BAB I PENDAHULUAN. menyempit membuat petani berpikir bekerja dibidang lain yaitu industri dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. manufaktur yang bertumpu pada sektor industri. Salah satunya industri kecil dan

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan berhasil dalam strategi pengembangan pembangunan jika laju

HALAMAN PENGESAHAN...

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan melakukan pembangunan baik dalam jangka pendek dan jangka

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan pembangunan. Sasaran pembangunan yang ingin dicapai

BAB I PENDAHULUAN. dari perdagangan internasional yakni ekspor. Zakaria (2012) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana dan terus-menerus

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses pembangunan yang. dilaksanakan oleh suatu daerah atau negara dalam rangka memakmurkan warga

BAB 1 PENDAHULUAN. karena sebagian orang tua lebih memilih untuk mempekerjakan anaknya dari pada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan merupakan acuan utama yang mendeskripsikan

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang akan mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan yang tidak terbatas, sementara factor-faktor produksi yang tersedia

Abstrak. Kata kunci: Tenaga Kerja, Modal, Bahan Baku, Produksi

BAB I PENDAHULUAN. mengurus daerahnya sendiri, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun

PENGARUH BAHAN BAKU, TENAGA KERJA DAN INVESTASI TERHADAP PRODUKSI SERTA EKSPOR KERAMIK DI KABUPATEN TABANAN. Yeni Istanti 1 Ni Luh Karmini 2

BAB I PENDAHULUAN. nasional dan tercapai kesejahteraan masyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MARET 2017

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sehari-hari dan meningkatkan perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

Judul : Peran E-commerce Terhadap Penjualan Usaha pada Industri Pakain Jadi di Provinsi Bali Nama : I Gusti Ngurah Adi Setyawan Nim :

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan pendudukyang

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI APRIL 2017

Abstrak. Kata Kunci: tingkat upah, teknologi, produktivitas kerja, penyerapan tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

Perkembangan Pariwisata Bali

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI 2015

Kata kunci : Kunjungan Wisatawan,Inflasi,dan Kurs Dollar Amerika Serikat, dan Ekspor Anyaman Provinsi Bali.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan usaha-usaha untuk meningkatkan taraf

I. PENDAHULUAN. berdampak pada semakin meningkatnya angka pengangguran di Indonesia. Persoalan pengangguran dan kemiskinan merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk

BAB I PENDAHULUAN. makro ekonomi. Tinggi rendah angka pembangunan dilihat dari trend

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia demi mencapai masyarakat yang sejahtera. Namun, mengingat Negara

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI FEBRUARI 2016

BAB I PENDAHULUAN. mengarahkan pendapatan secara merata. Pembangunan dewasa ini tidak bisa lepas

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JANUARI 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI FEBRUARI 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI NOVEMBER 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MEI 2017

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan merupakan suatu keadaan dimana seseorang berpenghasilan rendah,

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JULI 2011

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JULI 2017

BAB I PENDAHULUAN. Problema kemiskinan terus menjadi masalah besar sepanjang sejarah sebuah

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI SEPTEMBER 2010

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JANUARI 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI SEPTEMBER 2015

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan sesuai prioritas dan kebutuhan masing-masing daerah dengan

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI 2011

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI APRIL 2016

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan penggerak perekonomian suatu Negara karena

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI NOPEMBER 2013

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JULI 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI PEBRUARI 2010

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MARET 2012

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MEI 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JANUARI 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI AGUSTUS 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I TAHUN 2013

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI SEPTEMBER 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI APRIL 2014

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara yang ditempuh oleh banyak negara di dunia untuk

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI DESEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. dari perdagangan internasional yakni ekspor dan impor. Menurut Zakaria (2012)

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI APRIL 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI NOVEMBER 2016

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan potensi yang ada dalam memajukan program-program

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI NOPEMBER 2007

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan dan hasilnya. Di awal pelita, yaitu pelita I, titik berat

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI DESEMBER 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI DESEMBER 2016

Kata Kunci: Orientasi Pasar, Inovasi Produk, Keunggulan Bersaing, Kinerja Pemasaran

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan tersebut atau lebih dikenal dengan perdagangan internasional.

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JULI 2016

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS iii KATA PENGANTAR... iv

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI 2008

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MARET 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JULI 2016

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 44 TAHUN 2007 TENTANG

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN II TAHUN 2012

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI OKTOBER 2016

BAB I PENDAHULUAN. menentukan maju tidaknya suatu negara. Menurut Adam Smith (2007) tidak ada masyarakat

dari laut serta karangnya sampai kepada keindahan panorama gunung yang masyarakat lokal sampai kepada tradisi adat istiadat masyarakat Bali.

BAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI DESEMBER 2008

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai upaya dirancang dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah semata-sama

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, akan tetapi luas tanah yang semakin menyempit membuat petani berpikir bekerja dibidang lain yaitu industri dan kerajinan rumah tangga. Industri menjadi bagian yang sangat penting bagi masyarakat sebagai mata pencaharian untuk mencukupi kekurangan pendapatan keluarga. Kegiatan di sektor industri juga memberikan manfaat ekonomi yang sangat besar bagi perkembangan domestik berupa tambahan pendapatan rumah tangga, Product Domestic Bruto (PDB), pendapatan perkapita, kesempatan kerja pada level regional maupun nasional, serta menjadi potensi ekspor dalam perdagangan internasional. Menurut Hariyani dan Serfianto (2010), majunya suatu negara tidak terlepas dari hubungan perdagangan suatu negara dengan negara lain, dilihat dari kegiatan ekspor baik berupa barang maupun jasa yang dihasilkan. Pulau Bali merupakan salah satu objek wisata yang menarik bagi wisatawan mancanegara maupun domestik, selain itu Bali juga memiliki berbagai macam kerajinan tangan yang juga cukup diminati oleh wisatawan atau turis sebagai penunjang pariwisata Bali sehingga berbagai macam bentuk kerajinan yang unik akan membuka peluang bisnis yang cukup potensial di bidang ekspor kerajinan. Berikut merupakan 10 besar ekspor kerajinan Provinsi Bali tahun 2011-2014 seperti yang ditunjukkan pada tabel 1.1

Tabel 1.1 Sepuluh Besar Komoditas Ekpor Kerajinan Provinsi Bali tahun 2011-2014 Komoditi No 2011 2012 2013 2014 Ekspor 1 Kerajinan Kayu 63.341.444 71.493.260 90.618.137 73.243.287 2 Kerajinan Furniture 30.804.932 34.818.965 28.175.524 34.715.939 3 Kerajinan Perak 27.288.653 21.968.434 23.738.340 22.566.727 4 Kerajinan Bambu 10.475.545 12.864.022 9.486.097 18.335.991 5 Kerajinan Logam 11.652.365 9.741.524 11.228.568 15.211.828 6 Kerajinan Terracota 4.020.457 3.410.240 2.334.873 2.566.727 7 Kerajinan Kulit 8.484.569 9.705.384 9.236.328 9.541.913 8 9 10 Kerajinan Batu Padas Kerajinan Anyaman Kerajinan Keramik 15.359.503 11.484.690 10.265.244 14.772.477 2.448.140 2.085.820 1.062.490 3.643.201 1.910.242 1.053.703 1.478.951 1.660.458 Sumber : Disperindag Provinsi Bali 2011-2014 (Data Diolah) Tabel 1.1 menunjukkan bahwa tiga besar jenis kerajinan yang paling tinggi nilai ekspornya adalah kerajinan kayu, kerajinan furniture dan kerajinan perak sedangkan kerajinan keramik, kerajinan terracotta dan kerajinan anyaman tiga terendah nilai ekspornya. Tahun 2011-2014 nilai ekspor kerajinan keramik cenderung paling rendah dibandingkan dengan 9 komoditas lainnya. Nilai ekspor kerajinan keramik tidak bisa menembus angka lebih dari 2.000.000 $ tidak seperti kerajinan yang lain. Kerajinan keramik hanya mampu memberikan kontribusi relatif kecil yaitu 0,27 persen dari total ekspor Bali. Kerajinan keramik merupakan suatu karya tanah liat yang dibakar, baik yang berglasir maupun tidak. Pada mulanya keramik ini dibentuk untuk memenuhi

kebutuhan alat-alat rumah tangga, namun setelah kebutuhan itu terpenuhi, akhirnya banyak keramik yang dikembangkan menjadi barang-barang yang bernilai seni atau keramik hias (Karthadinata, 2005). Produk-produk kerajinan keramik merupakan produk kerajinan yang banyak diminati di Indonesia bahkan mancanegara. Bentuk dan juga fungsi produk-produk kerajinan keramik yang sangat beraneka ragam membuat produk kerajinan keramik menjadi sebuah produk kerajinan yang sangat unik dan menarik (Sujadiono, 2014). Industri kerajinan keramik berkembang di Indonesia pada tahun 1998 saat setelah krisis moneter yang terjadi di Indonesia. Menurut I Ketut Teneng selaku Kepala Biro Humas Pemerintah Provinsi Bali kerajinan keramik Bali memiliki potensi yang sangat kuat karena berakar terhadap budaya masyarakatnya (Antara, 2014). Nilai ekspor kerajinan keramik Bali sangat berfluktuasi karena beberapa hal salah satunya yaitu negara-negara tujuan ekspor terutama dari negara ASEAN, negara di kawasan Pasifik, dan Uni Eropa mulai mengalihkan pesanan ke keramik negara lain. Kerajinan keramik ekspor Bali mulai disaingi negara tetangga, desain kerajinan keramik Bali dianggap kurang mearik lagi dibandingkan dengan desin kerajinan keramik Thailand ataupun Malaysia (Yudi, 2014). Produksi kerajinan keramik Bali pun menurun dikarenakan banyak para pengrajin keramik Bali yang menutup usaha dan beralih profesi, namun pegrajin kramik Bali masih ada yang tetap konsisten dalam mejalankan bisnisnya dan terus melakukan produksi kerajinan keramik serta meningkatkan kualitas produknya agar mampu bersaing di pasar interasional. Berikut mengenai produksi kerajinan keramik di Provinsi Bali per Kabupaten serta faktor-faktor produksi yang digunakan dalam produksinya.

Tabel 1.2 Jumlah unit usaha, Nilai Faktor-faktor Produksi, dan Nilai Produksi Industri Kerajinan Keramik Menurut Kabupaten atau Kota Tahun 2013 Kabupaten/Kota Klungkung Tabanan Karangasem Bangli Buleleng Badung Gianyar Jembrana Denpasar Jumlah Unit Usaha Nilai Bahan Baku (ribu rupiah) Tenaga Kerja (orang) Sumber : Disperindag Provinsi Bali, 2015 (Data Diolah) Nilai Investasi (ribu rupiah) Nilai Produksi (ribu rupiah) - - - - - 9 1882125 120 594485 2533889 2 1430 25 15000 471600 1 1450 6 9000 21250 2 88446 13 28055 115320 8 1573705 144 189726 3028600 4 214000 82 1730554 1715100 2 204400 18 64650 358320 7 324790 68 532500 824,380 Tabel 1.2 menunjukkan bahwa Kabupaten Tabanan dan Badung memiliki jumlah unit usaha kerajinan keramik yang paling banyak dibandingkan dengan kabupaten lainnya. Kabupaten Tabanan memiliki unit usaha yang paling banyak dengan nilai bahan baku tertinggi. Menurut Mutiara (2010) bahan baku mempunyai pengaruh paling tinggi terhadap produksi, karena apabila bahan baku sulit didapatkan maka produsen akan menghentikan produksi. Nilai bahan baku berpengaruh signifikan terhadap produksi. Apabila nilai bahan baku mengalami kenaikan atau peningkatan maka produksi juga akan mengalami kenaikan (Ismanto dkk, 2011). Menurut Prianata (2014) bahan baku merupakan faktor utama yang menunjang terhadap kelancaran proses produksi, bahan baku secara

parsial berpengaruh positif terhadap produksi. Hal ini tidak sesuai dengan kondisi usaha kerajinan keramik di Kabupaten Tabanan, yang memiliki nilai bahan baku tinggi akan tetapi nilai produksinya lebih rendah diabandingkan dengan Kabupaten Badung. Jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh 9 perusahaan kerajinan keramik di Kabupaten Tabanan lebih sedikit dibandingkan dengan Kabupaten Badung. Hal ini sesuai dengan penelitian Purnama (2014) bahwa variabel tenaga kerja mempunyai pengaruh yang signifikan dan searah terhadap produksi. Adanya peningkatan variabel tenaga kerja akan mempertinggi produksinya. Semakin tinggi tenaga kerja yang dimiliki, maka akan semakin tinggi pula tingkat produksi. Demikian pula sebaliknya, penurunan variabel tenaga kerja akan cenderung menurunkan jumlah produksi pengusaha. Semakin kecil tenaga kerja, maka semakin rendah jumlah produksi yang akan dihasilkan. Menurut Mutiara (2010), tenaga kerja yang digunakan dalam produksi tidak berpengaruh langsung terhadap jumlah produksi karena berapapun jumlah tenaga kerja produksi yang dihasilkan tidak mengalami perubahan hanya saja diperlukan waktu yang berbeda-beda. Menurut Mankiw (2000 : 46) semakin banyak tenaga kerja maka semakin banyak pula output yang diproduksi, begitu pula sebaliknya semakin sedikit tenaga kerja yang digunakan makan semakin sedikit pula output yang diproduksi. Peningkatan jumlah tenaga kerja akan meningkatkan output yang diproduksi yang juga akan meningkatkan nilai produksi. Jadi jumlah tenaga kerja mempunyai pengaruh positif terhadap nilai produksi.

Nilai investasi Kabupaten Tabanan juga jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Kabupaten Badung. Hubungan antara investasi dengan produksi memiliki hubungan negatif atau tidak berpengaruh secara nyata. Hal itu karena variabel investasi yang dimaksud dalam penelitian tersebut yaitu modal awal yang digunakan pengrajin untuk memulai usaha. Seiring berjalannya waktu, investasi awal tersebut sudah tidak lagi ada pengaruhnya terhadap jumlah produksi yang dihasilkan (Purnama, 2014). Menurut Sukirno (2001:107) investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanaman-penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapanperlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barangbarang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. Pertambahan jumlah barang modal ini memungkinkan perekonomian tersebut menghasilkan lebih banyak barang. Melalui teori tersebut, dengan meningkatnya investasi dan bertambahnya kemampuan produksi perusahaan di dalam suatu negara maka akan meyebabkan meningkatnya ekspor barang dan jasa. Kerajinan keramik yang di hasilkan Kabupaten Tabanan banyak di beli oleh beberapa perusahaan, hotel serta restaurant bertaraf internasional untuk di jadikan pajangan karena memiliki desain dan kualitas yang baik. Hiasan dan pajangan itu berupa guci berhiaskan ukiran khas Bali, pot serta vas bunga, perlatan makan, asbak, tempat lilin dan lain sebagainya. Pengrajin dan seniman Tabanan menjadikan bahan baku keramik dalam berbagai jenis desain dikombinasikan dengan unsur seni sehingga mempunyai daya tarik tersendiri bagi konsumen luar negeri. Keunikan lain dari kerajinan keramik di Kabupaten Tabanan yaitu berupa

motif berlukiskan adegan wayang atau motif-motif mitologi Bali dan dalam pembuatannya tidak dilakukan secara massal untuk menjaga kualitas keramik tersebut (Antara, 2012). Kabupaten Tabanan sudah sejak dahulu terkenal dengan kerajinan keramik yang berbeda dengan kerajinan keramik di tempat lain dan hasil kerajinanannya sudah dipasarkan sampai ke berbagai negara Eropa seperti Jerman dan Swedia serta negara Australia. Kabupaten Tabanan menyumbangkan 40 persen dari total ekspor kerajinan keramik di Provinsi Bali. Faktor produksi yang tinggi di perusahaan kerajinan keramik Kabupaten Tabanan seharusnya juga disertai dengan peningkatan nilai produksi sehingga dengan adanya peningkatan nilai produksi akan meningkatkan ekspor kerajinan keramik Kabupaten Tabanan. Rosihan dan Nesia (2008) mengungkapkan trend ekspor yang terus meningkat memberikan gambaran bahwa produk tersebut telah mampu bersaing di pasar internasional sehingga mampu memberikan kontribusi yang sangat berarti dalam devisa perdagangan. Penawaran terhadap ekspor dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah produksi. Adrian (2010) menyatakan bahwa variabel produksi memperlihatkan pengaruh terhadap ekspor. Tinggi tingkat hasil produksi dari hasil kerajinan ditentukan oleh tingkat penggunaan faktor produksi sehingga secara tidak langsung faktor-faktor produksi berupa bahan baku, tenaga kerja dan investasi berpengaruh secara tidak langsung terhadap ekspor kerajinan keramik bali. Menurut Sugiarsana (2011) jumlah produksi, harga dan investasi secara serempak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor. Secara parsial hanya

variabel jumlah produksi yang berpengaruh signifikan sedangkan variabel harga dan investasi tidak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor. Jumlah produksi, harga dan investasi secara serempak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor. Secara parsial hanya variabel jumlah produksi yang berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor sedangkan variabel harga dan investasi tidak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor (Wirawan, 2013). Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan suatu penelitian yang berjudul Pengaruh Nilai Bahan Baku, Jumlah Tenaga Kerja dan Nilai Investasi terhadap Nilai Produksi serta Nilai Ekspor Kerajinan Keramik di Kabupaten Tabanan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan maka terdapat beberapa rumusan masalah yang dapat diajukan sebagai berikut: 1) Bagaimana pengaruh nilai bahan baku, jumlah tenaga kerja, dan nilai investasi terhadap nilai produksi kerajinan keramik di Kabupaten Tabanan? 2) Bagaimana pengaruh nilai bahan baku, jumlah tenaga kerja, nilai investasi dan nilai produksi terhadap nilai ekspor kerajinan keramik di Kabupaten Tabanan? 3) Apakah ada pengaruh tidak langsung nilai bahan baku, jumlah tenaga kerja, nilai investasi terhadap nilai ekspor kerajinan keramik melalui nilai produksi kerajinan keramik di Kabupaten Tabanan?

1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai, antara lain : 1) Untuk menganalisis pengaruh nilai bahan baku, jumlah tenaga kerja, dan nilai investasi terhadap nilai produksi kerajinan keramik di Kabupaten Tabanan 2) Untuk menganalisis pengaruh nilai bahan baku, jumlah tenaga kerja, nilai investasi, dan nilai produksi terhadap ekspor kerajinan keramik di Kabupaten Tabanan 3) Untuk menganalisis pengaruh tidak langsung nilai bahan baku, jumlah tenaga kerja dan nilai investasi terhadap nilai ekspor kerajinan keramik melalui nilai produksi kerajinan keramik di Kabupaten Tabanan. 1.4 Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1) Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi, informasi dan wawasan untuk mendukung penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengaruh langsung maupun tidak langsung nilai bahan baku, jumlah tenaga kerja, dan nilai investasi terhadap nilai ekspor melalui nilai produksi kerajinan keramik Kabupaten Tabanan kepada masyarakat dan pihak-pihak lain, atau sebagai bahan kepustakaan serta sumber pengetahuan.

2) Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk para pengusaha kerajinan keramik di Kabupaten Tabanan. Selain itu diharapkan dapat memberi masukan kepada pemerintah Kabupaten Tabanan mengenai kebijakan-kebijakan yang terkait dengan sektor ekspor kerajinan keramik di Kabupaten Tabanan. 1.5 Sistematika Penulisan Skripsi ini terdiri dari lima bab yang saling berhubungan antara bab yang satu dengan bab yang lainnya dan disusun secara sistematis serta terperinci untuk memberikan gambaran dan mempermudah pembahasan. Sistematika dari masingmasing bab dapat terperinci sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah dari penelitian, tujuan penelitian dan sistematika penelitiannya. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITTIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang mendukung dan berhubungan dengan masalah yang kan dibahas yang digunakan sebagai peoman dalam pemecahan masalah dalam penelitian ini, hasil penelitian sebelumnya yang terkait yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini serta disajikan hipoteis atau dugaan sementara atas pokok permasalahan yang diangkat sesuai dengan landasan teori yang ada.

BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini membahas mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi desain penelitian, lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, sampel, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data. BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Bab ini akan menyajikan gambaran umum wilayah, perkembangan, dan data serta menguraikan pembahasan yang berkaitan dengan pengujian pengaruh langsung maupun pengaruh tidak langsung variabel bahan baku, tenaga kerja, investasi, dan produksi kerajinan keramik di Kabupaten Tabanan. BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan mengemukakan simpulan berdasarkan hasil uraian pembahasan pada bab sebelumnya, keterbatasan dalam penelitian yang telah dilakukan dan saran atas penelitian yang dilakukan agar nantinya diharapkan dapat berguna bagi peneliti selanjutnya.