JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: )

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu

Kata kunci : Rumah Sakit, Infeksi Nosokomial, Antiseptic Hand rub Kepustakaan : 55 (15 Jurnal+20 Buku+6 Skrispi & tesis+14 Website)

BAB I PENDAHULUAN. sakit. Infeksi nosokomial/hospital acquired infection (HAI) adalah infeksi

The Relations of Knowledge and The Adherence to Use PPE in Medical Service Employees in PKU Muhammadiyah Gamping Hospital.

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Terhadap Kepatuhan Melakukan Cuci Tangan dengan Metode Hand Wash

HUBUNGAN SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN PENERAPAN HAND HYGIENE DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

HUBUNGAN PAPARAN MEDIA INFORMASI TERHADAP PRAKTIK HAND HYGIENE PADA PENUNGGU PASIEN DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. ADHYATMA TUGUREJO KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. maupun tidak langsung kematian pasien. Infeksi nasokomial ini dapat berasal dari

Muhammadiyah Semarang ABSTRAK ABSTRACT

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencetuskan global patient safety challenge dengan clean care is safe care, yaitu

LAPORAN KEPATUHAN HAND HYGIENE RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA BULAN JANUARI - MARET 2015

HUBUNGAN PENDIDIKAN, MASA KERJA DAN BEBAN KERJA DENGAN KESELAMATAN PASIEN RSUD HAJI MAKASSAR

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK KADER DALAM PENYULUHAN DI MEJA 4 PADA POSYANDU DI KELURAHAN NGALIYAN, KOTA SEMARANG

HUBUNGAN SUPERVISI DAN MOTIVASI DENGAN PEMBERIAN CAIRAN INFUS SESUAI SPO OLEH PERAWAT PELAKSANA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan atau pelatihan medik dan para medik, sebagai tempat. lantai makanan dan benda-benda peralatan medik sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. pasien lain dan dari lingkungan yang tercemar kepada pasien. Hand hygiene

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi, Manado

BAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi adalah Healthcare-associated Infection (HAIs). HAIs

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT DENGAN MOTIVASI PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN KEBERSIHAN DIRI PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSU

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA

BAB I PENDAHULUAN. (World Health Organization (WHO), 2011). Menurut survei di Inggris,

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN IBU HAMIL (K4) DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIMARAGAS KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2013.

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

PENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari

FAKTOR FAKTOR MOTIVASI EKSTERNAL YANG MEMPENGARUHI PERAWAT DALAM PENGGUNAAN HANDSCOON

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial atau yang sekarang dikenal dengan Healthcare Associated

HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN KEPATUHAN PERAWAT PELAKSANA DALAM MELAKSANAKAN PERAWATAN LUKAPOST OPERASI SESUAIDENGAN SOP DI RSUD BATANG

Insiden Rate IDO pada Triwulan III di RSUD Karawang, Tahun 2016

SKRIPSI. Oleh Raditya Wahyu Hapsari NIM

NOVERIANSYAH AKBAR NIM I

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga pasien merupakan pihak yang mempunyai hak untuk

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK PERAWAT TERHADAP PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL KEJADIAN PHLEBITIS DI RSUD KOTA SEMARANG TAHUN 2014

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

ANALISIS DEMAND MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN DELI, PUSKESMAS BROMO DAN PUSKESMAS KEDAI DURIAN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi (Hanafiah & Amir,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang.

Perbedaan angka kuman di telapak tangan perawat menurut tingkat pengetahuan dan kepatuhan pelaksanaan cuci tangan di rumah sakit swasta

BAB 1 PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh asap rokok orang lain (Harbi, 2013). Gerakan anti rokok

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kualitas mutu pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PETUGAS PENUNJANG MEDIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING

BAB 1 PENDAHULUAN. dibentuk oleh Kepala Rumah Sakit (Depkes RI, 2007). Menurut WHO (World

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah setiap tahunnya (Mores et al., 2014). Infeksi nosokomial adalah salah

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN ASI DENGAN PRAKTIK PENCEGAHAN BENDUNGAN ASI (BREAST CARE) DI RB NUR HIKMAH KWARON GUBUG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA IBU RUMAH TANGGA DI KELURAHAN KRAMAS KOTA SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN PENERAPAN KOMPENSASI PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD MUNTILAN NASKAH PUBLIKASI

Dwi Sulistyowati Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan. Keywords: Knowledge, Attitudes, Behaviors, Inos, Nurse.

HUBUNGAN PAPARAN MEDIA INFORMASI DENGAN PENGETAHUAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE PADA IBU-IBU DI KELURAHAN SAMBIROTO SEMARANG

FAKTOR RISIKO INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN ANAK DI RUANG HCU DAN PICU RSUP DR KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

Universitas Tribhuwana Tunggadewi ABSTRAK

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

HUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. maka pada tahun 1976 Join Commission on Acreditation of Health Care

BAB 1 PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan berbagai penyebab penyakit lainnya yang dapat

KEPATUHAN HAND HYGIENE DI RUMAH SAKIT MISI RANGKASBITUNG

SKRIPSI HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN KEPATUHAN CUCI TANGAN ENAM LANGKAH LIMA MOMEN PERAWAT DI IRNA C RSUP SANGLAH DENPASAR

Alfi Ari Fakhrur Rizal 1 ; Shofa Chasani 2 ; Bambang Edi Warsito 3 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN BEROBAT HIPERTENSI PADA LANSIA DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG KOTA MAKASSAR

PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN UPAYA PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMAL (Studi di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Sayidiman Magetan)

DETERMINAN KEWASPADAAN UMUM DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT STELLA MARIS MAKASSAR

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

Hubungan Kepatuhan Perawat dalam Cuci Tangan Enam Langkah Lima Momen dengan Kejadian Phlebitis di RSI Kendal.

KARMILA /IKM

BAB I PENDAHULUAN. langsung maupun tidak langsung kematian pasien. Berdasarkan data World Health

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu. Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi.

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI-LAKI DI SMA X KABUPATEN KUDUS

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. KataKunci: Pengetahuan, sikap, penggunaan APD, petani pengguna pestisida.

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Nopia Wahyuliani

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dalam tubuh yang menyebabkan sakit yang disertai. dengan gejala klinis baik lokal maupun sistemik.

Amalia Dosen Tetap Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada di Palembang ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. obat-obatan dan logistik lainnya. Dampak negatif dapat berupa kecelakaan

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari tenaga medis, tenaga paramedis dan tenaga non medis. Dari

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan semakin meningkat. Istilah infeksi nosokomial diperluas

Relationship Knowledge, Motivation And Supervision With Performance In Applying Patient Safety At RSUD Haji

BAB I PENDAHULUAN. perawatan. Tindakan pemasangan infus akan berkualitas apabila dalam

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENDERITA TUBERKULOSIS TERHADAP KETIDAKPATUHAN DALAM PENGOBATAN MENURUT SISTEM DOTS DI RSU

PENGETAHUAN DAN PENERAPAN FIVE MOMENTS CUCI TANGAN PERAWAT DI RSUD SUKOHARJO

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG

TINGKAT KEPATUHAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN FIVE MOMENT HAND HYGIENE Sukron 1 I Made Kariasa 2

BAB I PENDAHULUAN. salah satu aspek yang penting dan banyak digunakan bagi perawatan pasien yang

UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS Laporan analisis kasus, September 2014 ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH

Windi Tatinggulu*, Rooije.R.H.Rumende**, Tinneke Tololiu**.

ANALISIS FAKTOR RESIKO KEJADIAN FLEBITIS DI RUANG MAWAR RSUD PROF. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keselamatan pasien menjadi prioritas yang utama dalam setiap pelayanan kesehatan (ECRI Institute, 2014).

*Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado **Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado

Oleh : Rahayu Setyowati

BAB I PENDAHULUAN. tersebut seorang pasien bisa mendapatkan berbagai penyakit lain. infeksi nosokomial (Darmadi, 2008, hlm.2).

BAB I PENDAHULUAN. setelah katarak. Pada tahun 2013, prevalensi kebutaan di Indonesia pada

Transkripsi:

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN TENAGA KESEHATAN MELAKUKAN CUCI TANGAN (STUDI KASUS DI INSTALASI RAWAT INAP RAJAWALI RSUP DR. KARIADI SEMARANG) Rizka Amalia, Laksmono Widagdo, Syamsulhuda BM Bagian Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Email: crizkaamalia@gmail.com Abstract : Disobedience of health care workers to practice hand hygiene often related with the incidence of nosocomial infection in hospital. Nosocomial infection rates in Rajawali Inpatient Installation of RSUP Dr. Kariadi Semarang is 24,4 permile and including one of high rates in RSUP Dr. Kariadi areas. Obedience rate of health care workers on October 2014 is 48,2% which is far away from achievement target 100%. This research will aims to analyzing correlation factors with obedience level of health care workers to practice hand hygiene in Rajawali Inpatient Installation of RSUP Dr. Kariadi Semarang. This research is a quantitative research with cross-sectional approach. ts of this research is 70 health care workers in Rajawali Inpatient Installation of RSUP Dr. Kariadi Semarang. The sampling technique using simple random sampling. Research result shows 60% of respondents was disobedience to practice hand hygiene according to procedure. Statistic analyze with Chi Square Test showed that variables correlated with obedience level of health care workers to practice hand hygiene are knowledge of respondents (p-value= 0,035) and attitude of respondents (p-value= 0,035). Other factors that not correlated with obedience level of health care workers to practice hand hygiene are age of respondents (p-value= 0,308), education level of respondents (p-value= 0,136), work period of respondents (p-value= 1,000), facilities (p-value= 1,000), hand hygiene socialization (p-value= 0,342), regulation (p-value= 1,000), supervision (p-value= 0,148), peer support (p-value= 0,514) due to have p value > 0,05. Necessary hand hygiene training routinely and regulations that offset the sanctions for disobedience of health care workers to practice hand hygiene according to procedure. Keywords: Obedience, Hand Hygiene, Health Care Workers. 1083

PENDAHULUAN Latar Belakang Pasien yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit, baik dengan penyakit dasar tunggal maupun pasien dengan penyakit dasar lebih dari satu, secara umum keadaannya tentu tidak/kurang baik, sehingga daya tahan tubuhnya menurun. Hal ini akan mempermudah terjadinya infeksi silang karena kuman-kuman, virus, dan sebagainya akan masuk ke dalam tubuh penderita yang sedang dalam proses asuhan keperawatan dengan mudah. Infeksi yang terjadi pada penderita-penderita yang sedang dalam proses asuhan keperawatan ini disebut infeksi nosokomial. (1) Menurut data Surveilens World Health Organization (WHO) angka kejadian infeksi nosokomial di rumah sakit sekitar 3 12. (2) Di Indonesia penelitian yang dilakukan di 11 rumah sakit pada tahun 2004 menunjukkan angka 9,8% pasien rawat inap mendapat infeksi nosokomial. (3) Menurut data terbaru infeksi rumah sakit pada periode Februari- Desember 2015 yang dilaporkan Tim PPI RSUP dr. Kariadi menunjukkan bahwa di RSUP dr. Kariadi pun masih ada angka kasus infeksi rumah sakit yaitu sebesar 18,3 permil yang terbagi dalam 5 jenis infeksi yaitu Infeksi Saluran Kemih (ISK), Ventilator Associated Pneunomia (VAP), Hospital Acquired Pneumonia (HAP), Phlebitis, dan Dekubitus, serta sebanyak 1,66% (19 penderita) dengan jenis Infeksi Daerah Operasi (IDO). (4) Dari kasus infeksi yang terjadi di RSUP dr. Kariadi, Instalasi Rawat Inap Rajawali merupakan salah satu bangsal rawat inap yang menyumbang angka infeksi tertinggi, yakni dengan rincian sebanyak 24,3 permil untuk 4 jenis infeksi dengan rincian Infeksi Saluran Kemih (ISK) sebanyak 20,59 permil, Hospital Acquired Pneumonia (HAP) sebanyak 0,96 permil, Phlebitis sebanyak 1,88 permil, Dekubitus sebanyak 0,87 permil, serta terdapat 5 penderita dengan jenis Infeksi Daerah Operasi (IDO). (4) Terjadinya infeksi nosokomial dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya faktor ketidakpatuhan petugas kesehatan dalam tindakan penanganan pasien, petugas kesehatan tidak melakukan cuci tangan dengan benar sebelum dan sesudah tindakan penanganan (5) pasien. Menurut data Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, prevalensi nasional berperilaku benar dalam cuci tangan adalah 23,2%. (6) Data penilaian cuci tangan yang dipublikasikan melalui media informasi oleh tim penilai RSUP dr. Kariadi bahwa angka kepatuhan cuci tangan tenaga kesehatan pada Oktober 2014 adalah 48,2% dimana menunjukkan bahwa di RSUP dr. Kariadi masih jauh dari target capaian kepatuhan cuci tangan yaitu 100%. (7) Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang ber dengan kepatuhan tenaga kesehatan dalam melakukan cuci tangan di Instalasi Rawat Inap Rajawali RSUP Dr. Kariadi Semarang. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian analitik berupaya meneliti antara variabel bebas dan variabel terikat. Pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi secara diam-diam. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Variabel penelitian terdiri dari variabel independen yang meliputi: 1084

Predisposing Factors (karakteristik responden berupa umur, tingkat pendidikan, masa kerja), pengetahuan dan sikap, enabling factors: ketersediaan fasilitas mencuci tangan, sosialisasi kampanye mencuci tangan, dan peraturan atau SOP, reinforcing factors: pengawasan pimpinan dan dukungan dari teman sejawat. Variabel dependen atau variabel terikat dari penelitian ini adalah tingkat melakukan praktik cuci tangan. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Faktor-faktor yang Ber dengan Tingkat Kepatuhan Tenaga Kesehatan Melakukan Cuci Tangan di Instalasi Rawat Inap Rajawali RSUP Dr. Kariadi Semarang p- Variabel Keterangan value Umur 0,308 Pendidikan 0,136 Masa Kerja 1,000 Pengetahuan Ada 0,035 Sikap Ada 0,035 Ketersediaan 1,000 Fasilitas Sosialisasi 0,342 Cuci Tangan Peraturan 1,000 atau SOP Pengawasan 0,148 Pimpinan Dukungan Teman 0,514 Sejawat Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa, terdapat dua variabel yang memiliki dengan tingkat kepatuhan tenaga kesehatan melakukan cuci tangan di Instalasi Rawat Inap Rajawali RSUP Dr. Kariadi Semarang karena p-value α (0,05). Sedangkan terdapat delapan variabel yang tidak ber karena p-value α (0,05). Hasil penelitian Faktor-Faktor yang Ber dengan Tingkat Kepatuhan Tenaga Kesehatan Melakukan Cuci Tangan di Instalasi Rawat Inap Rajawali RSUP Dr. Kariadi Semarang diperoleh bahwa sebesar 60% responden termasuk dalam kategori tidak patuh menerapkan prosedur cuci tangan. 1. Variabel Umur untuk melakukan cuci tangan lebih banyak dijumpai pada kelompok dengan kategori umur muda ( 35 tahun) yakni sebesar 63,8% dibandingkan kelompok dengan kategori umur tua (> 35 tahun) yaitu sebesar 47,8%. Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan Chi Square Test didapatkan p-value 0,308 > 0,05 yang artinya Ha ditolak Ho diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada antara umur responden dengan kepatuhan tenaga kesehatan melakukan cuci tangan. 2. Variabel Tingkat Pendidikan kategori pendidikan SPK dan diploma yaitu sebesar 67,4% dibandingkan kelompok dengan kategori responden dengan tingkat pendidikan sarjana yaitu 45,8%. Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan Chi Square Test didapatkan p-value 0,136 > 0,05 yang tidak ada antara pendidikan 1085

responden dengan kepatuhan tenaga 3. Variabel Masa Kerja kategori masa kerja baru ( 3 Tahun) yaitu sebesar 61,1% responden dibandingkan pada kelompok dengan kategori masa kerja lama (> 3 tahun) sebesar 58,8% responden. Hasil didapatkan p-value 1,000 > 0,05 yang tidak ada antara masa kerja responden dengan kepatuhan tenaga 4. Variabel Pengetahuan kategori pengetahuan yang kurang (75,0%) dibandingkan responden pada kelompok dengan kategori pengetahuan baik (47,4%). Hasil didapatkan p-value 0,035 < 0,05 yang artinya Ha diterima Ho ditolak. ada antara pengetahuan responden dengan kepatuhan tenaga 5. Variabel Sikap kategori sikap yang kurang (75,0%) dibandingkan kelompok dengan kategori sikap yang baik (47,4%). Hasil didapatkan p-value 0,035 < 0,05 yang artinya Ha diterima Ho ditolak. ada antara sikap responden dengan kepatuhan tenaga 6. Variabel Ketersediaan Fasilitas kategori tersedia fasilitas tidak lengkap (60,0%) dibandingkan kelompok dengan kategori tersedia fasilitas lengkap (58,5%). Hasil didapatkan p-value 1,000 > 0,05 yang tidak ada antara ketersediaan fasilitas dengan melakukan cuci tangan. 7. Variabel Sosialisasi Cuci Tangan kategori tidak pernah mendapatkan sosialisasi cuci tangan (72,7%) dibandingkan kelompok dengan kategori yang pernah mendapatkan sosialisasi cuci tangan (55,9%). Hasil didapatkan p-value 0,342 > 0,05 yang tidak ada antara sosialisasi cuci tangan dengan kepatuhan tenaga 8. Variabel Peraturan atau SOP kategori peraturan yang masih kurang (66,7%) dibandingkan kelompok dengan kategori peraturan yang sudah baik menurut responden (58,2%). Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan Chi Square 1086

Test didapatkan p-value 1,000 > 0,05 yang tidak ada antara peraturan atau SOP dengan kepatuhan tenaga 9. Variabel Pengawasan Pimpinan kategori pengawasan pimpinan yang menurut responden masih kurang (72,0%) dibandingkan kelompok dengan kategori adanya pengawasan yang baik dari pimpinan (51,1%). Hasil didapatkan p-value 0,148 > 0,05 yang tidak ada antara pengawasan pimpinan dengan melakukan cuci tangan. 10. Variabel Dukungan Teman kategori kurangnya dukungan dari teman sejawat (68,8%) dibandingkan kelompok dengan kategori adanya dukungan baik dari teman sejawat (55,6%). Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan Chi Square Test didapatkan p-value 0,514 > 0,05 yang tidak ada antara dukungan teman sejawat dengan kepatuhan tenaga kesehatan melakukan cuci tangan. KESIMPULAN 1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 70 responden, sebesar 60% responden tidak patuh dalam pelaksanaan cuci tangan 2. Sebesar 75% responden yang tidak patuh dalam pelaksanaan cuci tangan adalah yang memiliki pengetahuan kurang mengenai hand hygiene. Sebesar 75% responden yang tidak patuh dalam pelaksanaan cuci tangan adalah yang memiliki sikap kurang baik mengenai hand hygiene. Pengetahuan yang baik akan membentuk sikap yang baik pula, sehingga akan mampu menangani masalah kesehatan yang dihadapi baik secara individu maupun secara kelompok, dalam hal ini adalah pelaksanaan cuci tangan sebagai upaya pencegahan infeksi nosokomial rumah sakit. 3. Variabel yang ber dengan tingkat kepatuhan tenaga kesehatan melakukan cuci tangan pada penelitian ini adalah pengetahuan responden (p-value= 0,035) dan sikap responden (pvalue= 0,035). 4. Variabel yang tidak memiliki dengan tingkat melakukan cuci tangan yaitu umur responden (p-value= 0,308), pendidikan responden (p-value= 0,136), masa kerja responden (pvalue= 1,000), ketersediaan fasilitas (p-value= 1,000), sosialisasi cuci tangan (p-value= 0,342), peraturan atau SOP (pvalue= 1,000), pengawasan pimpinan (p-value= 0,148), dan dukungan teman sejawat (p-value= 0,514) karena memiliki p value > 0,05. SARAN 1. Bagi Penelitian a. Tenaga kesehatan melakukan pelatihan maupun sosialisasi cuci tangan agar mampu mengetahui secara menyeluruh mengenai hand hygiene baik dari segi manfaatnya maupun 1087

dampaknya ketika tidak dilaksanakan. b. Tenaga kesehatan yang sudah memiliki wawasan luas mengenai hand hygiene sebaiknya mengaplikasikan pada sesuai five moment hand hygiene agar memberikan kontribusi dalam pencegahan infeksi nosokomial. 2. Bagi Rumah Sakit a. Pelatihan dan pencerdasan secara menyeluruh mengenai hand hygiene kepada tenaga kesehatan agar memiliki pengetahuan serta sikap yang positif dalam pelaksanaan cuci tangan. c. Peraturan tertulis yang sudah ada di instansi, diimbangi oleh sanksi bagi yang tidak patuh dalam melaksanakan cuci tangan sesuai prosedur dan pemberian reward bagi yang selalu patuh dalam melaksanakan cuci tangan sesuai prosedur. hygiene agar memberikan kontribusi dalam pencegahan infeksi nosokomial. DAFTAR PUSTAKA 1. Darmadi. Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendaliannya. Jakarta : Salemba Medika, 2008. 2. Departemen Kesehatan RI. Surveilans Infeksi di Rumah Sakit. 2004, (Online), (depkesri.com, diakses 24 Desember 2015) 3. Kusumaningtiyas, S. dkk. Faktor- Faktor yang Ber dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Melakukan Cuci Tangan di RS. Telogorejo Semarang. Semarang : Portal Garuda, 2013. 4. Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi RSUP Dr. Kariadi. Data Infeksi Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang Periode Oktober 2015. 5. Syaifudin, A. Panduan Pencegahan Infeksi untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2004. 6. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Tahun 2007. Jakarta : Departemen Kesehatan RI, 2008. 7. Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi. Media Informasi Laporan Penilaian Cuci Tangan. Semarang : Tim PPI RSUP Dr. Kariadi, Oktober 2014. 1088