PERAN BALAI PEMASYARAKATAN DALAM PEMBERIAN PEMBEBASAN BERSYARAT BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN (STUDI DI BALAI PEMASYARAKATAN KLAS II PEKALONGAN)

dokumen-dokumen yang mirip
Institute for Criminal Justice Reform

Institute for Criminal Justice Reform

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Penyelenggaraan

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN Jalan Veteran No. 11 Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. Para pelaku tindak pidana tersebut,yang memperoleh pidana penjara

KEPUTUSAN MENTERI KEHAKIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M.01-PK TAHUN 1999 TENTANG ASIMILASI, PEMBEBASAN BERSYARAT DAN CUTI MENJELANG BEBAS

BAB 1 PENDAHULUAN. berusia tahun, korban berusia 6 12 tahun sebanyak 757 kasus (26 %)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 31 TAHUN 1999 (31/1999) TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Kata kunci: Lembaga Pemasyarakatan, Pembebasan Bersyarat, Warga Binaan, Resosialisasi

KEPUTUSAN MENTERI KEHAKIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :M.01-PK TAHUN 1999 TENTANG ASIMILASI, PEMBEBASAN BERSYARAT DAN CUTI MENJELANG BEBAS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Maksudnya adalah bahwa pembimbing kemasyarakatan yang ada di BAPAS. kerjaannya untuk dapat menyelesaikan persoalan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV FAKTOR PENGHAMBAT DALAM PELAKSANAAN PEMBIMBINGAN OLEH PEMBIMBING KEMASYARAKATAN PADA KLIEN PEMASYARAKATAN ANAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Balai pemasyarakatan (BAPAS) klas II Gorontalo dibentuk sesuai dengan Keputusan

2 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara R

MENTERI KEHAKIMAN DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

BAB III PENUTUP. maupun hukum positif, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Bersyarat sudah berjalan cukup baik dan telah berjalan sesuai dengan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN JL. VETERAN NO. 11

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

Peranan Pembimbing Kemasyarakatan dalam Pengadilan Anak di Pematangsiantar. Abstrak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembinaan merupakan aspek penting dalam sistem pemasyarakatan yaitu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pergeseran paradigma dalam hukum pidana, mulai dari aliran klasik,

PELAKSANAAN PEMBEBASAN BERSYARAT BAGI NARAPIDANA DI RUMAH TAHANAN NEGARA (RUTAN) PURWODADI GROBOGAN NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Asimilasi. Pembebasan Bersyarat.

2016, No Keluarga, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pem

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan undang-undang Dasar 1945 pasal 28H ayat (1) tentang Hak

2018, No bersyarat bagi narapidana dan anak; c. bahwa Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 21 Tahun 2013 tentang Syarat dan Tata

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

PEDOMAN APLIKASI SISTEM INFORMASI BIMBINGAN MANDIRI ONLINE (SIBIMO) BAB I PENDAHULUAN

PELAKSANAAN PEMBEBASAN BERSYARAT BAGI NARAPIDANA (Studi: Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Padang) ARTIKEL/JURNAL

PENANGANAN PERKARA ANAK PADA BAPAS JAKARTA-TIMUR. PUSANEV_BPHN. Oleh : Ida Rifdiah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

PELAKSANAAN PEMBERIAN CUTI BERSYARAT BAGI NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA KEROBOKAN DENPASAR

BAB V KESIMPULAN. dua cara kerja. Pertama dari prosedur tahapan kerja yang dilakukan BAPAS

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sistem Peradilan Pidana Anak adalah keseluruhan proses penyeles

BAB I PENDAHULUAN. diri manusia, bersifat universal dan langgeng, oleh karena itu harus dilindungi,

BAB II PEMBAHASAN. Asimilasi narapidana merupakan proses pembauran narapidana dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia Keberhasilan pembebasan..., Windarto, FISIP UI, 2009

2017, No Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 77, Tam

BAB I PENDAHULUAN. Anak dalam Islam adalah sebagai makhluk ciptaan Allah swt. yang. berkedudukan mulia dan dalam keluarga dia memiliki kedudukan yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BAPAS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN PERLAKUAN ANAK DI BALAI PEMASYARAKATAN (BAPAS) BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

1 dari 8 26/09/ :15

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bagi negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila, pemikiran-pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi kebijakan..., Atiek Meikhurniawati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. DESKRIPSI SINGKAT B. KOMPETENSI UMUM C. KOMPETENSI KHUSUS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG

PERAN JAKSA DALAM PENGAWASAN NARAPIDANA YANG DIBERIKAN PELEPASAN BERSYARAT DI KOTA SURAKARTA (Studi Kasus Kejaksaan Negeri Surakarta)

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya, maka dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut :

SKRIPSI PERAN BAPAS DALAM PEMBIMBINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN YANG MENJALANI CUTI MENJELANG BEBAS. (Studi di Balai Pemasyarakatan Surakarta)

JURNAL PELAKSANAAN PEMBIMBINGAN TERHADAP ANAK PIDANA YANG MENDAPATKAN PEMBEBASAN BERSYARAT (STUDI LAPANGAN DI BALAI PEMASYARAKATAN KELAS I YOGYAKARTA)

UPAYA LEMBAGA PEMASYARAKATAN DALAM MENGOPTIMALKAN PROGRAM PEMBEBASAN BERSYARAT BAGI NARAPIDANA

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. 1 Hal ini berarti setiap

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional pada dasarnya merupakan pembangunan manusia

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

BAB I PENDAHULUAN A. DESKRIPSI SINGKAT B. KOMPETENSI UMUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 1999 TENTANG KERJASAMA PENYELENGGARAAN PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 1999 TENTANG KERJASAMA PENYELENGGARAAN PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

BAB III HAMBATAN PROSES PEMBINAAN DAN UPAYA MENGATASI HAMBATAN OLEH PETUGAS LAPAS KELAS IIA BINJAI

TINJAUAN YURIDIS PEMBERIAN PEMBEBASAN BERSYARAT TERHADAP NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS II A PALU IRFAN HABIBIE D ABSTRAK

PP 57/1999, KERJA SAMA PENYELENGGARAAN PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. tugas pokok melaksanakan pemasyarakatan narapidana/anak didik. makhluk Tuhan, individu dan anggota masyarakat.

Institute for Criminal Justice Reform

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha

PENULISAN HUKUM / SKRIPSI PEMBEBASAN BERSYARAT SEBAGAI SUATU MODEL PEMBINAAN NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pemasyarakatan, Pasal 9 Ayat (1) yang menegaskan : Pasal 2 sebagaimana disebutkan dalam Pasal 9 Ayat (1) Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. Indie (Kitab Undang Undang Hukum pidana untuk orang orang. berlaku sejak 1 januari 1873 dan ditetapkan dengan ordonasi pada tanggal

BAB I PENDAHULUAN. untuk anak-anak. Seperti yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang

2011, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan

BAB III PEMBERIAN PEMBEBASAN BERSYARAT MENURUT PERMEN. No.M.2.Pk Th 2007

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem pemasyarakatan yang merupakan proses pembinaan yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

2016, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4843); 3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang

BAB V PENUTUP. dijabarkan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan :

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana bersikap, bertutur kata dan mempelajari perkembangan sains yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah manajemen pengolahan arsip-arsip dokumennya. rekam medis. Menurut Permenkes No. 269 / MENKES / PER / III /

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV GAMBARAN UMUM BALAI PEMASYARAKATAN KELAS I SEMARANG

2017, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran N

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian Anak dalam Konsideran Undang-Undang Nomor 11 Tahun

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-01.PK TAHUN 2010 TENTANG REMISI SUSULAN

RENCANA INDUK PEMBANGUNAN UNIT PELAKSANA TEKNIS PEMASYARAKATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia bertujuan membentuk masyarakat yang adil dan

PERAN KANWIL KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM JAWA TENGAH DALAM PEMENUHAN HAM ANAK BERHADAPAN DENGAN HUKUM (ABH)

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tent

BAB I PENDAHULUAN. dijamin hak asasi manusianya karena hak asasi manusia merupakan hak dasar

Transkripsi:

PERAN BALAI PEMASYARAKATAN DALAM PEMBERIAN PEMBEBASAN BERSYARAT BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN (STUDI DI BALAI PEMASYARAKATAN KLAS II PEKALONGAN) NASKAH PUBLIKASI Oleh : DIMAS ANGLING PRIGANTORO C.100.070.046 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

PERAN BALAI PEMASYARAKATAN DALAM PEMBERIAN PEMBEBASAN BERSYARAT BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN (STUDI DI BAPAS KLAS II PEKALONGAN) Dimas Angling Prigantoro Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta email: ap_d1m45@yahoo.co.id ABSTRAK Peran Bapas dalam pemberian Pembebasan Bersyarat (PB) terhadap WBP yaitu melakukan Penelitian Kemasyarakatan (Litmas) dan pembimbingan sebagai upaya mengembalikan WBP ke tengah-tengah keluarga dan masyarakat sebagai manusia yang bertanggung jawab sebagai tujuan dari sistem pemasyarakatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran Bapas dalam pemberian PB bagi WBP dan hambatan yang dihadapi Bapas Klas II Pekalongan dalam pemberian PB bagi WBP dan cara mengatasinya. Penelitian ini merupakan penelitian empiris dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dan studi pustaka. Peran Bapas dalam Pemberian PB bagi WBP yaitu menyusun laporan Litmas untuk usulan PB dan melakukan pembimbingan terhadap Klien Pemasyarakatan yang memperoleh PB. Hambatan yang dihadapi Bapas Klas II Pekalongan dalam pemberian PB yaitu minimnya data WBP yang diusulkan PB, keterbatasan sarana dan prasarana, minimnya kualitas Pembimbing Kemasyarakatan (PK) dan masalah ekonomi WBP. Cara mengatasinya yaitu koordinasi dengan instansi terkait, mengoptimalkan kepemimpinan Kepala Balai Pemasyarakatan, meningkatkan kualitas petugas PK. Kata kunci : Balai Pemasyarakatan, Pembebasan Bersyarat (PB), Klien Pemasyarakataan, Warga Binaan. ABSTRACT Bapas role in granting parole (PB) of the PLT is to do Research Society (Litmas) and coaching as an attempt to restore prisoners to the middle of the family and society as a responsible human being as the purpose of the correctional system. This study aims to determine the role in the provision of NT Bapas for PLT and barriers faced Bapas Class II Pekalongan in PB for PLT provision and how to overcome them. This study is an empirical research using primary data and secondary data. Collecting data using interview techniques and literature. Granting Bapas role in the NT for the PLT which is preparing a report for the proposed PB Litmas and coaching to clients who acquire PB Corrections. Barriers faced Bapas Class II Pekalongan in the NT is the lack of data provision proposed PLT PB, limited facilities and infrastructure, the lack of quality of Community Advisors (PK) and PLT sekonomi problem. The fix is coordinating with relevant agencies, optimizing leadership Head Correctional Center, improving the quality of PK officer. Keywords : Hall of Corrections, Parole (PB), Clients Correctional, Inmates. iv

PENDAHULUAN Di dalam Sistem Pemasyarakatan selain dikenal pembinaan yang dilaksanakan di dalam Lembaga Pemasyarakatan (BINDALAPAS) juga dikenal pembinaan di luar Lembaga Pemasyarakatan (BINLULAPAS). Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang melaksanakan tugas pembinaan di luar Lembaga Pemasyarakatan adalah Bapas. 1 Balai Pemasyarakatan merupakan Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan berdasarkan Sistem Pemasyarakatan di mana Sistem Pemasyarakatan menitikberatkan pada usaha perawatan, pembinaan, pendidikan dan bimbingan bagi Warga Binaan Pemasyarakatan yang bertujuan untuk memulihkan kesatuan hubungan yang asasi antara individu Warga Binaan dan masyarakat. Selain melakukan pembuatan Litmas untuk usulan PB, Bapas juga melakukan pembimbingan terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan yang menjalani PB. Bagi WBP yang mendapatkan PB harus menjalani pembimbingan di Bapas. Warga Binaan Pemasyarakatan yang menjalani pembimbingan di Bapas berubah statusnya menjadi Klien Pemasyarakatan. Dengan demikian peran Bapas dalam pemberian terhadap WBP yaitu melakukan Litmas dan pembimbingan sebagai upaya mengembalikan WBP ke tengah-tengah keluarga dan masyarakat sebagai manusia yang bertanggung jawab sebagai tujuan dari sistem pemasyarakatan. Hambatan yang dihadapi Balai Pemasyarakatan Klas II Pekalongan dalam proses pemberian PB antara lain wilayah kerja yang luas yang meliputi 2 (dua) 1 Titi Dewanti Kellina, 2013. Pelaksanaan Kegiatan Kerja Bagi Klien Pemasyarakatan (Studi di Bapas Klas 1 Malang), Malang, Universitas Brawijaya. 1

2 kabupaten dan 5 (lima) kota khususnya medan lokasi rumah keluarga Warga Binaan Pemasyarakatan yang berat yang menyulitkan petugas dalam melakukan kunjungan rumah untuk penyusunan Litmas, keterbatasan personil, sarana dan prasarana maupun anggaran. Berdasarkan latar belakang sebagaimana tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk menyusun skripsi dengan judul Peran Balai Pemasyarakatan dalam Pemberian Pembebasan Bersyarat Bagi Warga Binaan Pemasyarakatan (Studi di Balai Pemasyarakatan Klas II Pekalongan). Permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini yaitu bagaimana peran Bapas dalam pemberian Pembebasan Bersyarat bagi Warga Binaan Pemasyarakatan dan apa hambatan-hambatan yang dihadapi Balai Pemasyarakatan Klas II Pekalongan dalam pemberian PB bagi Waega Binaan Pemasyarakatan dan bagaimana cara mengatasinya? Tujuan objektif penelitian ini yaitu untuk mengetahui peran Bapas dalam pemberian PB bagi WBP dan hambatan-hambatan yang dihadapi Bapas Klas II Pekalongan dalam pemberian PB bagi WBP serta cara mengatasinya. Adapun tujuan subjektif penelitian ini yaitu mencari data yang berhubungan dengan masalah peran Bapas dalam pemberian PB di Bapas Klas II Pekalongan. Manfaat teoritis penelitian ini yaitu sebagai bahan masukan untuk menambah ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu hukum pada khususnya dan bahan masukan atau pertimbangan dan referensi bagi penelitian berikutnya. Manfaat praktis penelitian ini yaitu sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi petugas Bapas dalam pemberian PB bagi WBP dan bahan informasi bagi masyarakat tentang pemberian PB.

3 Kerangka pemikiran dalam penelitian ini didasarkan pada indikator utama yaitu proses pemasyarakatan bagi masyarakat pelanggar hukum dan menjalani pembinaan di dalam Lembaga Pemasyarakatan (BINDALAPAS) dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu tahap awal (1/3 masa pidana), tahap lanjutan (1/3-1/2 masa pidana) dan tahap akhir (2/3 masa pidana). 2 Warga Binaan Pemasyarakatan yang telah menjalani 2/3 masa pidananya dapat memperoleh PB merupakan salah satu rangkaian proses pemasyarakatan sebagai upaya reintegrasi sosial. 3 Penelitian ini merupakan penelitian empiris dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dan studi pustaka. Hasil pengumpulan data dianalisis menggunakan teknik normatif kualitatif. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Peran Balai Pemasyarakatan dalam Pemberian Pembebasan Bersyarat (PB) bagi Warga Binaan Pemasyarakatan Peran Bapas dalam pemberian PB bagi WBP dilaksanakan sebagai berikut: (1) Pembuatan Penelitian Kemasyarakatan Untuk Usulan PB, dan (2) Pembimbingan Terhadap Klien Pemasyarakatan Yang Memperoleh PB. a. Pembuatan Penelitian Kemasyarakatan Untuk Usulan Pembebasan Bersyarat (PB) 2 Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan 3 Pasal 49 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) Nomor 21 Tahun 2012 tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian Remisi, Asimilasi, Cuti Mengunjungi Keluarga, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat.

4 Tahap-tahap Penelitian Kemasyarakatan untuk usulan PB dilaksanakan melalui tahap-tahap sebagai berikut: 4 (1) Petugas piket, menerima surat permintaan Litmas untuk usulan PB. (2) Petugas Urusan Tata Usaha, mencatat surat masuk, memberikan kartu disposisi dan menyerahkan kepada Kepala Bapas. Setelah surat datang dari Kepala Bapas, surat diberikan kepada Kepala Sub Seksi Bimbingan Klien Dewasa. Selanjutnya, (3) Kepala Bapas melakukan penelaahan surat dan memberikan disposisi surat untuk diberikan kepada Kepala Sub Seksi Bimbingan Klien Dewasa atau Kepala Sub Seksu Bimbingan Klien Anak. (4) Petugas Register melakukan pencatatan surat permintaan Litmas untuk usulan PB. Kemudian, (5) Kepala Sub Seksi Bimbingan Klien Dewasa atau Kepala Sub Seksi Bimbingan Klien Anak setelah menerima surat yang telah didisposisi Kepala Bapas menugaskan Pembimbing Kemasyarakatan untuk melakukan penyusunan Penelitian Kemasyarakatan. (6) Pembimbing Kemasyarakatan setelah menerima surat permintaan penelitian kemasyarakatan melakukan penyusunan Litmas dengan melakukan kunjungan rumah ke Lapas/Rumah Tahanan Negara yang meminta Penelitian Kemasyarakatan, rumah keluarga WBP dan rumah pemerintah setempat di mana WBP tinggal. Setelah Litmas selesai dikirimkan kepada instansi yang meminta yaitu Lapas atau Rumah Tahanan Negara. 4 Gaguk Setiawan, Kepala Sub Seksi Bimbingan Klien Dewasa Balai Pemasyarakatan (Bapas) Klas II Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 4 Februari 2014, pukul 10:20 WIB.

5 Proses pembuatan Litmas secara umum yaitu: (a) Pengumpulan data dengan cara memanggil, menggunakan formulir surat panggilan dan atau mengunjungi rumah dan tempat-tempat lain yang berhubungan dengan permasalahan Klien; (b) Untuk memperoleh data tersebut, Pembimbing Kemasyarakatan mempergunakan teknik-teknik sebagai berikut: pengamatan, wawancara, psikotes, mempelajari dokumen-dokumen yang berhubungan dengan permasalahan dan teknik-teknik lain; (c) Setelah memperoleh datadata yang lengkap, Pembimbing Kemasyarakatan menganalisa dan menyimpulkan serta memberikan pertimbangan atau saran sehubungan dengan permasalahannya yang selanjutnya dituangkan dalam laporan Penelitian Kemasyarakatan; Berikutnya, (d) Setelah laporan Litmas selesai disusun sebanyak rangkap yang diperlukan dan satu rangkap disimpan oleh unit arsip dan ditanda tangani oleh Pembimbing Kemasyarakatan dan Kepala Bapas selanjutnya dikirimkan kepada instansi yang meminta; (e) Sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP) Bapas Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP) untuk menentukan dapat tidaknya WBP memperoleh PB. b. Pembimbingan Terhadap Klien Pemasyarakatan Yang Memperoleh Pembebasan Bersyarat (PB) Prosedur pelaksanaan bimbingan WBP sebagai Klien Pemasyarakatan secara garis besar adalah sebagai berikut: 5 (a) Penerimaan 5 Kustiningsih, Pembimbing Kemasyarakatan Sub Seksi Bimbingan Klien Dewasa Balai Pemasyarakatan (Bapas) Klas II Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 4 Februari 2014, pukul 11:30 WIB.

6 Klien Pemasyarakatan yang memperoleh Surat Keputusan Menteri sekarang Menteri Hukum dan HAM tentang PB. (b) Pendaftaran, Petugas pendaftaran meneliti kembali sah tidaknya surat-surat yang melengkapinya dan mencocokkan dengan klien yang bersangkutan. (c) Litmas untuk Pembimbingan Klien Pemasyarakatan. (d) Pembimbingan Klien Pembebasan Bersyarat. Segala kegiatan bimbingan dicatat dalam: (1) Kartu Bimbingan; (2) Kartu Bimbingan dan Penyuluhan; (3) Formulir Catatan Hasil Bimbingan dan Penyuluhan; (4) Daftar Kunjungan Bimbingan atau Supervisi; (5) Daftar Hadir Klien. (e) Pengakhiran Bimbingan. Bimbingan diakhiri sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yaitu Sesuai putusan Pengadilan Negeri/Menteri (telah selesai masa bimbingan), Melanggar hukum lagi, Pindah alamat tanpa lapor dan tidak diketemukan alamat baru dan meninggal dunia. e. Pelaporan. Semua kegiatan bimbingan Klien, pembuatan laporan Penelitian Kemasyarakatan dicatat dan dilaporkan dalam laporan bulanan, triwulan dan tahunan kepada Kepala Kantor Wilayah, tembusan kepada Direktur Jenderal Pemasyarakatan. Semua data mengenai bimbingan, disimpan dalam berkas dan disusun secara berurutan.

7 Hambatan-Hambatan Yang Dihadapi Balai Pemasyarakatan Klas II Pekalongan dalam pemberian Pembebasan Bersyarat (PB) bagi Warga Binaan Pemasyarakatan dan Cara Mengatasinya Hambatan-hambatan yang dihadapi Balai Pemasyarakatan Klas II Pekalongan dalam pemberian Pembebasan Bersyarat (PB) bagi Warga Binaan Pemasyarakatan sebagai berikut : 6 a. Minimnya data Warga Binaan Pemasyarakatan yang akan diusulkan Pembebasan Bersyarat (PB) Seringkali data WBP yang dimintakan Litmas tidak lengkap atau kurang. Khususnya data mengenai masa 2/3 pidana narapidana. Data tersebut sangat penting untuk menentukan tingkat priotitas penyusunan Penelitian Kemasyarakatan (Litmas). Apabila masa 2/3 pidana sudah dekat maka harus diprioritaskan penyusunan Penelitian Kemasyarakatan (Litmas)-nya dibandingkan dengan masa 2/3 pidana yang masih lama. Tidak jarang masa 2/3 pidananya kurang 6 (enam) bulan sudah dimintakan Litmas. b. Keterbatasan sarana dan prasarana. Untuk melaksanakan pembimbingan Klien Pemasyarakatan PB diperlukan sarana keuangan dan prasarana operasional, baik berupa biaya kunjungan ke tempat tinggal Klien (home visit), ataupun kendaraan operasional untuk menjangkau tempat tinggal Klien. Klien yang berada dalam bimbingan Bapas Pekalongan tersebar di wilayah Eks Karesidenan 6 Indarto, Pembimbing Kemasyatakatan pada Sub Seksi Bimbingan Klien Dewasa Balai Pemasyarakatan (Bapas) Klas II Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 4 Februari 2014, pukul 13:40 WIB.

8 Pekalongan yaitu meliputi Kabupaten Batang, Kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Tegal, Kota Tegal dan Kabupaten Brebes yang merupakan daerah kerja/wilayah hukum Balai Pemasyarakatan Pekalongan. Sedangkan anggaran keuangan untuk melaksanakan pembimbingan WBP yang diterima oleh Bapas Pekalongan masih sangat kurang, dan prasarana operasional berupa kendaraan operasional jumlah masih terlalu kecil bila dibandingkan dengan luas wilayah kerja/wilayah hukum Bapas Pekalongan sehingga pelaksanaan bimbingan WBP yang dilakukan tidak dapat berjalan maksimal. c. Kualitas petugas Pembimbing Kemasyarakatan. Untuk dapat melakukan pembimbingan terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan seorang Pembimbing Kemasyarakatan idealnya mempunyai disiplin ilmu yang diperlukan oleh seorang Pembimbing Kemasyarakatan antara lain: Ilmu Pemasyarakatan, Ilmu Hukum, Ilmu Pendidikan Psikologi, Ilmu Pekerjaan Sosial, Psikiatri dan disiplin ilmu yang lain yang sesuai. Sementara itu di Balai Pemasyarakatan Pekalongan belum semua Pembimbing Kemasyarakatan mempunyai latar belakang pendidikan yang sesuai dengan tugas sebagai Pembimbing Kemasyarakatan. d. Warga Binaan Pemasyarakatan berasal dari golongan menengah ke bawah. Sebagian besar Warga Binaan Pemasyarakatan yang berada dalam pembimbingan Balai Pemasyarakatan Pekalongan berasal dari golongan

9 menengah ke bawah yang merupakan warga masyarakat yang kurang mampu dalam segi sosial ekonominya dan berdomisili sangat jauh sehingga untuk datang secara berkala dalam rangka bimbingan ke Balai Pemasyarakatan Pekalongan sangat sulit karena memerlukan biaya yang tidak sedikit. Selain itu pengaruh lingkungan yang buruk di mana Warga Binaan Pemasyarakatan yang berada dalam bimbingan Balai Pemasyarakatan bertempat tinggal, sangat memegang peranan yang penting. Sehingga terkadang Warga Binaan Pemasyarakatan kembali melakukan tindak pidana karena pengaruh lingkungan yang buruk yang berarti Pembimbingan terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan tersebut gagal. Upaya mengatasi hambatan yang dihadapi oleh Balai Pemasyarakatan Pekalongan dalam pemberian Pembebasan Bersyarat (PB), yaitu : 7 a. Koordinasi dengan instansi terkait Untuk mengatasi minimnya data usulan Pembebasan Bersyarat (PB) bagi narapidana maka upaya yang dilakukan yaitu berkoordinasi dengan instansi yang meminta Penelitian Kemasyarakatan (Litmas) usulan Pembebasan Bersyarat (PB), yaitu Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara. b. Mengoptimalkan kepemimpinan Kepala Balai Pemasyarakatan. 7 Ibid.

10 Profesionalitas seorang Kepala Balai Pemasyarakatan serta integritas moral yang tinggi sangat berperan dalam kepemimpinannya sebagai faktor pendukung agar tugas-tugas yang dilaksanakan oleh Balai Pemasyarakatan dapat berhasil dan berdaya guna. Oleh karena itu peran, fungsi dan tugas Kepala Balai Pemasyarakatan harus dilaksanakan secara optimal. c. Meningkatkan kualitas petugas Pembimbing Kemasyarakatan. Usaha peningkatan kualitas petugas Pembimbing Kemasyarakatan selalu diupayakan oleh Balai Pemasyarakatan Pekalongan dengan cara mengikutsertakan petugas Pembimbing Kemasyarakatan dalam setiap Pendidikan dan Latihan teknis bagi petugas pemasyarakatan. d. Untuk menaggulangi kendala Warga Binaan Pemasyarakatan yang berasal dari golongan menengah ke bawah, maka ditempuh langkah-langkah : 1) Meningkatkan dedikasi dan loyalitas Pembimbing Kemasyarakatan Balai Pemasyarakatan Pekalongan. Dedikasi dan loyalitas sangat diperlukan dalam menjalankan setiap profesi atau pekerjaan apapun. Demikian juga dengan Pembimbing Kemasyarakatan yang ada di Balai Pemasyarakatan Pekalongan masih perlu ditingkatkan dedikasi dan loyalitasnya terhadap pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. 2) Peran serta Pemerintah, Pembimbing Kemasyarakatan, dan masyarakat.

11 Keterkaitan komponen-komponen pemerintah, Pembimbing Kemasyarakatan dan masyarakat dalam pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan, tidak terlepas dari mekanisme pembangunan serta kondisi dan pola pikir masyarakat. Pada satu sisi pihak pemerintah yang membuat peraturan-peraturan dan pendanaan dan pihak Balai Pemasyarakatan yang melaksanakan peraturan tersebut melalui proses pembimbingan. Sementara di sisi lain masyarakat/lembaga Sosial Masyarakat harus dapat membantu selama dan setelah proses pembimbingan. Keterlibatan masyarakat mutlak diperlukan dalam usaha mengembalikan Warga Binaan Pemasyarakatan ke jalan yang benar, sebab bagaimanapun harus diakui bahwa Warga Binaan Pemasyarakatan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat dan kultur/budaya setempat. Dengan demikian tanggung jawab masyarakat untuk membantu Pembimbing Kemasyarakatan dalam melaksanakan pembimbingan terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan mutlak diperlukan agar proses pembimbingan tersebut dapat berjalan lancar dan berkesinambungan. 3) Partisipasi terpadu antara Pembimbing Kemasyarakatan, Warga Binaan Pemasyarakatan dan masyarakat. Partisipasi aktif Pembimbing Kemasyarakatan, Warga Binaan Pemasyarakatan dan masyarakat sangat diperlukan agar pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan dapat berjalan sesuai

12 dengan yang diharapkan. Pembimbing Kemasyarakatan dalam setiap sikap dan tindakannya harus tercermin adanya integritas moral yang tinggi serta mampu bekerja secara profesional dalam melaksanakan pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan. Bentuk partisipasi aktif Warga Binaan Pemasyarakatan antara lain yaitu bahwa mereka harus mengetahui dan memahami arti penting dan maksud pembimbingan terhadap dirinya, yang berarti harus ada kemauan dan tekad pada dirinya untuk memperbaiki diri, menyesali perbuatannya yang melanggar hukum dan berusaha menjadi manusia yang bertanggung jawab serta berdaya guna bagi lingkungan di sekitarnya. Bentuk peran serta masyarakat, yaitu bahwa masyarakat harus dapat menerima kembali kehadiran Warga Binaan Pemasyarakatan di tengah-tengah mereka seperti warga masyarakat lainnya setelah menjalani bimbingan. 4) Menjalin hubungan baik dengan instansi terkait. Adanya hubungan baik antara instansi yang terkait yaitu Pengadilan Negeri, Kejaksaan Negeri, Kepolisian, Lembaga Pemasyarakatan, Rumah Tahanan Negara dan Pemerintah Desa atau Kelurahan setempat di mana Klien tersebut bertempat tinggal dengan Balai Pemasyarakatan saling menunjang sehingga dapat mewujudkan keberhasilan dalam Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan.

13 SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Peran Balai Pemasyarakatan Pekalongan dalam Pemberian Pembebasan Bersyarat Bagi Warga Binaan Pemasyarakatan, dapat disimpulkan bahwa: Peran Balai Pemasyarakatan dalam Pemberian Pembebasan Bersyarat (PB) bagi Warga Binaan Pemasyarakatan yaitu menyusun laporan Penelitian Kemasyarakatan untuk usulan Pembebasan Bersyarat (PB) dan melakukan pembimbingan terhadap Klien Pemasyarakatan yang memperoleh Pembebasan Bersyarat (PB). Hal ini sesui dengan ketentuan Pasal 6 ayat (3) huruf b Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, dan Pasal 50 ayat 1 huruf c Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 21 Tahun 2013 tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian Remisi, Asimilasi, Cuti Mengunjungi Keluarga, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat. Hambatan-hambatan yang dihadapi Balai Pemasyarakatan Klas II Pekalongan dalam pemberian Pembebasan Bersyarat (PB) bagi Warga Binaan Pemasyarakatan yaitu minimnya data Warga Binaan Pemasyarakatan yang akan diusulkan Pembebasan Bersyarat (PB), keterbatasan sarana dan prasarana, minimnya kualitas petugas Pembimbing Kemasyarakatan dan Warga Binaan Pemasyarakatan berasal dari golongan menengah ke bawah. Cara mengatasinya yaitu koordinasi dengan instansi terkait, mengoptimalkan kepemimpinan Kepala Balai Pemasyarakatan, meningkatkan kualitas petugas Pembimbing Kemasyarakatan dan untuk mengatasi hambatanwarga Binaan Pemasyarakatan yang berasal dari golongan menengah ke bawah, maka ditempuh langkah-

14 langkah: (1) Meningkatkan dedikasi dan loyalitas Pembimbing Kemasyarakatan Balai Pemasyarakatan Pekalongan; (2) meningkatkan Peran serta pemerintah, Pembimbing Kemasyarakatan, dan masyarakat; dan (3) Menjalin hubungan baik dengan instansi terkait. SARAN Berdasarkan pada hasil penelitian dan analisa serta simpulan seperti dijelaskan di atas, maka dalam penelitian skripsi ini disarankan, sebagai berikut: Pengusulan Pembebasan Bersyarat (PB) bagi Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) hendaknya dilakukan tepat waktu agar hak-hak Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) dapat diberikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Perlu peningkatan kualitas Pembimbing Kemasyarakatan Balai Pemasyarakatan Pekalongan. Perlu peningkatan sarana dan prasarana Balai Pemasyarakatan Pekalongan. Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan melakukan penelitian peran Bapas, khususnya dalam proses pemberian remisi, asimilasi, cuti menjelang bebas, cuti mengunjungi keluarga, cuti bersyarat, sehingga penelitian mengenai peran Bapas dapat lebih bervariasi.

15 DAFTAR PUSTAKA Buku : Kellina, Dewanti Titi, 2013, Pelaksanaan Kegiatan Kerja Bagi Klien Pemasyarakatan (Studi di Bapas Klas 1 Malang), Malang: Universitas Brawijaya, hal. 4. Peraturan Perundang-Undangan Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M.01.PK.04-10 Tahun 1999 tentang Assimilasi, Pembebasan Bersyarat dan Cuti Menjelang Bebas. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 21 Tahun 2013 tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian Remisi, Asimilasi, Cuti Mengunjungi Keluarga, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat.