I. PENDAHULUAN. Rumput laut atau seaweeds adalah tanaman air dikenal dengan istilah alga atau

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PERBEDAAN MEDIA DAN PERIODE TRANSPORTASI TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii

I. PENDAHULUAN. Rumput laut merupakan sumber utama penghasil agar-agar, alginat dan karaginan

II. TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Budidaya Rumput Laut Desa Ketapang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berlebihan (Rohmawati, 2008). Selain itu, kulit juga berfungsi sebagai indra

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pemanfaatan jenis sumberdaya hayati pesisir dan laut seperti rumput laut dan lain-lain telah lama dilakukan oleh masyarakat nelayan Kecamatan Kupang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TUGAS LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA RUMPUT LAUT

V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BOKS 2 HASIL KAJIAN POTENSI RUMPUT LAUT DI KABUPATEN ROTE NDAO

PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

Kata Kunci : Benih Ikan Nila, Ekstrak Pelepah Pisang Ambon, Kelangsungan Hidup.

PENDAHULUAN. telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. maupun yang berasal dari alam (Karadi dkk., 2011). dibandingkan obat modern (Hastari, 2012).

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dikonsumsi di Indonesia, karena sekitar 45% konsumsi buah-buahan adalah

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN HORTIKULTURA 2016

3 METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Materi Uji

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. makmur. Untuk mencapai masyarakat Indonesia yang adil dan makmur secara material dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seaweed dalam dunia perdagangan dikenal sebagai rumput laut, namun

APLIKASI BAGIAN DAN BENTUK PELEPAH PISANG YANG BERBEDA SEBAGAI MEDIA TRANSPORTASI BIBIT RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii.

PENGARUH PERIODE PANEN YANG BERBEDA TERHADAP KUALITAS KARAGINAN RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii: KAJIAN RENDEMEN DAN ORGANOLEPTIK KARAGINAN

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

UJI KARAKTERISTIK SIFAT FISIS & MEKANIS SERAT AGAVE CANTULA ROXB (NANAS) ANYAMAN 2D PADA FRAKSI BERAT (30%, 40%, 50%, 60%)

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan tanaman buah berupa pohon

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. tersebut merupakan faktor pendukung keberhasilan budidaya sapi Bali (Ni am et

PENDAHULUAN. Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan. Gambir berasal dari. (Uncaria gambir Roxb.). Menurut Manan (2008), gambir merupakan tanaman

BAHAN BAKU: URAT NADI INDUSTRI PENGOLAHAN PERIKANAN MIKRO KECIL DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. karena potensi produksinya yang cukup besar. Pisang sejak lama telah dikenal

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lada (Piper nigrum L) atau yang sering disebut merica adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

L PENDAHULUAN. Rumput laut merupakan salah satu komoditi hasil laut yang penting, karena mudah dibudidayakan dan mempunyai kegunaan yang sangat

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai

BAB I PENDAHULUAN. Nanas merupakan salah satu tanaman buah yang banyak. dibudidayakan di daerah tropis dan subtropis. Volume ekspor terbesar

AGROBISNIS BUDI DAYA PERIKANAN KABUPATEN CILACAP

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

REKOMENDASI KEBIJAKAN PANEL KELAUTAN DAN PERIKANAN NASIONAL (PANELKANAS)

I. PENDAHULUAN. Kepiting bakau (Scylla serrata) dapat dijumpai hampir di seluruh perairan pantai. Kepiting

V. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT. Produksi Rumput Laut Dunia

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:

I. PENDAHULUAN. kurang lebih pulau besar dan kecil, juga memiliki garis pantai terpanjang

NAMA TEKNOLOGI/ALAT : Penanganan pasca panen biomassa Alga Spirulina sebagai bahan baku industri non pangan

Pemanfaatan Teknik Kultur In Vitro Untuk Mendapatkan Tanaman Pisang Ambon Tahan Penyakit Fusarium

PENDAHULUAN. Tabel 1 Ekspor komoditas hortikultura tahun Volume. Nilai (US$)

Sumber Pustaka Hilman. Y. A. Hidayat, dan Suwandi Budidaya Bawang Putih Di Dataran Tinggi. Puslitbang Hortikultura. Jakarta.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menyebabkan infeksi karena jamur banyak ditemukan (Nasution, 2005).

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

I. PENDAHULUAN. dibudidayakan karena padi merupakan tanaman sereal yang paling banyak

Bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii )

Kebijakan Perikanan Budidaya. Riza Rahman Hakim, S.Pi

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

I. PENDAHULUAN. bisnis ikan air tawar di dunia (Kordi, 2010). Ikan nila memiliki keunggulan yaitu

FENOMENA FAKTOR PENGONTROL PENYEBAB KERUGIAN PADA BUDIDAYA KARAGINOFIT DI INDONESIA. Oleh. Kresno Yulianto 1)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan Rumput Laut

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil

I. PENDAHULUAN. Pisang raja bulu (Musa paradisiaca L var. sapientum) merupakan salah

Gambar di bawah ini memperlihatkan bentuk rumput laut segar yang baru dipanen (a. Gracillaria, b. Kappaphycus, c. Sargassum) Rumput laut segar

KARAKTERISTIK KIMIAWI PRODUK STIK RUMPUT LAUT (Kappaphycus alvarezii)

KAWASAN LUMBUNG IKAN NASIONAL MALUKU AKAN DI KEMBANGAKAN

I. PENDAHULUAN. Industri pengolahan obat-obatan tradisional mengalami perkembangan yang

I. PENDAHULUAN. karbohidrat sehingga dapat dijadikan alternatif makanan pokok. Selain

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 SEKRETARIAT DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 45 hari dengan menggunakan 4 perlakuan yakni perlakuan A (Perlakuan dengan

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat prioritas utama dalam pembangunan nasional karena. pembangunan ekonomi diharapkan dapat menjadi motor penggerak

BAB I PENDAHULUAN. menjaga keseimbangan ekosistem perairan (Komarawidjaja, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Produktivitas tanaman ditentukan oleh interaksi antara lingkungan dan

MODEL PENERAPAN IPTEK PENGEMBANGAN KEBUN BIBIT RUMPUT LAUT, Kappaphycus alvarezii, DI KABUPATEN MINAHASA UTARA, SULAWESI UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir merupakan suatu wilayah peralihan antara daratan dan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumberdaya hayati laut Indonesia yang cukup potensial adalah

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii PADA KEDALAMAN PENANAMAN YANG BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN. negri (ekspor). Sudah sejak lama tanaman pala dikenal sebagai tanamn rempah

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Selain itu,indonesia juga merupakan negara dengan garis pantai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

BAB I PENDAHULUAN. sebagai komoditas ekspor dan bahan baku industri pangan. Prioritas pengembangan

I. PENDAHULUAN. Ikan badut (Amphiprion percula) atau biasa disebut ikan nemo merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan yang memiliki pulau dengan panjang garis pantai

BAB I PENDAHULUAN. dibudidayakan oleh petani dan petani hutan. Umbi porang banyak tumbuh liar di

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Biomassa adalah segala material yang berasal dari tumbuhan atau hewan

PEMANFAATAN BONGGOL PISANG RAJA SERE. SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya

TEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumput laut atau seaweeds adalah tanaman air dikenal dengan istilah alga atau ganggang dan hidup pada salinitas tinggi, seperti di perairan payau ataupun di laut. Rumput laut merupakan salah satu komoditas perikanan penting di Indonesia karena memiliki potensi ekspor produk olahan yang cukup besar. Provinsi Lampung memiliki peluang ekonomi rumput laut yang besar, dengan perkiraan produksi sekitar satu juta ton rumput laut kering per tahun. Luas potensial laut di Lampung sekitar 50.000 Ha dan dapat menghasilkan devisa sekitar Rp 13 triliun/tahun. Rumput laut (Eucheuma cottonii/kappaphycus alvarezii) di Lampung dapat dibudidayakan tidak hanya oleh pengusaha tetapi juga nelayan yang berada di kawasan pesisir Lampung. Industri pengolahan ini diperkirakan dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 400.000 orang (BKPM, 2011). Budidaya rumput laut merupakan salah satu mata pencarian alternatif ditengah sulitnya hasil tangkapan nelayan yang diakibatkan dari kondisi alam seperti gelombang yang tinggi dan alat tangkap yang kurang efektif. Budidaya rumput laut dapat memenuhi kebutuhan pangan ataupun non pangan. Namun, permasalahan yang dihadapi dalam budidaya rumput laut adalah penyediaan bibit yang baik dan 1

berkualitas. Pembudidaya masih menanam bibit dari rumput laut yang ditanam untuk kebutuhan produksi, sehingga bibit yang dihasilkan kurang baik karena masih dalam satu keturunan dapat mengalami penurunan genetik jika ditanam kembali. Penurunan mutu genetik, antara lain disebabkan karena seleksi negatif, sehingga saat ini sulit ditemui kualitas yang baik terutama untuk bibit. Mutu genetik dapat ditingkatkan melalui pemulian dan pembibitan (Hartati et al, 2007). Budidaya rumput laut dipengaruhi oleh pengunaan bibit rumput laut yang unggul. Pembudidaya saat ini menggunakan bibit rumput laut dari alam dengan cara stek secara terus menerus menyebabkan penurunan kualitas (kadar karaginan, daya tahan penyakit, pertumbuhan, dan sebagainya) rumput laut yang dihasilkan. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama dengan SEAMEO BIOTROP Bogor berhasil mengembangkan teknologi ini. Mulai awal 2013 masuk tahap uji coba multi lokasi yang dilaksanakan oleh Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung (Nizar, 2014). Menurut Runtuboy (2014), bibit rumput laut kultur jaringan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung didatangkan dari Bogor, BBPBL Lampung juga biasanya mengirim bibit hasil kultur jaringan ke berbagai daerah seperti: Aceh, Banten, Nusa Tenggara Timur, dan lain lain. Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung menggunakan media transportasi dengan bahan pengisi spon untuk pengiriman antar pulau atau dengan kisaran waktu di bawah 55 jam dan di atas 12 jam. Selama ini belum diketahui media transportasi 2

yang efektif untuk membawa bibit hingga ke lokasi budidaya dengan jarak hingga antar provinsi. Bibit rumput laut sangat rentan patah terhadap tekanan, gesekan, ataupun gerakan yang kuat pada saat sistem transportasi ke lokasi budidaya sebelum ditanam. Media transportasi bibit rumput laut yang digunakan yaitu media spon dan pelepah pisang. Pisang hanya dapat berbuah satu kali dalam pertumbuhannya, setelah pisang dipanen maka daun, pelepah, dan batang pisang tidak digunakan lagi. Provinsi Lampung merupakan daerah penghasil pisang (Prasetyo, 2004), pemanfaatan pelepah pisang setelah pasca panen belum begitu banyak digunakan. Penguunaan pelepah pisang sebagai alternatif media transportasi karena bahan mudah didapatkan, tidak terbatas di alam dan merupakan bahan alami yang mudah terurai di alam, Selain itu pelepah pisang telah umum digunakan sebagai media transportasi untuk buah dan sayur. Pelepah pisang memiliki kandungan senyawa antimikrobial yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Menurut Jumriah dkk (2013), getah pelepah pisang ambon Musa paradisiaca var. sapientum bersifat bakteriostatik, selain itu dalam getah pelepah pisang memiliki kandungan lektin yang berfungsi untuk menstimulasi pertumbuhan sel kulit. Menurut Priosoeryanto et al (2006), ekstrak batang pohon pisang ambon mengandung tanin, saponin dan flavonoid yang dapat berguna sebagai antimikrobial dan perangsang pertumbuhan sel-sel baru pada luka. 3

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui media transportasi rumput laut yang efektif, dan periode transportasi yang optimal. Sistem transportasi yang aman akan menghasilkan bibit rumput laut yang berkualitas dan produktifitas yang maksimal. 1.2. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian yang dilakukan ini adalah untuk: 1. Mengetahui media pengisi kemasan yang efektif pada transportasi bibit rumput laut Kappaphycus alvarezii. 2. Mengetahui periode yang optimal pada transportasi bibit rumput laut Kappaphycus alvarezii. 1.3. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini yaitu untuk dijadikan acuan transportasi bibit rumput laut oleh masyarakat, pembudidaya rumput laut, serta dapat dijadikan acuan bagi pengembangan ilmu pengetahuan. 1.4. Kerangka Pikir Rumput laut yang ada di Indonesia masih dibudidayakan secara tradisional. Banyak pembudidaya rumput laut yang belum mengetahui sistem manajemen yang baik dan pengetahuan lebih jauh tentang rumput laut, seperti tentang pemilihan bibit rumput laut yang baik dan penyakit yang menyerang rumput laut. Petani tradisional menanam bibit rumput laut hasil dari mereka budidaya untuk produksi, sehingga ini kurang baik terhadap kualitas bibit rumput laut. Bibit yang dihasilkan masih dalam satu keturunan akan mengalami penurunan genetik jika akan ditanam kembali. Penurunan mutu 4

genetik, antara lain disebabkan karena seleksi negatif, sehingga saat ini sulit ditemui kualitas yang baik terutama untuk bibit (Hartati et al, 2007). Salah satu tahapan penting dalam budidaya rumput laut adalah bibit. Bibit yang berkualitas akan menghasilkan rumput laut yang berkualitas. Bibit ditransportasikan dari balai penyedia bibit hingga ke lokasi budidaya. Transportasi untuk membawa bibit masih menggunakan kemasan yang kurang efektif menjaga temperatur dalam kemasan. Bibit rumput laut akan rusak jika suhu dalam kemasan panas. Selain itu bibit rumput laut rentan patah akan gesekan, tekanan ataupun goncangan pada saat transportasi. Dengan sistem transportasi yang aman, dapat meminimalisir kerusakan fisik pada bibit rumput laut. Dalam sistem transportasi hal yang perlu diperhatikan yaitu media pengisi dalam wadah kemasan. Diduga sistem kemasan dan media transportasi mempengaruhi kualitas bibit rumput laut. Penelitian yang dilakukan yaitu menyimpan bibit rumput laut dalam kemasan menggunakan dua bahan media pengisi yang berbeda, yaitu menggunakan bahan pengisi spon dan pelepah pisang, dan periode transportasi (24, 48 dan 72 jam). 5

Adapun diagram alir kerangka pikir penelitian yaitu: Budidaya rumput Out put: menyediakan bibit yang segar setelah ditransportasi Pelepah pisang Bibit Transportasi bibit Spon Alternatif media Permasalahan Penurunan kualitas rumput laut Bibit dari luar daerah Media transportasi Kelemahan: Biaya yang cukup mahal Perlakuan Media Periode Spon Pelepah pisang 24 jam 48 jam 72 jam Pengamatan Suhu awal dan akhir transportasi Tingkat kesegaran bibit Pertumbuhan Rendemen segar Perlakuan terbaik Penyediaan bibit rumput laut berkualitas Gambar 1. Diagram alir kerangka pikir 6

1.5. Hipotesis Hipotesis penelitian ini yaitu: Keterangan: -. Faktor A = Transportasi menggunakan pelepah pisang dan spon. -. Faktor B = Periode transportasi yang berbeda. 1. Pengaruh utama faktor A. H 0. 1 : Tidak ada pengaruh faktor A terhadap pertumbuhan benih rumput laut. H 1.1 : Adanya pengaruh faktor A terhadap pertumbuhan benih rumput laut. 2. Pengaruh utama faktor B. H 0. 2 : Tidak ada pengaruh faktor B terhadap pertumbuhan benih rumput laut. H 1.2 : Adanya pengaruh faktor B terhadap pertumbuhan benih rumput laut. 3. Pengaruh interaksi faktor A dengan faktor B. H 0. 3 : Tidak ada pengaruh interaksi faktor A dan faktor B terhadap pertumbuhan benih rumput laut. H 1.3 : Sedikitnya ada satu pengaruh interaksi faktor A dan faktor B terhadap pertumbuhan benih rumput laut. 7