BAB I DEFINISI A. PENGERTIAN

dokumen-dokumen yang mirip
RSU MITRA SEJATI PANDUAN PELAYANAN PASIEN RESIKO TINGGI

PELAYANAN PASIEN RISIKO TINGGI DAN PENYEDIAAN PELAYANAN RISIKO TINGGI. ( dr. Syukri, SpJP, Ns.Martalena,Skep, Ns.Syahlinda,Skep )

Ditetapkan Tanggal Terbit

Panduan Identifikasi Pasien

PANDUAN PERLINDUNGAN TERHADAP KEKERASAN FISIK

PANDUAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RS X TAHUN 2015 JL.

Bismillaahirrahmaanirrahiim PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PROF. DR. TABRANI NOMOR : 092/RSTAB/PER-DIR/III/2015

BAB III ELABORASI TEMA

PANDUAN PELAYANAN RESUSITASI RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA BAB I

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

Indikator Wajib pengukuran kualitas pelayanan keesehatan di FKRTL. Indikator Standar Dimensi Input/Proses l/klinis 1 Kepatuhan

PEMINDAHAN PASIEN. Halaman. Nomor Dokumen Revisi RS ASTRINI KABUPATEN WONOGIRI 1/1. Ditetapkan, DIREKTUR RS ASTRINI WONOGIRI.

PANDUANTRIASE RUMAH SAKIT

I.Pengertian II. Tujuan III. Ruang Lingkup IV. Prinsip

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

CODE BLUE SYSTEM No. Dokumen No. Revisi Halaman 1/4 Disusun oleh Tim Code Blue Rumah Sakit Wakil Direktur Pelayanan dan Pendidikan

KERANGKA ACUAN PROGRAM PELATIHAN GAWAT DARURAT (TRIASE) DI UPT PUSKESMAS KINTAMANI I

LAPORAN EVALUASI PROGRAM

PANDUAN SKRINING PASIEN RSU BUNDA JEMBRANA

Rakor Bidang Keperawatan, PP dan PA. Kirana, 9 Agustus 2016

PANDUAN IDENTIFIKASI PASIEN

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

KOMISI AKREDITASI RUMAH SAKIT

CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana

BAB I PENDAHULUAN. Bandung. Rumah sakit X merupakan rumah sakit swasta yang cukup terkenal di

PANDUAN PELAYANAN MEMINTA PENDAPAT LAIN (SECOND OPINION)

PANDUAN PENUNDAAN PELAYANAN DI RUMAH SAKIT PUPUK KALTIM BONTANG

PANDUAN PELAYANAN PASIEN DENGAN ALAT PENGIKAT (RESTRAINT) RUMAH SAKIT UMUM BUNDA THAMRIN MEDAN

Pedoman Pelaksanaan Persetujuan Tindakan Kedokteran (Informed Consent)

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pelayanan gawat darurat (emergency care) adalah bagian dari pelayanan

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA

DAFTAR TILIK AUDIT INTERNAL UPT PUSKESMAS FAJAR MULIA UNIT PENDAFTARAN

BAB I PENDAHULUAN. pemantauan intensif menggunakan metode seperti pulmonary arterial

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT BERSALIN ASIH NOMOR : 096/SK-Dir/RSB-A/II/2016

BAB I PENDAHULUAN. pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive

PANDUAN PENDAFTARAN PASIEN RAWAT JALAN DAN PENERIMAAN PASIEN RAWAT INAP

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan serta pelayanan sosial lainnya yang dilakukan (Putri, 2012).

Prosedur Penilaian Pasca Sedasi

PANDUAN PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN RUMAH SAKIT RAWAMANGUN

URAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH POLEWALI

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG PENENTUAN KEMATIAN DAN PEMANFAATAN ORGAN DONOR

Lampiran 1. Struktur organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

PANDUAN TEKNIS PESERTA DIDIK KEDOKTERAN DALAM PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

Nomor : Revisi Ke : Berlaku Tgl : INDIKATOR DAN STANDART MUTU KLINIS. Ditetapkan Kepala Puskesmas Parigi IA SOLIHAT NIP:

PANDUAN IDENTIFIKASI PASIEN

PANDUAN IDENTIFIKASI PASIEN RS. ROYAL PRIMA MEDAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yaitu bertekad untuk meningkatkan kesehatan masyarakat secara

KELENGKAPAN PENGISIAN INDIKASI MEDIS PADA FORM/BLANGKO PERMINTAAN PEMERIKSAAN RADIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Pada dasarnya kesehatan merupakan suatu hal yang sangat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR UTAMA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN,

PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit Sumber Waras. Naya pada tahun Diatas tanah ± 619 hektar dijalan tangerang (sekarang

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG BESARNYA BIAYA JASA SARANA DAN BIAYA JASA PELAYANAN PADA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT

KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RSIA KEMANG NOMOR : 056/SK/DIR/5/2017 TENTANG PEMBERLAKUAN PANDUAN ASESMEN PASIEN RSIA KEMANG

BAB I PENDAHULUAN. menular (dengan Bakteri Asam positif) (WHO), 2010). Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan global utama dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pemberian pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Dalam

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR: 30 TAHUN 2017 TENTANG

PANDUAN PENOLAKAN PELAYANAN ATAU PENGOBATAN RSIA NUN SURABAYA 1. LATAR BELAKANG

PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT RAWAT JALAN RUMAH SAKIT ELIZABETH

BAB I PENDAHULUAN. Medis, pengertian sarana pelayanan kesehatan adalah tempat. untuk praktik kedokteran atau kedokteran gigi. Rumah sakit merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai pusat rujukan dan merupakan pusat alih pengetahuan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PROSEDUR PENERIMAAN PASIEN RAWAT JALAN

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 7 Gizi Buruk

100% 100% (2/2) 100% 100% (4142) (4162) (269) (307) (307) (269) (278) (263) (265) (264) 0% (638) 12 mnt. (578) 10 mnt

BAB I DEFENISI. Tujuan Discharge Planning :

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

Panduan Penetapan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan ( DPJP )

prioritas area yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: No Prioritas Area Indikator Standart 1. Kemampuan menangani life saving anak dan dewasa

DRUG RELATED PROBLEMS

LAPORAN INDIKATOR MUTU KUNCI RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2017

PENATALAKSANAAN HOLISTIK PADA ANAK KORBAN KEKERASAN. Suryo Dharmono

TABULASI POKJA PAP ( PELAYANAN ASUHAN PASIEN)

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2013 NOMOR : 17 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG TARIF PELAYANAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. operasi/pembedahan (misalnya takut sakit waktu operasi, takut terjadi

UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN [LN 2009/144, TLN 5063]

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

KELENGKAPAN PENGISIAN INDIKASI MEDIS PADA FORM/BLANGKO PERMINTAAN PEMERIKSAAN RADIOLOGI

BAB 1 DEFINISI. 1. untuk memperbaiki / meningkatkan ketelitian identifikasi pasien

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

AP (ASESMEN PASIEN) AP.1

- 1 - KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD TAMAN HUSADA BONTANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RSUD TAMAN HUSADA BONTANG

PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN PERIODE BULAN JANUARI-MARET 2018

PEMBAGIAN TUGAS ( JOB DESCRIPTION ) RUANG VK BERSALIN

PERSETUJUAN UMUM PELAYANAN KESEHATAN ( GENERAL CONSENT )

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya dalam mewujudkan bangsa Indonesia yang sehat, kualitas pelayanan kesehatan dan jumlah pasien yang datang untuk

PEDOMAN PENGKAJIAN PUSKESMAS SEYEGAN

Transkripsi:

BAB I DEFINISI A. PENGERTIAN Pelayanan yang beresiko tinggi merupakan pelayanan yang memerlukan peralatan yang kompleks untuk pengobatan penyakit yang mengancam jiwa, resiko bahaya pengobatan, potensi yang membahayakan pasien atau efek toksik dari obat beresiko tinggi. Rumah sakit memberi pelayanan bagi berbagai macam pasien dengan berbagai variasi kebutuhan pelayanan kesehatan. Beberapa pasien yang digolongkan resiko-tinggi karena umur, kondisi, atau kebutuhan yang bersifat kritis. Anak dan lanjut usia umumnya dimasukkan dalam kelompok ini karena mereka sering tidak dapat menyampaikan pendapatnya, tidak mengerti proses asuhan dan tidak dapat ikut memberi keputusan tentang asuhannya. Demikian pula, pasien yang ketakutan, bingung atau koma tidak mampu memahami proses asuhan bila asuhan harus diberikan secara cepat dan efisien. Rumah sakit juga menyediakan berbagai variasi pelayanan, sebagian termasuk yang beresiko tinggi karena memerlukan peralatan yang kompleks, yang diperlukan untuk pengobatan penyakit yang mengancam jiwa (pasien dialisis), sifat pengobatan (penggunaan darah atau produk darah), potensi yang membahayakan pasien atau efek toksik dari obat beresiko tinggi (misalnya kemoterapi). B. TUJUAN Pelayanan pada pasien beresiko tinggi berorientasi untuk dapat secara optimal memberikan pelayanan dan perawatan pasien dengan menggunakan sumber daya, obat-obatan dan peralatan sesuai standar pedoman yang berlaku. Panduan ini disusun dalam rangka penyelenggaraaan pelayanan pasien beresiko tinggi yang berkualitas dan mengedepankan mutu dan keselamatan pasien di rumah sakit. 1

BAB II RUANG LINGKUP PELAYANAN Kelompok Pelayanan Pasien yang beresiko tinggi antara lain: a. pasien gawat darurat b. pasien yang menggunakan peralatan bantu hidup dasar atau yang koma. c. pasien dengan penyakit menular dan mereka yang daya tahannya menurun. d. pasien dialisis (cuci darah) e. pasien lanjut usia, mereka yang cacat, anak-anak dan populasi yang beresiko diperlakukan kasar/ kejam. f. pasien yang mendapat kemoterapi atau terapi lain yang beresiko tinggi. 2

BAB III TATA LAKSANA Pelayanan Pasien Yang Beresiko Tinggi A. Pasien Gawat Darurat Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak dilakukan pertolongan secepatnya. Pengkajian pada kasus gawat darurat dibedakan menjadi dua, yaitu : pengkajian primer dan pengkajian sekunder. Pertolongan kepada pasien gawat darurat dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan survei primer untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang mengancam hidup pasien, barulah selanjutnya dilakukan survei sekunder. Tahapan pengkajian primer meliputi : A (Airway) : mengecek jalan nafas dengan tujuan menjaga jalan nafas disertai kontrol servikal B (Breathing) :mengecek pernafasan dengan tujuan mengelola pernafasan agar oksigenasi adekuat C (Circulation) : mengecek sistem sirkulasi disertai kontrol perdarahan D (Disability) : mengecek status neurologis E (Exposure, environmel control) : buka baju penderita tapi cegah hipotermia. Pengkajian primer bertujuan mengetahui dengan segera kondisi yang mengancam nyawa pasien. Pengkajian primer dilakukan secara sekuensial sesuai dengan prioritas. Tetapi dalam prakteknya dilakukan secara bersamaan dalam tempo waktu yang singkat (kurang dari 10 detik) difokuskan pada Airway, Breathing, Circulation (A,B,C). Karena kondisi kekurangan oksigen merupakan penyebab kematian yang cepat. Kondisi ini dapat diakibatkan karena masalah sistem pernafasan ataupun bersifat sekunder akibat dari gangguan sistem tubuh yang lain. Pasien dengan kekurangan oksigen dapat jatuh dengan cepat ke dalam kondisi gawat darurat sehingga memerlukan pertolongan segera. Apabila terjadi kekurangan oksigen 6-8 menit akan menyebabkan kerusakan otak permanen, lebih dari 10 menit akan 3

menyebabkan kematian. Oleh karena itu pengkajian primer pada penderita gawat darurat penting dilakukan secara efektif dan efisien. B. Pasien Yang Menggunakan Peralatan Bantu Hidup Dasar Atau Yang Koma Pasien stupor dan koma beresiko tinggi untuk terjadinya aspirasi, yang disebabkan karena hilangnya refleks batuk dan muntah. Hipoksi, endotracheal tube (ETT) dengan intubasi merupakan cara yang paling efektif untuk menjaga jalan nafas baik dan oksigensasi yang adekuat. Bila pasien dalam keadaan koma yang dalam atau adanya tanda gangguan respirasi lebih baik dilakukan intubasi. Pada pasien stupor dengan pernafasan yang normal dapat kita berikan 100% oksigen dengan face mask sampai hipoksemia tidak kita temukan. C. Pasien Dengan Penyakit Menular Dan Mereka Yang Daya Tahannya Menurun 1. Penerimaan Pasien Untuk Perawatan Terpisah Adalah penting bahwa kondisi darurat penerimaan ( dan pasien potensial untuk perawatan terpisah) untuk dipisahkan dari penerimaan bedah elektif untuk meminimalkan kemungkinan penyebaran infeksi. Pada pasien masuk harus dinilai untuk faktor resiko seperti diduga / infeksi dikonfirmasi dan kehadiran multi resisten organisme misalnya MRSA. 2. Indikasi Perawatan Terpisah Untuk mengetahui apakah pasien memiliki indikasi masuk ke ruang perawatan terpisah atau tidak, dengan prioritas yang harus diberikan kepada pasien yang dicurigai atau dikonfirmasi: Prioritas I : a. Pasien dengan resiko tinggi menularkan penyakit ke orang lain: Tuberkolosis BTA (+) dan tersangka TB, HIV, varisela dan herpes b. Pasien dengan daya tahan tubuh rendah (immunocompromental) yang mudah tertular orang lain; Malignasi hematologi (Leukimia) dengan neutropenia, Febrile Neutropenia, steven Jhonson. 4

c. Pasien dengan iritabilitas tinggi yang mudah terangsang dengan suasana lingkungan : terutama grade I-II Prioritas II: Pasien dengan penanganan khusus yang mengganggu kenyamanan pasien lain: Hematomesis Melena, ketoasidosis Diabeticum (KAD) / Hyperglikemia Hiperosmolar State (HHS). D. Pasien Dialisis (Cuci Darah) 1. Cuci darah diberikan kepada pasien yang didiagnosa oleh dokter dan berdasarkan oleh hasil pemeriksaan dokter diperlukan untuk tindakan cuci darah atau dialisis. 2. Apabila pasien ditentukan oleh dokter untuk cuci darah/dialisis maka pasien tersebut dirujuk untuk mendapatkan tindakan selanjutnya. 3. Prosedur pertama kali pasien cuci darah harus membawa surat pengantar dokter, membawa hasil pemeriksaan : laboratorium 4. Mengetahui protokol untuk cuci darah pada pasien tersebut. 5. Untuk cuci darah berikutnya sesuai jadwal yang ditentukan oleh dokter. E. Pasien Lanjut Usia, Mereka Yang Cacat, Anak-Anak Dan Populasi Yang Beresiko Diperlakukan Kasar/ Kejam. Pada usia lanjut gejala klinik gangguan jiwa seringkali berbeda dengan penderita usia lebih muda. Perubahan yang terjadi pada lanjut usia sejalan dengan periode penuaan menunjukkan adanya kelainan patologi yang multipel merupakan suatu tantangan dalam menilai gejala klinik, pemberian pengobatan dan rehabilitasi. Menua sehat seringkali digunakan sebagai sinonim dari bebas dari ketidakmampuan pada lanjut usia. Jadi menua sehat harus diikuti dengan lanjut usia yang aktif, senantiasa berperan serta pada aktifitas sosial, budaya, spiritual, ekonomi dan peristiwa di masyarakat. Psikogeriatri adalah cabang ilmu kedokteran yang memperhatikan pencegahan, diagnosis, dan terapi gangguan fisik dan psikologis atau psikiatrik pada lanjut usia. Saat ini disiplin ini sudah berkembang menjadi suatu cabang psikiatrik, analog dengan psikiatrik anak (Brocklehurts, Allen, 5

1987). Diagnosis dan terapi gangguan mental pada lanjut usia memerlukan pengetahuan khusus, karena kemungkinan perbedaan dalam manifestasi klinis, patogenesis dewasa muda dan lanjut usia (Weinberg,1995: Kold-Brodie,1982). Faktor penyulit pada pasien lanjut usia juga perlu dipertimbangkan, antara lain sering adanya penyakit dan kecacatan medis kronis penyerta, pemakaian banyak obat (polifarmasi) dan peningkatan kerentanan terhadap gangguan kognitif (Weinberg, 1995; Gunadi, 1984). Oleh karena itu pasien lansia dan cacat merupakan salah satu pasien yang beresiko tinggi yang perlu mendapat perhatian khusus. 1. Tata laksana perlindungan terhadap pasien usia lanjut dan gangguan kesadaran: a. Pasien Rawat Jalan 1) Pendampingan oleh petugas penerimaan pasien dan mengantarkan sampai tempat periksa yang dituju dengan memakai alat bantu bila diperlukan 2) Perawat poli umum, spesialis dan gigi wajib mendampingi pasien untuk dilakukan pemeriksaan sampai selesai. b. Pasien Rawat Inap 1) Penempatan pasien di kamar rawat inap sedekat mungkin dengan kamar perawat 2) Perawat memastikan dan memasang pengaman tempat tidur 3) Perawat memastikan bel pasien mudah dijangkau oleh pasien dan dapat digunakan 4) Meminta keluarga untuk menjaga pasien baik oleh keluarga atau pihak yang ditunjuk dan dipercaya. 2. Tata laksana perlindungan terhadap penderita cacat a. Petugas penerima pasien melakukan proses penerimaan pasien penderita cacat baik rawat jalan maupun rawat inap dan wajib membantu serta menolong sesuai dengan kecacatan yang disandang sampai proses selesai dilakukan. b. Bila diperlukan, perawat meminta pihak keluarga untuk menjaga pasien atau pihak lain yang ditunjuk sesuai dengan kecacatan yang disandang. 6

c. Memastikan bel pasien mudah dijangkau oleh pasien dan memastikan pasien dapat menggunakan bel tersebut. d. Perawat memasang dan memastikan pengaman tempat tidur pasien. 3. Tata laksana perlindungan terhadap anak-anak a. Ruang perinatologi harus dijaga minimal satu orang perawat atau bidan, ruangan tidak boleh ditinggalkan tanpa ada perawat atau bidan yang menjaga. b. Perawat meminta surat pernyataan secara tertulis kepada orang tua apabila akan dilakukan tindakan yang memerlukan pemaksaan. c. Perawat memasang pengamanan tempat tidur pasien. d. Pemasangan CCTV di ruang perinatologi hanya kepada ibu kandung bayi bukan kepada keluarga yang lain. 4. Tata laksana perlindungan terhadap pasien yang beresiko disakiti (resiko penyiksaan, napi,korban dan tersangka tindak pidana, korban kekerasan dalam rumah tangga) a. Pasien ditempatkan di kamar perawatan sedekat mungkin dengan kantor perawat. b. Pengunjung maupun penjaga pasien wajib lapor dan mencatat identitas di kantor perawat, berikut dengan penjaga maupun pengunjung pasien lain yang satu kamar perawatan dengan pasien beresiko. c. Perawat berkoordinasi dengan satuan pengamanan untuk memantau lokasi perawatan pasien, penjaga maupun pengunjung pasien. d. Koordinasi dengan pihak berwajib bila diperlukan. F. Pasien Yang Mendapat Kemoterapi Atau Terapi Lain Yang Beresiko Tinggi 1. Kemoterapi diberikan kepada pasien yang didiagnosa oleh dokter dan berdasarkan oleh hasil pemeriksaan dokter diperlukan untuk tindakan kemoterapi. 2. Apabila pasien ditentukan oleh dokter untuk radiasi / radioterapi maka pasien tersebut dirujuk untuk mendapatkan tindakan selanjutnya. 7

3. Prosedur pertama kali pasien kemoterapi harus membawa surat pengantar dokter, membawa hasil pemeriksaan : radiologi, laboratorium 4. Mengetahui protokol untuk kemoterapi pada pasien tersebut. 5. Untuk kemoterapi berikutnya sesuai jadwal yang ditentukan oleh dokter. 8

BAB IV DOKUMENTASI Seluruh informasi yang diberikan/dijelaskan kepada pasien maupun keluarga, seluruh tindakan yang dilakukan kepada pasien, seluruh persetujuan maupun penolakan terhadap tindakan atau prosedur yang akan diberikan ke pasien tercatat dalam status rekam medis pasien dan tersimpan sebagai berkas rekam medis pasien. Hal tersebut merupakan bukti telah memberikan pelayanan catatan perkembangan pasien secara terintegrasi, dan berkas tersebut akan menjadi bukti legal jika terjadi kasus hukum. Pencatatan tersebut dapat dilakukan pada form catatan perkembangan pasien terintegrasi dan formulir observasi pasien. Semua catatan tersebut akan menjadi bukti semua asuhan pelayanan yang telah diberikan para pemberi pelayanan asuhan kepada pasien Rumah Sakit Mawaddah Medika. Di kemudian hari jika hal-hal tersebut dibutuhkan oleh hukum maka hasil dokumentasi di berkas rekam medis tersebut dapat menjadi bukti hukum untuk semua asuhan pelayanan yang telah diberikan kepada pasien selama dirawat di Rumah Sakit Mawaddah Medika. 9

BAB V PENUTUP Rumah sakit memberi pelayanan bagi berbagai macam pasien dengan berbagai variasi kebutuhan pelayanan kesehatan. Beberapa pasien yang digolongkan resiko-tinggi karena umur, kondisi, atau kebutuhan yang bersifat kritis. Anak dan lanjut usia umumnya dimasukkan dalam kelompok ini karena mereka sering tidak dapat menyampaikan pendapatnya, tidak mengerti proses asuhan dan tidak dapat ikut memberi keputusan tentang asuhannya. Demikian pula, pasien yang ketakutan, bingung atau koma tidak mampu memahami proses asuhan bila asuhan harus diberikan secara cepat dan efisien. Pelayanan asuhan pasien harus terdokumen secara lengkap, agar dapat dipergunakan secara optimal dan dalam pelaksanaannya diperlukan pengecekan kelengkapan berkas rekam medis yang baik dan benar, sehingga sewaktu-waktu diperlukan untuk keperluan hukum, akan siap dengan cepat, tepat dan lengkap disajikan. Dengan pengecekan kelengkapan yang tepat juga perlu diperhatikan dan keamanan terhadap fisik maupun informasinya untuk itu dilakukan pemeliharaan yang standar dan kontinyu agar file pemberi pelayanan asuhan pasien terjaga dengan baik dalam berkas rekam medis pasien Rumah Sakit Mawaddah Medika. 10