SENI LUKIS KELOMPOK BYAR IMAJINASI SEBUAH USAHA PENCARIAN JATI DIRI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA. memberikan ingatan segar kembali akan pengalaman-pengalaman kita dimasa

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN. kebenaran, hal ini terkait sekali dengan realitas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ekspresi atau ide pada bidang dua dimensi.

Fery Setyaningrum Pendidikan Guru Sekolah Dasar, UAD Abstrak

Bagan 3.1 Proses Berkarya Penulis

KAJIAN INTERDISIPLIN DALAM PENELITIAN PENDIDIKAN SENI RUPA: SUBSTANSI KAJIAN DAN IMPLIKASI METODOLOGIS

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat cepat. Begitu pula dengan gaya hidup masyarakat yang juga

III. METODE PENCIPTAAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Adi Khadafi, 2013

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Seni lukis batik berawal dari seni batik yang sudah tua usianya. Seni batik

BAB III METODE PENCIPTAAN. cm, karya ke dua berukuran 120 cm X 135 cm, karya ke tiga berukuran 100 cm X

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB III METODE PENCIPTAAN. keluar dari kegelisahan tersebut. Ide/gagasan itu muncul didorong oleh keinginan

BAB I Apresiasi Karya Seni. Rupa Dua Dimensi

BAB I PENDAHULUAN. Batik buatan Indonesia sudah terkenal ke seluruh penjuru dunia. Artis

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis

BAB III. METODE PENCIPTAAN

VISUALISASI KARYA EKSPLORASI GARIS DAN WARNA BERTEMA FLORA-FAUNA PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

III. METODE PENCIPTAAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Tujuan kami menulis makalah ini ialah untuk menginformasikan lebih dalam mengenai karya seni rupa dua dimensi.

II. KAJIAN PUSTAKA. A. Sumber Pustaka. sangat cemerlang dan sangat indah. Untuk menjadi kupu-kupu yang. Kupu-kupu memiliki banyak jenis dan memiliki

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis


BAB III METODE PENELITIAN

pribadi pada masa remaja, tentang kebiasaan berkumpul di kamar tidur salah seorang teman

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. PROSES PENCIPTAAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mata pencaharian dengan hormat dan jujur. Dalam versi yang lain seni disebut. mempunyai unsur transendental atau spiritual.

pendidikan seni tersebut adalah pendidikan seni rupa yang mempelajari seni mengolah kepekaan rasa, estetik, kreativitas, dan unsur-unsur rupa menjadi

54. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang

2015 ABSTRAK SUPREMATISME SEBAGAI GAGASAN BERKARYA SENI PATUNG DENGAN MEDIA KAYU

SENI RUPA 2 DIMENSI DAN 3 DIMENSI

I. PENDAHULUAN A. Penjelasan Tema / Ide /Judul Perancangan B. Latar Belakang Perancangan

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan. dan pengawasan dalam pengelolaan jum at berinfaq Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODE PENELITIAN. Yosomulyo, Kecamatan Gambiran, Kabupaten Banyuwangi.

BAB III METODE PENCIPTAAN. Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik

Pengamatan Medium Pengafdrukan METODE PENCIPTAAN. terhadap tumbuhan paku sejati (Pteropsida) ini sehingga menghasilkan pemikiran.

STRUKTUR KURIKULUM TAHUN 2012 SENI RUPA (KONS. DESAIN KOMUNIKASI VISUAL) S1

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Impressionisme adalah aliran seni yang pada mulanya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Kampus Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Bina Nusantara. yang Berhubungan dengan Arsitektur.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian tentang biografi seniman kaligrafi Arab Hendra. Buana dan karya seninya yang tertuang dalam tesis ini

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

55. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB D) A. Latar Belakang

1. Mengidentifikasi kasus untuk suatu studi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa kecil perupa hingga dewasa banyak terinspirasi oleh informasi yang di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek Gambar 1.1. Diagram Kebutuhan Maslow

BAB III GAGASAN BERKARYA

BAB III METODE PENELITIAN

KISI KISI UKG SENI RUPA (SMA) 2015

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. untuk mengungkapkanya ke dalam karya seni grafis woodcut. Karya yang diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip pendidikan seni dan budaya meliputi pengembangan dimensi

BAB IV TAHAPAN PEMBUATAN FILM DOKUMENTER

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kualitatif mengarahkan peneliti menjelajahi kancah dan

BAB I PENDAHULUAN. Selain unsur visualisasi, teknik sapuan kuas yang ada di atas kanvas juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

02FDSK. Studio Desain 1. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si. Hapiz Islamsyah, S.Sn

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni Budaya dalam Kurikulum 2013 dirumuskan untuk mencakup

BAB I PENDAHULUAN. Rahmat Hidayat, 2015 Origami Maya Hirai Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB III METODE PENELITIAN. bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

BAB III PROSES BERKREASI BATIK GEOMETRIS. Banyak teknik yang digunakan para seniman untuk menunjang pembuatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB I PENDAHULUAN. Kelebihan yang utama adalah memiliki akal budi. psikis. Perbedaan yang paling terlihat antara perempuan dan laki-laki terutama

BAB I PENDAHULUAN TESA APRILIANI, 2015 APLIKASI TEKNIK SABLON DENGAN OBJEK SIMBOL NAVAJO SEBAGAI ELEMENT ESTETIK RUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

TOKOH LEGENDA ENDANG DHARMA AYU SEBAGAI GAGASAN BERKARYA DRAWING

BAB III METODE PENELITIAN

Medium, Bahan, dan Teknik Berkarya Seni Rupa 2 Dimensi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengambil lokasi di Kota Magelang Provinsi Jawa

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

BAB III METODE PEMBUATAN PATUNG GAJAH IDE. Eksplorasi

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SENI TARI DI KELAS VII SMP NEGERI I KUTA BARO KABUPATEN ACEH BESAR ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita berbicara tentang peradaban manusia, tidaklah akan lepas dari persoalan seni dan

79. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D)

BAB I PENDAHULUAN. Pasca Modernisme melahirkan gerakan seni rupa Kontemporer yang mendorong

SEJARAH SUMBER TERBUKA: PEMETAAN PAMERAN SENI RUPA DI INDONESIA

Transkripsi:

SENI LUKIS KELOMPOK BYAR IMAJINASI SEBUAH USAHA PENCARIAN JATI DIRI Oleh: Singgih Adhi Prasetyo email : singgihadhi@yahoo.co.id Abstrak Sebagian besar kelompok seni di Semarang memiliki umur yang pendek karena lemahnya manajemen kelompok. BYAR Imajinasi memiliki manajemen terpisah antara anggota sebagai perupa dengan sebagai pengelola kegiatan. Hal tersebut membuat kelompok ini bertahan sampai sekarang. Proses pencarian karakter lukisan dilakukan oleh tiap-tiap perupa. Secara khusus, penelitian ini mempersoalkan: (1) proses pencarian karakter seni lukis oleh perupa kelompok BYAR Imajinasi, (2) gaya lukis yang dihasilkan oleh perupa kelompok BYAR Imajinasi Semarang. Pendekatan kualitatif dengan desain multikasus digunakan dalam penelitian ini. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut. Pertama, bentuk visual karya seni lukis yang dihasilkan perupa kelompok BYAR Imajinasi menggunakan media cat akrilik di kanvas, warna pastel dan cerah, kombinasi sapuan kuas, semprot, grafis dan gores, tema personal, sosial, subjek manusia, dan karakter komikal latar belakang bertekstur. Kedua, karya lukis perupa BYAR Imajinasi bergaya seni lukis kontemporer yang terlihat dari ciri meminjam idiom masa lalu untuk digunakan dalam konteks baru, berkarya pada tema dan medium yang bebas, mengambil budaya popular, kepedulian terhadap kejadian sehari-hari, dan penggunaan teknik dan media yang bebas. Kata kunci : kelompok seni, Byar Imajinasi, karakter, seni lukis, kontemporer Pendahuluan Berbicara kegiatan seni rupa di kota Semarang tentu saja tidak terlepas dari peran perupanya. Perupa berkarya dan berpameran dengan konsistensi tinggi melalui indikator produktivitas dan rutinitas berkegiatan seni rupa. Semarang merupakan sebuah kota di Jawa Tengah yang memiliki satu universitas yang di dalamnya terdapat Jurusan Seni Rupa. Seperti yang terdapat pada kelompok seni BYAR Imajinasi. Sebagian besar anggota kelompok ini berasal dari alumni UNNES. Namun terdapat anggota lain yang berlatar belakang pendidikan berbeda, di antaranya dari Undip dan Udinus. Semua anggota relatif memiliki kualifikasi akademik yang standar di kampusnya. Sebagian besar kelompok seni yang ada di Semarang tidak memiliki manajemen yang terpisah dengan senimannya. Biasanya, seniman di samping berkarya juga berperan sebagai manajer untuk mengurusi kegiatan kelompoknya. Hal tersebut juga terjadi pada kelompok seni BYAR Imajinasi. Akan tetapi kegiatan seni yang dilakukan bisa mengantarkan kelompok ini untuk tampil dalam beberapa pameran penting, di antaranya Bienalle Jogja 2007 dan beberapa pameran seni di beberapa kota semisal Jakarta dan Bandung. Seharusnya untuk memaksimalkan hasil karya seni, perupa tidak ikut harus mengurusi atau mengelola kegiatan di luar berkarya tersendiri tetapi sudah seharusnya dijalankan oleh pihak lain selain perupa. Manajemen harus ada sendiri dan itu tidak dilakukan oleh seniman, karena keperluan seniman tidak bisa diurus seniman sendiri. Manajemen yang harus mengurus kepentingan dan kebutuhan seniman, selain penciptaan karya seni (Permas dkk, 2002: 15-17). Perupa lebih bisa fokus dalam berkreasi berinovasi dalam proses berkarya dan proses pencarian karakter seni lukis. 101

Singgih Adhi Prasetyo Seni Lukis Kelompok BYAR Imajinasi Sebuah Usaha Pencarian Jati Diri Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain multikasus. Peneliti berperan sebagai instrumen kunci (key instrument). Peneliti terjun langsung ke lapangan, menyesuaikan diri dengan waktu dan ruang setempat untuk mendapatkan data (lihat Miles & Heberman, 1992; Emmerson, 1982). Subjek penelitian ini adalah kelompok seni BYAR Imajinasi Semarang yang difokuskan pada perupa kelompok BYAR Imajinasi yang menghasilkan karya seni lukis.. Sasaran penelitian ini meliputi perekrutan anggota, eksistensi kelompok, prosek kreativitas, dan hasil karya seninya yang lebih difokuskan pada : (1) bentuk visual karya seni lukis yang dihasilkan kelompok BYAR Imajinasi Semarang dan (2) gaya lukis yang dihasilkan oleh kelompok BYAR Imajinasi Semarang. Data dikumpulkan melalui observasi terkendali, wawancara tak berstruktur, dan studi dokumen. Triangulasi digunakan dalam penelitian ini untuk menentukan keabsahan data, dilakukan dengan cara memeriksa data yang telah diperoleh melalui berbagai sumber. Penentuan data dan sumber data dilakukan secara snowball sampling technique sehingga semakin terarah pada fokus penelitian (lihat Bagdon & Biklen dalam Sugiyono, 2009:219). Data penelitian ini bersifat kualitatif. Teknik analisis data mengunakan model analisis interaktif dengan prosedur: (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) verifikasi (Miles & Huberman, 1992: 17). Pembahasan Pembahasan mengenai proses menghasilkan karya seni didukung oleh kegiatan yang lain di antaranya adalah pameran, diskusi dan seminar, dan workshop seni. Pameran pertama kali yang dilakukan kelompok BYAR Imajinasi adalah pameran K to K (Kos to Kos). Kegiatan pameran yang dilakukan secara berkala dua bulan sekali selama satu tahun. Pameran dilakukan di kontrakan atau kos mahasiswa seni rupa Unnes. Kegiatan ini merupakan pameran berangkai yang setiap kegiatan pamerannya memiliki tema yang berbeda. Peserta pameran ini didominasi oleh mahasiswa seni rupa Unnes angkatan 2004. Kegiatan pemeran K to K project ini mengantarkan BYAR Imajinasi mengikuti pameran Internasional OK Video Militia di Jakarta dan Biennale Jogja 2008 yang bertemakan Neonation. Kegiatan pameran yang dilakukan oleh kelompok BYAR Imajinasi menjadi tolok ukur kemampuan perupa kelompok BYAR Imajinasi dalam mempresentasikan karya seni yang dihasilkannya. Karya seni yang dihasilkan bisa dipamerkan di galeri seni sehingga dapat diapresiasi oleh penikmat seni yang datang dan melihatnya. Dari kegiatan ini bisa menjadi motivasi dan memacu anggota kelompok BYAR Imajinasi yang lain untuk lebih kreatif dalam menghasilkan karya seni lukis karena hampir semua anggota kelompok BYAR Imajinasi menghasilkan prodak karya seni lukis. Kegiatan diskusi seni di kelompok BYAR Imajinasi biasanya dilakukan dalam satu rangkaian pameran seni. Ada juga kegiatan diskusi yang memang diadakan tidak bersamaan dengan kegiatan pameran. Diskusi BYAR Imajinasi yang dilakukan dalam satu rangkaian pameran seni biasanya bertopik pembahasan tentang karya seni yang dipamerkan. Perupa yang berpameran mempresentasikan karya seninya. Kegiatan ini dimaksudkan untuk berbagi ilmu dan pengalaman di dalam penciptaan karya seni yang dihasilkan perupa. Ada kegiatan diskusi yang dilakukan khusus mengundang perupa dan praktisi seni untuk menyampaikan materi 102

Seni Lukis Kelompok BYAR Imajinasi Sebuah Usaha Pencarian Jati Diri Singgih Adhi Prasetyo seni tertentu di dalam diskusi seni yang diadakan kelompok BYAR Imajinasi. Salah satu diskusi seni yang pernah dilakukan kelompok BYAR Imajinasi adalah membahas tentang infrastruktur seni rupa di daerah, khususnya di Semarang. Diskusi ini merupakan rangkaian acara yang dilakukan bersamaan dengan pameran di galeri BYAR Imajinasi yang bertemakan Konsumsi atau Mati (KAM) tahun 2008. Sebagai pembicara adalah Aminudin T H Siregar yang sering dipanggil Ucok sekaligus dosen ITB dan kurator, Ade Darmawan direktur Ruang Rupa Jakarta, Putut Wahyu Widodo perupa dari Semarang dan M Salafi Handoyo yang sering dipanggil Ridho sebagai pimpinan kelompok BYAR Imajinasi Semarang. Kegiatan diskusi atau seminar yang menjadi rutinitas ini secara tidak langsung akan memberikan motivasi dalam proses penciptaan karya seni. Dari kegiatan ini perupa kelompok BYAR Imajinasi bisa berlatih untuk mengungkapkan konsep atau gagasannya menjadi sebuah karya seni lukis. Melalui kegiatan diskusi dan seminar perupa mendapatkan pengetahuan tentang pengaplikasian konsep karya untuk menjadi karya seni. Kegiatan lain adalah workshop seni yang dilakukan setiap satu tahun sekali, bekerjasama dengan kelompok seni Maros Visual Culture yang berasal dari Jakarta. Kegiatan workshop ini dinamakan KBR (Klinik Budaya Rupa). KBR adalah kegiatan dimana pemateri dalam workshop adalah orang yang berkompeten di bidangnya untuk menyampaikan bahasan materi untuk peserta workshop. Salah satu di antaranya adalah materi tentang tata cara untuk menciptakan karya seni yang diawali dengan penguasaan konsep atau tema yang ingin dianggap representatif untuk dijadikan karya seni. Materi ini disampaikan oleh Adikara pimpinan dari Maros, ada juga pemateri Beng Rahardian pimpinan Akademi Samali yang menyampaikan materi tentang pembuatan komik. Akademi Samali merupakan kelompok yang fokus tentang pembuatan dan pengkajian komik di Indonesia. Kegiatan ini dilakuan di dua tempat secara bergantian. Kegiatan pertama dilakukan di Jakarta atau Bandung dan yang kedua dilakuakan di Semarang. Kegiatan ini diikuti oleh masing-masing dari anggota kelompok BYAR Imajinasi, Akademi Samali dan Maros Visual Culture. Untuk melatih kreativitas individu perupa dalam proses penciptaan karya dan presentasi tentang konsep karya yang diciptakan. Media yang dipergunakan sebagian besar perupa kelompok BYAR Imajinasi untuk menghasilkan karya seni lukis adalah cat akrilik di kanvas. Tidak menutup kemungkinan media yang berbeda akan menjadi alternatif untuk mengeksplorasi kreatifitas barkarya seni lukis. Ada yang mengerjakan karya lukis secara manual dengan kreatifitasnya. Ada juga yang memanfaatkan teknologi sebagai alat bantu untuk penciptaan lukisannya. Contohnya adalah ada salah satu perupa menggunakan bantuan alat seperti proyektor untuk membuat sketsa. Hal ini dilakukan untuk mencapai bentuk yang proporsi sesuai dengan desain atau bentuk aslinya. Tahap pertama pembuatan sket dengan alat proyektor karena karya yang dibuat memiliki ukuran yang besar. Pembuatan lukisan dengan meng gunakan alat bantu proyektor akan diselesaikan dengan teknik manual oleh perupanya. Ada perupa yang menghasilkan karya seni dengan menggabungkan dua teknik. Teknik yang digunakan adalah sapuan kuas dengan grafis cukil kayu. Prosedur pertama yang dilakukan perupa adalah melapisi kain kanvas dengan cat sesuai dengan warna yang diinginkannya. Selanjutnya adalah mencukil kayu untuk digrafis di atas kanvas. Proses penciptaan karya yang lain adalah dengan cara sapuan 103

Singgih Adhi Prasetyo Seni Lukis Kelompok BYAR Imajinasi Sebuah Usaha Pencarian Jati Diri kuas. Jadi secara keseluruhan karya seni lukis dihasilkan dengan teknik sapuan kuas. Tentunya dengan kreativitas teknik kuas yang dimiliki oleh tiap-tiap perupa akan menghasilkan karya seni lukis yang berbeda pula. Seperti yang dilakukan oleh salah satu perupa yang dengan detail dan teliti membuat motif batik dengan sapuan kuasnya pada karya yang diciptakan. Kedua belas angota kelompok BYAR Imajinasi menghasilkan karya seni lukis dengan karakter yang beragam. Terlihat dari visual subjek lukisan, baik pewarnaan maupun karakter gaya lukis. Berikut sebagian dari karya lukis yang dihasilkan kelompok seni BYAR Imajinasi. Berdasarkan hasil pengamatan awal terhadap data dan dokumentasi yang sudah ada sebelumnya khususnya dari dokumentasi BYAR baik yang berasal dari kelompok maupun individu perupanya, pada dasarnya setiap gambar, lukisan, atau karya seni rupa lainnya mengandung unsur-unsur pembentuknya, yaitu garis (line), raut/bidang (shape), ruang (space), warna (color), tekstur (texture), dan gelapterang (light and dark). Berbagai unsur rupa tersebut menjadi subkomponen pembentuk subjek gambar/lukisan/karya rupa lain yang terorganisasi sehingga membentuk subjek dan makna tertentu (Adams, 1996:17-19; Soneman, 2002:41; Susanto, 2002:23). Karya seni rupa sendiri adalah hasil dari ekspresi perupa yang dituangkan kedalam sebuah media rupa, seperti kertas, kanvas dan bentuk benda tiga dimensi. Tabel 1 Data perupa yang memiliki karya lukis berkarakter sama No Nama Lukisan Seni 1 Nahyu Rahma 2 Syamsul 3 Ratri I B 104

Seni Lukis Kelompok BYAR Imajinasi Sebuah Usaha Pencarian Jati Diri Singgih Adhi Prasetyo 4 Kiki Ali 5 Erintus Andy 6 Candra Y S Bagan 1 Proses penciptaan karya seni Karya seni lukis yang dihasilkan kelompok BYAR Imajinasi memiliki kecenderungan tiga karakter di antaranya adalah karakter imajinatif. Karya seni yang bersifat khayal, di antaranya adalah karya Nahyu R, Syamsul, Ratri, Rofikin, Edi, Ragil, Fajar dan Ibnul Affan. Karya seni lukis dari kedelapan perupa ini memiliki kesamaan karakter. Terlihat dari perwujudan subjek utama yang disajikan dalam karya seni lukisnya merupakan bentuk-bentuk imajinasi dari perupanya. Dilihat dari media dan bahan pewarna yang digunakan, kedelapan perupa menggunakan media dan bahan yang sama, yaitu kanvas dan cat akrilik atau sejenisnya, cat yang berbahan dasar pengencer air. Warna yang digunakan dalam menciptakan lukisan juga memiliki kesamaan, yaitu warna-warna pastel dan warna cerah. Berikutnya adalah Kiki Ali dan Ferintus yang memiliki kesamaan karakter lukisan dengan corak ekspresif. Hal tersebut terlihat dari perwujudan visual karya lukis yang dihasilkannya. Selanjutnya adalah Yudha dan Candra yang memiliki kesamaan karakter dari lukisan dengan pewarnaan hitam putihnya. Lukisan karya perupa kelompok BYAR Imajinasi menggunakan media cat akrilik di kanvas, warna paster dan cerah, tema personal sosial, subjek utama manusia, dan teknik melukis yang bervariasi (sapuan kuas, semprot, grafis, cetak, gores dan tempel). Latar belakang lukisan dikerjakan sesuai dengan tema agar mampu mendukung subjek utama lukisan. 105

Singgih Adhi Prasetyo Seni Lukis Kelompok BYAR Imajinasi Sebuah Usaha Pencarian Jati Diri Dalam bentuk bagan, proses penciptaan karya seni lukis yang dihasilkan kelompok BYAR Imajinasi dapat digambarka sebagai berikut Pameran seni Bentuk visual : - Media cat akrilik di kanvas - Warna pastel dan cerah - Tehnik, kombinasi Gambar 1.Bagan Karakteristik karya perupa kelompok BYAR Imajinasi Simpulan Perupa kelompok BYAR Diskusi Karya seni lukis workshop Gaya seni lukis : - Kontemporer - Kekinian, gagasan lama untuk karya baru - Ekspresi bebas, tema personal Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, kelompok BYAR Imajinasi masih dalam proses pencarian karakter seni lukis sehingga tidak semua perupa yang berada di kelompok BYAR Imajinasi memiliki ciri khas atau karakter yang kuat pada lukisan yang dihasilkan. Karya lukis kelompok BYAR Imajinasi memiliki ciri khas di antaranya, menggunakan media cat akrilik di atas kanvas, warna-warna yang digunakan cenderung warna pastel dan cerah, teknik bebas atau variasi teknik melukis antara sapuan kuas, semprot, grafis, dan goresan. Tema yang diangkat lebih ke tema-tema personal dan sosial, peristiwa yang dialami oleh perupa itu sendiri, baik masa lalu maupun masa kini. Subjek yang selalu digunakan dan menjadi subjek utama di lukisan adalah figure manusia, baik dikombinasi dengan subjek lain sebagai pendukung untuk memperjelas tema yang akan disampaikan. Karakter subjek lukisan lebih mengarah ke karakter komikal. Latar belakang lukisan lebih banyak bertekstur yaitu menggarap latar belakang lukisan dengan subjek-subjek pendukung dan ada pula yang memiliki latar belakang polos yaitu dengan menggunakan warna tertentu. Kedua, proses pencarian karakter seni lukis yang dilakukan kelompok BYAR Imajinasi ini masuk dalam ciri-ciri seni rupa kontemporer. Seni rupa kontemporer khususnya seni lukis yang dipersepsi oleh kelompok BYAR Imajinasi adalah aktivitas kesenirupaan masa kini (paling depan) dan paling mewakili fenomena, gejolak, wacana atau nilai zaman sekarang. Seni lukis kontemporer yang dihasilkan kelompok BYAR Imajinasi Semarang memilliki ciri-ciri sebagai berikut: gagasan ungkapannya sering meminjam simbol masa lalu untuk konteks baru, bersifat ekletik, tema dan medium lebih bebas, menimba budaya populer, kepedulian terhadap kejadian sehari-hari (sosial) dan juga personal, dismistifikasi realita, meyakini komunikasi yang relatif, sikap kritis terhadap jamannya, isu-isu kelas sosial, lingkungan, kritis terhadap formalisme dan abstrakisme, merakyat, kesementaraan, sadar budaya lokal, karya yang terbuka atau kontekstualisasi karya, dan kritis terhadap rasionalisme. Daftar Pustaka Miles, H B. dan Heberman A. M. 1992. Analisis Data Kualitatif. (Terj. Tjetjep Rohendi Rohidi). Jakarta: UI Press. Permas, A. Dkk. 2002. Manajemen Organisasi Seni Pertunjukan, Lembaga Manajemen PPM. Jakarta Rohidi, T.R. 2011. Metodologi Penelitian Seni. Semarang: Cipta Prima Nusantara. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Susanto, M. 2002. Diksi Rupa. Yayasan Kanisius. Yogyakarta 106