BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya berdirinya ritel-ritel diberbagai wilayah Indonesia. Ritel adalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memberikan keuntungan dan menghidupi banyak orang. Pada saat krisis UKDW

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS ENELITIAN. sampai ke konsumen (Nawangwulan, 2013). Retailing adalah himpunan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. tiap tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia banyak tertolong oleh sektor perdagangan ritel. Industri ritel

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin

BAB I PENDAHULUAN. sektor yang memiliki prospektif peluang besar dimasa sekarang maupun

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

Judul : Pengaruh Retail Marketing Mix

BAB I PENDAHULUAN. henti-hentinya bagi perusahaan-perusahaan yang berperan di dalamnya. Banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan yang dimaksud adalah efisiensi dalam pemenuhan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. usaha ritel yang sangat sulit untuk melakukan diferensiasi dan entry barrier

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena ini dapat dibuktikan dengan adanya perubahan gaya hidup masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 250 juta jiwa pada tahun 2014,

BAB I PENDAHULUAN. ketat. Kondisi ini menuntut setiap perusahaan untuk mampu bersaing dengan perusahaan yang

I. PENDAHULUAN. negara- negara ASEAN yang lain. Hal ini disebabkan pemerintah Indonesia telah

Judul : Analisis Pendapatan Usaha Warung Tradisional Dengan Munculnya Minimarket Di Kota Denpasar Nama : Ida Ayu Sima Ratika Dewi NIM :

BAB I PENDAHULUAN. melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya, dan bentuk-bentuk interaksi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peritel tetap agresif melakukan ekspansi yang memperbaiki distribusi dan juga

BAB I PENDAHULUAN. Dalam laju pertumbuhan perekonomian yang sangat ketat di Indonesia,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi persaingan yang semakin ketat menuntut setiap perusahaan untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan ini, manusia dihadapkan pada berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dunia bisnis jasa saat ini sudah banyak dijumpai di setiap kota

BAB I PENDAHULUAN. hiburan saat berbelanja (Parwanto, 2006:30). Masyarakat Indonesia khususnya

2015 PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

BAB I PENDAHULUAN. eceran di Indonesia yang telah berkembang menjadi usaha yang berskala

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian kegiatan pemasaran harus direncanakan terlebih dahulu sebelum

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis Ritel di Indonesia secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bidang ritel, terutama sejak masuknya investor asing di bisnis ini. Saat ini, jenis-jenis

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti pertumbuhan jumlah penduduk. Kelangsungan usaha eceran sangat

BAB I PENDAHULUAN. menjadi semakin meningkat dan beragam seiring dengan perkembangan tersebut.

I PENDAHULUAN. Indonesia masih memperlihatkan kinerja ekonomi makro nasional yang relatif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang memerlukan barang untuk kebutuhan pribadi dan

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak pengusaha baru yang masuk ke bisnis ritel, baik dalam skala kecil

BAB I LATAR BELAKANG. dunia bisnis saat ini semakin kompetitif. Hal ini berlaku untuk segala jenis

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1. aktivitas pejualan barang atau jasa yg dilakukan secara langsung untuk memenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini perkembangan ekonomi di Indonesia meningkat sangat

BAB I PENDAHULUAN. bisnis yang relatif mudah untuk dimasuki sehingga tidak heran belakangan ini

BAB I PENDAHULUAN Sejarah PT Carrefour di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. langsung. Disadari atau tidak bisnis ritel kini telah menjamur dimana-mana baik

BAB I PENDAHULUAN. membuat sebagian besar rakyat Indonesia terjun ke bisnis ritel. Bisnis ritel

PERAN KEUNGGULAN BERSAING MEMEDIASI PENGARUH ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KINERJA PEMASARAN. Siti Hajar 1 I Putu Gde Sukaatmadja 2

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan usaha dalam bidang ritel dalam perkembangannya sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dunia bisnis dalam kurun waktu satu dasawarsa ini berkembang dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1 Sumber : AC Nielsen, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia, Media Data

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan konsumen yang semakin beragam. Seiring dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa contoh bentuk pusat perbelanjaan modern seperti minimarket,

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk dalam bidang ritel yang saat ini tumbuh dan berkembang pesat seiring

BAB I PENDAHULUAN. yang bergerak dibidang perdagangan eceran (retail) yang berbentuk toko,

BAB I PENDAHULUAN. minimarket Indomaret, Alfamart, dan toko-toko tidak berjejaring lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari waktu ke waktu semakin meningkat. Banyak perusahaan yang berusaha

BAB I PENDAHULUAN. retail, terutama yang berbasis toko (store based retailing), harus mampu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan keberadaan industri dagang khususnya pada sektor ritel

ABSTRAK. Kata kunci: customer relationship management (CRM), kepuasan, loyalitas pelanggan.

ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN DITINJAU DARI FAKTOR PSIKOGRAFIS KONSUMEN MATAHARI DEPARTMENT STORE SOLO SQUARE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini persaingan bisnis antar industri ritel sangat ketat, baik di pasar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. penting. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap keuntungan suatu perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. secara langsung kepada konsumen akhir. Pada perkembangannya, kini bisnis ritel di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. jumlah ritel di Indonesia tahun sebesar 16% dari toko menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. banyak bermunculan perusahaan dagang yang bergerak dibidang

BAB I PENDAHULUAN. bahkan hypermarket, yang menjadi lahan subur pemilik modal asing berebut

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan bisnis ritel dari tahun ke tahun cukup pesat. Hal ini dapat dari

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang ingin berhasil dalam persaingan pada era milenium harus

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis eceran, yang kini populer disebut bisnis ritel, merupakan bisnis yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era globalisasi perdagangan, tentunya Indonesia akan

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bisnis ritel modern sendiri yang baru lahir (Utami, 2006:4).Meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usaha atau bisnis ritel di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. eceran terus berkembang seiring dengan keinginan dan selera pelanggan dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi semakin penting. Hal ini disebabkan karena

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk mengetahui image dari suatu produk dipasar, termasuk preferensi

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyaknya bisnis ritel tradisional yang mulai membenahi diri menjadi bisnis ritel

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang maju dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Niat pembelian untuk produk sehari-hari jadi di toko ritel telah mendapat perhatian dalam dekade terakhir sejak

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis di era sekarang telah berkembang sangat pesat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini prospek bisnis ritel di Indonesia sangat pesat, yang ditandai dengan banyaknya berdirinya ritel-ritel diberbagai wilayah Indonesia. Ritel adalah salah satu dari beberapa sektor disebagian besar negara terdapat aktifitas kewirausahaan yang luas (Levy, et al., 2012: 60). Bisnis ritel menciptakan berbagai peluang salah satunya peluang kewirausahaan sehingga banyak yang tertarik dengan bisnis ritel ini, buktinya menjamurnya bisnis ritel dibeberapa kota besar di Indonesia termasuk Kota Denpasar. Dampaknya, terjadi persaingan yang ketat antar bisnis ritel. Dalam menghadapi persaingan tersebut, peritel harus jeli menangkap peluang dan mengambil keputusan strategi bersaing yang baik. Bisnis ritel yang bekembang di Indonesia yaitu bisnis ritel yang berorientasi makanan (food-oriented retailers) dan orientasi barang dagangan umum (general merchandise retailers). Utami (2014 : 7) mengemukakan bahwa beberapa format ritel yang banyak berkembang di Indonesia khususnya untuk format ritel dengan toko (store retailing) yakni hypermarket, supermarket, dan minimarket (untuk kelompok orientasi makanan), dan departement store ataupun factory outlet (untuk kelompok barang dagangan umum). Sebagai gambaran, Kota Denpasar merupakan daerah yang memiliki potensi ekonomi sangat tinggi. Perekonomian Kota Denpasar menunjukkan progress report yang positif pada tahun 2014, ekonomi Kota Denpasar tercatat tumbuh 1

7,00 persen sepanjang tahun 2014. Bahkan, laju pertumbuhan ekonomi Kota Denpasar lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi Bali yang mencapai 6,72 persen, dan juga lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,21 persen pada periode yang sama (BPS Provinsi Bali, 2015). Melihat laju pertumbuhan ekonomi Kota Denpasar menunjukkan progress report yang tinggi dan stabil ini dapat memberikan keuntungan bagi pelaku bisnis karena keberhasilan perusahaan sebagian tergantung lingkungannya. Pelaku bisnis memang tidak dapat mengendalikan lingkungan, namun mereka dapat membuat strategi yang dapat menguntungkan atau melakukan proteksi terhadap perusahaan. Jika dilihat berdasarkan wilayahnya, Kota Denpasar dan Kabupaten Badung berturut-turut tercatat sebagai dua daerah yang penduduknya memiliki rata-rata pengeluaran per kapita tinggi, bahkan jauh lebih tinggi dari rata-rata provinsi (BPS Provinsi Bali, 2015). Hal ini dapat menjadi peluang bagi pelaku bisnis untuk menjadikan penduduk Kota Denpasar sebagai target pasar yang potensial. Pakaian memiliki fungsi yang sederhana yaitu untuk menutupi tubuh dan melindungi dari cuaca (Christy and Kavitha, 2014) dan itu juga merupakan kebutuhan dasar manusia akan pakaian. Saat ini pakaian tidak hanya menjadi kebutuhan dasar tapi sudah menjadi salah satu pembentuk fashion seseorang, maka dari itu banyak peritel membuka usaha gerai (outlet) pakaian karena peluang akan permintaan pakaian cukup tinggi. Meskipun peluang cukup terbuka, namun tetap saja menjadi tantangan tersendiri bagi pelaku bisnis ritel karena dengan semakin dinamisnya persaingan bisnis ritel maka para pelaku bisnis ritel harus lebih kreatif dalam menyusun strategi pemasaran agar dapat menarik lebih banyak 2

konsumen, karena dengan banyaknya pilihan ritel yang sejenis, konsumen akan cenderung membandingkan dan dengan mudah memilih ritel mana yang dianggap memberikan tawaran yang lebih menarik dari sisi harga, kualitas pelayanan maupun fasilitas yang disediakan (Leba, 2015). Produk fashion adalah produk ritel yang mengisi departement store toko pakaian, dan gerai butik (Ma ruf, 2005: 65). Gerai (outlet) butik pakaian merupakan peluang usaha yang tidak kalah menjanjikan dengan departemen store, karena juga menawarkan merchandise yang berkualitas dan pelayanan yang memuaskan kepada konsumen. Gerai (outlet) butik pakaian merupakan bisnis ritel dengan format ritel barang dagangan umum (general merchandise retailers). Salah satu jenis bisnis ritel format ritel barang dagangan umum (general merchandise retailers) yaitu specialty stores. Specialty stores memiliki strategi ritel terhadap segmen pasar yang sangat spesifik dengan mengkhususkan diri pada jenis barang tertentu, contohnya toko pakaian. Perkembangan gerai (outlet) pakaian (dalam penelitian ini akan disebut sebagai toko pakaian) seiring dengan cepatnya pergantian model pakaian yang akan menyebabkan terjadi permintaan pakaian tinggi oleh konsumen. Umumnya jenis ritel ini merupakan kepemilikan independen atau perorangan yang biasa disebut peritel kecil. Peritel kecil adalah peritel berbentuk perorangan yang memiliki jumlah gerai (outlet) bervariasi, mulai dari satu gerai hingga beberapa gerai dan peritel kecil memiliki dua macam gerai yaitu gerai tradisional dan gerai modern (Ma ruf, 2005: 71). Peritel kecil juga sangat fleksibel dan dapat bereaksi 3

dengan cepat terhadap perubahan pasar dan kebutuhan pelanggan (Levy, et al., 2012: 60). Penelitian ini berfokus pada gerai ritel modern dan independen dengan bentuk format ritel yaitu specialty stores. Ritel modern memberikan tawaran seperti suasana toko yang nyaman, kegiatan promosi dan display produk yang menarik sehingga dapat menciptakan emosi yang positif pada diri konsumen untuk melakukan pembelian secara spontan (Leba, 2015). Banyaknya jumlah toko pakaian di Kota Denpasar dibandingkan dengan daerah-daerah lain memiliki tantangan tersendiri karena semakin banyak toko pakaian maka akan terjadi persaingan yang ketat antar toko pakaian Bisnis ritel bergerak pada lingkungan yang kompleks, maka dari itu peritel harus lebih bijaksana dalam mencari peluang pasar dan juga mengembangkan hubungan jangka panjang dengan relasi-relasi dan organisasi-organisasi lain (Rizal dan Asnan, 2009: 13). Terkait dengan mencari peluang pasar dan juga mengembangkan hubungan jangka panjang dengan relasi-relasi dan organisasiorganisasi lain untuk keberlangsungan hidup bisnis ritel, peritel harus memiliki kemampuan orientasi kewirausahaan, memiliki keunggulan bersaing serta kinerja pemasaran yang baik. Orientasi kewirausahaan adalah kontributor yang signifikan untuk keberhasilan suatu perusahaan (Mahmood dan Hanafi (2013), karena keberhasilan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh tingkat kemampuan dari kepemimpinan perusahaan yang berorientasi kewirausahaan. Perusahaan yang ingin sukses dalam kewirausahaan harus memiliki orientasi kewirausahaan (Dess and Lumpkin, 4

2005). Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju kesuksesan (Suryanita, 2006). Pada proses kewirausahaan dibutuhkan orientasi kewirausahaan karena orientasi kewirausahaan menentukan arah gerak usaha yang telah dirintis (Knight, 2000: 14), sehingga akan meningkatkan keunggulan bersaing serta kinerja pemasaran perusahaan. Dengan menanamkan perusahaan orientasi kewirausahaan, manajemen mempersiapkan organisasi untuk merebut peluang yang muncul dan mencapai keunggulan bersaing (Gupta, et al., 2014). Penelitian Mahmood dan Hanafi (2013) serta Pardi et al.(2014) menunjukkan bahwa orientasi kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keunggulan bersaing. Orientasi kewirausahaan memiliki hubungan positif terhadap kinerja pemasaran (Al-Saed, et al., 2010). Hal ini mengindikasikan bahwa jika suatu perusahaan memiliki orientasi kewirausahaan yang baik, maka akan meningkatkan keunggulan bersaing dan kinerja pemsaran dalam perusahaan. Bisnis ritel yang selalu berhubungan langsung dengan pelanggan membutuhkan perubahan terus-menerus agar dapat memenuhi dan melampaui ekspektasi pelanggan (Triyono, 2006: 17). Pemanfaatan sumberdaya secara optimal akan membuat organisasi usaha mempunyai keunggulan dibandingkan dengan pesaingnya (Reswanda, 2012). Posisi bersaing dalam rangka keberhasilan usaha perusahaan harus dapat ditingkatkan dan dipertahankan, sehingga menjadi keberhasilan usaha yang berkelanjutan (Assauri, 2013: 30). Suatu perusahaan 5

dikatakan memiliki daya saing atau keunggulan kompetitif (competitive advantage) adalah ketika perusahaan tersebut mempunyai sesuatu yang tidak dimiliki pesaing, melakukan lebih baik dari perusahaan lain, atau mampu melakukan sesuatu yang tidak mampu dilakukan oleh perusahaan lain (Susanto, 2014: 205). Mulyana (2014) menyatakan bahwa keunggulan bersaing berpengaruh signifikan terhadap kinerja. Adapun aksi dan reaksi bersaing antara suatu perusahaan dengan para pesaingnya, akan mempengaruhi kinerja dari masingmasing perusahaan tersebut (Assauri, 2013: 92). Dengan memiliki keunggulan bersaing suatu usaha akan mampu bertahan sehingga dalam pengukuran keberhasilannya, daya saing usaha yang ada mendukung kinerja usaha termasuk kinerja pemasaran dari suatu usaha (Hasan, 2013: 291). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mahmood dan Hanafi (2013) telah menunjukkan bahwa orientasi kewirausahaan dan keunggulan kompetitif memainkan peran mendasar dalam meningkatkan kinerja perusahaan, salah satunya dalam kinerja pemasaran. Bervariasinya pengukuran kinerja pemasaran yang diawali dengan tingkat persaingan pelaku usaha, berlaku di semua sektor usaha (Prasetya, 2012) termasuk di sektor usaha gerai (outlet) butik pakaian di Kota Denpasar. Penilaian kinerja pemasaran ritel dapat dilakukan dengan melihat keberhasilan kinerja peritel atau kinerja gerai. Menurut Ferdinan dalam Djodjobo dan Tawas (2014), kinerja pemasaran merupakan faktor yang sering digunakan untuk mengukur dampak dari strategi yang ditetapkan perusahaan sebagai prestasi pasar produk, dimana setiap perusahaan berkepentingan untuk mengetahui 6

prestasi pasar dari produk-produknya. Pencapaian kinerja pemasaran menjadi target, sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Penelitian mengenai peran keunggulan bersaing memediasi pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap kinerja pemasaran telah dilakukan Usvita (2015) yang menyatakan bahwa keunggulan bersaing sebagai variabel intervening berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Keunggulan bersaing memediasi hubungan orientasi dan kinerja kewirausahaan secara parsial (Mahmood dan Hanafi, 2013). Hasil penelitian Pardi et al.(2014) juga menunjukkan bahwa peran keunggulan bersaing menjadi sebuah mediasi sempurna variabel orientasi kewirausahaan dan kinerja pemasaran. Banyaknya gerai (outlet) butik pakaian yang menjamur di Kota Denpasar dengan didukung pola gaya hidup masyarakat akan mindset pakaian menjadi life style menjadikan persaingan antar ritel pakaian semakin ketat. Menurut Assauri (2013: 91), persaingan terjadi karena perusahaan dan para pesaing sama-sama mengejar suatu tingkat keuntungan yang dihasilkan dari para pelanggan atau pasar yang sama. Oleh karena itu, penelitian ini ingin meneliti peran keunggulan bersaing memediasi pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap kinerja pemasaran pada usaha toko ritel pakaian yang ada di Kota Denpasar. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian 1) Bagaimanakah pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap keunggulan bersaing toko ritel pakaian di Kota Denpasar? 7

2) Bagaimanakah pengaruh keunggulan bersaing terhadap kinerja pemasaran toko ritel pakaian di Kota Denpasar? 3) Bagaimanakah pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap kinerja pemasaran toko ritel pakaian di Kota Denpasar? 4) Bagaimanakah peran keunggulan bersaing memediasi pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap kinerja pemasaran toko ritel pakaian di Kota Denpasar? 1.3 Tujuan Penelitian 1) Untuk menjelaskan pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap keunggulan bersaing toko ritel pakaiandi Kota Denpasar 2) Untuk menjelaskan pengaruh keunggulan bersaing terhadap kinerja pemasaran toko ritel pakaian di Kota Denpasar 3) Untuk menjelaskan pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap kinerja pemasaran toko ritel pakaian di Kota Denpasar 4) Untuk memverifikasi peran keunggulan bersaing memediasi pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap kinerja pemasaran toko ritel pakaian di Kota Denpasar. 1.4 Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 8

1) Kegunaan Teoritis : Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan khasanah pengetahuan, khususnya dalam pengembangan ilmu manajemen pemasaran tentang peran keunggulan bersaing memediasi pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap kinerja pemasaran. 2) Kegunaan Praktis : Penelitian ini diharapkan memberikan informasi dan bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan dalam peran keunggulan bersaing memediasi pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap kinerja pemasaran. 1.5 Sistematika Penulisan Skripsi ini terdiri dari lima bab yang telah disusun secara sistematis dan terperinci sehingga mempermudah dalam pembahasannya. Gambaran umum penyusunan skripsi pada penelitian ini, yaitu: BAB I : Pendahuluan Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan. BAB 11 : Kajian Pustaka dan Rumusan Hipotesis Bab ini memuat tentang tinjauan teoritis yang relevan dengan permasalahan yang dibahas. Teori-teori tersebut meliputi teori ritel, orientasi kewirausahaan, keunggulan bersaing dan kinerja pemasaran, kemudian diikuti dengan kerangka konseptual yang menggambarkan hubungan antar variabel. Melalui kerangka konseptual tersebut peneliti dapat menjelaskan pengaruh dari 9

hubungan antar variabel dengan didukung hasil penelitian empiris, sehingga dapat menentukan hipotesis yang dirangkum dalam hipotesis penelitian. BAB III : Metode Penelitian Bab ini menguraikan tentang desain penelitian, lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis data, sumber data, populasi, sampel, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, pengujian instrumen dan teknik analisis data. BAB IV : Pembahasan Hasil Penelitian Bab ini memaparkan gambaran umum yang diteliti dan hasil penelitian yang diperoleh setelah dianalisis dengan menggunakan metode analisis yang sesuai dengan tujuan penelitian. BAB V : Simpulan dan Saran Bab ini merupakan bagian akhir dari laporan penelitian yang memberikan simpulan dari hasil pembahasan dan saran-saran yang diberikan sesuai dengan topik penelitian ini. 10