pendapatan sampingan diluar pertanian, sehingga dapat menekan terjadinya ketimpangan distribusi pendapatan.

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS USAHATANI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN PETANI KEDELAI DI KABUPATEN GROBOGAN Suwardi 1, Endang Siti Rahayu 2, Joko Sutrisno 3

EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI JAGUNG DI KECAMATAN GEYER KABUPATEN GROBOGAN

ANALISIS USAHATANI JAGUNG

ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA BONEMARAWA KECAMATAN RIOPAKAVA KABUPATEN DONGGALA

U = -76, , ,148D1 0,006D2.

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI KUBIS DI KABUPATEN KARANGANYAR. Program Studi Agribisnis

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN PETANI JAGUNG DI SEKITAR WADUK KEDUNG OMBO KECAMATAN SUMBERLAWANG KABUPATEN SRAGEN

SEPA : Vol. 8 No.1 September 2011 : 9 13 ISSN : ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI DI KABUPATEN SUKOHARJO

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG (Zea mays) DI KABUPATEN GROBOGAN (Studi Kasus di Kecamatan Geyer)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI MELON DI KABUPATEN SRAGEN

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA

3-5kg/batang sehingga menghasilkan buah yang lebih baik mutunya.

Keywords: PUAP, Paddy Farming, Productivity, Income, Sukoharjo Regency

ANALISIS PENGARUH INPUT PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU DI DESA SUKASARI KECAMATAN PEGAJAHAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI PADA KELOMPOK TANI PATEMON II DI DESA PATEMON KECAMATAN TLOGOSARI KABUPATEN BONDOWOSO

III. METODOLOGI PENELITIAN. berhubungan dengan penelitian. Dalam penelitian ini terdapat enam variabel

KONSUMSI RUMAH TANGGA PADA KELUARGA SEJAHTERA DAN PRA SEJAHTERA DI KECAMATAN COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETAHANAN PANGAN

III. METODE PENELITIAN

PENGARUH BIAYA PRODUKSI DAN PENERIMAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH DI LOA GAGAK KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kecamatan

EFISIENSI FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SAWAH DI DESA MASANI KECAMATAN POSO PESISIR KABUPATEN POSO

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI JAGUNG (Zea mays L.) (Studi kasus di Desa Sidodadi, Kec. Patean Kab. Kendal)

KUISONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEUNTUNGAN USAHATANI JAGUNG

IV METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan

Faidah, Umi., dkk. Faktor-faktor Yang...

ANALISIS PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI JANGGELAN DI KECAMATAN KARANGTENGAH KABUPATEN WONOGIRI

ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH LOKAL TINOMBO DI DESA LOMBOK KECAMATAN TINOMBO KABUPATEN PARIGI MOUTONG

I. METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

BAB III METODEPENELITIAN

72 ZIRAA AH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman ISSN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LUAS LAHAN SAWAH DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kerja sama usaha ternak ayam broiler

BAB IV. METODE PENELITIAN

KAJIAN EKONOMI USAHATANI KENTANG DI KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS KOMPARATIF MONOKULTUR UBIKAYU DENGAN TUMPANGSARI UBIKAYU-KACANG TANAH DI BANYUMAS

BAB III METODE PENELITIAN. laporan keuangan perusahaan transportation services yang terdaftar di Bursa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun Pengambilan sampel

PENGARUH IRIGASI TERHADAP PRODUKSI USAHATANI PADI SAWAH DI DESA SIDERA KECAMATAN SIGI BIROMARU

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang

ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT PENDAPATAN USAHATANI POLA DIVERSIFIKASI DENGAN MONOKULTUR PADA LAHAN SEMPIT

EFISIENSI USAHATANI PADI BERAS HITAM DI KABUPATEN KARANGANYAR

ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya)

BAB III METODE PENELITIAN. faktor produksi yang kurang tepat dan efisien. Penggunaan faktor produksi

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN

USAHATANI PADI ORGANIK DI KECAMATAN MOJOGEDANG KABUPATEN KARANGANYAR

BAB III METODE PENELITIAN. Prima Artha, Sleman. Sedangkan subjek penelitiannya adalah Data

BAB III METODE PENELITIAN. Permintaan Beras di Kabupaten Kudus. Faktor-Faktor Permintaan Beras. Analisis Permintaan Beras

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

SURYA AGRITAMA Volume 5 Nomor 2 September 2016 ANALISIS PENAWARAN CABAI BESAR DI KABUPATEN PURWOREJO

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI NANAS DI DESA DODA KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. saham pada perusahaan food and beverages di BEI periode Pengambilan. Tabel 4.1. Kriteria Sampel Penelitian

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Perusahaan emiten manufaktur sektor (Consumer Goods Industry) yang

VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI USAHATANI PADI SAWAH DI DESA POLEGANYARA KECAMATAN PAMONA TIMUR KABUPATEN POSO

ANALISIS USAHATANI SAYURAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Populasi dalam penelitian ini adalah PT. Bank Syariah Mandiri dan Bank

ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA SIDONDO 1 KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. didapatkan secara langsung oleh peneliti tetapi diperoleh dari orang atau

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga,

Staf Pengajar Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI KEDELAI DI KABUPATEN SUKOHARJO

ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KABUPATEN KARANGANYAR COST AND REVENUE ANALYSIS OF RICE FARMING IN KARANGANYAR REGENCY

USAHA PENGOLAHAN IKAN TAWES PRESTO DI PESISIR WADUK GAJAH MUNGKUR KABUPATEN WONOGIRI

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI KOMPARATIF USAHATANI KEDELAI DENGAN SISTEM TANAM TUGAL DAN SISTEM TANAM SEBAR DI DESA BOGOTANJUNG KECAMATAN GABUS KABUPATEN PATI

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Objek penelitian ini adalah perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. nama awalnya Perum Pelabuhan Jakarta Cengkareng berdiri sejak tahun 1984.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampoerna, Tbk dengan data laporan keuangan selama 5 tahun terhitung

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. dan verifikatif. Metode deskriptif adalah studi untuk menentukan fakta dengan

ANALISIS USAHATANI UBI KAYU (Manihot esculenta) ABSTRAK

ANALISIS BEBERAPA FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI TANAMAN PANGAN PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN WONOGIRI

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. misalnya berupa laporan-laporan, buku-buku, jurnal penelitian yang berkaitan

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi,

BAB 3 DESAIN PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Simpang Kanan, Kecamatan Sumberejo,

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Rumah Tangga Tani Padi (Studi Kasus: Desa Sei Buluh, Kec. Teluk Mengkudu, Kab.

Transkripsi:

2 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut, (a) yang pertama besarnya biaya usahatani adalah Rp 3.508.22,89/ha/MT, penerimaan usahatani adalah Rp 9.546.30,45/ha/MT, dan pendapatan yang diperoleh petani dari usahatani jagung adalah sebesar Rp 6.038.088,56/ha/MT. (b) Kedua, terjadi ketimpangan distribusi penguasaan lahan yang masuk dalam tingkatan sedang, dibuktikan dengan Nilai Gini Rasio dari penguasaan lahan yaitu sebesar 0,389. (c) Ketiga, terjadi ketimpangan distribusi pendapatan yang masuk pada tingkatan sedang, dibuktikan dengan Nilai Gini Rasio dari pendapatan yaitu sebesar 0,398. (d) Keempat, luas lahan, tenaga kerja, dan biaya saprodi, secara bersama-sama dan individu berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani jagung. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka saran yang dapat peneliti sampaikan adalah (a) yang pertama dalam penggunaan faktorfaktor produksi jagung perlu diperhatikan, contohnya penggunaan dosis pupuk yang sesuai dengan rekomendasi dari dinas pertanian agar dapat memaksimalkan pendapatan usahatani jagung. (b) Kedua, untuk mengurangi timpangnya distribusi penguasaan lahan, dapat dilakukan beberapa hal, yaitu mencegah tingginya frekuensi jual-beli lahan dengan pengawasan dan pengaturan yang ketat serta adanya pembatasan luas pemilikan atau garapan minimum untuk mencegah inefisiensi usahatani. (c) Ketiga, pembangunan pedesaan perlu dilakukan dengan menambah dan memperbaiki infrastruktur di pedesaan agar petani berlahan sempit mempunyai pendapatan sampingan diluar pertanian, sehingga dapat menekan terjadinya ketimpangan distribusi pendapatan. DAFTAR PUSTAKA BPS. 20. Kecamatan Toroh Dalam Angka Tahun 20. BPS Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Dinas Pertanian Kabupaten Grobogan. 200. Luas Panen Padi dan Jagung Menurut Kecamatan di Kabupaten Grobogan 200. Dinas Pertanian, Grobogan. Ghozali, I. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. BP Universitas Diponegoro, Semarang. Hernanto, F. 988. Ilmu Usahatani. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Putong. 2000. Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro. Ghalia Indonesia, Jakarta. Rustiani, F. 995. Petani dalam Keterkaitan Usaha. Akatiga, Bandung. Surakhmad, W. 994. Pengantar Penelitian Ilmiah. Tarsito. Bandung.

menjelaskan variasi perubahan yang terjadi pada variabel tidak bebasnya yakni pendapatan usahatani jagung di Desa Bandungharjo, Kecamatan Toroh, Kabupeten Grobogan sebesar 7,% sedangkan sisannya sebesar 28,9% di Tabel 0. jelaskan variabel-variabel lain di luar penelitian. Uji F Hasil Uji F dari model persamaan dapat dilihat pada Tabel 0 berkut. Analisis Varians Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Jagung Model Jumlah Kuadrat df Kuadrat Tengah F hitumg Sig. Regression 5,58 x 0 4 3,860 x 0 4 49,490 0,000 a Residual 2,05 x 0 4 56 3,759 x 0 4 Total 7,686 x 0 4 59 Sumber : Analisis Data Primer Tabel 0 menunjukkan bahwa nilai F hitung 49,490 dengan signifikasi F sebesar 0,000. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel luas lahan, tenaga kerja, dan variabel biaya saprodi secara bersamasama berpengaruh nyata terhadap Tabel. variabel tidak bebasnya yakni pendapatan usahatani jagung di Desa Bandungharjo, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan. Uji t Hasil Uji t dari model persamaan dapat dilihat pada Tabel berkut. Analisis Uji Keberartian Koefisien Regresi Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan pada Usahatani jagung No Variabel Koefisien Regresi t hitung Sig. 2. 3. Luas Lahan Tenaga Kerja Biaya Saprodi 3,86 x 0 6 69.352,637,036 4,938 2,808 2,97 0,000*** 0,007*** 0,005*** Sumber : Analisis Data Primer Keterangan : ***) signifikan pada tingkat kepercayaan 99% Variabel luas lahan memiliki nilai signifikansi 0,000, maka luas lahan berpengaruh nyata terhadap pendapatan digunakan, maka akan semakin besar pula pendapatan usahatani jagung. Variabel biaya saprodi memiliki usahatani jagung pada tingkat nilai signifikansi 0,005, maka variabel kepercayaan 99%. Variabel luas lahan biaya saprodi berpengaruh nyata memiliki koefisien arah bernilai positif, terhadap pendapatan usahatani jagung artinya semakin tinggi luas lahan, maka pada tingkat kepercayaan 99%. akan semakin besar pula pendapatan Variabel biaya saprodi memiliki usahatani petani jagung. koefisien arah positif yang artinya Variabel tenaga kerja juga semakin besar biaya saprodi maka akan memiliki nilai signifikansi 0,007, maka semakin besar pula pendapatan tenaga kerja berpengaruh nyata usahatani jagung di Desa terhadap pendapatan usahatani jagung Bandungharjo, Kecamatan Toroh, pada tingkat kepercayaan 99%. Kabupaten Grobogan. Variabel tenaga kerja memiliki koefisien arah positif, yang artinya semakin banyak tenaga kerja yang

0 Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan SPSS, maka didapat persamaan sebagai berikut : Y = -,559 x 0 6 + 887.509,074 X + 50.828,860 X 2 + 0,72 X 3 +.6,042 X 4 Model persamaan diatas menunjukkan bahwa variabel luas (X ) lahan dan produksi (X 4 ) terjadi multikolonearitas. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengmengobati multikolinearitas yaitu dengan mengeluarkan satu atau lebih variabel independen yang mempunyai korelasi tinggi dari model regresi dan identifikasikan variabel independen lainnya untuk membantu prediksi (Ghozali, 2009). Variabel produksi dikeluarkan, sehingga diperoleh model persamaan yang baru adalah sebagai berikut: Y = -953.6,27 + 3,86 x 06 X + 69.352,637 X 2 +.036 X 3 Uji Asumsi Klasik a. Multikolinearitas Nilai VIF tidak ada yang bernilai lebih besar dari 5, namun nilai PC ( Pearson Corelation) setelah di uji ada yang melebihi 0,8 maka antar variabel-variabel bebas tersebut terjadi multikolinearitas. Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa nilai Pearson Corelation terbesar dari keseluruhan korelasi antara variabel-variabel bebas adalah 0,843, dengan nilai ini dapat diartikan bahwa dalam model diindikasikan terdapat multikolinearitas. Multikolinearitas ini perlu dilakukan pengobatan untuk mengatasi multikolinearitas tersebut, salah satunya dengan mengeluarkan salah satu atau lebih variabel independen. Karena luas lahan merupakan variabel pokok atau dasar dari usahatani, maka dipilih variabel produksi untuk dikeluarkan dari model sehingga diperoleh model baru yaitu: Y = -953.6,27 + 3,86 x 0 6 X + 69.352,637 X 2 +.036 X 3 Berdasarkan Matriks Pearson Corelation dalam hasil regresi model baru, maka diperoleh bahwa nilai Pearson Corelation antar variabel-variabel bebas terbesar adalah sebesar 0,663 ini berarti sudah tidak ada yang bernilai lebih dari 0,8, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model baru tidak terdapat multikolinearitas. b. Heteroskedastisitas Berdasarkan analisis data, diketahui bahwa titik-titik yang ada dalam diagram pencar (scatterplot) menyebar dan tidak membentuk suatu pola tertentu yang berarti tidak terjadi hetetoskedastisitas pada model regresi. Uji adjusted R 2 Nilai uji koefisien relasi dalam regresi ditunjukkan dengan nilai R. Nilai uji koefisien relasi pada uji regresi yakni sebesar 0,852, yang artinya bahwa hubungan antara variabel bebas yaitu luas lahan, tenaga kerja, dan variabel biaya saprodi memiliki hubungan yang sangat kuat. Nilai uji koefisien determinasi dilihat pada nilai adjusted R 2. Nilai adjusted R 2 berdasarkan analisis model adalah sebesar 0,7. Nilai adjusted R 2 yang mendekati menunjukan persamaan regresi tersebut tepat untuk digunakan ( goodness of fit). Artinya, bahwa seluruh variabel bebas yang digunakan dalam penelitian yaitu luas lahan tenaga kerja, dan variabel biaya saprodi secara bersama-sama mampu

9 Tabel 8. Perhitungan Nilai Gini Rasio Penguasaan Lahan Petani Jagung No. fi Y Yi Yi- Yi+(Yi-) Fi(Yi+(Yi-)) 2 3 4 5 0,04985994 0,082937 0,49096 823249 0,43697479 0,04985994 0,32773 879272 0,5630252-0,04985994 0,32773 879272 0,5630252 0,04985994 0,8263305 0,4456583 0,8448793,5630252 0,0099799 0,0365266 0,082937 0,6896359 0,3260504 0,6098039 Sumber : Analisis Data Primer n GR = - fi (Yi + Yi-) = - 0,6098039 = 0,389096 = 0,389 Dari hasil analisis distribusi penguasaan lahan pada Tabel 8, maka diketahui nilai Gini Rasio untuk penguasaan lahan petani jagung di Desa Bandungharjo, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan sebesar 0,389. Hal ini menunjukkan bahwa Tabel 9. Perhitungan Nilai Gini Rasio Pendapatan Petani Jagung terjadi ketimpangan distribusi penguasaan lahan masuk dalam kriteria sedang, karena menurut H.T. Oshima apabila nilai dari perhitungan Gini Rasio diperoleh angka diantara 0,3-0,4 maka termasuk ketimpangan sedang. Distribusi Pendapatan Distribusi pendapatan petani jagung dapat dilihat dari perhitungan Nilai Gini Rasio pada Tabel 9. No. fi Y Yi Yi- Yi+(Yi-) fi(yi+(yi-)). 2. 3. 4. 5. 0,04306993 0,0822386 0,534297 8428388 0,4390646 0,04306993 0,2530854 76655 0,56093539-0,04306993 0,0822386 0,534297 8428388 0,04306993 0,2530854 335858 0,43562685 0,72334849 0,0086399 0,03367569 0,0803920 0,675738 0,328708 0,60238625 Sumber : Analisis Data Primer n GR = - fi (Yi + Yi-) = - 0,60238625 = 0,3976385 = 0,398 Perhitungan Gini Rasio menghasilkan angka sebesar 0,398, ini berarti terjadi ketimpangan distribusi pendapatan yang diterima oleh para petani jagung di Desa Bandungharjo, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan. Besarnya angka Gini Rasio melebihi 0,398 menurut H.T. Oshima mengindikasikan bahwa terjadi ketimpangan distribusi pendapatan yang masuk dalam kategori sedang. Dengan demikian berarti belum ada pemerataan pendapatan antar petani. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Jagung Analisis variabel-variabel yang mempengaruhi pendapatan petani jagung di Desa Bandungharjo, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan diestimasi menggunakan model persamaan berikut : Y = b 0 + b X + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 + e

8 Rp..504.593,83/ha/MT, biaya untuk tenaga kerja sebesar Rp..62.627,46/ha/MT, dan pengeluaran untuk biaya lain-lain sebesar Rp.390.99,60/ha/MT. Jadi, biaya total yang dikeluarkan petani dalam mengusahakan jagung adalah sebesar Rp.3.508.22,89/ha/MT. Tabel 6. Rata-rata Penerimaan Usahatani Jagung Pengeluaran biaya yang paling besar adalah untuk biaya tenaga kerja dan biaya terkecil untuk biaya lain-lain. Penerimaan Usahatani Jagung Rata-rata penerimaan usahatani jagung dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini. No. Keterangan Per usahatani Per hektar. Produksi (kg) 2.857,7 3.84,57 2. Harga Produksi (Rp/kg) 2.485,00 2.485,00 3. Penerimaan (Rp) 7.00.067,45 9.546.30,45 Berdasarkan Tabel 6, dapat diketahui bahwa produksi jagung yang diperoleh petani adalah 3.84,57 kg/ha, dengan harga jagung per kilogramnya Rp.2.485,00, sehingga diperoleh penerimaan petani pada usahatani jagung sebesar Rp.9.546.30,45/ha/MT. Penerimaan yang diperoleh petani merupakan hasil perkalian dari jumlah Tabel 7. Rata-rata Pendapatan Usahatani Jagung produksi jagung dengan harga jagung per satuan. Harga jagung tersebut merupakan harga jagung kering pipilan yang setiap musim harganya bisa berubah. Pendapatan Usahatani Jagung Rata-rata pendapatan petani dari hasil usahatani jagung dapat dilihat pada Tabel 7 berikut. No. Keterangan Per usaha tani (Rp) Per hektar (Rp). Penerimaan usahatani 7.00.067,45 9.546.30,45 2. Biaya usahatani 2.609.33,32 3.508.22,89 3. Pendapatan usahatani 4.490.934,3 6.038.088,56 Berdasarkan Tabel 7, dapat diketahui bahwa rata-rata penerimaan usahatani jagung sebesar Rp.9.546.30,45/ha/MT dengan biaya usahatani sebesar Rp.3.508.22,89/ha/MT, sehingga diperoleh rata-rata pendapatan usahatani jagung sebesar Rp.6.038.088,56/ha/MT. Petani dalam menjual hasil panen biasanya telah bekerja sama dengan pedagang pengumpul. Pada saat musim panen jagung tiba, pedagang pengumpul mendatangi ke rumah petani jagung untuk membeli hasil panen, sehingga petani jagung tidak perlu lagi menjual hasil panennya ke ke pasar, toko-toko hasil bumi, ataupun dijual ke gudang milik para pedagang besar didaerah Kecamatan Toroh. Pendapatan yang diperoleh dari usahatani ini sebagian digunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan sebagian digunakan untuk menjalankan usahatani pada musim yang selanjutnya. Distribusi Penguasaan Lahan Distribusi penguasaan lahan petani jagung dapat dilihat dari perhitungan Nilai Gini Rasio pada Tabel 8.

7 dibandingkan tenaga kerja wanita adalah 8:7. Berdasarkan Tabel 3, Total biaya tenaga kerja yang digunakan adalah sebesar Rp..62.627,46/ha/MT. Kegiatan pemanenan membutuhkan biaya yang paling besar, yaitu membutuhkan sebesar Rp.334.33,73/ha/MT. Biaya panen menjadi biaya tenaga kerja paling besar karena kegiatan pemanenan membutuhkan paling banyak tenaga kerja, sehingga biaya yang dikeluarkanpun menjadi besar. Tabel 4. Rata-rata Biaya Lain-lain Sebaliknya biaya tenaga kerja paling sedikit dikeluarkan untuk kegiatan penyulaman yaitu sebesar Rp.6.703,08/ha/MT, karena tenaga kerja yang dibutuhkan juga sedikit. Biaya Lain-lain Komponen biaya lain-lain yang dikeluarkan petani pada usahatani jagung dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini. No. Macam biaya Per usahatani (Rp) Per hektar (Rp). Biaya pajak tanah 20.833,33 28.0,20 2. Biaya pengangkutan 56.666,67 76.90,48 3. Biaya pemipilan 23.300,00 286.789,92 JUMLAH 290.800,00 390.99,60 Berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui bahwa biaya lain-lain yang dikeluarkan petani adalah sebesar Rp.390.99,60/ha/MT. Biaya lain-lain ini terdiri dari pajak tanah Rp.28.0,20/ha/MT, biaya pengangkutan hasil panen atau biaya yang dikeluarkan petani untuk sewa mobil angkut yaitu sebesar Rp.76.90,48/ha/MT dan biaya pemipilan sebesar Rp.286.789,92/ha/MT. Biaya pajak tanah dibayar oleh petani berbeda-beda, berdasarkan luas lahan, lahan lokasi lahan, kondisi lahan, topografi, kesuburan dan ketersedian saluran Tabel 5. Rata-rata Biaya Total Usahatani Jagung irigasi yang dimiliki. Biaya pengangkutan juga berbeda-beda untuk tiap petani, hal ini berdasarkan jarak lokasi dengan pasar ataupun gudang penyimpanan. Pemipilan jagung di Desa Bandungharjo rata-rata menggunakan mesin dengan tarif yang dikenakan untuk setiap karung yaitu rata-rata berisi 40 kg dihargai Rp.3.000,00. Biaya Total Biaya total yang dikeluarkan dalam usahatani jagung dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini. No. Macam biaya Per usahatani (Rp) Per hektar (Rp). Biaya Saprodi.9.04,67.504.593,83 2. Biaya Tenaga Kerja.99.39,65.62.627,46 3. Biaya Lain-lain 290.800,00 390.99,60 JUMLAH 2.609.33,32 3.508.22,89 Berdasarkan Tabel 5, dapat diketahui bahwa biaya usahatani jagung terdiri dari biaya pengadaan sarana produksi yaitu sebesar

6 golongan petani berlahan sedang adalah para petani yang mempunyai lahan pertanian 0,5 ha sampai ha. Analisis Usahatani Jagung Tabel 2. Rata-rata Biaya Saprodi Biaya Usahatani Jagung Macam sarana produksi serta besar biayanya saprodi dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini : No Macam Sarana Produksi Biaya Per Usahatani (Rp) Biaya Per Hektar (Rp). Benih 56.983,33 695.03,64 2. Pupuk Urea 220.266,67 296.56,86 3. 4. Pupuk Phonska Pupuk SP36 77.075,00 304.76,67 03.635 409.703,08 JUMLAH.9.04,67.504.593.83 Berdasarkan data pada Tabel 2, dapat diketahui bahwa rata-rata biaya sarana produksi pada usahatani jagung Rp..504.593,83/ha/MT. Biaya sarana produksi paling besar digunakan yaitu untuk membeli benih. Biaya yang harus dikeluarkan untuk pembelian benih sebesar Rp.695.03,64/ha/MT. Benih yang digunakan dalam usahatani jagung ini jenis P2 dengan harga yang dibeli oleh petani sebesar Rp.64.000,00/kg. Biaya yang dikeluarkan untuk pembelian pupuk Urea sebesar Rp.296.56,86/ha/MT dengan per kilogramnya sebesar Rp..800,00. Biaya untuk pembelian pupuk Phonska sebesar Rp.03.635/ha/MT, dan Tabel 3. Rata-rata Biaya Tenaga Kerja untuk pembelian pupuk SP36 sebesar Rp.409.703,08/ha/MT dengan masingmasing harga per kilogramnya sebesar Rp.2.300,00 untuk Phonska dan Rp.2.00,00 untuk SP36. Pembelian sarana produksi biasanya dibeli petani di kelompok tani ataupun agen-agen saprodi di Kecamatan Toroh. Harga pembelian sarana produksi merupakan harga subsidi dari pemerintah, sehingga petani masih bisa mendapatkan sarana produksi dengan harga terjangkau. Biaya Tenaga Kerja Rata-rata biaya penggunaan tenaga kerja pada usahatani jagung dapat dilihat pada Tabel 3. No. Keterangan Per Usahatani (Rp) Per Hektar (Rp). Pengolahan tanah 239.833,33 322.464,99 2. Penanaman 237.32,50 39.075,63 3. Pemupukan 56.000,00 209.747,90 4. Penyiraman 97.333,33 265.322,3 5. Penyulaman 20.266,66 6.703,08 6. Pemanenan 248.645,83 334.33,73 JUMLAH.99.39,65.62.627,46 Tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani jagung terdiri dari tenaga kerja dari dalam keluarga dan tenaga kerja dari luar. Upah tenaga kerja per hari kerja pada usahatani jagung ini sebesar Rp.40.000,00 untuk tenaga kerja pria, dan Rp.35.000,00 untuk tenaga kerja wanita. Oleh karena itu perbandingan tenaga kerja pria

5 Dimana bi adalah koefisien regresi ke-i; dan Se (bi) adalah standard error koefisien regresi ke-i. Dengan hipotesis Ho : b i = 0 dan Hi : bi 0, serta pada tingkat signifikasi = 5%, kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut () Jika t hitung > t tabel : Ho ditolak dan Hi diterima, yang berarti variabel independen ke-i berpengaruh nyata secara individual terhadap variabel dependen. (2)Jika t hitung < t tabel : Ho diterima dan Hi ditolak, yang Tabel. Identitas Responden berarti variabel independen ke-i tidak berpengaruh nyata secara individual terhadap variabel dependen. HASIL DAN PEMBAHASAN Identitas Responden Adapun identitas responden pada usahatani jagung di Desa Bandungharjo, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan dapat dilihat pada Tabel berikut ini: No. Identitas Petani Keterangan. 2. 3. 60 47 4. 6. 7. Jumlah petani sampel (orang) Rata-rata umur (th) Pendidikan a. Tidak tamat SD b. SD (orang) c. SLTP (orang) d. SLTA (orang) e. Perguruan Tinggi (orang) f. Tidak Sekolah Rata-rata jumlah anggota keluarga (orang) Rata-rata jumlah anggota yang aktif dalam usahatani Rata-rata luas lahan garapan (Ha) Tabel menunjukkan bahwa ratarata umur petani responden adalah 47 tahun, sehingga dapat dikatakan bahwa petani responden termasuk dalam kelompok usia produktif. Tingkat pendidikan dari petani responden sebagian besar hanya tamat SD yaitu sebanyak 28 orang. Dengan tingkat pendidikan yang cenderung rendah, maka para petani dalam mengelola usahataninya kebanyakan mengandalkan pengalaman. Pengalaman merupakan faktor penting dalam berusahatani, dengan belajar dari pengalaman yang dimiliki, petani mendapatkan pengetahuan baik teori maupun praktek untuk memperlancar usahataninya. Petani yang memiliki pengalaman lebih lama akan lebih 2 28 7 2-2 4 2 0,74 memahami situasi dan kondisi usahataninya, sehingga akan lebih mudah dalam mengelola resiko kegagalan usahataninya. Rata-rata jumlah anggota keluarga petani responden yaitu 4 orang dengan rata-rata jumlah anggota keluarga yang aktif dalam usahatani yaitu hanya 2 orang. Sedikitnya anggota keluarga yang aktif dalam usahatani menyebabkan petani sering menggunakan tenaga luar untuk membantu pekerjaan pertaniannya. Rata-rata luas lahan garapan dari petani responden yaitu sebesar 0,74 ha. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan, petani responden merupakan golongan petani berlahan sedang. Menurut Hernanto (99),

4 Koefisisen masing-masing variabel; dan e adalah error (kesalahan pengganggu). a. Uji Asumsi Klasik ) Multikolinearitas Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai Varians Inflation Factor (VIF), jika lebih dari 5 maka variabel tersebut mempunyai persoalan multikolinearitas dengan variabel bebas lainnya. Uji deteksi multikolinearitas juga dilakukan dengan melihat nilai Pearson Correlation (PC), jika lebih dari 0,8 maka variabel tersebut mempunyai persoalan multikolinearitas dengan variabel lainnya. 2) Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan melalui metode grafik dengan melihat diagram pencar (scatterplot). Apabila titik-titik yang ada dalam diagram pencar (scatterplot) menyebar dan tidak membentuk suatu pola tertentu yang berarti tidak terjadi hetetoskedastisitas pada model regresi. b. Uji adjusted R 2 Uji ini dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel-variabel bebas terhadap pendapatan. Nilai R 2 mempunyai range antara 0- atau (0 < R 2 ). Semakin besar R 2 (mendekati satu) semakin baik hasil regresi tersebut (semakin besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel tak bebas), dan semakin mendekati 0 maka variabel bebas secara keseluruhan semakin kurang bisa menjelaskan variabel tidak bebas. Koefisien deteminasi (R 2 ) merupakan angka yang memberikan proporsi atau persentase variasi total dalam variabel tak bebas (Y) yang dijelaskan oleh variabel bebas (X). c. Uji F Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang terdapat dalam model secara bersama-sama terhadap variabel dependen, uji F dihitung dengan rumus sebagai berikut : ESS /( k ) F TSS /( N k ) Dimana ESS adalah Explained Sum of Square/ Jumlah kuadrat yang bisa dijelaskan; TSS adalah Total Sum of Square/ Jumlah kuadrat total; k adalah Jumlah variabel; dan N adalah Jumlah sampel. Dengan hipotesis Ho : bi = 0 dan Hi : bi 0, serta tingkat signifikasi = 5% maka kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut () Jika F hitung > F tabel : Ho ditolak dan Hi diterima, yang berarti variabel independen secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. (2) Jika F hitung < F tabel : Ho diterima dan Hi ditolak, yang berarti variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. d. Uji t Uji statistik t dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Uji t ini dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel ( Ghozali, 20). Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan statistik t, dimana nilai t hitung dapat diperoleh dengan formula sebagai berikut: bi t hitung Se(bi)

3 Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bandungharjo, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan yang merupakan salah satu penghasil jagung. Penelitian ini dilakukan secara studi kasus di Desa Bandungharjo, yaitu dengan pertimbangan karena Desa Bandungharjo memiliki luas lahan kering terbesar di Kecamatan toroh yaitu.242,07 ha, namun untuk jagung sendiri di Desa Bandungharjo luas panennya terkecil yaitu hanya 33 ha (BPS, 20). Desa Bandungharjo merupakan salah satu desa di Kecamatan Toroh yang lokasinya dekat dengan hutan yang produktivitasnya dinilai sudah mulai menurun serta hasilnya hanya dapat dipanen secara tahunan, sehingga usahatani jagung dapat digunakan sebagai sumber daya alternatif yang sesuai dengan keadaan geografis dan jenis lahan lokasi tersebut. Alasan yang lain yaitu sehubungan dengan akan dibangunnya bendungan untuk membendung Sungai Glugu di Desa Bandungharjo yang setiap musim penghujan air dari sungai tersebut meluap dan membanjiri beberapa daerah di Grobogan dan Purwodadi. Jumlah petani sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 60 orang dan teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode snowball sampling. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara, pencatatan. Metode Analisis Data Analisis Usahatani a. Penerimaan Usahatani TR = P x Q Dimana TR adalah Total penerimaan (Rp), P adalah Harga barang produksi (Rp/Kg), dan Q adalah Jumlah produksi (Kg). b. Pendapatan Usahatani Pd = TR TC Dimana Pd adalah Pendapatan petani (Rp), TR adalah Total penerimaan (Rp), dan TC adalah Total biaya (Rp). Analisis Gini Rasio a. Distribusi Penguasaan Lahan n GR = - f i (Y i + Y i- ) Dimana Yiadalah proporsi jumlah rumah tangga kumulatif ke i, Yi- adalah Yi sebelumnya, fi adalah frekuensi luas lahan yang dimiliki/digarap kumulatif ke i, dan GR adalah Rasio Gini. b. Distribusi Pendapatan n GR = - f i (Y i + Y i- ) Dimana Yi adalah proporsi jumlah rumah tangga kumulatif ke i, Yi- adalah Yi sebelumnya, fi adalah frekuensi pendapatan kumulatif ke i, dan GR adalah Rasio Gini. Kriteria menurut H. T. Oshima : GR 0,3 = ketimpangan distribusi rendah; 0,3 < GR < 0,4= ketimpangan sedang; dan GR 0,4 = ketimpangan tinggi (Putong, 2000). Analisis Regresi Linear Berganda Untuk mengetahui pengaruh luas penguasaan lahan, biaya tenaga kerja, biaya saprodi, dan produksi terhadap pendapatan usahatani jagung digunakan model fungsi kepangkatan keuntungan, dengan rumus sebagai berikut : Y = b 0 + b X + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 + e Dimana Y adalah Pendapatan (Rp) ; b 0 adalah Konstanta; X adalah Luas lahan (Ha); X 2 adalah Tenaga kerja (HKP); X 3 adalah Biaya saprodi (Rp); X 4 adalah Produksi (Kg) ; b, b 2, b 3, b 4 adalah

2 PENDAHULUAN Sektor pertanian di Indonesia identik dengan pedesaan dan para petani dengan tingkat penghasilan rendah. Masyarakat miskin sebagian besar terdapat di pedesaan yang berbasis agraris, hal ini dapat dilihat dari berbagai penelitian mengenai persoalan kemiskinan dan ketimpangan dalam pemerataan pembagian pendapatan (Rustiani, 995). Kondisi kehidupan sosial ekonomi petani di pedesaan memperlihatkan bahwa, struktur agraris yang terjadi ditandai oleh adanya ketimpangan distribusi penguasaan lahan pertanian yang cukup besar. Besarnya tekanan terhadap tingkat ketersediaan lahan pertanian sebagai akibat dari bertambahnya jumlah penduduk yang relatif cepat dan tekanan dari sektor lain seperti sektor industri. Tanah bagi masyarakat pedesaan bukan saja sebagai tempat tinggal, melainkan mempunyai peran yang sangat penting yaitu sebagai sumber mata pencaharian. Dalam struktur agraris di pedesaan, kondisi ketimpangan distribusi penguasaan lahan akan sangat berpengaruh terhadap usaha-usaha ke arah pemerataan tingkat pendapatan. Salah satu bagian dari sektor pertanian yang paling vital dalam kehidupan masyarakat Indonesia ialah pertanian tanaman pangan, sektor ini sangat tergantung pada faktor lahan, baik secara jumlah maupun secara mutu kesuburannya. Luas panen jagung sebagai tanaman pangan di Indonesia menduduki urutan kedua setelah padi. Luas panen padi pada tahun 2009 sebesar 2.668.898 ha, sedangkan luas panen jagung sebesar 4.096.838 ha (Dinas Pertanian, 200). Pada tahun 200 Kabupaten Grobogan merupakan penghasil jagung terbesar di Jawa Tengah, produksi jagung di kabupaten tersebut mencapai 708.03 ton, sehingga jagung menjadi komoditi unggulan di Kabupaten Grobogan. Salah satu kecamatan penghasil jagung di Kabupaten Grobogan adalah Kecamatan Toroh. Kecamatan Toroh pada tahun 200 mampu memproduksi jagung sebesar 8.7 ton, sehingga menempatkan Kecamatan Toroh sebagai kecamatan penghasil jagung terbesar ketiga di Kabupaten Grobogan. Desa Bandungharjo merupakan salah satu desa yang memiliki luas lahan kering terbesar di Kecamatan Toroh, yaitu sebesar.242,07 ha. Penelitian ini bertujuan untuk () Mengetahui besarnya biaya, penerimaan, dan pendapatan dari usahatani jagung di Desa Bandungharjo Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan (2) Mengetahui tingkat distribusi penguasaan lahan petani jagung di Desa Bandungharjo Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan (3) Mengetahui tingkat distribusi pendapatan petani jagung di Desa Bandungharjo Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan (4) Mengetahui pengaruh faktor-faktor yang terdiri dari luas lahan, tenaga kerja, biaya saprodi dan produksi terhadap pendapatan usahatani jagung di Desa Bandungharjo Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan. METODE PENELITIAN Metode Dasar Penelitian Metode dasar penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif analitik yaitu memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah yang aktual (Surakhmad, 994). Teknik penelitian yang digunakan adalah penelitian survei.

PENGARUH DISTRIBUSI PENGUASAAN LAHAN TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN PETANI JAGUNG DI KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN (Studi Kasus di Desa Bandungharjo) Ragil Budi Santoso, Endang Siti Rahayu, Minar Ferichani Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta Telp./ Fax. (027) 637457 E-mail: kawatberkarat@ymail.com. Telp 08564204474 Abstract: This research aimed to find out the farming cost, revenue, and income; land holding distribution level; income distribution level; and to find out the variables affecting the corn farmer s income in Toroh Subdistrict of Grobogan Regency (A Case Study on Bandungharjo Village).The fundamental method use d was a descriptive analytical method with survey technique. The study was taken place in Bandungharjo Village using case study. The respondent was the farmers taken using snowball sampling. The result of corn farming analysis obtained that the farming cost was IDR 3,508,22.89/ha/MT, revenue was IDR 9,546,30.45/ha/MT, and income was IDR 6,038,088.56/ha/MT. The land holding distribution score was 0.389 meaning that there was an imbalance of land holding belonging to medium criteria. The income distribution score was 0.398 meaning that there was an imbalance of medium land holding. The result of regression analysis showed that land width, labor, and saprodi cost variables, either simultaneously or partially, affected significantly the farming income of corn farmer in Bandungharjo Village. Key words : Corn Farming, Land Holding Distribution, Income Distribution, Income Variables Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui biaya, penerimaan, dan pendapatan usahatani; tingkat distribusi penguasaan lahan; tingkat distribusi pendapatan; serta mengetahui beberapa variabel yang mempengaruhi pendapatan usahatani petani jagung di Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan (studi kasus di Desa Bandungharjo). Metode dasar yang dipergunakan adalah metode deskripsi analisis serta pelaksanaannya dengan teknik survei. Penelitian dilakukan di Desa Bandungharjo secara studi kasus. Responden merupakan petani jagung yang pemilihannya berdasarkan metode snowball sampling. Hasil analisis menunjukkan bahwa biaya usahatani sebesar Rp 3.508.22,89/ha/MT, penerimaan usahatani sebesar Rp 9.546.30,45/ha/MT, dan pendapatan usahatani sebesar Rp 6.038.088,56/ha/MT. Nilai distribusi penguasaan lahan yaitu 0,389 yang artinya terjadi ketimpangan penguasaan lahan yang masuk dalam kriteria sedang. Nilai disribusi pendapatan yaitu sebesar 0,398 yang artinya terjadi ketimpangan penguasaan lahan yang sedang. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa variabel luas lahan, tenaga kerja, dan biaya saprodi secara bersama-sama maupun individu berpengaruh nyata terhadap besar pendapatan usahatani petani jagung di Desa Bandungharjo. Kata kunci : Usahatani Jagung, Distribusi Penguasaan Lahan, Distribusi Pendapatan, Variabel Pendapatan