II. TINJAUAN PUSTAKA A.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

PENDAHULUAN. dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ternak Sapi Potong

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi Bakalan

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

TINJAUAN PUSTAKA. A. Bangsa-bangsa Sapi

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

memiliki potensi dapat tumbuh optimal setelah digemukkan. Prioritas utama bakalan sapi yang dipilih yaitu kurus, berusia remaja, dan sepasang gigi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV. PEMBAHASAN Profil Peternakan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sapi Potong

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

BAB VII KANDANG DAN PERKANDANGAN

TINJAUAN PUSTAKA. Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan

BAB I PENDAHULUAN. Rumput gajah odot (Pannisetum purpureum cv. Mott.) merupakan pakan. (Pannisetum purpureum cv. Mott) dapat mencapai 60 ton/ha/tahun

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. klasifikasi taksonomi sebagai berikut : Phylum : Chordata; Subphylum :

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Efisiensi Penggunaan Pakan

PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*)

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan

I. PENDAHULUAN. Barat cendrung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Badan Pusat

BAB II TINJAUN PUSTAKA. masyarakat.adapun ciri-ciri sapi pedaging seperti berikut: tubuh besar, badan

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

HASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Domba di Indonesia

HASIL DAN PEMBAHASAN

TEKNIS BUDIDAYA SAPI POTONG

II. TINJAUAN PUSTAKA

MATERI. Lokasi dan Waktu

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Kecernaan dan Deposisi Protein Pakan pada Sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi PO adalah sapi persilangan antara sapi Ongole (Bos-indicus) dengan sapi

MATERI DAN METODE. Materi

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. indicus yang berasal dari India, Bos taurus yang merupakan ternak keturunan

BAB II Kajian Pustaka 1.1.Studi Kelayakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama 45 hari mulai pada Desember 2014 hingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Bali (Bos sondaicus)

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5

METODE. Materi. Gambar 2. Contoh Domba yang Digunakan dalam Penelitian Foto: Nur adhadinia (2011)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimanfaatkan sebagai produk utama (Sutarto dan Sutarto, 1998). Produktivitas

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

KAJIAN KEPUSTAKAAN. relatif lebih kecil dibanding sapi potong lainnya diduga muncul setelah jenis sapi

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Ternak Kerbau yang Digunakan Dalam Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. didalamnya Bos taurus dan Bos indicus. Sapi potong adalah sapi yang

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi termasuk dalam genus Bos yaitu dalam Bos taurus dan Bos indicus.

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Populasi sapi bali di Kecamatan Benai sekitar ekor (Unit Pelaksana

HASIL DAN PEMBAHASAN Domba dan Kambing Pemilihan Bibit

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa-Bangsa Sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Diantaranya adalah sapi bali. Sapi bali (Bos Sondaicus) adalah sapi asli

I. PENDAHULUAN. tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan dikatakan mempunyai

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

1) Pencarian dan sewa lahan yang digunakan untuk tempat penggemukan sapi. BAB V RENCANA AKSI. 5.1 Kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

TINJAUAN PUSTAKA. Gaduhan Sapi Potong. Gaduhan adalah istilah bagi hasil pada bidang peternakan yang biasanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Koperasi berasal dari kata ( co = bersama, operation = usaha) yang secara

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama seperti sapi Bali betina. Kaki bagian bawah lutut berwarna putih atau

TEKNOLOGI PAKAN PROTEIN RENDAH UNTUK SAPI POTONG

II. KERANGKA PEMIKIRAN

pengembangan KERBAU KALANG SUHARDI, S.Pt.,MP Plasmanutfah Kalimantan Timur

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I IDENTIFIKASI KEBUTUHAN

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Jenis Sapi Potong Sapi Peranakan Ongole (PO), di pasaran juga sering disebut sebagai sapi lokal atau sapi Jawa atau Sapi Putih. Sapi PO ini hasil persilangan antara pejantan sapi Sumba Ongole (SO) dengan sapi betina Jawa yang berwarna putih. Sapi Ongole (Bos Indicus) sebenarnya berasal dari India, termasuk tipe sapi pekerja dan pedaging yang disebarkan di Indonesia sebagai sapi Sumba Ongole (SO). Sapi Ongole (Bos indicus) memerankan peran yang penting dalam sejarah sapi di Indonesia. Sapi jantan Ongole dibawa dari daerah Madras, India ke pulau Jawa, Madura dan Sumba. Daerah Sumba dikenal dengan sapi Sumba Ongole. Sapi Sumba Ongole (SO) dibawa ke Jawa dan dikawinkan dengan sapi asal Jawa dan kemudian dikenal dengan Peranakan Ongole (PO). Sapi Ongole dan PO baik untuk mengolah lahan karena badan besar, kuat, jinak dan bertemperamen tenang, tahan terhadap panas, dan mampu beradaptasi dengan kondisi yang minim (Siregar, 2008). Sapi Limousin merupakan bangsa sapi yang berasal dari Prancis. Ciri-ciri sapi Limousin yaitu konformasi kepala menyerupai persegi (perbandingan antara ukuran panjang dan lebar kepala hampir sama), leher pendek, warna tubuh merah keemasan dengan warna yang lebih terang padabagian perut bagian bawah, paha bagian dalam, daerah sekitar mata, mulut, anusdan ekor, serta konformasi badan kompak. Salah satu jenis sapi impor yang didatangkan ke Indonesia ialah sapi Limousin, yang memiliki keunggulan dibanding sapi lokal yaitu pertambahan bobot badan harian (PBBH) berkisar antara 0,80-1,60 kg/hari, konversi pakan tinggi dan komposisi karkas tinggi dengan komponen tulang lebih rendah (Hadi et al., 2002). Sapi Simpo (Simmental-Ongole) merupakan silangan antara sapi potong lokal dengan menggunakan semen sapi Simmental. Peternak cenderung memilih sapi Simpo karena mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat dan pedet yang dilahirkan memiliki berat badan yang besar serta memiliki daya 4

5 jual yang tinggi. Berat badan sapi Simpo lebih besar dari pada sapi PO yaitu 450 kg dibanding 350 kg (Dewi, 2005). B. Bakalan Sapi Potong Menurut Sarwono dan Arianto (2006), keberhasilan penggemukan sapi potong sangat tergantung pada pemilihan bakalan yang baik dan kecermatan selama pemeliharaan. Bakalan yang akan digemukkan dengan pemberian pakan tambahan dapat berasal dari sapi lokal yang dipasarkan di pasar hewan atau sapi impor yang belum maksimal pertumbuhannya. Sebaiknya bakalan dipilih dari sapi yang memiliki potensi dapat tumbuh optimal setelah digemukkan. Prioritas utama bakalan sapi yang dipilih yaitu kurus, berusia remaja, dan sepasang gigi serinya telah tanggal. Sapi pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu Bos Indicus, Bos Taurus dan Bos Sondaikus. Bos Indicus merupakan bangsa sapi yang terdapat di daerah tropis, Bos Taurus merupakan bangsa sapi yang terdapat di daerah dingin dan Bos Sondaikusdan bos indicus merupakan bangsa sapi yang terdapat di daerah tropis. Sapi yang diusahakan sebagai ternak potong mempunyai ciri antara lain : a. Ukuran tubuh besar, berbentuk persegi panjang atau balok. b. Kualitas dagingnya baik. c. Laju pertumbuhannya cepat. d. Efisiensi pakannya tinggi. Kriteria pemilihan sapi dari bentuk luarnya adalah : a. Ukuran badan panjang dan dalam. b. Bentuk tubuh segi empat, pertumbuhan tubuh bagian depan, tengah dan belakang serasi dan garis badan atas dan bawah sejajar. c. Paha sampai pergelangan kaki penuh berisi daging. d. Dada lebar dan dalam serta menonjol. e. Kaki besar, pendek dan kokoh (Sugeng, 2011). Usaha penggemukan sapi pedaging membutuhkan modal utama, yaitu tersedianya bakalan yang memenuhi syarat secara kontinyu. Kemampuan peternak memilih dan menyediakan bakalan secara berkelanjutan sangat

6 menentukan laju pertumbuhan dan tingkat keuntungan yang diharapkan. Usaha penggemukan sapi bertujuan mendapatkan keuntungan dari pertumbuhan bobot sapi yang dipelihara (Hadi et al., 2002). C. Manajemen Pakan Pakan komplit merupakan pakan yang cukup mengandung nutrien untuk ternak dalam tingkat fisiologis tertentu yang dibentuk dan diberikan sebagai satu-satunya pakan yang mampu memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi tanpa tambahan substabsi lain kecuali air (Hartadi et al., 2005). Semua bahan pakan tersebut, baik pakan kasar maupun konsentrat dicampur secara homogen menjadi satu. Pembuatan pakan komplit sebaiknya menggunakan pakan lokal. Hal ini sangat diperlukan mengingat ketangguhan agribisnis peternakan adalah mengutamakan menggunakan bahan baku lokal yang tersedia di dalam negeri dan sedikit mungkin menggunakan komponen impor (Saragih, 2000). Paradigma pembangunan peternakan di era reformasi adalah terwujudnya masyarakat yang sehat dan produktif serta kreatif melalui peternakan tangguh berbasis sumber daya lokal. Penggalian potensi penggunaan limbah sebagai bahan pakan lokal sangat diperlukan mengingat rumput yang merupakan kebutuhan utama pada sapi, yang ketersediaannya langka dimusim kemarau. Penggunaan pakan lokal merupakan salah satu pakan alternatif pemecahan masalah ketidakkontinyuan penyediaan bahan pakan untuk hewan ruminansia (Syamsu et al., 2003). Ransum untuk penggemukan sapi sebaiknya terdiri dari pakan kasar/hijauan dan pakan konsentrat, tujuannya adalah untuk saling melengkapi kekurangan zat gizi satu sama lain dari bahan-bahan pakan sehingga penampilan ternak dapat optimal. Pemberian konsentrat yang tinggi merupakan salah satu upaya untuk mempercepat proses pertumbuhan, produksi karkas dan daging dengan kualitas tinggi serta meningkatkan nilai ekonominya. Perbandingan pemberian pakan hijauan dan konsentrat untuk penggemukan sapi secara komersial antara 30%: 70% atau maksimal 20% : 80%. Namun, secara finansial pemberian konsentrat dianggap ekonomis

7 apabila penambahan pendapatan lebih tinggi atau setara dengan penambahan biaya dari jumlah pemberian konsentrat yang diberikan (Nuschati, 2003). Rumput gajah (Pennisetum purpureum) merupakan tanaman tahunan yang membentuk rumpun dengan tinggi mencapai 4,5 m. Rumput gajah sangat disukai ternak, tahan kering dan tergolong rumput yang berproduksi tinggi dengan produksi di daerah lembah atau dengan irigasi dapat mencapai lebih dari 290 ton rumput segar/ha/tahun (Mcilroy, 2000). Rumput gajah dapat hidup pada tanah asam dengan ketinggian 0-3000 m dan dapat dipotong apabila rumput sudah mencapai ketinggian 1 1,5 m (Reksohadiprodjo, 2000). Rumput gajah berasal dari Afrika dan mempunyai kadar protein yaitu 9,5% dari bahan keringnya. Pennisetum purpureum berproduksi sekitar 150.000 kg/ha/th dan dapat dilakukan pemotongan setelah 50-60 hari dan selanjutnya dilakukan 30-50 hari sekali. Panjang batang rumput mencapai 2,7 m dengan buku dan kelopak berbulu, helai daun mempunyai panjang 30-90 cm dan lebar 2,5 mm sedangkan lidah daun sangat sempit dan berbulu putih pada ujungnya dengan panjang 3 mm. Rumput gajah banyak dijumpai di persawahan.tingginya mencapai 5 m, berbatang tebal dan keras, daun panjang, dan dapat berbunga seperti es lilin. Kandungan rumput gajah terdiri atas 19,9% bahan kering (BK), 10,2% protein kasar (PK), 1,6% lemak, 34,2% serat kasar, 11,7% abu, dan 42,3% bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Jarak tanamnya bervariasi 60 x 75 cm, 60 x 100 cm, 50 x 100 cm, 75 x 100 cm dan lain sebagainya. Produksi rata-rata sekitar 250 ton/ha/tahun. Rumput ini berumur panjang, tumbuh membentuk rumpun dan batang tegak (Soedomo, 2000). D. Manajemen Perkandangan Menurut Soeprapto dan Abidin (2006), untuk memenuhi standar kegunaan, kandang harus dibuat dengan beberapa persyaratan teknis sebagai berikut :

8 a. Terbuat dari bahan-bahan berkualitas, tahan lama dan tidak mudah rusak. b. Apabila hendak membuat kandang koloni, luas kandang harus sesuai dengan jumlah sapi sehingga sapi bisa bergerak leluasa. c. Biaya pembuatan tidak terlalu mahal. d. Konstruksi lantai kandang dibuat dengan kemiringan 5-10 0, sehingga tidak ada air yang menggenang. Selain itu, bahan lantai kandang dibuat dari bahan yang tidak menyebabkan becek. e. Harus dibuat sistem sirkulasi udara yang memungkinkan lancarnya keluar masuk udara. f. Sinar matahari sebaiknya bisa masuk secara keseluruhan tanpa dihambat oleh keberadaan pohon atau dinding kandang g. Angin yang bertiup sebaiknya tidak menerpa ternak secara langsung. h. Atap kandang dibuat dari bahan yang murah, awet, ringan serta mampu memberikan kehangatan saat malam hari Kandang merupakan tempat ternak melakukan segala aktivitas hidupnya. Kandang yang baik adalah sesuai dengan persyaratan kondisi kebutuhan dan kesehatan sapi. Persyaratan umum perkandangan adalah sinar matahari harus cukup sehingga kandang tidak lembab, sinar matahari pada pagi hari tidak terlalu panas dan mengandung sinar UV yang berfungsi sebagai desinfektan, dan pembentukan vitamin D, lantai kandang selalu kering karena kandang yang lantainya basah apabila berbaring maka tubuhnya akan basah yang dapat mengaggu pernapasan, dan memerlukan tempat pakan yang lebar sehingga sapi mudah untuk mengkonsumsi pakan (Sasono, 2009). Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Biasanya dibuat jalur di antara kedua jajaran tersebut untuk jalan (Sugeng, 2002).

9 Bahan atap yang biasa digunakan adalah genting, seng, asbes, rumbai, alang-alang. Bahan genting biasanya menggunakan bahan yang mudah didapat dan harganya lebih efisien. Beberapa macam bahan yang banyak digunakan adalah genting, karena terdapat celah-celah sehingga sirkulasi udara cukup baik, apabila menggunakan bahan seng untuk atap dibuat tiang yang tinggi agar panasnya tidak begitu berpengaruh terhadap ternak (Suranto, 2003). Perlengkapan kandang untuk sapi meliputi:palungan yaitu tempat pakan, tempat minum, saluran drainase, tempat penampungan kotoran, gudang pakan dan peralatan kandang. Selain itu harus dilengkapi dengan tempat penampungan air yang terletak diatas (tangki air) yang dihubungkan dengan pipa ke seluruh kandang. Kandang diperlukan untuk melindungi ternak sapi dari keadaan lingkungan yang merugikan, dengan adanya kandang ini ternak akan memperoleh kenyamanan. Ukuran setiap ekor sapi memiliki ukuran kurang lebih 2 m (Santosa, 2001). E. Manajemen Kesehatan Sanitasi dalam usaha peternakan mutlak diperlukan untuk menjaga kesehatan ternak yang bersangkutan. Sanitasi yaitu tindakan untuk menjaga kebersihan lingkungan setiap harinya. Sanitasi yang baik akan menekan perkembangan penyakit yang dapat menyerang baik pada ternak maupaun peternak sendiri. Pemeliharaan kandang dengan sanitasi adalah tindakan pencegahan (preventif) yang sangat baik (Soedono et al., 2003). Feedlot adalah pemeliharaan dan penggemukan dilakukan secara intensif dengan waktu tertentu yang telah ditetapkan, misalkan 3 bulan, 4 bulan, 6 bulan dan 9 bulan. Peluang terkena penyakit kemungkinan sangat kecil dikarenakan pemeliharaan dalam waktu singkat. (Lestari, 2014). Pencegahan merupakan tindakan untuk melawan berbagai penyakit. Usaha pencegahan ini meliputi karantina atau isolasi ternak, vaksinasi, deworming, serta pengupayaan peternakan yang higienis (Sudarmono dan Sugeng, 2008). Sapi-sapi bakalan yang akan digemukkan

10 atau yang baru dibeli di pasar hewan, perlu dimasukkan ke dalam kandang karantina yang letaknya terpisah dari kandang penggemukan. Pemberian vaksin biasanya dilakukan pada saat sapi bakalan berada di kandang karantina. Pemberian vaksin cukup dilakukan sekali untuk setiap ekor karena sapi hanya dipelihara dalam waktu yang singkat, yaitu sekitar 3-4 bulan (Abidin, 2008). Menurut Astiti (2010), prinsip sanitasi yaitu bersih secara fisik, kimiawi, dan mikrobiologi. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam sanitasi adalah ruang dan alat yang disanitasi, monitoring program sanitasi, harga bahan yang digunakan, ketrampilan pekerja dan sifat bahan/produk dimana kegiatan akan dilakukan.pengendalian penyakit sapi yang paling baik menjaga kesehatan sapi dengan tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan penyakit pada ternak sapi potong seperti, melakukan vaksinasi secara teratur, menghindari kontak dengan ternak sakit, kandang selalu bersih, isolasi sapi yang diduga sakit agar tidak menular ke sapi lain, mengadakan tes kesehatan terutama penyakitbrucellosis dan tubercollosis, desinfeksi kandang dan peralatan dan vaksinasi teratur. Beberapa penyakit ternak yang sering menyerang sapi seperti antrax, ngorok, keluron dan lain-lain. Pencegahan penyakit dapat dilakukan vaksinasi secara teratur (Syukur, 2010). F. Analisis Usaha 1. Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) Efisiensi usaha ditentukan dengan menggunakan konsep benefit cost ratio (BCR), yaitu imbangan antara total penghasilan (out put) dengan total biaya (input). Nilai BCR > 1 menyatakan usaha tersebut menguntungkan. Semakin besar nilai BCR maka usaha dinyatakan semakin efisien. Benefit/Cost ratio adalah merupakan perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya. Semakin besar B/C ratio maka akan semakin besar pula keuntungan yang diperoleh petani mengalokasikan faktor produksi dengan lebih efiisien (Soekartawi, 2003).

11 B/C Ratio adalah nilai atau manfaat yang diperoleh dari setiap satuan biaya yang dikeluarkan. B/C Ratio diperoleh dengan cara membagikan total penerimaan dengan total pengeluaran. Kadariah (1999) menyatakan bahwa untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu usaha dapat digunakan parameter yaitu dengan mengukur besarnya pemasukan dibagi besarnya pengeluaran, dimana B/C Ratio> 1 : Efisien B/C Ratio = 1 : Impas B/C Ratio< 1 : Tidak efisien B/C- Ratio 2. Internal Rate of Return (IRR) = Total hasil produksi (pendapatan) Total biaya produksi (pengeluaran) IRR adalah suatu metode untuk mengukur tingkat investasi. Tingkat investasi adalah suatu tingkat bunga dimana seluruh netcashflow setelah dikalikan discountfactor. Hasil IRR ternyata lebih besar dari bunga bank maka dapat dikatakan bahwa investasi yang dilakukan lebih menguntungkan jika dibandingkan modal yang dimiliki disimpan di bank. (Soetriono, 2006 ). Menurut Umar (2005) Internal Rate of Return (IRR) digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa datang, atau penerimaan kas, dengan mengeluarkan investasi awal. Nilai IRR sama dengan tingkat discount maka usaha tidak dapat mendapatkan untung atau rugi, tetapi jika IRR < tingkat discount rate maka usaha tersebut tidak layak diusahakan, sedangkan apabila IRR > tingkat discount rate maka usaha tersebut layak untuk diusahakan. 3. Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) adalah nilai sekarang dari keuntungan bersih (manfaat neto tambahan) yang akan diperoleh pada masa mendatang, merupakan selisih antara nilai sekarang arus manfaat dikurangi dengan nilai sekarang arus biaya. Kriteria penilaian untuk NetPresentValue (NPV) adalah sebagai berikut: Nilai NPV > 0, maka usaha yang dijalankan

12 layak untuk dilaksanakan. Nilai NPV < 0, maka usaha yang dijalankan tidak layak untuk dilaksanakan. Nilai NPV = 0, maka usaha yang dijalankan tidak rugi dan tidak untung (Gittinger, 2003). Netpresentvalue adalah sistem memilih suatu tingkat potongan tunai yang sesuai dengan menggunakan NPV kalkulasi. Suatu praktek yang baik dari memilih tingkat potongan tunai adalah untuk memutuskan tingkat tarif yang mana modal sangat diperlukan oleh suatu proyek yang bisa dikembalikan jika diinvestasikan di suatu alternatif misalnya dengan cara berspekulasi. Misalnya sebagai contoh, modal yang diperlukan oleh suatu perusahaan suatu produk tertentu mendapat lima persen di tempat lain, menggunakan tingkat potongan tunai ini di NPV kalkulasi yaitu dengan cara mengarahkan perbandingan yang dibuat antara perusahaan adalah suatu cara alternatif yang sesungguhnya, NPV adalah nilai yang diperoleh dengan cara menggunakan tingkat potongan tunai variabel dengan tahun dari jangka waktu investasi lebih dikhususkan pada situasi yang riil dibanding yang dihitung dari suatu tingkat potongan tunai yang tetap untuk jangka waktu investasi yang keseluruhan (Cahyono, 1998).