BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Diantaranya adalah sapi bali. Sapi bali (Bos Sondaicus) adalah sapi asli

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Diantaranya adalah sapi bali. Sapi bali (Bos Sondaicus) adalah sapi asli"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Bali Indonesia kaya akan plasma nutfah, baik flora maupun fauna. Diantaranya adalah sapi bali. Sapi bali (Bos Sondaicus) adalah sapi asli Indonesia yang merupakan hasil domestikasi langsung dari banteng liar (Bibos banteng). Menurut Williamson dan Payne (1993), bangsa sapi bali memiliki klasifikasi taksonomi sebagai berikut : Phylum : Chordata. Sub-phylum : Vertebrata. Class : Mamalia. Ordo : Artiodactyla. Sub-ordo : Ruminantia. Family : Bovidae. Genus : Bos. Species : Bos sondaicus. Sapi bali memiliki ciri-ciri khusus jika dilihat dari warna bulunya. Sapi bali betina memiliki warna bulu merah bata. Sedangkan sapi bali jantan, sebelum dewasa kelamin memiliki warna bulu yang sama dengan sapi bali betina, dan setelah dewasa kelamin terjadi perubahan warna bulu dari merah bata menjadi hitam. Hal ini sejalan dengan Guntoro (2002) yang menyatakan bahwa perubahan warna bulu dari merah bata menjadi hitam terjadi pada saat sapi jantan sudah mencapai dewasa kelamin yang disebabkan oleh hormon testosteron. Perubahan warna bulu dimulai dari bagian kepala sampai ke bagian ekor, sedangkan sapi jantan yang sudah dikastrasi mengalami perubahan warna bulu dimulai dari

2 bagian ekor ke bagian kepala. Handiwirawan dan Subandriyo (2004) menyatakan bahwa terdapat warna putih pada sapi bali di bagian pantat dan paha bagian dalam (white mirror), pinggiran bibir atas, dan pada kaki bawah mulai dari tarsus dan carpus sampai batas pinggir atas kuku (white stocking). Selain ciri-ciri diatas, sapi bali juga memiliki sifat genetik berupa kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan setempat yakni dapat beradaptasi terhadap kondisi daerah tropik yang panas (Wijono dan Ma sum, 1981). Menurut Moran (1978), keunggulan lain da ri sapi bali yaitu memiliki kemampuan kerja yang baik, fertilitas yang tinggi (45-84%), dan selang beranak kurang dari satu tahun. Presentase karkas sapi bali dapat mencapai 57% apabila diberikan pakan konsentrat. Disamping itu, kadar lemak sapi bali rendah, yaitu 2,0%-6,9% (Arka, 1990). Menurut Gunawan et al. (1998), berat sapi bali dewasa berkisar 350 hingga 450 kg, dan tinggi badannya 130 sampai 140 cm. Sedangkan sapi bali betina relatif lebih kecil dengan berat badan sekitar 250 hingga 350 kg (Gunawan et al., 1998). 2.2 Penggemukan Sapi Bali Penggemukan sapi merupakan pemeliharaan sapi yang bertujuan untuk mendapatkan produksi karkas dengan berat optimal, untuk mendapatkan mutu daging yang baik serta dapat dijual dengan harga yang relatif tinggi (Djagra dan Arka, 1994). Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam penggemukan sapi bali adalah pemilihan bakalan, perkandangan, pemberian pakan, pencegahan dan penanganan penyakit, serta pemasaran sapi potong.

3 2.2.1 Bakalan Sapi Bali Bakalan merupakan sapi jantan yang berumur antara 1-2 tahun dan memenuhi persyaratan sebagai sapi yang akan dipelihara untuk digemukkan. Keterampilan dalam memilih bakalan merupakan langkah awal yang sangat menentukan dalam suatu usaha penggemukan sapi potong. Menurut Annon (1995), secara kualitatif pemilihan bakalan untuk sapi penggemukan harus memperhatikan beberapa hal diantaranya umur sapi bakalan, kondisi awal sapi bakalan, dan tanda-tanda umum sapi bakalan. Sapi bakalan untuk penggemukan sebaiknya dipilih yang berumur muda berkisar antara 1-2,5 tahun, karena pertumbuhannya lebih cepat jika dibandingkan dengan sapi yang berumur tua. Kondisi awal sapi bakalan yang perlu diperhatikan adalah keadaan fisiknya yang tidak terlalu kurus, kondisi tubuhnya sehat, dan tidak cacat. Disamping itu, pemilihan calon sapi bakalan juga perlu memperhatikan beberapa tanda-tanda umum seperti: dada depan lebar, dalam dan menonjol ke depan, berpenampilan tenang, bulu sapi berwarna hitam, serta memiliki kaki yang besar, pendek, dan kokoh. Menurut SNI 7355, pemilihan bakalan sapi bali penggemukan secara kuantitatif dapat dilihat pada tabel 2.1. Tabel 2.1 Persyaratan kuantitatif pemilihan bakalan sapi bali jantan No Umur Parameter Kelas I Kelas II Kelas III (Bulan) Lingkar dada minimum <36 Tinggi pundak minimum Panjang badan minimum Lingkar dada minimum >36 Tinggi pundak minimum Panjang badan minimum Sumber : Standar Nasional Indonesia. SNI 7355:2008. Bibit sapi bali. ICS Badan Standarisasi Nasional.

4 2.2.2 Model Kandang Sapi Kandang merupakan salah satu komponen penting dalam manajemen pemeliharaan. Bagi ternak sapi, kandang memiliki fungsi sebagai tempat berlindung dari terik panas matahari dan guyuran hujan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kesehatan ternak sapi (Yusni B, 2004). Menurut Guntoro (2002), ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan kandang antara lain: letak kandang, lahan kandang, arah kandang, model kandang, serta bahan yang digunakan dalam pembuatan kandang. Idealnya kandang dibuat agak jauh dari rumah atau pemukiman penduduk agar kebersihan dan juga kesehatan ternak terjamin. Letak kandang harus mudah dijangkau agar pemberian pakan, minum dan perawatannya mudah dilakukan. Disamping itu, letak kandang harus cukup memperoleh sinar matahari, untuk itu sisi kandang hendaknya dibuat membujur dari utara ke selatan, agar lebih banyak permukaan bangunan yang terkena sinar matahari. Lahan kandang sebaikanya berada pada posisi yang paling tinggi dibandingkan dengan lahan disekitar agar tidak tergenang air hujan yang menyebabkan ternak mudah terserang penyakit akibat genangan air hujan. Menurut Abidin (2002), secara umum tipe kandang dibagi menjadi dua yaitu kandang individu dan koloni. Tujuan dibuatnya kandang individu adalah untuk memacu pertumbuhan sapi potong lebih pesat dimana ruang gerak sapi menjadi terbatas, sehingga sapi menjadi lebih tenang dan tidak mudah stres. Kandang koloni dipergunakan bagi sapi bakalan dalam satu periode penggemukan yang ditempatkan dalam satu kandang. Model kandang koloni memungkinkan terjadinya persaingan antara sapi dalam memperebutkan pakan, akibatnya sapi

5 yang mendapat lebih banyak makanan akan memilki pertumbuhan yang cepat. Dibandingkan dengan tipe kandang individu, pertumbuhan sapi dikandang koloni relatif lebih lambat karena ada energi yang terbuang akibat gerakan sapi yang lebih leluasa. Bahan dalam pembuatan kandang merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan kandang, dimana bahan-bahan yang dipilih sebaiknya mudah didapat, harganya murah, kuat, dan juga tahan lama (Guntoro, 2002). Hal senada disampaikan juga oleh Sukmawati et al. (2010) yang menyatakan bahwa pemilihan bahan untuk pembuatan kandang sebaiknya disesuaikan dengan tujuan dibuatnya usaha dan juga dengan memperhatikan kemampuan ekonomi Pemberian Pakan Sapi Usaha ternak sapi potong yang efisien dan ekonomis bisa menjadi kenyataan apabila tuntutan hidup mereka terpenuhi, salah satu tuntutan utamanya adalah pakan. Dengan adanya pakan, tubuh hewan akan mampu bertahan hidup dan kesehatannya terjamin. Tujuan dari pemberian pakan untuk ternak sapi potong adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan juga untuk memenuhi keperluan berproduksinya (Sugeng, 2005). Untuk mencapai tujuan tersebut ternak sapi harus mendapat pakan yang cukup, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Menurut Sugeng (2005), zat-zat makanan yang diberikan untuk ternak sapi harus disesuaikan dengan tujuannya. Adapun tujuan dari pemberian pakan dapat dibedakan menjadi dua yaitu pemberian pakan untuk perawatan yang bertujuan agar ternak dapat mempertahankan hidup dan kesehatan, serta pemberian pakan produksi yang bertujuan untuk pertumbuhan dan pertambahan berat. Kebutuhan

6 pakan sapi di daerah tropis berbeda dengan sapi di daerah subtropis. Sapi di daerah tropis memiliki adaptasi yang cukup baik terhadap lingkungan dan membutuhkan pakan yang relatif lebih sedikit daripada sapi pada daerah subtropis. Pengelolaan pakan akan sangat menentukan tingkat keberhasilan pemeliharaan sapi. Oleh karena itu, cara-cara pengelolaannya harus dipahami. Ketersediaan padang penggembalaan pada pemeliharaan ternak sapi diperlukan sekali sebagai sumber pakan hijauan. Pemberian pakan dapat dilakukan dengan pemotongan rumput tersebut, kemudian diberikan pada ternak sapi yang ada didalam kandang. Pemberian pakan seperti ini disebut cut and carry. Selain itu, rumput juga dapat dikonsumsi langsung oleh sapi di areal padang penggembalaan berdasarkan pada stocking rate (daya tampung) padang penggembalaan tersebut untuk mencukupi kebutuhan penggembalaan setiap unit ternak (Santosa, 2005). Ketersediaan pakan harus mencukupi kebutuhan ternak, baik yang berasal dari hijauan/rumput, maupun pakan konsentrat yang dibuat sendiri atau berasal dari pabrik. Menurut Santosa (2005), sebelum memilih bahan pakan, ada beberapa hal yang harus diketahui yaitu : 1. Bahan pakan harus mudah diperoleh dan sedapat mungkin terdapat di daerah sekitar sehingga tidak menimbulkan masalah biaya transportasi serta tidak kesulitan saat mencari. 2. Bahan pakan harus terjamin ketersediaannya sepanjang waktu dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan ternak.

7 3. Bahan pakan harus mempunyai harga yang layak dan sedapat mungkin mempunyai fluktuasi harga yang tidak besar. 4. Bahan pakan diusahakan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia yang sangat utama. Seandainya harus menggunakan bahan pakan tersebut maka usahakanlah agar digunakan satu macam saja. 5. Bahan pakan harus dapat diganti dengan bahan pakan lain yang kandungan zat-zat makanannya hampir setara. 6. Bahan pakan tidak mengandung racun dan tidak dipalsukan atau tidak menampakkan perbedaaan warna, bau atau rasa dari keadaan normalnya Pencegahan dan Penanganan Penyakit Manajemen pencegahan dan penangan penyakit merupakan salah satu manajemen yang harus diperhatikan dalam usaha penggemukan sapi bali. Menurut Prihatman (2000), terdapat beberapa tindakan yang dapat mencegah terjadinya penyakit pada sapi antara lain dengan memperhatikan dan menjaga kebersihan kandang beserta peralatannya (termasuk memandikan sapi), melakukan vaksinasi secara teratur untuk menjaga kekebalan tubuh sapi, dan memberikan pakan yang berkualitas serta vitamin untuk menjaga daya tahan tubuh sapi. Disamping tindakan pencegahan, tindakan penanganan terhadap penyakit juga perlu diperhatikan. Menurut Prihatman (2000), tindakan yang dapat dilakukan untuk penanganan terhadap penyakit yang menyerang sapi yaitu dengan melakukan isolasi atau pengasingan terhadap sapi yang terserang penyakit agar sapi lain tidak tertular, dan dilakukan pengobatan. Menurut Murtidjo (1990),

8 apabila sapi terserang penyakit dan sulit untuk ditanggulangi atau disembuhkan maka sapi dapat dijual sebagai ternak potong namun dengan catatan penyakit yang diderita sapi tidak berbahaya apabila daging sapi tersebut dikonsumsi. Apabila penyakit tersebut berbahaya bagi yang mengkonsumsinya (zoonosis) sapi yang terserang penyakit tersebut sebaiknya dikubur atau dibakar agar penyakitnya tidak menular. 2.3 Jerami Padi Sebagai Pakan Sapi Salah satu pakan alternatif yang berasal dari limbah pertanian adalah jerami padi. Jerami padi ( Oriza sativa) segar merupakan limbah pertanian yang berpotensi sebagai sumber pakan alternatif pengganti hijauan. Hal ini sejalan dengan pernyataan dari Mariyono dan Romjali (2007) yang menyatakan bahwa limbah pertanian memiliki potensi yang cukup besar sebagai sumber pakan ternak ruminansia. Menurut data Badan Pusat Statistik (2014), luas sawah di Indonesia tahun 2014 adalah 7,39 juta ha dan jerami padi merupakan limbah pertanian terbesar di Indonesia dengan jumlah produksinya sekitar 69 juta ton per tahun. Sedangkan luas sawah di Bali pada tahun 2014 adalah ha dengan produksi jerami padi di Bali sebesar ton per tahun (Badan Pusat Statistik, 2014). Sutardi (1981) menyatakan bahwa kandungan gizi yang terdapat dalam jerami padi adalah bahan kering 87,5%, abu 19,9%, protein kasar 4,15%, lemak kasar 1,47%, serat kasar 32,5%, dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 45%. Walaupun ketersediannya berlimpah dan mudah didapat, pemanfaatan jerami padi sebagai pakan ternak masih sangat terbatas yaitu sekitar 35% dari total produksi jerami padi (Haryanto, 2000). Hal ini sejalan dengan Komar (1984) yang menyatakan bahwa jerami padi sebagai salah satu pakan alternatif untuk ternak

9 sapi masih belum dimanfaatkan secara maksimal. Pemanfaatan jerami padi sebagai pakan ternak di Indonesia baru sekitar %, 36-62% dibakar atau dikembalikan ke tanah menjadi pupuk, dan digunakan untuk keperluan industri sekitar 7-16%. 2.4 Pemasaran Sapi Potong Pemasaran adalah suatu kegiatan untuk mengantarkan barang dari produsen ke konsumen, dimana dalam kegiatan tersebut memerlukan beberapa proses hingga barang atau jasa sampai ke tangan konsumen. Hal ini sejalan dengan pernyataan Cahyono (1994) yang menyatakan bahwa pemasaran merupakan suatu kegiatan bisnis yang mengatur barang dan jasa yang diberikan oleh produsen untuk konsumen sesuai dengan tempat, waktu dan juga bentuk yang dikehendaki dan tergantung pada harga yang nantinya akan dibayar oleh konsumen. Menurut Rangkuti (2004), p emasaran dapat didefinisikan sebagai suatu proses atau kegiatan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial, budaya, politik, dan ekonomi. Akibat dari beberapa faktor tersebut adalah individu maupun kelompok mendapatkan kebutuhan dan juga keinginan dengan menciptakan, menawarkan serta menukarkan produk yang memiliki nilai komoditas. Menurut Warren J Keegen (2003), saluran pemasaran atau saluran distribusi (marketing channels) merupakan suatu saluran yang digunakan produsen untuk menyalurkan barang agar sampai ke tangan konsumen atau industri pemakai. Menurut Kottler (1993), saluran pemasaran yaitu sekelompok orang (perusahaan) atau perseorangan yang berhak atas produk atau membantu pemindahan hak atas kepemilikan produk yang akan dipindahkan dari produsen ke tangan konsumen.

10 Menurut Guntoro (2002), rantai pemasaran sapi bali di Indonesia termasuk di Bali masih terbilang panjang. Para peternak tradisional umumnya menjual sapi dalam bentuk hidup kepada para pedagang pengepul yang datang ke lokasi peternakan. Pada saat pemasaran terjadi seperti itu, penentuan berat badan sapi dilakukan dengan sistem perkiraan sehingga hasilnya kurang akurat. Sebagian peternak yang lebih maju menjual ke pasar hewan terdekat. Di pasar hewan ini, peternak ataupun pedagang pengepul berkumpul dan menjual sapi kepada pedagang besar, baik pedagang atau indrustri lokal maupun pedagang antar pulau. Perbedaan sistem pemasaran ternak sapi potong berpengaruh terhadap tingkat pendapatan peternak. Semakin panjang rantai pemasaran yang dilalui, maka pendapatan yang didapatkan oleh peternak akan semakin rendah. 2.5 Analisis Kelayakan Finansial Analisis finansial merupakan hal-hal atau masalah mengenai pengeluaran dan juga penerimaan didalam melaksanakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan pengembalian dana dari kegiatan tersebut (Gittinger, 1997). Menurut Suryana (2001), analisis finansial adalah salah satu bagian dari studi kelayakan bisnis, yang merupakan suatu penelitian tentang layak atau tidaknya suatu usaha untuk dijalankan dengan mendapatkan keuntungan secara berkelanjutan (kontiyu). Bagi perusahaan, analisis finansial dibutuhkan sebagai informasi mengenai keuangan perusahaan untuk menentukan sejauh mana perkembangan perusahaan. Selain diperlukan oleh perusahaan itu sendiri, analisis finansial juga diperlukan oleh pihak-pihak lain yang berhubungan dengan perusahaan tersebut, seperti pemerintah. Menurut Mamduh dan Abdul Halim (2003), analisis finansial diperlukan oleh pemerintah untuk menganalisis keungan dari suatu perusahaan

11 dan juga untuk menentukan besarnya pajak yang nantinya dibayarkan oleh suatu perusahaan atau dapat digunakan untuk menentukan tingkat keuntungan dari suatu perusahaan. Ibrahim (2003) menyatakan bahwa ada beberapa ukuran yang digunakan untuk menilai kelayakan finansial yaitu analisis kriteria investasi, analisis Pay Back Period (PBP), dan Break Even Point (BEP) Analisis Kriteria Investasi Tujuan dari dilakukannya perhitungan kriteria investasi adalah untuk mengetahui apakah gagasan usaha (proyek) yang direncanakan dapat memberikan manfaat ( benefit), jika dilihat dari financial benefit maupun social benefit (Ibrahim, 2003). Hasil perhitungan kriteria investasi merupakan indikator dari modal yang diinvestasikan, yaitu perbandingan antara total benefit yang diterima dengan total biaya yang dikeluarkan dalam bentuk present value selama umur ekonomis proyek. Menurut Ibrahim (2003), bila hasil perhitungan menunjukkan hasil yang layak ( feasible) maka usaha yang akan dilaksanakan akan jarang mengalami kegagalan. Menurut Ibrahim (2003), kriteria investasi yang biasa dipakai dalam menentukan kelayakan sebuah usaha antara lain: Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C). Net Present Value (NPV) merupakan jumlah net benefit yang telah didiskon dari tahun ke 0 sampai tahun ke n dalam bentuk present value (nilai sekarang). Dimana net benefit merupakan selisih antara pendapatan dengan biaya yang dikeluarkan. Menurut Ibrahim (2003), perhitungan Net Present Value (NPV) merupakan net benefit yang telah didiskon dengan menggunakan social opportunity cost of capital (SOCC) sebagai diskon faktor. Sebuah usaha dapat

12 dikatakan layak apabila hasil perhitungan NPV-nya lebih besar dari nol, dan apabila hasil perhitungan NPV-nya lebih kecil dari nol maka usaha tersebut tidak layak dan apabila hasil perhitungan NPV-nya sama dengan nol, maka usaha ini mencapai titik impas (BEP). Internal Rate of Return (IRR) merupakan tingkat discount rate yang menghasilkan net present value sama dengan 0 (nol). Dengan demikian apabila hasil perhitungan IRR lebih besar dari SOCC maka dapat dikatakan proyek/usaha tersebut feasible (layak), apabila hasil perhitungan IRR lebih kecil dari SOCC maka usaha ini tidak layak untuk dijalankan (Ibrahim, 2003). Menurut Ibrahim (2003), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) adalah perbandingan antara jumlah net benefit positif dengan jumlah net benefit negatif. Nilai Net B/C ratio menunjukkan besarnya net benefit yang diperoleh dari biaya yang dikeluarkan. Apabila hasil perhitungan Net B/C lebih besar dari satu maka usaha ini layak untuk dijalankan. Apabila hasil Net B/C lebih kecil dari satu, maka usaha ini tidak layak untuk dijalankan dan apabila hasil Net B/C sama dengan satu, maka usaha ini berada pada titik impas (break even point) Analisis Pay Back Period (PBP) dan Break Even Point (BEP) Menurut Ibrahim (2003), perhitungan analisis Pay Back Period dalam studi kelayakan perlu juga ditampilkan untuk mengetahui berapa lama suatu usaha atau proyek yang dikerjakan dapat mengembalikan biaya investasi yang telah dikeluarkan. Jika pay back period ini lebih pendek dari umur investasi, maka usaha ini layak untuk terus dikembangkan dan sebaliknya bila lebih lama, maka pengembangan usaha tidak layak.

13 Break Even Point (BEP) atau titik pulang pokok merupakan suatu kondisi usaha dalam keadaan yang tidak untung namun juga tidak rugi, dimana total revenue (TR) sama dengan total cost (TC). Jika dilihat dari jangka waktu pelaksanaan sebuah proyek, terjadinya titik pulang pokok atau TR=TC tergantung pada lama arus penerimaan sebuah proyek dapat menutupi segala biaya operasi dan pemeliharaan beserta biaya modal lainnya (Ibrahim, 2003). BEP dapat dilihat dari jangka waktu, titik impas produksi, dan titik impas harga. 2.6 Penelitian Terdahulu Suastina dan Kayana (2005) melakukan penelitian tentang Analisis Finansial Usaha Agribisnis Peternakan Sapi Daging. Metode yang digunakan dalam perhitungan aspek finansialnya adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit Cost Ratio (B/C) dan juga Break Even Point (BEP). Penelitian dilakukan di Desa Petang, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung dengan populasi sapi potong sebanyak 50 ekor sapi. Hasil penelitian ini menunjukkan usaha tersebut akan mencapai Break Even Point (BEP) pada penjualan ,05 atau 17 ekor sapi. Selain itu dari perhitungan NPV-nya didapatkan hasil sebesar ,00, yang berarti bahwa usaha ternak sapi potong layak karena NPV-nya bernilai positif. Selain dari 2 perhitungan diatas, dilakukan juga perhitungan Benefit Cost Ratio (B/C) yang menunjukkan hasil B/C sebesar 1,008. Dimana hal ini menunjukkan bahwa dengan discount factor 30% menghasilkan B/C > 1. Sedangkan Internal Rate of Ratio (IRR) didapatkan sebesar 44,04%. Dari perhitungan NPV dan IRR juga menunjukkan bahwa usaha peternakan sapi potong di Desa Petang layak untuk dilanjutkan.

14 Putri dan Sukanata (2012) melakukan penelitian mengenai Kelayakan Finansial Pemanfaatan Skim Kredit KUPS pada Pengembangbiakan Sapi Bali di Desa Tangkas Kabupaten Klungkung. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa berdasarkan biaya tunai, usaha pengembangbiakan sapi bali di Desa Tangkas layak untuk dijalankan. Sedangkan apabila dihitung berdasarkan biaya total, maka usaha tersebut tidak layak untuk dijalankan. Berdasarkan perhitungan biaya tunai, usahatani pengembangbiakan sapi bali di Desa Tangkas masih tetap layak dilaksanakan jika bunga KUPS masih di bawah 19,97%/tahun. Namun berdasarkan perhitungan biaya total, usahatani pengembangbiakan sapi bali di Desa Tangkas Kabupaten Klungkung tidak layak dilaksanakan jika suku bunga KUPS masih di atas 2,24%. Nomleni (2005) melakukan Analisis Finansial pada Usaha Peternakan Sapi Potong dengan Menerapkan Hasil Teknologi Pakan Ternak (Kasus Amanda Farm di Kabupaten Gianyar, Bali). Metode yang digunakan dalam perhitungan aspek finansial adalah analisis laporan keuangan, yaitu rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio provabilitas. Selain itu juga digunakan analisis kriteria investasi yaitu menghitung Net Present Value (NPV) dan analisis Pay Back Period (PBP) serta titik impas ( break even) harga jual dan skala pemeliharaan sapi potong. Dalam penelitian ini dilakukan analisis terhadap usaha peternakan sapi potong dari tahun Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha peternakan sapi potong Amanda Farm memiliki tingkat rasio yang likuid, solvabel dan menguntungkan. Titik impas harga penjualan dan skala pemeliharaan sapi potong yang dicapai dari tahun berturut-turut adalah Rp ,94 atau 7 ekor, Rp ,29 atau 15 ekor, Rp ,34 atau 15 ekor dan Rp

15 atau 11 ekor. Kelayakan investasi peternakan sapi potong Amanda Farm ditunjukkan dengan nilai NPV sebesar Rp ,26 dengan discount factor sebesar 16% dan nilai PBP selama 4 tahun 3 bulan 28 hari, sehingga usaha ini layak untuk dijalankan. Adiwinarti et al. (2011) m elakukan penelitian tentang Pertumbuhan sapi jawa yang diberi pakan jerami padi dan konsentrat dengan level protein berbeda. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan pakan yang berbeda dan 4 kelompok bobot badan sebagai ulangan. Penelitian ini dilakukan menggunakan 12 ekor sapi jantan yang berumur 1-1,5 tahun. Hasil penelitian yang didapatkan dari penelitian ini adalah perbedaan tingkat protein pada pakan sapi mempengaruhi pertambahan lingkar dada, namun pertambahan bobot badan, panjang badan dan tingkat pundak yang diperoleh relatif sama. Pemberian pakan berupa jerami padi 30% dan konsentrat 70% sebaiknya menggunakan level protein 11,03% karena pertambahan lingkar dada hariannya yang dihasilkan paling besar. Lingkar dada yang besar mengindikasikan bobot badan yang besar pula, dimana pertambahan berat bobot badan rata-rata adalah 0,5 kg.

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ternak Sapi Potong

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ternak Sapi Potong II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ternak Sapi Potong Sapi merupakan hewan ternak yang dipelihara oleh manusia sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja, dan kebutuhan manusia lainya. Ternak sapi menghasilkan 50%

Lebih terperinci

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA PULLET (Studi Kasus pada UD Prapta di Desa Pasedahan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem) Arta, I M. G., I W. Sukanata dan R.R Indrawati Program Studi Peternakan,

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN BISNIS. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ

STUDI KELAYAKAN BISNIS. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ STUDI KELAYAKAN BISNIS Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ http://adamjulian.web.unej.ac.id/ PENDAHULUAN Arti Studi Kelayakan Bisnis??? Peranan Studi Kelayakan Bisnis Studi Kelayakan Bisnis memerlukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Populasi sapi bali di Kecamatan Benai sekitar ekor (Unit Pelaksana

TINJAUAN PUSTAKA. Populasi sapi bali di Kecamatan Benai sekitar ekor (Unit Pelaksana II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum tentang Sapi Bali Populasi sapi bali di Kecamatan Benai sekitar 1.519 ekor (Unit Pelaksana Teknis Daerah, 2012). Sistem pemeliharaan sapi bali di Kecamatan Benai

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah : BUDIDAYA SAPI POTONG I. Pendahuluan. Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dengan pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar

Lebih terperinci

II ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

II ASPEK PASAR DAN PEMASARAN I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring perkembangan jaman dimana masyarakat mulai sadar akan pentingnya kebutuhan pangan yang harus terpenuhi. Salah satu faktor yang paling di lirik oleh masyarakat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibedakan dari bangsa lain meskipun masih dalam spesies. bangsa sapi memiliki keunggulan dan kekurangan yang kadang-kadang dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibedakan dari bangsa lain meskipun masih dalam spesies. bangsa sapi memiliki keunggulan dan kekurangan yang kadang-kadang dapat II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keragaman Bangsa Sapi Lokal Bangsa (breed) adalah sekumpulan ternak yang memiliki karakteristik tertentu yang sama. Atas dasar karakteristik tersebut, suatu bangsa dapat dibedakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Susilorini, dkk (2010) sapi Bali memiliki taksonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Susilorini, dkk (2010) sapi Bali memiliki taksonomi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi Bali Menurut Susilorini, dkk (2010) sapi Bali memiliki taksonomi Filum Class Ordo Famili Genus Subgenus : Chordata : Mammalia : Artiodactyla : Bovidae : Bos : Bibos sondaicus

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung. 22 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah usaha ternak sapi perah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

Lebih terperinci

Peternakan ernakan Tropika

Peternakan ernakan Tropika e-journal FAPET UNUD e-journal Peternakan ernakan Tropika Journal of Tropical Animal Science email: peternakantropika_ejournal@yahoo.com email: jurnaltropika@unud.ac.id Universitas Udayana ANALISIS KELAYAKAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karateristik Sapi Bali Menurut Romans et al. (1994 : 6) sapi Bali mempunyai klasifikasi taksonomi sebagai berikut : Phylum : Chordata Subphylum : Vertebrata Class : Mamalia

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian Investasi Kasmir dan Jakfar (2009) menyatakan bahwa investasi adalah penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR Abel Gandhy 1 dan Dicky Sutanto 2 Surya University Tangerang Email: abel.gandhy@surya.ac.id ABSTRACT The

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan kebutuhan daging sapi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan daging sapi. Ternak sapi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Peternakan adalah suatu kegiatan usaha untuk meningkatkan biotik berupa hewan ternak dengan cara meningkatkan produksi ternak yang bertujuan untuk memenuhi

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Rumpun Domba Rumpun adalah segolongan hewan dari suatu jenis yang mempunyai bentuk dan sifat keturunan yang sama. Jenis domba di Indonesia biasanya diarahkan sebagai domba pedaging

Lebih terperinci

pengembangan KERBAU KALANG SUHARDI, S.Pt.,MP Plasmanutfah Kalimantan Timur

pengembangan KERBAU KALANG SUHARDI, S.Pt.,MP Plasmanutfah Kalimantan Timur pengembangan KERBAU KALANG SUHARDI, S.Pt.,MP Plasmanutfah Kalimantan Timur Latar Belakang 1. Kebutuhan konsumsi daging cenderung mengalami peningkatan sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Potong Sapi potong adalah jenis sapi yang khusus dipelihara untuk digemukkan karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup baik. Sapi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Domba dan Kambing Pemilihan Bibit

HASIL DAN PEMBAHASAN Domba dan Kambing Pemilihan Bibit HASIL DAN PEMBAHASAN Domba dan Kambing Domba dan kambing yang dipelihara di Kawasan Usaha Peternakan Berkah Sepuh Farm meliputi domba ekor tipis dan kambing kacang. Domba yang digunakan sebanyak 51 ekor

Lebih terperinci

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science e-journal FAPET UNUD e-journal Peternakan Tropika Journal of Tropical Animal Science email: peternakantropika_ejournal@yahoo.com email: jurnaltropika@unud.ac.id Universitas Udayana ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organisasi Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama dalam suatu pembagian kerja untuk mencapai tujuan bersama (Moekijat, 1990). Fungsi struktur

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI 5.1 PENDAHULUAN Pengembangan usaha pelayanan jasa pengeringan gabah dapat digolongkan ke dalam perencanaan suatu kegiatan untuk mendatangkan

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. meningkat, rata-rata konsumsi protein hewani penduduk Indonesia masih sangat

I. PENDAHULUAN. meningkat, rata-rata konsumsi protein hewani penduduk Indonesia masih sangat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor peternakan merupakan sektor yang cukup penting di dalam proses pemenuhan kebutuhan pangan bagi masyarakat. Produk peternakan merupakan sumber protein hewani. Permintaan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. berfokus pada bidang penggemukan sapi.sapi yang digemukkan mulai dari yang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. berfokus pada bidang penggemukan sapi.sapi yang digemukkan mulai dari yang V. HASIL DAN PEMBAHASAN Usaha peternakan sapi di CV. Anugrah farm merupakan peternakan yang berfokus pada bidang penggemukan sapi.sapi yang digemukkan mulai dari yang berbobot 200 kg sampai dengan 300

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. didalamnya Bos taurus dan Bos indicus. Sapi potong adalah sapi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. didalamnya Bos taurus dan Bos indicus. Sapi potong adalah sapi yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi Potong Sapi termasuk dalam genus Bos, berkaki empat, tanduk berongga, dan memamah biak. sapi juga termasuk dalam kelompok Taurine, termasuk didalamnya Bos taurus dan Bos

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi bali Sapi bali (Bos sondaicus) merupakan sapi asli Indonesia yang diduga sebagai hasil domestikasi (penjinakan) dari banteng liar. Sebagian ahli yakin bahwa domestikasi

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Perah Fries Holland (FH) Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai klasifikasi taksonomi sebagai berikut : Phylum Subphylum Class Sub class Infra class

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dari Banteng (bibos banteng) (Hardjosubroto, 1994). Payne dan Rollinson (1973)

II. TINJAUAN PUSTAKA. dari Banteng (bibos banteng) (Hardjosubroto, 1994). Payne dan Rollinson (1973) 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi Bali Sapi Bali merupakan sapi potong asli Indonesia dan merupakan hasil domestikasi dari Banteng (bibos banteng) (Hardjosubroto, 1994). Payne dan Rollinson (1973) menyatakan

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua 6 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Klasifikasi Domba Berdasarkan taksonominya, domba merupakan hewan ruminansia yang berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua domba termasuk kedalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dengan kondisi agroekosistem suatu tempat. Di lingkungan-lingkungan yang paling

TINJAUAN PUSTAKA. dengan kondisi agroekosistem suatu tempat. Di lingkungan-lingkungan yang paling TINJAUAN PUSTAKA Kambing Etawa Kambing sangat digemari oleh masyarakat untuk diternakkan karena ukuran tubuhnya tidak terlalu besar, perawatannya mudah, cepat berkembang biak, jumlah anak perkelahiran

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Jenis Sapi Potong Sapi Peranakan Ongole (PO), di pasaran juga sering disebut sebagai sapi lokal atau sapi Jawa atau Sapi Putih. Sapi PO ini hasil persilangan antara pejantan sapi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Bali Sapi bali adalah sapi lokal Indonesia keturunan banteng yang telah didomestikasi. Sapi bali banyak berkembang di Indonesia khususnya di pulau bali dan kemudian menyebar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai potensi untuk dikembangkan. Ternak ini berasal dari keturunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai potensi untuk dikembangkan. Ternak ini berasal dari keturunan A. Sapi Bali BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali merupakan salah satu jenis sapi asal Indonesia yang mempunyai potensi untuk dikembangkan. Ternak ini berasal dari keturunan banteng (Bibos) yang telah mengalami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Boer Jawa (Borja) Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali Sapi bali berasal dari banteng (Bibos banteng) yang telah didomestikasi berabad-abad lalu. Beberapa sinonim sapi bali yaitu Bos javanicus, Bos banteng dan Bos sondaicus. Sapi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti, serta penting untuk memperoleh

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka Sapi adalah hewan ternak terpenting dari jenis jenis hewan ternak yang dipelihara manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia lainnya.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa-Bangsa Sapi

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa-Bangsa Sapi TINJAUAN PUSTAKA Bangsa-Bangsa Sapi Bangsa (breed) sapi adalah sekumpulan ternak yang memiliki karakteristik tertentu yang sama. Atas dasar karakteristik tertentu tersebut, mereka dapat dibedakan dari

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau sumber energi, serta pengelolaan lingkungan hidupnya. Kegiatan pengolahan

I. PENDAHULUAN. atau sumber energi, serta pengelolaan lingkungan hidupnya. Kegiatan pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan oleh manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri atau sumber energi, serta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Pusat Pembibitan dan Penggemukan Ternak Wonggahu pada tahun 2002 dikelola oleh Dinas Pertanian, Peternakan dan Ketahanan Pangan Provinsi Gorontalo

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. diselenggarakan secara teratur dan terus menerus pada suatu tempat dan dalam

KAJIAN KEPUSTAKAAN. diselenggarakan secara teratur dan terus menerus pada suatu tempat dan dalam 10 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Peternakan Sapi Perah Usaha peternakan adalah suatu usaha pembibitan dan atau budidaya peternakan dalam bentuk perusahaan peternakan atau peternakan rakyat, yang diselenggarakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan salah satu ternak ruminansia kecil yang memiliki potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan sudah sangat umum dibudidayakan

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Bali

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Bali TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali Sapi bali merupakan salah satu ternak asli dari Indonesia. Sapi bali adalah bangsa sapi yang dominan dikembangkan di bagian Timur Indonesia dan beberapa provinsi di Indonesia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dimiliki dapat diturunkan ke generasi berikutnya. Sapi potong merupakan salah

TINJAUAN PUSTAKA. dimiliki dapat diturunkan ke generasi berikutnya. Sapi potong merupakan salah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bangsa Sapi Potong Bangsa (breed) sapi adalah sekumpulan ternak yang memiliki karakteristik tertentu yang sama. Atas dasar karakteristik tersebut, mereka dapat dibedakan dari

Lebih terperinci

PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI

PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI Tatap muka ke 7 POKOK BAHASAN : PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI Tujuan Instruksional Umum : Mengetahui program pemberian pakan pada penggemukan sapi dan cara pemberian pakan agar diperoleh tingkat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Kelompok Ternak Rukun Tani 1. Keadaan Umum Kelompok Ternak Rukun Tani yang diketuai oleh Bp. Sunarjo dengan pekerjaan petani, merupakan salah satu unit usaha masyarakat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Peternakan Sapi Perah Salah satu bidang usaha agribisnis peternakan yang memiliki potensi cukup besar dalam meningkatkan kesejahtraan dan kualitas sumberdaya manusia

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Metode Kelayakan Investasi Evaluasi terhadap kelayakan ekonomi proyek didasarkan pada 2 (dua) konsep analisa, yaitu analisa ekonomi dan analisa finansial. Analisa ekomoni bertujuan

Lebih terperinci

A. Kerangka Pemikiran

A. Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Penelitian ini mengkaji studi kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka di kabupaten Semarang. Studi kelayakan dilakukan untuk meminimumkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Penanganan pascapanen adalah tindakan yang dilakukan atau disiapkan agar hasil pertanian siap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Barat cendrung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Badan Pusat

I. PENDAHULUAN. Barat cendrung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Badan Pusat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permintaan terhadap daging khususnya daging sapi di Propinsi Sumatera Barat cendrung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Sumatera Barat

Lebih terperinci

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Perkembangan Domba Asia merupakan pusat domestikasi domba. Diperkirakan domba merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi oleh manusia kira-kira

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam 9 II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Usahaternak Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam pembangunan pertanian. Sektor ini memiliki peluang pasar yang sangat baik, dimana pasar domestik

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ternak dalam suatu usahatani atau dalam suatu wilayah. Adapun ciri keterkaitan

II. TINJAUAN PUSTAKA. ternak dalam suatu usahatani atau dalam suatu wilayah. Adapun ciri keterkaitan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Integrasi Tanaman Ternak Pertanian terintegrasi (integrasi tanaman-ternak) adalah suatu sistem pertanian yang dicirikan oleh keterkaitan yang erat antara komponen tanaman

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Budidaya Ayam Ras Pedaging Ayam ras pedaging atau ayam broiler merupakan bangsa unggas yang arah kemampuan utamanya

Lebih terperinci

Melinda Al Masyhur Mahasiswa Peternakan, Abdul Hamid Arsyad, Syamsul Bahri

Melinda Al Masyhur Mahasiswa Peternakan, Abdul Hamid Arsyad, Syamsul Bahri EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN SAPI POTONG MELALUI BANTUAN SOSIAL TERNAK DI KABUPATEN GORONTALO ABSTRAK Melinda Al Masyhur, Abdul Hamid Arsyad, Syamsul Bahri, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Sistem Agribisnis Agribisnis sering diartikan secara sempit, yaitu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian.sistem agribisnis sebenarnya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan subsektor dari pertanian yang berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani. Kebutuhan masyarakat akan hasil ternak seperti daging,

Lebih terperinci

dan sapi-sapi setempat (sapi Jawa), sapi Ongole masuk ke Indonesia pada awal

dan sapi-sapi setempat (sapi Jawa), sapi Ongole masuk ke Indonesia pada awal II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Zoologis Sapi Menurut blakely dan bade, (1998) Secara umum klasifikasi Zoologis ternak sapi adalah sebagai berikut Kingdom Phylum Sub Pylum Class Sub Class Ordo Sub

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN II.1 Tinjauan Pustaka Tanaman jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan tanaman buah daerah tropis dan dapat juga tumbuh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali pada tanggal 16 Desember 2015 sampai 29 Januari 2016. B. Desain Penelitian Metode dasar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Gula merah tebu merupakan komoditas alternatif untuk memenuhi kebutuhan konsumsi gula. Gula merah tebu dapat menjadi pilihan bagi rumah tangga maupun industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil domestikasi dari banteng (Bibos banteng) (Hardjosubroto, 1994). Menurut Williamson dan Payne (1993),

Lebih terperinci

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN AgroinovasI FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN Usaha penggemukan sapi potong semakin menarik perhatian masyarakat karena begitu besarnya pasar tersedia untuk komoditas ini. Namun demikian,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat pedesaan pada umumnya bermatapencaharian sebagai petani, selain usaha pertaniannya, usaha peternakan pun banyak dikelola oleh masyarakat pedesaan salah satunya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Lokal Domba pada umumnya dipelihara sebagai penghasil daging (Edey, 1983). Domba Lokal yang terdapat di Indonesia adalah Domba Ekor Tipis, Priangan dan Domba Ekor Gemuk.

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Domba di Indonesia

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Domba di Indonesia II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Domba di Indonesia Daging domba merupakan salah satu sumber protein hewani yang cukup digemari oleh masyarakat Indonesia, disamping produk daging yang berasal dari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Usaha Kecil Menengah (UKM) pengolahan pupuk kompos padat di Jatikuwung Innovation Center, Kecamatan Gondangrejo Kabupaten

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Sapi Bali Abidin (2002) mengatakan bahwa sapi bali merupakan sapi asli Indonesia yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos Sondaicus)

Lebih terperinci

BAB I IDENTIFIKASI KEBUTUHAN

BAB I IDENTIFIKASI KEBUTUHAN BAB I IDENTIFIKASI KEBUTUHAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia telah berhasil dalam swasembada daging ayam dan telur, namun data statistika peternakan mengungkapkan bahwa Indonesia belum dapat memenuhi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Defenisi Operasional Konsep dasar dan defenisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk memperoleh data dan melakukan analisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi 23 III METODOLOGI Penelitian ini dilakukan dalam empat tahapan penelitian yaitu tahap pengumpulan data dan informasi, tahap pengkajian pengembangan produk, tahap pengkajian teknologi, tahap uji coba dan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Usaha

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengertian Usaha Menurut Gittinger (1986) bisnis atau usaha adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan

PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan PENDAHULUAN Latar Belakang Peternakan di Indonesia sejak zaman kemerdekaan sampai saat ini sudah semakin berkembang dan telah mencapai kemajuan yang cukup pesat. Sebenarnya, perkembangan kearah komersial

Lebih terperinci

1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan

1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan 1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduknya bermata pencaharian dalam bidang pertanian, termasuk peternakan. Lebih dari 90% usaha peternakan yang dilakukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan peternakan di Indonesia lebih ditujukan guna

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan peternakan di Indonesia lebih ditujukan guna PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan peternakan di Indonesia lebih ditujukan guna meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan peternak serta mampu meningkatkan gizi masyarakat. Pengelolaan usaha

Lebih terperinci