MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 135/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA MENJADI UNDANG-UNDANG TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 ACARA PERBAIKAN PERMOHONAN (II) J A K A R T A SENIN, 30 NOVEMBER 2015
MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 135/PUU-XIII/2015 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang [Pasal 57 ayat (3) huruf a] terhadap Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 PEMOHON 1. Perhimpunan Jiwa Sehat 2. Pusat Pemilihan Umum Akses Penyandang Cacat (PPUA Penca) 3. Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), dkk ACARA Perbaikan Permohonan (II) Senin, 30 November 2015 Pukul 13.15 13.49 WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) Wahiduddin Adams (Ketua) 2) I Dewa Gede Palguna (Anggota) 3) Aswanto (Anggota) Mardian Wibowo Panitera Pengganti i
Pihak yang Hadir: A. Kuasa Hukum Pemohon: 1. Fadli Ramadaniel ii
SIDANG DIBUKA PUKUL 13.15 WIB 1. KETUA: WAHIDUDDIN ADAMS Sidang Perkara Nomor 135/PUU-XIII/2015, dinyatakan terbuka dan terbuka untuk umum. Ini yang hadir, Pemohon? 2. KUASA HUKUM PEMOHON: FADLI RAMADANIEL Hadir, saya Fadli Ramadaniel, Kuasa Hukum, Yang Mulia. 3. KETUA: WAHIDUDDIN ADAMS Ya, hanya sendiri kehadirannya? 4. KUASA HUKUM PEMOHON: FADLI RAMADANIEL Ya, kali ini ya. 5. KETUA: WAHIDUDDIN ADAMS Ya. Kita sudah anggap mengenalkan diri tadi ya. 6. KUASA HUKUM PEMOHON: FADLI RAMADANIEL Ya. KETUK PALU 3X 7. KETUA: WAHIDUDDIN ADAMS Ya. Agenda kita adalah perbaikan permohonan atas permohonan yang sudah diajukan dan pada waktu yang... sidang yang lalu sudah diberikan kesempatan untuk melakukan perbaikan, dan pada sidang ini dipersilakan untuk menyampaikan pokok-pokok perbaikan permohonannya, jadi pokok-pokoknya saja karena perbaikannya sudah diterima, untuk itu hal-hal apa saja yang sudah diperbaiki di dalam batas waktu yang sudah diberikan oleh Hakim untuk diperbaiki. Kami persilakan. 1
8. KUASA HUKUM PEMOHON: FADLI RAMADANIEL Baik, terima kasih, Yang Mulia Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi. Kami akan sampaikan pokok-pokok perbaikan permohonan atas permohonan yang kami sampaikan terhadap Pasal 57 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 sepanjang frasa tidak sedang terganggu jiwa atau ingatannya terhadap Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Pada pokoknya kami memohonkan kepada Mahkamah bahwa ketentuan Pasal 57 ayat (1) huruf a, itu telah secara dini membatasi hak pilih seorang warga negara khusus bagi mereka yang sedang terganggu jiwa, atau ingatannya, atau mereka yang mengalami penyakit gangguan jiwa, padahal kalau kita lihat sebetulnya sakit gangguan jiwa atau gangguan mental yang dialami oleh seorang warga negara bukanlah penyakit yang berlangsung secara terus-menerus atau dalam artian hanya bersifat sementara. Penyakit gangguan jiwa dapat disembuhkan setelah penderita gangguan jiwa diberikan obat atau mengalami tindakan medis tertentu. Terkait dengan argumentasi bahwa masukan Majelis bahwa di dalam pengaturan di Undang-Undang KUH Perdata menyatakan bahwa terdapat orang yang di bawah pengampuan, itu pun kami sudah masukkan perbaikannya bahwa untuk menyatakan seorang warga negara di bawah pengampuan tidaklah bisa dilakukan begitu saja, secara ringkas kami dapat sampaikan bahwa menyatakan seorang warga negara berada di bawah pengampuan, mestilah melalui suatu penetapan hukum melalui pengadilan negeri sesuai wilayah hukum dimana seorang warga negara tersebut berada. Dalam Pasal 43... 433 KUH Perdata misalnya, kami bacakan, Setiap orang dewasa yang selalu berada dalam keadaan dungu, gila, atau mata gelap harus ditempatkan di bawah pengampuan sekalipun ia kadang-kadang cakap menggunakan pikirannya. Nah, proses ini kemudian haruslah dimohonkan kepada pengadilan dan pengadilan akan memanggil saksi termasuk juga meminta keterangan dari orang yang diduga mengidap gangguan jiwa dan akan diletakkan di bawah pengampuan. Tetapi menurut kami sekalipun seperti itu, ketentuan di Pasal 33 KUH Perdata juga mengalami kelemahan di mana kata-kata... frasa sekalipun ia kadang-kadang cakap menggunakan pikirannya, dalam hal ini jika kita tarik kepada konteks pemberian hak pilih kepada seorang warga negara yang mengidap sakit atau gangguan jiwa tentulah harus dibuktikan secara medis dan dapat hanya dilakukan oleh dokter yang mempunyai keahlian di bidang psikiater. Dan jika kita lihat datanya, jumlah psikiater yang ahli terhadap hal tersebut, hanya berjumlah sekitar 600 sampai 700 orang dan itu hampir semuanya berada di DKI Jakarta, secara umum di Pulau Jawa. 2
Nah ini kemudian yang menimbulkan persoalan ketika pembatasan seorang warga negara tidak bisa didaftar sebagai seorang pemilih, tentulah kemudian harus didahului dengan proses yang jelas, pemeriksaan secara medis kemudian juga penetapan melalui pengadilan yang mengatakan bahwa seorang warga negara tersebut berada di bawah pengampuan. Lebih dari itu, kami ingin menyampaikan bahwa kita juga ketentuan ini sebetulnya juga tidak sejalan dengan apa yang diatur di dalam Undang-Undang Kesehatan, Pasal 148. Kemudian penderita gangguan jiwa punya hak yang sama, sebagai seorang warga negara sama akan halnya dengan warga negara lain. Lain dari itu, Indonesia juga telah meratifikasi pengesahan konvensi PBB terkait dengan hak-hak disabilitas yang salah satu isinya adalah penyandang disabilitas dapat secara efektif berpartisipasi dalam kehidupan politik dan publik atas dasar kesetaraan dan orang lain termasuk dalam menjalankan hak pilihnya. Kemudian secara sosial kami menyampaikan bahwa dengan adanya ketentuan ini akan semakin memperkuat stigma negatif terhadap warga negara yang mengalami sakit atau gangguan jiwa, sehingga ini akan semakin menjauhkan mereka untuk bisa diterima di tengah-tengah kehidupan sosial masyarakat, padahal seharusnya negara berkewajiban untuk melindungi warga negaranya untuk bisa diobat, untuk bisa dilindungi, dan diayomi sehingga bukan dengan membatasi hak pilihnya, sebagaimana pengaturan pasal a quo. Maka dari itu kepada Mahkamah, kami mintakan bahwa sebagaimana petitum yang kami sampaikan di dalam permohonan sebelumnya dalam provisi menerima permohonan provisi. Yang kedua, memohon kepada Mahkamah untuk mempercepat proses pemeriksaan karena ini berkaitan langsung dengan hak pilih seorang warga negara. Kemudian dalam pokok perkara, mengabulkan permohonan Para Pemohon untuk seluruhnya. Kedua. Menyatakan Pasal 57 ayat (3) huruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Yang ketiga. Menyatakan Pasal 57 ayat (3) huruf a Undang- Undang Nomor 8 Tahun 2015 tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Yang keempat. Memerintahkan amar putusan Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia untuk dimuat dalam berita negara. Terima kasih, Yang Mulia. 3
9. KETUA: WAHIDUDDIN ADAMS Baik. Ini sudah kita terima, tapi ada sedikit tadi dalam keterangan atau pembacaan yang lisan menyebut Pasal 57 ayat (1) tadi. Ini yang dimaksud ayat (3), ya? 10. KUASA HUKUM PEMOHON: FADLI RAMADANIEL Ayat (3) huruf a. 11. KETUA: WAHIDUDDIN ADAMS Ya, ya. Supaya ini diralat yang betul itu ayat (3), ya? 12. KUASA HUKUM PEMOHON: FADLI RAMADANIEL Pasal 57 ayat (3) huruf a. 13. KETUA: WAHIDUDDIN ADAMS Ya, ya. Memang ini juga penulisan sedikit, ya, kalau ayat itu di dalam kurung, ya. 14. KUASA HUKUM PEMOHON: FADLI RAMADANIEL Ya. 15. KETUA: WAHIDUDDIN ADAMS Selalu dalam kurung teknik penulisannya, supaya sesuai dengan teknik penyusunan perundang-undangan. Nampaknya juga petitum baik provisi dalam pokok perkaranya sama, ya, tidak berubah? 16. KUASA HUKUM PEMOHON: FADLI RAMADANIEL Tidak, Yang Mulia. 17. KETUA: WAHIDUDDIN ADAMS Ya. Mungkin ada komentar? Silakan. 4
18. HAKIM ANGGOTA: I DEWA GEDE PALGUNA Maaf. Terima kasih, Yang Mulia. Satu hal saja di dalam konvensi tentang penyandang cacat itu, apakah orang sakit jiwa itu dimasukkan sebagai kelompok disable? 19. KUASA HUKUM PEMOHON: FADLI RAMADANIEL Ya, sepanjang yang kami baca apa... sakit gangguan jiwa itu adalah termasuk salah satu disabilitas, Yang Mulia. 20. HAKIM ANGGOTA: I DEWA GEDE PALGUNA Tapi tidak yang dalam pengertian yang permanen? 21. KUASA HUKUM PEMOHON: FADLI RAMADANIEL Ya. 22. HAKIM ANGGOTA: I DEWA GEDE PALGUNA Atau bagaimana? 23. KUASA HUKUM PEMOHON: FADLI RAMADANIEL Kalau (...) 24. HAKIM ANGGOTA: I DEWA GEDE PALGUNA Yang temporary dis... kan ada temporary disable atau permanent disable itu kan? 25. KUASA HUKUM PEMOHON: FADLI RAMADANIEL Ya. 26. HAKIM ANGGOTA: I DEWA GEDE PALGUNA Itu. Jadi yang Anda maksud di sini itu yang temporary disable khususnya, ya? 27. KUASA HUKUM PEMOHON: FADLI RAMADANIEL Ya, kita ingin sampaikan bahwa seorang warga negara yang mengidap sakit atau gangguan jiwa, itu sebetulnya kan tidak 5
berlangsung secara permanen dan kalaupun sebetulnya ada penyakit gangguan jiwa yang berlangsung secara permanen, kemudian memungkinkan dia tidak bisa menggunakan hak pilihnya, itu kan sama halnya dengan seorang warga negara, orang yang sedang dirawat di ruang ICU tidak bisa melakukan apa-apa. Tapi kan tidak ada pembatasan untuk itu kepada seorang warga negara sedang tidak bisa melakukan apa-apa, dirawat di ruang ICU, semestinya kalau mau konsisten diatur juga disebut dia tidak bisa menggunakan hak pilih. Itu yang kami maksud, Yang Mulia. 28. HAKIM ANGGOTA: I DEWA GEDE PALGUNA Cukup, Yang Mulia. 29. KETUA: WAHIDUDDIN ADAMS Ya, baik. Perbaikan permohonan sudah tadi disampaikan, tertulisnya sudah kita terima, tadi juga ada pertanyaan yang juga sudah dijelaskan, ini menjadi bahan kita semua dan perbaikan ini akan kami sampaikan nanti di Rapat Hakim... Permusyawaratan Hakim, ya, untuk bagaimana kelanjutannya hanya dari yang sudah kami sampaikan selama ini, kita akan fokus pada pilkada, sehingga berbagai jadwal itu sudah umumnya ditunda setelah 7 atau 8 Maret, ya. Jadi untuk supaya diketahui, tetapi semuanya akan kami laporkan nanti di Rapat Permusyawaratan Hakim, ya. Dan untuk bukti, ini sudah kita terima bukti P-1 sampai dengan P- 6, ya? Ya, ini kita sahkan dulu, ya. Baik. Saya kira Pemohon sudah dapat gambaran tentang jika nanti dilanjutkan, maka ini cukup waktunya untuk jeda, ya, dari persidangan-persidangan, sehingga mungkin pun setelah Maret baru dimulai lagi persidangan-persidangan pengujian undang-undang. Karena nanti setelah tanggal 9 Desember pilkada serentak kita berjalan dan itu 3x24 jam setelah diumumkan oleh KPU kita sudah harus siap memproses perkara-perkara yang masuk. Sehingga dalam 2, 3 hari sidang sekarang ini semua perkara-perkara itu akan disidangkan nanti pertengahan Maret yang akan datang. Tapi semua ini akan kami laporkan dulu ke Rapat Permusyawaratan Hakim. Ada hal lagi yang mau disampaikan? 30. KUASA HUKUM PEMOHON: FADLI RAMADANIEL Cukup, Yang Mulia. KETUK PALU 1X 6
31. KETUA: WAHIDUDDIN ADAMS Baiklah. Dengan demikian sidang hari ini selesai dan dinyatakan ditutup. KETUK PALU 3X SIDANG DITUTUP PUKUL 13.49 WIB Jakarta, 30 November 2015 Kepala Sub Bagian Risalah, t.t.d Rudy Heryanto NIP. 19730601 200604 1 004 Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya. 7