PENGARUH PENGGUNAAN JENIS SHELTER YANG BERBEDA PADA BUBU DASAR TERHADAP HASILTANGKAPAN DI PERAIRAN KABUPATEN BARRU SULAWESI SELATAN

dokumen-dokumen yang mirip
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan

DESKRIPSI ALAT TANGKAP IKAN DI KECAMATAN BONTOMANAI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

ABSTRAK. Kata kunci: Jumlah tangkapan; struktur ukuran; jenis umpan; ikan demersal dan rawai dasar

VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP. Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan

Muhamad Farhan 1), Nofrizal 2), Isnaniah 2) Abstract

MODEL PENGELOLAAN PERIKANAN RAJUNGAN DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN NELAYAN DI KABUPATEN PANGKEP

KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN DI PESISIR BARAT SELATAN PULAU KEI KECIL KEPULAUAN KEI MALUKU TENGGARA

5 PEMBAHASAN 5.1 Performa Fyke Net Modifikasi

4 HASIL. Gambar 8 Kapal saat meninggalkan fishing base.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perbandingan Hasil Tangkapan Rajungan Pada Alat Tangkap Bubu Kerucut dengan Umpan yang Berbeda

PENGARUH MODIFIKASI KABAM (TRAP) TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN SELUANG (Rasbora sp)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Jumlah Armada Penangkapan Ikan Cirebon Tahun Tahun Jumlah Motor

HUBUNGAN TIPE DASAR PERAIRAN DENGAN DISTRIBUSI IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN PANGKAJENE SULAWESI SELATAN 2011

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Ikan Karang 2.2 Habitat Ikan Karang

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

PENGARUH JARAK TALI CABANG PADA ALAT TANGKAP PANCING RAWAI DASAR TERHADAP HASIL TANGKAP IKAN DASAR DI PERAIRAN SELAT MADURA

Potensi Terumbu Karang Luwu Timur

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknologi Penangkapan 2.2 Alat Tangkap Perangkap ( Traps

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Analisis Komparasi

Gambar 2. Konstruksi pancing ulur Sumber : Modul Penangkapan Ikan dengan Pancing Ulur

3 METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol 1. No. 1, Desember 2010: 24-31

5 PEMBAHASAN 5.1 Komposisi Hasil Tangkapan

Jaring Angkat

Randy Aditya, Paulus Taru dan Adnan

Jurnal Agrisistem, Juni 2007, Vol. 3 No. 1 ISSN

HUBUNGAN JENIS UMPAN DAN UKURAN MATA PANCING ALAT TANGKAP RAWAI DASAR TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp) DI PERAIRAN PASIR, KEBUMEN

Laporan Keanggotaan PT Samudera Eco Anugerah (SEA) dalam Seafood Savers

POTENSI PERIKANAN TANGKAP DI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH (KKPD) KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU, INDONESIA

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

FISHING GEAR PERFORMANCE ON SKIPJACK TUNA IN BONE BAY DISTRICT LUWU

PENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN

Laporan Keanggotaan PT Samudera Eco Anugerah (SEA) dalam Seafood Savers

V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (2) Oktober 2014: ISSN: X

UKTOLSEYA (1978) menyatakan bahwa usaha-usaha perikanan di daerah pantai tidak terlepas dari proses-proses dinamika kondisi lingkungan laut yang

EFEKTIVITAS CELAH PELOLOSAN (ESCAPE GAP) PADA ALAT TANGKAP PENGILAR UNTUK MENUNJANG KELESTARIAN SUMBERDAYA IKAN

KONDISI PERIKANAN TANGKAP DI WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN (WPP) INDONESIA. Rinda Noviyanti 1 Universitas Terbuka, Jakarta. rinda@ut.ac.

3 METODOLOGI. Sumber: Google maps (2011) Gambar 9. Lokasi penelitian

WAKTU PENANGKAPAN KEPITING BAKAU (Scylla serrata) DI PERAIRAN LONTAR KABUPATEN SERANG BANTEN

ABSTRACT. KAHARUDDIN SHOLEH. The Analysis of Ship Visits, Production and Fish Prices Relationship at Brondong Fishing Port. Under Supervision of EKO

5 TINGKAT KEBUTUHAN ES UNTUK KEPERLUAN PENANGKAPAN IKAN DI PPS CILACAP

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3 METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH UMPAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN ALAT TANGKAP PANCING TONDA DI KECAMATAN TANJUNG MUTIARA KABUPATEN AGAM PROVINSI SUMATERA BARAT OLEH

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya laut baik hayati maupun non hayati, sehingga hal ini

TEKNIK PENGOPERASIAN PANCING TENGGIRI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU CAHAYA

4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Kabupaten Lamongan

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

PERBEDAAN PRODUKSI BAGAN PERAHU BERDASARKAN PERIODE BULAN DI PERAIRAN KABUPATEN BARRU

PERIKANAN BUBU DASAR DI KABUPATEN BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG JUSTIAR NOER

SUMBER DAYA RAJUNGAN (Portunus pelagicus) DI PERAIRAN TANGERANG

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 4.2 Keadaan Umum Perikanan di Sulawesi Utara

Status Perikanan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP RI 571) Laut Andaman dan Selat Malaka 1

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BEBERAPA JENIS PANCING (HANDLINE) IKAN PELAGIS BESAR YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PPI HAMADI (JAYAPURA)

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGGUNAAN CELAH PELOLOSAN PADA BUBU TAMBUN TERHADAP HASIL TANGKAPAN KERAPU KOKO DI PULAU PANGGANG, KEPULAUAN SERIBU DIDIN KOMARUDIN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bubu ( Traps

PENGARUH PENGGUNAAN MATA PANCING GANDA PADA RAWAI TEGAK TERHADAP HASIL TANGKAPAN LAYUR

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

SELEKSI UNIT PENANGKAPAN IKAN DI KABUPATEN MAJENE PROPINSI SULAWESI BARAT Selection of Fishing Unit in Majene Regency, West Celebes

Jurnal Harpodon Borneo Vol.10. No.1. April ISSN : X

DAYA TANGKAP BUBU LIPAT YANG DIOPERASIKAN OLEH NELAYAN TRADISIONAL DI DESA MAYANGAN KABUPATEN SUBANG

PENGARUH BENTUK DAN LETAK CELAH PELOLOSAN (Escape Gap) PADA ALAT TANGKAP PENGILAR TERHADAP KELESTARIANSUMBERDAYA IKAN

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

Rizka Oktafiani*), Asriyanto, dan Pramonowibowo

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN BUBU LIPAT KOTAK DENGAN BUBU LIPAT KUBAH TERHADAP HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN

EFEKTIVITAS PENANGKAPAN IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DENGAN BUBU MENGGUNAKAN UMPAN BUATAN. I. Pendahuluan

Alat Lain. 75 Karakteristik perikanan laut Indonesia: alat tangkap

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

SELEKSI UMPAN DAN UKURAN MATA PANCING TEGAK. (Selection on bait and hook number of vertical line) Oleh:

TINGKAT KEMATANGAN GONAD KEPITING RAJUNGAN (Portunus pelagicus L.) DI HUTAN MANGROVE TELUK BUO KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sistem Perikanan Tangkap Ramah Lingkungan sebagai Upaya Menjaga Kelestarian Perikanan di Cilacap

MENGAPA PRODUKSI KEPITING RAJUNGAN MENURUN DAN KEBIJAKAN APA YANG PERLU DILAKUKAN MENGANTISIPASINYA. Oleh. Wayan Kantun

ANALISIS KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN RAWAI (LONG LINE) PAGI DAN SIANG HARI DI PERAIRAN TELUK PAMBANG KECAMATAN BANTAN KABUPATEN BENGKALIS PROVINSI RIAU

Pengaruh penambahan ekstrak minyak tenggiri pada umpan bubu terhadap hasil tangkapan ranjungan di perairan Malalayang, Kota Manado

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pengaruh warna umpan pada hasil tangkapan pancing tonda di perairan Teluk Manado Sulawesi Utara

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STATUS HASIL TANGKAPAN PERIKANAN PANCING DASAR DI PERAIRAN TELUK BUYAT. The Status of Bottom Hand Line Catch in Buyat Bay

II. TINJAUAN PUSTAKA Penangkapan Ikan. Ayodhyoa (1981) mengatakan bahwa penangkapan ikan adalah suatu usaha

Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN : LIMBAH IKAN SEBAGAI ALTERNATIF UMPAN BUATAN UNTUK ALAT TANGKAP PANCING TONDA

4 HASIL. Kabupaten Bangka Selatan dapat dilihat pada Gambar. 1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PERBEDAAN JENIS UMPAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN PADA PANCING GURITA (JIGGER) DI PERAIRAN KARIMUNJAWA, JAWA TENGAH

PENANGKAPAN IKAN KAKAP (Lutjanus sp.) DI SEKITAR PULAU TIMOR. (SNAPPER (Lutjanus sp.) FISHERIES IN KUPANG REGENCY OF EAST NUSA TENGGARA PROVINCE)

STUDY ON THE MATERIAL OF OCTOPUS TRAP AS SUBSITUTION MATERIAL SNAIL SHELL AT SEI NAGALAWAN VILLAGE, NORT SUMATERA

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Valuasi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Ekosistem Terumbu Karang Pada Taman Nasional Kepulauan Seribu, Jakarta

Transkripsi:

Jurnal Galung Tropika, 3 (2) Mei 2014, hlmn 1-7 ISSN 2302 4178 PENGARUH PENGGUNAAN JENIS SHELTER YANG BERBEDA PADA BUBU DASAR TERHADAP HASILTANGKAPAN DI PERAIRAN KABUPATEN BARRU SULAWESI SELATAN THE INFLUENCE OF THE USE OF DIFFERENT TYPES OF SHELTER AT THE BASE OF BUBU CATCHES IN THE WATERS OF SOUTH SULAWESI BARRU KABUPATEN Syamsul Hadi Email: syamsulhadi007@gmail.com Politeknik Pertanian Negeri Pangkep ABSTRACT The purpose of this research is to know the influence of the use of different shelters on the basis of the number and bubu type catches. The research was conducted May through October 2013. Field research and data analysis and report preparation, with the location of the fishing waters in the area of research base Regency Barru. The methods used in this research is a field observation method using Experimental fishing. The Data collected are the primary and secondary data. Primary Data obtained through the activities of catching every day as much as one time setting, each treatment with Deuteronomy as many as 9 times at random begantian. The results showed that use of the shelters of different real seagrass on the number and types of catches. Key words: Bottom trap, shalter, and bottom fish ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penggunaan shelter yang berbedapada bubu dasar terhadap jumlah dan jenis hasil tangkapan. Penelitian dilakukan Mei sampai Oktober 2013.Penelitian lapangan serta analisis data dan penyusunan laporan, dengan lokasi fishing base research di kawasan perairan Kabupaten Barru.Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode observasi lapangan dengan menggunakan Experimental fishing. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui kegiatan penangkapan setiap hari sebanyak satu kali setting, setiap perlakuan dengan ulangan sebanyak 9 kali secara acak begantian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan shelter dari lamun berbeda nyata terhadap jumlahdanjenishasil tangkapan. Kata Kunci ; Bubu dasar, Shelter, ikan dasar

2 Syamsul Hadi PENDAHULUAN Pengembangan usaha penangkapan di Propinsi Sulawesi Selatan untuk perairan lepas pantai diarahkan pada alat tangkap Pole and Line, Rawai Tuna, Vertical Longline dan Purse Seine dengan ukuran kapal penangkap di atas 10 GT. Sedangkan pembangunan dan pengelolaan perikanan pantai yang memilki garis pantai sepanjang 2.500 km diarahkan pada pengembangan penggunaan alat tangkap gill net, mini purse seine, dan payang dengan ukuran kapal di bawah 10 GT. Khusus untuk pemanfaatan potensi perikanan karang seperti ikan kerapu, kakap, lencam, kebijakan pemanfaatannya diarahkan pada penggunaan alat tangkap bubu, gill net, dan pancing (Wudianto, dkk., 1988). Salah satu jenis alat tangkap yang sangat efektif untuk menangkap ikan karang atau jenis ikan dasar adalah bubu (fishpot).keunggulan alat tangkap ini dibandingkan dengan alat tangkap lainnya adalah, tidak merusak lingkungan dan sumberdaya lainnya (Rumeli, dkk., 1987).Alat tangkap bubu telah lama digunakan oleh nelayan dalam kegiatan penangkapan ikan karena selain biaya pembuatan alat relatif murah dan hanya menggunakan teknologi sederhana, juga mudah diopersikan dengan prasarana yang sederhana, sehingga memungkinkan bagi nelayan marginal untuk dapat mengusahakan. Lebih lanjut dikemukakan oleh Vivakartika (199) danwibyosatoto (1994), bahwa bubu dapat dibuat dari bahan kayu, bambu, plastik, jaring ataupun kawat serta dioperasikan secara pasif pada perairan karang atau dasar dengan hanya menempatkan beberapa waktu lamanya sampai ikan-ikan masuk ke dalam bubu. Dalam pengoperasian bubu untuk menangkap berbagai jenis ikan demersal dani kankarang, bubu dapat dioperasikan dengan berbagai macam shalter untuk menarik atau memikat ikan-ikan tersebut datang dan masuk kedalam bubu yang ditempatkan pada dasar perairan atau pada bagian celah-celah karang di dalam perairan (Pongsapan, dkk., 1997). TUJUAN PENELITIAN Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan shelter dan pengaruh perbedaan shelter yang digunakan pada bubu dasar terhdap hasil tangkapan. MANFAAT PENELITIAN Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan penggunaan shelter pada perikanan bubu, sebagai masukan untuk pengembangan perikanan dasar dan kemungkinan pengembangan lebih lanjut alat tangkap bubu, dan untuk meningkatkan hasil tangkapan serta pendapatan nelayan. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan, mulai bulan Mei sampai dengan Bulan Oktober 2013, penelitian lapangan serta analisis data dan penyusunan laporan, dengan lokasi fishing base research di kawasan perairan Kabupaten Barru.Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: 4 (empat) unit bubu

Pengaruh Penggunaan Jenis Shelter yang berbeda pada Bubu Dasar Terhadap Hasil Tangkapan di Perairan Kabupaten Barru Sulawesi Selatan 3 dengan ukuran PXLXD = 70 x 48 x 23 xcm, Tali Rafia, Daun kelapa, lamun (sea grass),secchi dish, Current meter, Timbangan, dan perahu jukung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode observasi ke lapangan dengan menggunakan Experimental fishing. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui kegiatan penangkapan tiap hari sebanyak satu kali setting setiap perlakuan perhari dengan ulangan sebanyak 9 kali ulangan secara acak begantian. Anallisis data yang digunakan adalah analisis sidik ragam dengan menggunakan RAL (Rancangan acak lengkap) sebagai rancangan percobaan (StelldanTorrie, 1991). Penelitian ini menggunakan 4 (empat) jenis perlakuan yang berbeda, yaitu menggunakan jenis shelter dari bahan tali Rafia, daun kelapa, lamun serta tanpa menggunakan shelter sebagai kontrol. Selanjutnya dilakukan uji-f uuntuk mengetahui apakah pemberian shelter memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah hasil tangkapan dibandingkan dengan hasil tangkapan bubu tanpa shelter.setelah uji Fdilakukan, dilanjutkan uji-t untuk mengetahui jenis shelter mana yang terbaik untuk menangkap ikan dengan menggunakan alat tangkap bubu. HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis ikan yang banyak tertangkap adalah jenis ikan dari family Serranidae, Lutjanidae dan Acanthuridae. Jenis ikan tersebut antara lain, ikan kerapu (Epinephelus sp) dari famili Serranidae dan ikan kerung-kerung (Therapon sp) dari famili Lutjanidae dengan jumlah masing-masing 13 ekor dari total hasil tangkapan sebanyak 61 ekor atau sebanyak 21,31%. Kemudian disusulikanbaronang (Siganus canaliculatus) dari famili Acanthuridae dengan jumlah tangkapan 11 ekor (18,03%). Jenis ikan lainnya seperti ikan cepa (Caranx armatus) tertangkap sebanyak 9 ekor (14,75%), kakap merah (Lutjanus argentimaculatus) yang termasuk dalam famili Lutjanidae diperoleh sebanyak 7 ekor (11,48%), katamba (Lutjanus johnii), dan rajungan (Portunus pelagicus) tertangkkap sebanyak 3 ekor (4,92%). Besarnya hasil tangkapan ikan kerapu dan kerungkerung diantara semua jenis ikan hasil tangkapan lainnya, diduga berkaitan dengan aspekbiologi jenis ikan tersebut yang merupakan ikan yang sangat rakus memangsa makanan dengan mengandalkan inderapenciuman (Gunarso, 1985).

4 Syamsul Hadi Tabel 1. Jenis dan Jumlah (ekor) dan Prosentase (%) hasil Tangkapan Bubu dengan Perlakuan Beberapa Jenis Shelter. Perlakuan Sub Prosentase Jenis ikan Rafia Daun Kelapa Lamun Kontrol Total (%) ekor % ekor % Ekor % Ekor % (Ekor) 1.Kerapu 8 53,33 2 13,33 3 12 0 0 13 21,31 2.Kerung- 4 26,67 2 13,33 5 20 2 33,33 13 21,31 kerung 3.Baronang 0 0 4 26,67 5 20 2 33,33 11 18,03 4.Cepa 1 6,67 7 46,67 0 0 1 16,67 9 14,75 5.Kakap 1 6,67 0 0 5 20 1 16,67 7 11,48 merah 6.Katamba 1 6,67 0 0 4 16 0 0 5 8,21 7.Rajungan 0 0 0 0 3 12 0 0 3 4,92 Jumlah 15 100 15 100 25 100 6 100 61 100 Pada bubu dengan perlakuan jenis shelter yang terbuat dari tali rafia, ikan kerapu (Epinephalus sp) paling banyak tertangkap dengan jumlah 8 ekor atau 53,33 % dari total hasil tangkapan bubu,kemudian ikan kerung-kerung (Tharapon sp) sebanyak 4 ekor (26,67%), danselanjutnya ikan kakap merah, katamba, dan ikan cepa masingmasing 1 ekor (6,67%). Hasil tangkapan bubu dengan perlakuan jenis shelterdaun kelapa, ikan yang banyak tertangkap adalah jenis ikan cepa (Caranx armatus) sebanyak 7 ekor atau 46,67%,selanjutnya ikan baronang (Siganus canaliculatus) sebanyak 4 ekor (26,67%), dankemudian Ikan kerapu dan jenis ikan kerung-kerung masingmasing2 ekor (13,33%). Bubu dengan perlakuan shelter yang terbuat dari lamun (sea grass), hasil tangkapannya adalah ikan kerung-kerung, ikan baronang dan ikan kakap merah masing-masing tertangkap sebanyak 5 ekor atau masing-masing sebesar20 %. kemudian ikan katamba (Lutjanus johnii) sebanyak 4 ekor (16 %), ikan kerapu dan rajungan (Portunus pelagicus) masingmasing 3 ekor atau 12%. Untuk bubu kontrol, tertangkap ikan kerung-kerung dan ikan baronang masing-masing 2 ekor atau masing-masing sebesar 33,33%. Ikan kakap merah dan ikan Cepa masingmasing tertangkap 1ekor atau sebesar16,67 %. Berat (gram) hasil tangkapan yang didapat selama penelitian, rajungan memiliki berat rata-rata terbesar, yaitu 353,33 gram, kemudian ikan baronang 212,73 gram, ikan kerapu rata-rata 146,15 gram,ikan katamba rata-rata 145 gram,kakap merah 125 gram, kerungkerung 80,38 gram, dan jenis ikan cepa seberat81,67 gram.

Pengaruh Penggunaan Jenis Shelter yang berbeda pada Bubu Dasar Terhadap Hasil Tangkapan di Perairan Kabupaten Barru Sulawesi Selatan 5 Tabel 2. Jumlah(ekor) dan berat(gram) ikan hasil tangkapan Bubu dengan perlakuan jenis Shelter berbeda. Jenis ikan Perlakuan Rafia Daun Kelapa Lamun Kontrol ekor berat ekor berat ekor berat Ekor berat Sub. Total Jumlah (Ekor) Sub. Total Berat (gram) 1.Kerapu 8 1340 2 220 3 340 0 0 13 1900 2.Kerung 4 270 2 275 5 360 2 140 13 1045 kerung 3.Baronang 0 0 4 880 5 1060 2 400 11 2340 4.Cepa 1 70 7 585 0 0 1 80 9 735 5.Kakap 1 100 0 0 5 680 1 95 7 875 merah 6.Katamba 1 150 0 0 4 575 0 0 5 725 7.Rajungan 0 0 0 0 3 1060 0 0 3 1060 Jumlah 15 1930 15 1960 25 4075 6 715 61 8680 Pada bubu dengan perlakuan shelter rafia, diperoleh rata-rata berat ikan hasil tangkapan tangkapan adalah 128,67 gram, kemudian bubu dengan perlakuan shelter daun kelapa memperoleh hasil tangkapan rata-rata berat130, 67 gram, dan untuk bubu dengan shelter lamun rata-rata hasil tangkapannya seberat 163,00 gram.sedangkan untuk bubu kontrol, rata-rata ikanhasil tangkapannya memilikiberatsebesar 119,17 gram. Ikan dari famili Serranidae, yaitu ikan kerapu, dan ikan kerung-kerung dari famili Lutjanidae diperoleh dalam jumlah paling banyak diantara jenis ikan lainnya yang tertangkap bubu. Ikan kerapu tertangkap pada hampir setiap bubu yang diberi perlakuan jenis shelter yang berbeda (rafia, daun kelapa, dan lamun).ikan kerapu (Epinephelus sp) merupakan ikan predator yang memangsa ikan pada struktur trofik yang lebih rendah dan aktif mencari makan pada malam hari sampai menjelang subuh. Ikan ini diduga tertarik masuk ke dalam bubu karena tertarik oleh ikan-ikan mangsa (prey) yang berada dalam bubu. Ikan-ikan mangsa tersebut, masuk ke dalam bubu karena mencari perlindungan(bernaung) pada shelter yang dipasang pada bubu. Selain itu, ikan kerapu diduga tertarik oleh bubu karena sifat tigmotagsis ikan yang selalu ingin bersembunyi di karang dan menunggu mangsanya lewat. Dengan demikian, cukup beralasan dengan pendapat Gunarso (1985) bahwa, penyediaan tempat-tempat bersembunyi maupun berlindung bagi ikan-ikan merupakan salah satu jenis pikatan. Jensi ikan berikutnya yang tertangkap pada hampir setiap bubu yang diberi perlakuan berbeda adalah, ikan dari famili Lutjanidae. Salah satu jenis ikan dari famili tersebut yang tertangkap pada bubu dengan shelter rafia, daun kelapa, dan lamun, serta bubu kontrol adalah ikan kerung-kerung (Therapon sp). Jenis lainnya yaitu, kakap merah (Lutjanus argentimaculatus) tertanggkap pada bubu dengan perlakuan shelter rafia, lamun dan pada bubu kontrol. Sedangkan katamba (Lutjanus johnii) tertangkap hanya pada bubu yang diberi perlakuan shelter rafia dan lamun. Jenis ikan tersebut mencari

6 Syamsul Hadi mangsa dengan cara bersembunyi di selasela karang menunggu mangsa,dan umumnya ikan ini hidup pada kondisi dasar perairan karang berpasir. Hasil tangkapan berikutnya yang mendominasi dalam hal berat (gram) adalah, ikan baronang yang termasuk dalam famili Acanthuridae. Ikan baronang tertangkap dalam jumlah ekor tidak sebanyak ikan kerapu, tetapi dalam ukuran berat ikan baronang lebih berat dari ikan kerapu yang tertangkap dalam bubu, yaitu 2.340 gram. Jenis ikan baronang (Siganus canaliculatus) paling banyak tertangkap pada bubu yang diberi perlakuan lamun yakni seberat 1.060 gram. Hal ini sesuai dengan sifatnya yang pemakan tumbuhan (herbivor). Oleh karena itu, jenis ikan baronang sering ditemukan pada lingkungan perairan yang banyak terdapat tumbuhan laut, misalnya pada terumbu karang yang ditumbuhi lamun dan alga yang lebat (Nybakken, 1992). Rajungan juga tertangkap pada bubu yang diberi perlakuan shelter dari lamun. Diduga rajungann ini masuk ke dalam bubu karena mencari mangsa berupa ikan-ikankecil yang berlindung di dalam bubu atau hewan-hewan lainnya yang sudah mati, karena rajungan mempunyai sifat memakan hewan yang sudah mati (scavenger). Hasil yang diperoleh dari analisis sidik ragam dari 3 (tiga) jenis shelter dan satu perlakuan tanpa shelter dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL),diperoleh nilai f-hitung lebih besar dibandingkan F- tabel (14,70 > 2,90) yang menunjukkan bahwa, terdapat pengaruh yang nyata antara pemberian shelter (rafia, daun kelapa, dan lamun) dan bubu tanpa shelter terhadap berat hasil tangkapan. Hasil analisis sidik ragam antara jumlah ekor hasil tangkapan dengan berat (gram) hasil tangkapan bubu, terdapat perbedaan. Perlakuan shelter pada bubu, tidak berpengaruh terhadap jumlah ekor ikanhasil tangkapan, tetapi berpengaruh terhadap berat hasil tangkapan. Hal ini disebabkan jenis ikan hasil tangkapan yang diperoleh terdiri dari beberapa macam jenis ikan dari famili yang berbeda. Dalam setiap ulangan, diperoleh beberapa jenis ikan yang berbeda dalam satu bubu, sehingga jumlah ekor hasil tangkapan tidak berbanding lurus dengan berat hasil tangkapan. Analisis sidik ragam untuk uji F terdapat berat hasil tanggkapan, diperoleh nilai F-hitung lebih besar dari F-tabel, maka selanjutnya dilakukan uji-t.dalam analisis uji-t diperoleh bahwa, masingmasing jenis shelter berpengaruh terhadap hasil tangkapan bubu. Untuk shelter dari rafia, T hitungnya adalah 5,244, shelter dari daun kelapa T hitungnya 5,918, dan shelter dari lamun 8,695. Masing-masing hasil T hitung tersebut lebih besar dari T tabel (discount faktor 8), yaitu 2,306 ( α = 5%). Dalam uji coba shelter terhadap bubu ini, diperoleh bahwa perlakuan jenis shelter dari lamun (sea grass) sangat berpengaruh terhadap hasil tangkapan. Diduga hal ini disebabkan lamun merupakan tumbuhan yang memang terdapat pada habitat tempat hidup jenisjenis ikan yang tertangkap, sehingga keberadaan lamun dalam bubu lebih mudah manarik ikan untuk mendekati dan akhirnya masuk ke dalam bubu.

Pengaruh Penggunaan Jenis Shelter yang berbeda pada Bubu Dasar Terhadap Hasil Tangkapan di Perairan Kabupaten Barru Sulawesi Selatan 7 KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah, jenis ikan dari famili Serranidae dan Lutjanidae merupakan jenis ikan karang yang paling banyak tertangkap, yaitu masing-masing sebanyak 13 ekor dari total hasil tangkapan, yakni sebanyak UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Direktur Politeknik 61 ekor. Bubu dengan perlakuan shelter dari lamun, memperoleh hasil tangkapan terbanyak dibandingkan perlakuan shelter lainnya.sebaliknyaperlakuan shelter pada bubu, tidak berpengaruh terhadap ikanhasil tangkapan (ekor), tetapi sangat berpengaruh terhadap berat (gram) hasil tangkapan. Pertanian Negeri Pangkep, Ketua Jurusan Penangkapan Ikan, Ketua UPPM Politeknik Pertanian Negeri Pangkep yang telah mendukung terlaksananya penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Gunarso,W., 1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Metode dan Taktik Penangkapan. Diktat Kuliah. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan IPB.Bogor Nybakken, J.W., 1992. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologi. PT Gramedia. Jakarta. Pongsapan, D.S; A. Mansyur dan A.M.Tangko, 1997. Penagruh shelter Terhadap Hasil Tangkapan Bubu Kawat di Perairan Pulau Podang-Podang Pangkep. Kumpulan Abstrak Simposium Perikanan Indonesia II. Puslitbang Perikanan Bekerjasama dengan JICA, UNHAS, Dinas Perikanan Sulsel, ISPIKANI dan HIMARIN. Makassar. Rumeli,H; H.R. Barrus dan H.Priyadi, 1987. Hasil Tangkapan Bubu Dasar di Tanjung Pasir Tangerang. Jurnal penelitian Perikanan Laut No.38/1987. Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta. Stell,R.G.D dan J.H.Torrie, 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. Suatu Pendekatan Biometrik.PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Vivakartika,P., 1990. Studi tentang Pengaruh Kedalaman Peasangan Bubu Terhadap Hasil Tangkapan Ikan karang di Kecamatan Teluk Betung Bandar Lampung. Skripsi. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan IPB. Bogor. Wibyosatoto, B., 1994. Studi Tentang Pengaruh Perbedaan Konstruksi Mulut Bubu pada Bubu Lipat Terhadap Hasil Tangkapan di Perairan Bengkulu. Skripsi. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan IPB. Bogor. Wudianto; C., Nasution dan H.R. Barrus.1988.. Uji Coba Bubu Plastik di Perairan Jawa Barat. Jurnal Penelitian Perikanan Laut No. 46. Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta.