BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan kumpulan isyarat yang digunakan oleh orang-orang untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, emosi, dan keinginan. Bahasa juga digunakan sebagai alat untuk mendeskripsikan ide, pikiran, atau tujuan melalui struktur kalimat yang dapat dipahami oleh orang lain (al-majîd dalam Hermawan, 2011: 9). Secara umum, bahasa bersifat praktis, yaitu menyampaikan atau mengkomunikasikan informasi antara penutur dan mitra tuturnya. Kata komunikasi mencakup makna mengerti dan mendengar, mendengar dan membalas tindak (Hermawan, 2011: 14). Bentuk komunikasi semacam itu, dapat kita temukan pada genre karya sastra drama. Drama memuat dialog-dialog yang dilakukan antara penutur dan mitra tutur sehingga memunculkan suatu komunikasi. Drama merupakan salah satu genre sastra yang cukup menarik dibandingkan dengan genre lain karena keseluruhan peristiwa dalam drama disampaikan melalui dialog. Dialog memberikan kejelasan watak dan perasaan tokoh atau pelaku (Dewojati, 2010: 177). Gambaran tentang watak dan sifat masing-masing tokoh terdapat dalam kalimat-kalimat yang diujarkan melalui dialog. Sebagai sebuah karya, drama bukan saja merupakan hasil dari emosi (perasaan) semata-mata, melainkan juga merupakan hasil ide atau pikiran pengarangnya. Cerita dalam drama haruslah logis dan objektif. Selain sebagai 1
2 karya sastra (drama naskah), drama juga dapat dipentaskan. Pementasan drama ini merupakan integrasi dari beberapa jenis kesenian, seperti musik, tata lampu, seni lukis (dekorasi panggung), seni kostum, dan seni rias (Rahmawati, 2009: 3). Ketika kita melihat drama sebagai bagian dari genre sastra maka yang akan diperhatikan adalah dialog dan juga unsur-unsur intrinsik yang ada di dalamnya. Upaya itu dilakukan untuk mengetahui makna utuh yang disajikan dalam drama tersebut. Tjokroatmojo (1985: 33) menjelaskan bahwa dialog dalam naskah drama harus disampaikan secara jelas, komunikatif, dan efektif karena dialog mempunyai fungsi sebagai tempat bagi penikmat atau penonton untuk mendapatkan informasi, kejelasan ide-ide utama, dan memberikan kejelasan watak perasaan tokoh. Dialog dalam drama ini juga bisa disebut sebagai sebuah wacana karena dialog ini merupakan satuan kebahasaan yang mengaitkan unsur-unsur satuan kebahasaan yang ada di dalamnya, seperti fonem, morfem, frasa, klausa, bahkan kalimat. Satuan kebahasaan tersebut mengarahkan penulis untuk melakukan penelitian terhadap naskah drama Qaḍiyyatu Ahli ar-rab i karya Alī Aḥmad Bākaṡīr. Dalam drama Qaḍiyyatu Ahli ar-rab i, terdapat dialog yang dapat diteliti dengan teori pragmatik. Dialog-dialog yang dilakukan antara penutur dengan mitra tutur tersebut memuat tindak tutur yang memungkinkan untuk diteliti dengan menggunakan teori pragmatik tersebut. Penelitian akan difokuskan kepada analisis jenis-jenis tindak tutur yang digunakan dalam naskah drama Qaḍiyyatu Ahli ar-rab i karya Alī Aḥmad Bākaṡīr tersebut.
3 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka pokok masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Jenis tindak tutur apa saja yang terdapat dalam naskah drama yang berjudul Qaḍiyyatu Ahli ar-rab i karya Alī Aḥmad Bākaṡīr. 2. Modus apa saja yang digunakan pada tindak tutur dalam naskah drama yang berjudul Qaḍiyyatu Ahli ar-rab i karya Alī Aḥmad Bākaṡīr. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan jenis tindak tutur apa saja yang terdapat dalam naskah drama yang berjudul Qaḍiyyatu Ahli ar-rab i karya Alī Aḥmad Bākaṡīr. 2. Mendeskripsikan modus apa saja yang digunakan pada tindak tutur dalam naskah drama yang berjudul Qaḍiyyatu Ahli ar-rab i karya Alī Aḥmad Bākaṡīr. 1.4 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka ini berkaitan dengan analisis pragmatik, jenis-jenis tindak tutur, dan naskah drama. Beberapa hasil penelitian yang pernah dilakukan antara lain, pembahasan mengenai jenis tindak tutur berbahasa Arab di Fakultas Ilmu Budaya UGM pernah dilakukan oleh Aminah (2006) dalam skripsinya yang berjudul Iklan dalam Surat kabar al-ittīhād: Analisis Pragmatik. Penelitian
4 tersebut, mengkaji maksud penutur iklan yang ditinjau dari jenis-jenis tindak tutur pada iklan Surat Kabar al-ittīhād. Penelitian mengenai pragmatik pada kajian tindak tutur yang terdapat dalam naskah drama berbahasa Arab di Fakultas Ilmu Budaya UGM pernah dilakukan oleh Rahmawati (2009) dalam skripsinya yang berjudul Wacana dalam Drama Arab Asywāk as-salām karya Taufiq al-hakīm: Analisis Pragmatik. Penelitian ini mengungkapkan tindak tutur berupa lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Penelitian mengenai tindak tutur dalam naskah drama pernah dilakukan oleh Elan (2012) dalam skripsinya yang berjudul Tindak Tutur dalam Naskah Drama Pygmalion karya Taufiq al-hakīm: Analisis Pragmatik. Penelitian ini mengungkapkan unsur-unsur tindak tutur dan jenis-jenisnya yang terdapat dalam naskah drama tersebut. Setelah dilihat dalam kepustakaan sebelumnya, naskah drama Qaḍiyyatu Ahli ar-rab i karya Alī Aḥmad Bākaṡīr ini belum pernah diteliti, baik dari aspek linguistik maupun sastra. Sejauh pengamatan penulis, penelitian ini belum pernah diteliti oleh peneliti di Jurusan Sastra Asia Barat Fakultas Ilmu Budaya UGM. Oleh karena itu, penelitian dengan analisis pragmatik terhadap drama Qaḍiyyatu Ahli ar-rab i perlu dilakukan untuk mendeskripsikan jenis tindak tutur apa saja yang terdapat pada dialog dalam naskah drama sehingga akan diketahui makna ujaran yang terkandung dalam dialog drama Qaḍiyyatu Ahli ar-rab i karya Alī Aḥmad Bākaṡīr.
5 1.5 Landasan Teori Teori yang digunakan sebagai pendekatan dan analisis pada penelitian ini adalah teori pragmatik. Adapun pragmatik dipilih sebagai teori landasan penelitian karena tindak tutur dalam dialog pada drama ini akan lebih dapat dipahami dengan mengetahui aspek pragmatiknya. Austin adalah yang pertama kali mengungkapkan gagasan bahwa bahasa dapat digunakan untuk melakukan sebuah tindakan dan bahasa yang digunakan untuk melakukan tindakan itu merupakan bahasan dalam studi pragmatik (Cummings, 2007: 8). Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). Studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri (Yule, 2006: 3). Kajian dalam pragmatik ini melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksudkan orang di dalam suatu konteks khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang dikatakan. Pragmatik ini juga memungkinkan seorang peneliti masuk ke dalam suatu analisis yang dimaksudkan untuk mengetahui makna dan tujuan penutur dan jenis-jenis tindakan yang diharapkan penutur kepada mitra tuturnya. Tindakan ini dilihat dari maksud ujaran penutur yang kemudian dibedakan dalam beberapa macam jenis ujaran. Cumming (2007: 8) membedakan ujaran ke dalam beberapa jenis, di antaranya adalah ujaran konstatif dan ujaran performatif. Ujaran konstatif mendeskripsikan atau melaporkan peristiwa-peristiwa dan keadaan-keadaan di dunia sedangkan ujaran
6 performatif tidak mendeskripsikan, melaporkan atau menyatakan apa pun, tetapi ujaran performatif merupakan bagian dari sebuah tindakan. Pembedaan antara ujaran performatif dan konstatif yang dikemukakan Austin kemudian diganti oleh pengklasifikasian rangkap tiga terhadap tindaktindak dalam bertutur, yakni tindak lokusi, ilokusi, dan tindak perlokusi. Austin mengungkapkan bahwa tujuan penutur bukan hanya untuk memproduksi kalimat, melainkan juga untuk menghasilkan kalimat yang dapat memberikan pengaruh gerakan interaksional tertentu pada komunikasi tersebut (Cummings, 2007: 9). Perkembangan dalam pengklasifikasian tindak tutur atas gagasan yang dikemukakan Austin juga ditanggapi oleh Wijana yang membagi tindak tutur ke dalam tiga bagian, yaitu tindak lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu hal. Tindak ilokusi adalah sebuah tuturan yang berfungsi untuk melakukan sesuatu. Tindak perlokusi adalah tindak tutur yang pengutaraannya dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan tutur (Wijana, 2010: 20) 1.6 Metode Penelitian Untuk mendapatkan data dan menganalisis data, penulis menggunakan metode penelitian bahasa. Sudaryanto (1993: 9) mengemukakan bahwa metode dan teknik merupakan dua konsep yang berbeda, tetapi berhubungan langsung satu sama lain. Keduanya adalah cara dalam satu upaya. Metode adalah cara yang harus dilaksanakan; teknik adalah cara melaksanakan metode. Di dalam teori penelitian Sudaryanto (1993: 5) terdapat tiga tahapan strategis yang berurutan, yaitu tahap penyediaan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis
7 data. Penelitian ini akan menganalisis jenis-jenis tindak tutur yang terdapat dalam naskah drama Qaḍiyyatu Ahli ar-rab i karya Alī Aḥmad Bākaṡīr. Adapun data-data tersebut dikumpulkan dalam teknik sadap, yakni dengan menyadap penggunaan bahasa seseorang atau beberapa orang. Bahasa yang disadap dapat berbentuk lisan dan tulisan (Kesuma, 2007: 43). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber tertulis. Sumber tertulis dapat berwujud majalah, surat kabar, karya sastra, buku bacaan umum, dan karya ilmiah (Subroto, 1992: 42). Penjaringan dilakukan dengan teknik simak bebas libat cakap, yakni dengan menyimak penggunaan bahasa tanpa ikut berpartisipasi dalam proses pembicaraan (Kesuma, 2007: 44). Hal ini dilakukan dengan membaca naskah drama Qaḍiyyatu Ahli ar-rab i karya Alī Aḥmad Bākaṡīr, lalu mencatat jenis-jenis tindak tutur yang ditemukan ke dalam kartu data. Tahap selanjutnya adalah klasifikasi data yang digunakan untuk analisis. Klasifikasi didahului pemilahan data yang sesuai dengan objek penelitian. Dalam pemilahan data tersebut, penulis menggunakan teknik sampling. Subroto (1992: 32) menyatakan bahwa pemilihan semple haruslah mewakili populasi secara keseluruhan. Data yang diambil akan dibatasi pada kepentingan terhadap maksud dan tujuan penelitian. Pengambilan semple secara acak (random) haruslah menggunakan metode yang tepat (Djojosuroto, 2010: 94). Beberapa peneliti menyatakan bahwa besarnya semple tidak boleh kurang dari 10 persen dan ada pula yang menyatakan bahwa besarnya sample minimum 5 persen dari jumlah populasi (Djaali dalam Djojosuroto, 2010: 95).
8 Setelah pengklasifikasian, data kemudian dianalisis dengan menggunakan metode padan pragmatis, yaitu metode padan yang penentunya lawan atau mitra wicara. Metode ini digunakan untuk mengidentifikasikan satuan kebahasaan menurut akibat atau reaksi yang terjadi, atau yang timbul pada lawan bicara ketika satuan kebahasaan itu dituturkan oleh pembicaranya (Kesuma, 2007: 49). Adapun objek sasaran yang akan dianalisis adalah jenis-jenis tindak tutur yang tertulis pada naskah drama Qaḍiyyatu Ahli ar-rab i. Setelah analisis data selesai, dilanjutkan dengan penyajian laporan data hasil penelitian drama Qaḍiyyatu Ahli ar-rab i karya Alī Aḥmad Bākaṡīr. Penyajian laporan dilakukan secara informal, yaitu penyajian laporan yang berwujud dengan perumusan dengan kata-kata biasa (Sudaryanto, 1993: 145). 1.7 Sistematika Penulisan Penulisan pada penelitian ini disajikan dalam tulisan yang terdiri dari empat bab. Bab I memuat pendahuluan yang terdiri dari, latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, sistematika penulisan, dan pedoman transliterasi Arab-Latin. Bab II memuat kaidah umum mengenai drama, pragmatik, dan teori tindak tutur. Bab III memuat analisis tindak tutur dan jenis tindak tutur dalam naskah drama Qaḍiyyatu Ahli ar- Rab i karya Alī Aḥmad Bākaṡīr. Bab IV memuat kesimpulan.
9 I.8 Pedoman Transliterasi Arab-Latin Pedoman transliterasi Arab-Latin dalam penelitian ini menggunakan pedoman transliterasi dari keputusan bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI no. 158 tahun 1987 dan no. 0543 b/u/1987. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan transliterasi Arab meliputi konsonan, vokal, ta marbuṭah, syaddah, kata sandang, hamzah, penulisan kata, dan penulisan huruf kapital. Berikut ini penjelasan kedelapan hal tersebut diatas. 1. Konsonan Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan dengan tanda, dan sebagian yang lain dengan huruf dan tanda sekaligus.
10 Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan Alif tidak tidak dilambangkan dilambangkan bā` b Be tā` t Te Ṡā` ṡ es (dengan titik diatasnya) Jīm j Je hā` ḥ ha (dengan titik di bawahnya) khā` kh Ka dan ha Dal d De Żal Ż zet (dengan titik di atasnya) rā` r Er Zai z Zet Sīn s Es Syīn sy es dan ye ṣād ṣ es (dengan titik di bawahnya) Dād ḍ de (dengan titik di bawahnya) ṭāˋ ṭ te (dengan titik di bawahnya) ẓāˋ ẓ zet (dengan titik di bawahnya) ain koma terbalik (di atas) Gain g Ge fāˋ f Ef Qāf q Ki Kāf k Ka lām l El mīm m Em nūn n En wāwu w We Hāˋ h Ha hamzah apostrof, tetapi lambang ini tidak dipergunakan untuk hamzah di awal kata Yā` y Ye
11 2. Vokal Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Vokal tunggal Vokal rangkap Vokal panjang Tanda Latin Tanda Latin Tanda Latin a...ي ai...ى...ا ā i...و au...ي ī u و... ū 3. Ta Marbuṭah Transliterasi untuk ta marbuṭah ada dua: Pertama, ta marbuṭah yang hidup atau mendapat harakat /fatḥah/, /kasrah/, dan /ḍammah/, transliterasinya adalah /t/. Kedua, kalau pada kata yang terakhir dengan ta marbuṭah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al serta bacaan kedua kata itu terpisah maka ta marbuṭah itu ditransliterasikan dengan ha (h). Contoh: /rauḍah al-aṭfāl/ /rauḍatul-aṭfāl/ 4. Syaddah (Tasydid) Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda, tanda /syaddah/ atau tanda /tasydid/, dalam transliterasi ini tanda
12 /syaddah/ tersebut dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda /syaddah/ itu. Contoh: /rabbanā/ /nazzala/ 5. Kata Sandang Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu. Namun, dalam transliterasi ini kata sandang itu dibedakan atas kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah dan kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyah. Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, yaitu huruf /I/ diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang itu. Sedangkan kata sandang diikuti oleh huruf qamariyah ditransliterasikan sesuai dengan huruf aturan yang digariskan di depan dan sesuai pula dengan bunyinya. Baik diikuti huruf syamsiyyah maupun huruf qamariyah, kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanda sempang. Contoh: /as-syamsu/ /al-qalamu/
13 6. Hamzah Dinyatakan di depan bahwa hamzah ditransliterasikan dengan apostrof. Namun, itu hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan di akhir kata. Bila hamzah itu terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab berupa alif. Contoh: /ta khużūna/ /inna/ 7. Penulisan Kata Pada dasarnya setiap kata, baik fi l, ism, maupun ḥarf, ditulis terpisah. Hanya kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan maka dalam transliterasi ini penulisan kata tersebut dirangkaikan juga dengan kata lain yang mengikutinya. Contoh: /Wa innallāha lahuwa khair arrāziqīna/ /Wa innallāha lahuwa khairurrāziqīna/ /Fa aufū al-kaila wa al-mīzāna/ /Fa aufūl-kaila wal-mīzāna/ 8. Huruf Kapital Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam transliterasi ini huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan huruf kapital seperti apa yang berlaku dalam EYD, di antaranya huruf kapital digunakan untuk
14 menuliskan huruf awal nama diri dan permulaan kalimat. Bila nama diri itu didahului oleh kata sandang, maka yang dituliskan dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Contoh: /Wa mā Muḥammadun illā rasūl/ /Syahru Ramaḍān al-lażī unzila fih al-qur ān/ /Syahru Ramaḍānal-lażī unzila fihil-qur ān/ Penggunaan huruf awal kapital untuk Allah hanya berlaku bila dalam tulisan Arab-nya memang lengkap demikian dan kalau penulisan itu disatukan dengan kata lain sehingga ada huruf atau harakat yang dihilangkan, huruf kapital tidak dipergunakan. Contoh: /Naṣrun minallāhi wa fatḥun qarīb/ /lillāhi al-amru jamī an/ /lillāhil-amru jamī an/