8,3 - - - - 5 8,0 7,5 7,1 7,5 - - - - 4 - - - - - - - - 3 - - - - - - - - 2 - - - - - - - - 1 - - - - - - - - Blanko - - - - - - - - Keterangan: D : Diameter daerah hambatan pertumbuhan bakteri D * : Diameter daerah hambatan pertumbuhan bakteri rata-rata - : Tidak terdapat daerah hambatan pertumbuhan bakteri 69

Lampiran 15. Hasil pengukuran daerah hambat pertumbuhan bakteri dari ekstrak etanol daun ulam-ulam. Konsentrasi Diameter daerah hambat pertumbuhan bakteri (mm) ekstrak Staphylococcus aureus Escherichia coli etanol daun ulam-ulam DI DII DIII D* DI DII DIII D* (mg/ml) 500 18,9 18,7 18,5 18,7 17,8 17,5 17,6 17,6 400 17,8 17,9 17,7 17,8 17,2 16,8 16,3 16,7 300 16,8 16,5 16,7 16,6 16,6 16,4 16,3 16,4 200 16,4 16,3 16,2 16,3 16,2 16,1 16,1 16,1 100 16,0 16,2 16,1 16,1 15,4 15,1 14,8 15,1 90 15,9 15,8 15,8 15,8 14,5 14,3 14,0 14,2 80 15,7 15,5 15,7 15,6 13,3 13,0 12,9 13,4 70 15,4 15,2 15,3 15,3 12,3 11,4 11,2 11,3 60 15,1 15,2 15,0 15,1 10,6 10,8 10,4 10,6 50 14,8 14,7 14,9 14,8 9,5 9,0 9,2 9,2 40 14,6 14,6 14,5 14,5 8,7 8,5 8,4 8,5 30 14,4 14,4 14,3 14,3 7,7 7,4 7,1 7,4 20 14,2 14,0 14,0 14,0 7,5 7,2 7,0 7,2 10 13,7 13,4 13,5 13,5 - - - - 9 12,8 12,4 12,3 12,5 - - - - 8 11,4 11,3 11,6 11,4 - - - - 7 10,5 10,5 10,2 10,4 - - - - 6 9,4 8,7 9,2 9,1 - - - - 5 8,6 8,0 8,4 8,3 - - - - 4 7,5 7,5 7,8 7,6 - - - - 3 - - - - - - - - 2 - - - - - - - - 1 - - - - - - - - Blanko - - - - - - - - Keterangan: D : Diameter daerah hambatan pertumbuhan bakteri D * : Diameter daerah hambatan pertumbuhan bakteri rata-rata - : Tidak terdapat daerah hambatan pertumbuhan bakteri 70

Lampiran 16. Gambar hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun binara bakteri Staphylococcus aureus A B C Keterangan: A: konsentrasi 500, 400, 300 dan 200 mg/ml; B: konsentrasi 100, 90, 80 dan 70 mg/ml; C: konsentrasi 60, 50, 40, 30 dan 20 mg/ml 71

Lampiran 16. (Lanjutan) C D Keterangan: C: konsentrasi 10, 9, 8, 7 dan 6 mg/ml; D: konsentrasi 5, 4, 3, 2 dan 1 mg/ml 72

Lampiran 17. Gambar hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun ulamulam bakteri Staphylococcus aureus A B C Keterangan: A: konsentrasi 500, 400, 300 dan 200 mg/ml; B: konsentrasi 100, 90, 80,70 dan 60 mg/ml; C: konsentrasi 50, 40, 30, 20 dan 10 mg/ml 73

Lampiran 17. (Lanjutan) C D Keterangan: C: konsentrasi 9, 8, 7 dan 6 mg/ml; D: konsentrasi 5, 4, 3, 2 dan 1 mg/ml 74

Lampiran 18. Gambar hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun binara terhadap bakteri Escherichia coli A B C Keterangan: A: konsentrasi 500, 400, 300, 200 dan 100 mg/ml; B: konsentrasi 90, 80, 70 dan 60 mg/ml; C: konsentrasi 50, 40, 30, 20 dan 10 mg/ml 75

Lampiran 18. (Lanjutan) C D Keterangan: C: konsentrasi 9, 8, 7, 6 dan 5 mg/ml; D: konsentrasi 4, 3, 2 dan 1 mg/ml 76

Lampiran 19. Gambar hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun ulamulam terhadap bakteri Escherichia coli A B C Keterangan: A: konsentrasi 500, 400, 300 dan 200 mg/ml; B: konsentrasi 100, 90, 80, 70 dan 60 mg/ml; C: konsentrasi 50, 40, 30, 20 dan 10 mg/ml 77

Lampiran 19. ( Lanjutan) C D Keterangan: C: konsentrasi 9, 8, 7, 6 dan 5 mg/ml; D: konsentrasi 4, 3, 2 dan 1 mg/ml 78

Lampiran 20. Gambar hasil uji aktivitas blanko (etanol 96%) terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan bakteri Escherichia coli A B Keterangan: A: blanko (etanol 96%) terhadap bakteri Staphylococcus aureus; B: blanko (etanol 96%) terhadap bakteri Escherichia coli 79

Lampiran 21. Gambar hasil pewarnaan Gram positif bakteri Staphylococcus aureus dan Gram negatif bakteri Escherichia coli A B Keterangan: A: pewarnaan Gram positif bakteri Staphylococcus aureus; B: pewarnaan Gram negatif bakteri Escherichia coli 80