KAJIAN EKONOMI REGIONAL

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Provinsi Nusa Tenggara Timur

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

Kajian Ekonomi Regional Banten

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN II 2015

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

No Lokasi Jenis Sapi Jumlah. 1 Pulau Timor Sapi Bali Pulau Flores Sapi Bali Pulau Sumba Sapi Onggol

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur. Triwulan I Foto Cover : Joni Trisongko

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV-2013

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN I 2014

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

Halaman ini sengaja dikosongkan.

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

Transkripsi:

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan II - 2014 KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KPw BI Provinsi NTT melakukan pengkajian dan penelitian terhadap perkembangan perekonomian daerah sebagai masukan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia dalam kaitan perumusan kebijakan moneter tersebut. Selain itu kajian/analisis ini dimaksudkan untuk memberikan informasi yang diharapkan dapat bermanfaat bagi eksternal stakeholder setempat, yaitu Pemda, DPRD, akademisi, serta masyarakat lainnya. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Nusa Tenggara Timur ini mencakup Makro Ekonomi Regional, Perkembangan Inflasi, Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran, serta Prospek Perekonomian Daerah pada periode mendatang. Dalam menyusun kajian ini digunakan data yang berasal dari internal Bank Indonesia maupun dari eksternal, dalam hal ini dinas/instansi terkait. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan kajian ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan masukan dari semua pihak untuk meningkatkan kualitas isi dan penyajian laporan. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik dalam bentuk penyampaian data maupun dalam bentuk saran, kritik, dan masukan sehingga kajian ini dapat diselesaikan. Kami mengharapkan kerjasama yang telah terjalin dengan baik selama ini, kiranya dapat terus berlanjut di masa yang akan datang. Kupang, Agustus 2014 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Naek Tigor Sinaga Deputi Direktur Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT ii

Triwulan II - 2014 DAFTAR IISII Halaman Judul ------------------------------------------------------------------------------- Kata Pengantar ------------------------------------------------------------------------------ Daftar Isi --------------------------------------------------------------------------------------- Daftar Grafik -------------------------------------------------------------------------------- Daftar Tabel --------------------------------------------------------------------------------- Ringkasan Umum --------------------------------------------------------------------------- i ii iii v vii x BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1 Kondisi Umum ------------------------------------------------------------------------- 1 1.2 Sisi Penggunaan ------------------------------------------------------------------------ 2 1.3 Sisi Sektoral ----------------------------------------------------------------------------- 6 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI 2.1 Kondisi Umum ------------------------------------------------------------------------- 11 2.2 Perkembangan Inflasi NTT ----------------------------------------------------------- 12 2.3 Disagregasi Inflasi ---------------------------------------------------------------------- 15 2.4 Inflasi NTT Berdasarkan Kota -------------------------------------------------------- 16 2.4.1 Inflasi Kota Kupang ------------------------------------------------------------ 16 2.4.2 Inflasi Kota Maumere --------------------------------------------------------- 18 BOKS 1. DAMPAK KENAIKAN TARIF LISTRIK TERHADAP LAJU INFLASI NTT --------------------------------------------------------------- 20 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1 Kondisi Umum ------------------------------------------------------------------------- 21 3.2 Perkembangan Bank Umum -------------------------------------------------------- 23 3.2.1 Intermediasi Perbankan ------------------------------------------------------- 23 3.2.2 Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) --------------------- 28 3.2.3 Kinerja Perbankan Umum Berdasarkan Sebaran Pulau ----------------- 30 3.3 Sistem Pembayaran -------------------------------------------------------------------- 30 3.3.1 Transaksi Non Tunai------------------------------------------------------------ 30 3.3.2 Transaksi Tunai ------------------------------------------------------------------ 32 BOKS 2. UPAYA MENINGKATKAN KREDIT PERBANKAN DALAM MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI --------------------- 35 BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH 4.1 Kondisi Umum -------------------------------------------------------------------------- 37 Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT iii

Triwulan II - 2014 4.2 Pendapatan Daerah -------------------------------------------------------------------- 38 4.3 Belanja Daerah ------------------------------------------------------------------------- 41 BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 5.1 Kondisi Umum -------------------------------------------------------------------------- 48 5.2 Perkembangan Ketenagakerjaan --------------------------------------------------- 49 5.2.1 Kondisi Ketenagakerjaan Umum ------------------------------------------- 49 5.2.2 Pengangguran ------------------------------------------------------------------ 51 5.3 Perkembangan Kesejahteraan ------------------------------------------------------- 51 5.3.1 Kondisi Kesejahteraan Umum ----------------------------------------------- 51 5.3.2 Tingkat Kemiskinan ------------------------------------------------------------ 50 5.3.3 Indeks Pembangunan Manusia --------------------------------------------- 55 BAB VI OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DI DAERAH 6.1 Pertumbuhan Ekonomi --------------------------------------------------------------- 58 6.2 Inflasi -------------------------------------------------------------------------------------- 62 BOKS 3. PEMULIHAN EKONOMI GLOBAL YANG LAMBAT MASIH BERLANJUT -------------------------------------------------------------- 63 Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT iv

Triwulan II - 2014 DAFTAR GRAFIIK Grafik 1.1 Perkembangan PDRB NTT -------------------------------------------------- 1 Grafik 1.2 Perkembangan Struktur PDRB NTT -------------------------------------- 1 Grafik 1.3 Sumbangan Pertumbuhan Sisi Penggunaan -------------------------- 2 Grafik 1.4 Konsumsi Listrik Sektor Bisnis --------------------------------------------- 3 Grafik 1.5 Realisasi Belanja Pemerintah Tw-II -------------------------------------- 3 Grafik 1.6 Kredit Konsumsi ------------------------------------------------------------- 3 Grafik 1.7 Perkembangan IKE ---------------------------------------------------------- 3 Grafik 1.8 Konsumsi Semen ------------------------------------------------------------ 4 Grafik 1.9 PDRB Ekspor-Impor --------------------------------------------------------- 5 Grafik 1.10 Perkembangan Bongkar Muat ------------------------------------------- 5 Grafik 1.11 Negara Tujuan Ekspor ----------------------------------------------------- 5 Grafik 1.12 Pengiriman Ternak ---------------------------------------------------------- 6 Grafik 1.13 Perkembangan Penjualan Eceran ---------------------------------------- 8 Grafik 1.14 Kredit Sektor PHR ----------------------------------------------------------- 8 Grafik 1.15 Perkembangan Peti Kemas ----------------------------------------------- 8 Grafik 1.16 Jumlah Tamu Hotel --------------------------------------------------------- 8 Grafik 1.17 Arus Penumpang ------------------------------------------------------------ 9 Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi di NTT --------------------------------------------- 12 Grafik 2.2 Inflasi Triwulanan NTT ----------------------------------------------------- 13 Grafik 2.3 Inflasi Bulanan Triwulan I-2013 NTT ------------------------------------ 13 Grafik 2.4 Struktur Inflasi Bulanan NTT ----------------------------------------------- 14 Grafik 2.5 Disagregasi Inflasi NTT ----------------------------------------------------- 15 Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi Kupang ------------------------------------------- 16 Grafik 2.7 Inflasi Triwulanan Kupang ------------------------------------------------ 17 Grafik 2.8 Perkembangan Inflasi Maumere ----------------------------------------- 18 Grafik 2.9 Inflasi Triwulanan Maumere ---------------------------------------------- 19 Grafik 3.1 Perkembangan LDR --------------------------------------------------------- 23 Grafik 3.2 Perkembangan Undisbursed Loan -------------------------------------- 23 Grafik 3.3 Komposisi DPK -------------------------------------------------------------- 24 Grafik 3.4 DPK Menurut Golongan Pemilik ----------------------------------------- 24 Grafik 3.5 Perkembangan NPL Bank Umum ---------------------------------------- 27 Grafik 3.6 NPL Konsumsi dan Modal Kerja Bank Umum ------------------------- 27 Grafik 3.7 Perkembangan Transaksi Kliring ----------------------------------------- 31 Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT v

Triwulan II - 2014 Grafik 3.8 Perkembangan Cek/BG Kosong ----------------------------------------- 31 Grafik 3.9 Nilai Transaksi RTGS -------------------------------------------------------- 32 Grafik 3.10 Volume Transaksi RTGS --------------------------------------------------- 32 Grafik 3.11 Perkembangan Transaksi Tunai ------------------------------------------ 33 Grafik 4.1 APBD Provinsi NTT ---------------------------------------------------------- 37 Grafik 4.2 Realisasi APBD Triwulan I-2014 ------------------------------------------- 38 Grafik 4.3 Realisasi Pendapatan -------------------------------------------------------- 39 Grafik 4.4 Persentase Dana Perimbangan -------------------------------------------- 39 Grafik 4.5 Persentase Anggaran Belanja Operasi ----------------------------------- 42 Grafik 4.6 Persentase Belanja Transfer ----------------------------------------------- 42 Grafik 5.1 Indeks Ketenagakerjaan NTT --------------------------------------------- 51 Grafik 5.2 Perkembangan UMP NTT ------------------------------------------------- 52 Grafik 5.3 Perkembangan Indeks Penghasilan ------------------------------------- 52 Grafik 5.4 Perkembangan NTP NTT --------------------------------------------------- 52 Grafik 6.1 Perkembangan Ekspektasi Konsumen Mendatang ------------------- 60 Grafik 6.2 Ekspektasi Kondisi Usaha Provinsi NTT Triwulan III-2014 ----------- 61 Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT vi

Triwulan II - 2014 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Kinerja Perbankan NTT ------------------------------------------------------ 10 Tabel 1.2 Perkembangan PDRB Sisi Sektoral ---------------------------------------- 10 Tabel 1.3 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Sektoral ----------------------------- 10 Tabel 1.4 Perkembangan PDRB Sisi Penggunaan ---------------------------------- 10 Tabel 1.5 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Penggunaan ------------------------ 10 Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi di NTT ---------------------------------------------- 12 Tabel 2.2 Inflasi NTT per Kelompok Komoditas ------------------------------------ 13 Tabel 2.3 Inflasi Kupang per Kelompok Komoditas ------------------------------- 17 Tabel 2.4 Inflasi Maumere per Kelompok Komoditas ---------------------------- 18 Tabel 3.1 Perkembangan Kinerja Perbankan NTT (Bank Umum dan BPR) ---- 21 Tabel 3.2 Perkembangan Transaksi Non Tunai ------------------------------------- 22 Tabel 3.3 Perkembangan Transaksi Tunai -------------------------------------------- 22 Tabel 3.4 Perkembangan Kinerja DPK Bank Umum ------------------------------- 24 Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum -------------------------------------- 25 Tabel 3.6 Perkembangan Kredit Modal Kerja Bank Umum ---------------------- 25 Tabel 3.7 Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum --------------------------- 26 Tabel 3.8 Perkembangan Penyaluran Kredit Sektoral Bank Umum ------------- 27 Tabel 3.9 Perkembangan Komponen Kredit UMKM Bank Umum -------------- 28 Tabel 3.10 Perkembangan Kredit UMKM Sektoral Bank Umum------------------ 29 Tabel 3.11 Indikator Perbankan Berdasarkan Sebaran Pulau ---------------------- 30 Tabel 3.12 Perkembangan Indikator Sistem Pembayaran Lain ------------------- 33 Tabel 4.1 Anggaran Pemerintah Daerah Provinsi NTT ---------------------------- 39 Tabel 4.2 Realisasi Pendapatan Daerah ----------------------------------------------- 40 Tabel 4.3 Anggaran Pemerintah Daerah Provinsi NTT ----------------------------- 41 Tabel 4.4 Realisasi Anggaran Belanja Pemerintah Provinsi NTT ----------------- 42 Tabel 5.1 Jumlah Penduduk Usia 15+ yang Bekerja Menurut Kegiatan ------- 49 Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Usia 15+ yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama ----------------------------------- 50 Tabel 5.3 Jumlah Penduduk Usia 15+ Menurut Status Pekerjaan Utama ---- 50 Tabel 5.4 Pendapat Konsumen Mengenai Penghasilan Saat Ini Dibandingkan 6 Bulan yang Lalu ------------------------------------------ 52 Tabel 5.5 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di NTT tahun 2005 s.d. Maret 2014 ----------------------------------------------- 53 Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT vii

Triwulan II - 2014 Tabel 5.6 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah tahun 2005 s.d. September 2013------------------- 54 Tabel 5.7 Indeks keparahan dan Kedalaman Kemiskinan ------------------------ 55 Tabel 5.8 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi NTT ---------------------------- 56 Tabel 5.9 Indeks Pembangunan Manusia Indonesia Tahun 2012 -------------- 57 Tabel 6.1 Ekspektasi Kondisi Usaha Provinsi NTT Triwulan III-2014 (Indeks) -------------------------------------------------- 59 Tabel 6.2 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Global ------------------------ 61 Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT viii

Triwulan II - 2014 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KPw BI Provinsi NTT Jl. Tom Pello No. 2 Kupang NTT [0380] 832-047 ; fax : [0380] 822-103 www.bi.go.id Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT ix

Triwulan II - 2014 Ringkasan Umum KER Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II-2014 EEKONOMI I MAKRO REEGI IONALL Pertumbuhan ekonomi NTT pada triwulan laporan sebesar 5,03% (yoy), relatif stabil bila dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,02% (yoy). Dari sisi penggunaan, meningkatnya kinerja net ekspor menjadi insentif terhadap laju pertumbuhan ekonomi secara umum disaat terjadinya perlambatan kinerja pada komponen konsumsi dan investasi. Dari sisi sektoral, kinerja sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya dengan andil sebesar 1,06%. Sementara itu, kinerja sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengalami perlambatan dengan andil terhadap pembentukan laju pertumbuhan ekonomi masing-masing sebesar 1,02% dan 1,86%. Secara triwulanan, perekonomian NTT mengalami peningkatan cukup signifikan sebesar 4,84% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar -5,64% (qtq). Dari sisi penggunaan, seluruh komponen mengalami pertumbuhan dengan peningkatan tertinggi berasal dari komponen investasi yakni sebesar 32,48% (qtq). Dari sisi sektoral, peningkatan kinerja terjadi pada semua sektor ekonomi, dengan peningkatan kinerja triwulanan paling tinggi berasal dari sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan yang mencapai 19,44% (qtq), kemudian diikuti oleh sektor PHR yang mencapai 17,98% (qtq), serta sektor bangunan sebesar 14,65% (qtq). PPEERKEEMBANGAN INFFLLASSI I I REEGI IONALL Inflasi NTT pada periode laporan tercatat sebesar 8,10% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 7,78% (yoy). Kondisi tersebut didorong oleh peningkatan harga kelompok administered prices dan bergejolak (volatile foods). Tingginya inflasi pada kelompok administered prices disebabkan oleh tingginya harga tiket pesawat seiring musim liburan sekolah. Pada kelompok volatile foods, kondisi cuaca yang kurang kondusif menyebabkan tekanan terhadap komoditas bahan makanan khususnya ikan segar. Selain itu, Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT x

Triwulan II - 2014 menjelang bulan Ramadhan, terjadi koreksi harga barang-barang yang berasal dari luar NTT. Kondisi tersebut turut pula terjadi pada kelompok inflasi inti (core inflation) seiring musim liburan sekolah. Dilihat dari kota pembentuk inflasi, Kota Kupang yang memiliki bobot terbesar terhadap pembentukan inflasi NTT mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yakni dari sebesar 7,99% (yoy) menjadi sebesar 8,31% (yoy). Musim liburan sekolah dan kondisi cuaca yang kurang kondusif memberikan tekanan cukup signifikan terhadap laju inflasi Kota Kupang. Kondisi yang sama terjadi di Kota Maumere yang mencatat inflasi sebesar 6,70% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 6,39% (yoy). Tingginya inflasi Kota Maumere disebabkan oleh gejolak harga bahan makanan terutama harga ikan segar seiring kondisi cuaca yang kurang kondusif. Inflasi NTT pada periode laporan lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang sebesar 6,70% (yoy). Tingginya harga tiket pesawat akibat musim liburan sekolah serta tingginya harga bahan makanan terutama ikan segar akibat kondisi cuaca yang kurang kondusif menjadi penyebab utama pendorong inflasi NTT. Di sisi lain, ekspektasi masyarakat, baik konsumen maupun pedagang berkontribusi menggerakkan level inflasi NTT lebih tinggi dibandingkan nasional. Selain itu, adanya penerapan surcharge tarif angkutan udara turut memberikan andil terhadap peningkatan inflasi NTT. PPEERKEEMBANGAN PPEERBANKAN DAN SSI ISSTTEEM PPEEMBAYARAN Kinerja perbankan pada triwulan laporan relatif melambat. Dari sisi kinerja keuangan, gabungan aset bank umum dan BPR tercatat Rp26,75 triliun dengan pertumbuhan sebesar 24,12% (yoy). Penghimpunan DPK tumbuh positif sebesar 19,32% (yoy) dengan nominal Rp19,12 triliun. Di sisi lain, penyaluran kredit perbankan kembali mengalami perlambatan. Pada triwulan laporan, penyaluran kredit melambat sebesar 15,40% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang mencapai 17,79% (yoy) dengan outstanding mencapai Rp16,24 triliun. Namun demikian, risiko kredit (NPL) sedikit membaik ke level 1,42% dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 1,53%. Fungsi intermediasi perbankan di NTT juga relatif baik yang tercermin dari rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) sebesar 84,97%, meskipun angka tersebut menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 88,54%. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT xi

Triwulan II - 2014 Perlambatan penyaluran kredit serta kenaikan performa pengumpulan DPK menjadi penyebab turunnya rasio LDR perbankan di NTT pada triwulan laporan. Kinerja sistem pembayaran juga relatif melambat. Aktivitas transaksi non tunai melalui fasilitas Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) tercatat sebesar Rp620,34 miliar, sementara transaksi melalui fasilitas Real Time Gross Settlement (RTGS) tercatat sebesar Rp20,60 triliun selama triwulan laporan. Sementara dari sisi transaksi tunai, pada triwulan laporan terjadi net outflow yaitu jumlah uang keluar dari Bank Indonesia (outflow) lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah uang yang masuk (inflow) meski angkanya tak lagi setinggi tahun-tahun sebelumnya. Kondisi ini diperkirakan sebagai akibat meningkatnya aktivitas pembayaran non-tunai selama triwulan laporan yang berdampak pada menurunnya arus uang keluar dari Bank Indonesia. KEEUANGAN PPEEMEERI INTTAH Seiring dengan peningkatan perekonomian, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Rencana Anggaran Pendapatan Daerah tahun 2014 mencapai Rp 2,72 triliun atau meningkat sebesar 16,16% (yoy) dari Rencana Anggaran Pendapatan Daerah tahun 2013 yang sebesar Rp 2,34 triliun. Selain pendapatan, anggaran belanja pun tercatat meningkat. Rencana anggaran belanja daerah tahun 2014 mencapai Rp 2,74 triliun atau meningkat sebesar 14,05% (yoy) dibandingkan tahun 2013 yang sebesar Rp 2,40 triliun. Berdasarkan data Ditjen Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan, hingga bulan Mei 2014 realisasi belanja daerah Pemerintah Provinsi NTT diestimasikan berada di bawah ratarata belanja daerah provinsi di Indonesia. Estimasi rata-rata persentase realisasi seluruh provinsi di Indonesia adalah 24,6%, lebih rendah dibandingkan realisasi tahun lalu dengan persentase 27%. Besarnya estimasi realisasi belanja 34 provinsi sampai dengan bulan Mei 2014 mencapai Rp 200,66 triliun, lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama pada tahun 2013 dan 2012 yang hanya sebesar Rp 190,85 triliun dan Rp 155,99 triliun. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT xii

Triwulan II - 2014 KEETTEENAGAKEERJJAAN DAN KEESSEEJJAHTTEERAAN Perkembangan ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat NTT pada triwulan laporan secara umum menunjukkan kondisi yang positif. Berdasarkan data BPS, kondisi ketenagakerjaan di Nusa Tenggara Timur pada Februari 2014 memperlihatkan peningkatan yang tergambar dari bertambahnya kelompok penduduk yang bekerja disertai berkurangnya tingkat pengangguran. Jumlah angkatan kerja pada bulan Februari 2014 mencapai 2.383.116 jiwa, meningkat sebesar 33.557 jiwa atau 1,43% (yoy) dibandingkan Februari 2013. Sementara tingkat pengangguran terbuka tercatat sebesar 1,97% atau lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 2,12%. Di sisi lain, tren perbaikan kondisi ketenagakerjaan tidak tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan KPw BI Provinsi NTT. Hasil SKDU triwulan II-2014 menunjukkan indeks ketenagakerjaan tercatat mengalami kontraksi sebesar -9,42 dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 8,08. Sementara itu, kondisi kesejahteraan masyarakat NTT berdasarkan data BPS posisi Maret 2014 menunjukkan kondisi yang positif tercermin dari penurunan persentasi penduduk miskin dari 20,03% pada periode yang sama tahun sebelumnya menjadi 19,82%. Indeks keparahan dan kedalaman kemiskinan serta tingkat optimisme masyarakat perkotaan juga membaik. Berdasarkan hasil Survei Konsumen bulan Juni 2014, terlihat adanya kenaikan tingkat optimisme, khususnya pada masyarakat dengan penghasilan menengah ke atas terhadap tingkat kesejahteraan saat ini dibandingkan enam bulan yang lalu. Indikator kesejahteraan di daerah pedesaan yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP) juga mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. PPROSSPPEEK PPEEREEKONOMI IAN Pada Triwulan III-2014, pertumbuhan ekonomi NTT diperkirakan meningkat dibandingkan triwulan laporan. Berdasarkan historis, kondisi ekonomi terkini, dan prediksi shock yang akan terjadi di masa mendatang, pertumbuhan ekonomi tahunan pada Triwulan III-2014 diperkirakan akan berada pada rentang 4,9%-5,3% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan mendatang diperkirakan akan ditopang dengan kinerja positif sektor PHR. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT xiii

Triwulan II - 2014 Inflasi tahunan Provinsi NTT pada Triwulan mendatang diperkirakan akan berada pada kisaran 4,7%-5,1% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan II-2014. Dari sisi volatile foods, stabilnya permintaan akan barang terutama bahan makanan setelah liburan sekolah dan Hari Raya Idul Fitri diperkirakan mampu meminimalisasi laju inflasi. Kondisi tersebut lebih rendah dari perkiraan sebelumnya terkait dengan rendahnya inflasi pada bulan Juli yang tidak setinggi pola historisnya. Dari sisi administered prices, selesainya dampak kenaikan BBM di Triwulan III 2013 mengakibatkan rendahnya proyeksi inflasi Triwulan III 2014. Berdasarkan simulasi inflasi, total dampak kenaikan BBM di Triwulan III-2013 adalah 2,74%, sedangkan perkiraan rentang inflasi pada Triwulan II-2014 adalah 7,8%-8,2%. Dengan demikian, perkiraan rentang inflasi dari sisi administered prices adalah pada rentang 5,07%-5,47%. Namun demikian, terdapat beberapa risiko yang kemungkinan memengaruhi laju inflasi di Triwulan III-2014. Risiko-risiko tersebut adalah adanya rencana kenaikkan Tarif Tenaga Listrik (TTL) pada rentang 10%-12% dan kenaikan tarif atas batas angkutan udara. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT xiv

Triwulan II - 2014 INFLASI DAN PDRB Laju Inflasi Tahunan (yoy;%) 2012 2013 2014 Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II - NTT 3.60 5.02 5.21 5.33 7.11 5.26 8.29 8.41 7.78 8.10 - Kupang 3.11 4.37 4.66 5.10 7.06 5.56 8.88 8.84 7.99 8.31 - Maumere 6.21 8.45 8.07 6.49 7.38 3.73 5.32 6.24 6.39 6.70 PDRB - Harga Konstan (miliar Rp) 3,293.80 3,446.15 3,572.27 3,657.56 3,470.90 3,638.49 3,773.66 3,863.01 3,645.03 3,821.61 - Pertanian 1,204.36 1,236.67 1,229.20 1,239.65 1,236.52 1,270.10 1,258.99 1,274.61 1,275.94 1,307.30 - Pertambangan dan Penggalian 43.05 45.41 49.42 50.15 45.62 48.32 51.25 52.20 47.88 50.70 - Industri Pengolahan 46.50 48.26 51.18 52.52 47.21 49.71 52.85 54.34 49.41 51.67 - Listrik, gas dan air bersih 14.61 15.02 16.08 16.88 15.93 16.09 17.20 18.07 16.91 17.50 - Bangunan 201.68 219.19 232.02 236.30 214.69 232.54 241.43 246.69 226.82 241.78 - Perdagangan, Hotel dan Restoran 573.04 614.31 639.65 654.54 612.01 661.48 695.83 712.28 645.05 700.13 - Pengangkutan dan komunikasi 250.59 256.46 269.79 273.67 265.83 267.05 284.88 290.63 274.86 280.78 - Keuangan, Persewaan, dan Jasa 125.32 134.23 143.67 151.66 135.41 144.55 157.96 166.66 145.46 155.25 - Jasa 834.65 876.61 941.24 982.21 897.67 948.65 1,013.26 1,047.55 962.69 1,016.50 Pertumbuhan PDRB (yoy;%) 5.44 4.87 5.86 5.47 5.38 5.58 5.64 5.62 5.02 5.03 Ekspor - Impor* Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 4.27 4.24 2.82 4.11 2.62 9.99 3.38 5.59 3.26 4.36 Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 10.73 7.09 8.45 11.01 6.89 9.17 13.95 16.48 9.47 16.48 Nilai Impor Nonmigas (USD juta) 60.87 2.29 2.53 0.02 2.73 0.53 0.06 12.12 24.99 1.50 Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 200.17 28.31 46.42 0.07 46.04 146.66 45.14 2.48 45.01 9.58 Sistem Pembayaran Inflow (miliar Rp) 1,130.96 484.92 677.29 486.65 1,361.96 615.18 770.79 426.67 1,371.83 738.23 Outflow (miliar Rp) 286.81 1,168.66 1,175.25 1,665.53 436.38 1,000.41 1,358.61 1,921.18 322.06 820.90 Netflow (miliar Rp) 844.15-683.75-497.96-1,178.88 925.59-385.23-587.82-1,494.52 1,049.77-82.68 MRUK (miliar Rp) 345.72 32.20 14.67 45.91 179.71 134.14 232.56 113.02 318.00 231.36 Uang Palsu (ribu Rp) 1,950 7,650 4,800 11,440 800 700 1,250 700 1,350 1,100 Nominal Kliring (miliar Rp) 432.79 447.93 512.87 610.18 530.78 569.63 644.59 672.52 542.52 620.34 Sumber : Berbagai sumber (diolah) Keterangan : INDIKATOR 1) LPE (Laju Pertumbuhan Ekonomi) PDRB atas dasar harga konstan 2000 2) (y-o-y) = year on year, thn dasar 2012 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERBANKAN Bank Umum 2012 2013 2014 Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Total Aset (Rp Triliun) 17.77 18.12 19.50 19.90 21.02 21.29 22.05 22.43 23.32 26.40 DPK (Rp Triliun) 13.43 14.30 14.75 14.88 15.35 15.84 15.92 16.40 16.92 18.79 - Tabungan (Rp Triliun) 6.25 6.95 7.25 8.52 7.58 7.75 8.03 9.93 9.19 8.57 - Giro (Rp Triliun) 3.40 3.44 3.39 2.89 3.78 4.00 3.90 2.92 3.92 5.52 - Deposito (Rp Triliun) 3.78 3.91 4.11 3.48 4.00 4.09 3.99 3.55 3.81 4.71 Kredit (Rp Triliun) 10.48 11.40 12.05 12.53 12.84 13.86 14.57 14.92 14.61 15.95 - Modal Kerja 2.70 3.21 3.21 3.36 3.44 3.89 4.17 4.34 4.06 4.74 - Konsumsi 7.14 7.51 8.10 8.32 8.57 8.97 9.30 9.43 9.49 10.00 - Investasi 0.64 0.68 0.74 0.84 0.83 1.01 1.09 1.15 1.06 1.20 LDR 78.02% 79.73% 81.69% 84.16% 83.67% 87.53% 91.49% 90.95% 88.25% 84.86% NPLs 1.66% 1.51% 1.58% 1.39% 1.56% 1.43% 1.52% 1.33% 1.46% 1.50% Kredit UMKM (Triliun Rp) 2.63 3.07 3.04 3.23 3.29 3.74 3.89 4.01 4.18 4.75 BPR INDIKATOR Total Aset (Rp Miliar) 203.23 213.51 221.73 250.74 250.41 263.47 302.54 336.87 343.28 355.19 DPK (Rp Miliar) 145.73 156.24 162.27 186.17 180.16 187.52 211.41 247.60 250.20 323.64 - Tabungan (Rp Miliar) 55.49 54.61 61.95 66.10 71.75 71.36 75.19 92.85 95.97 99.87 - Deposito (Rp Miliar) 90.24 101.63 100.32 120.07 108.41 116.16 136.22 154.75 154.24 223.77 Kredit (Rp Miliar) 153.80 166.72 170.54 175.40 180.14 212.00 242.30 255.73 270.06 294.39 - Modal Kerja 70.47 80.20 84.40 89.81 91.96 103.88 120.43 128.04 128.39 141.57 - Konsumsi 24.51 25.88 60.44 61.22 63.45 83.26 92.31 93.17 46.81 53.93 - Investasi 58.81 60.64 25.70 24.37 24.72 24.85 29.56 34.51 94.86 98.90 Rasio NPL Gross 5.28% 6.27% 5.43% 4.26% 7.41% 5.73% 4.33% 4.47% 3.51% 2.80% LDR 105.53% 106.71% 105.10% 94.21% 99.99% 115.31% 114.61% 103.28% 107.94% 90.96% GABUNGAN BANK UMUM DAN BPR Total Aset (Rp Triliun) 17.97 18.33 19.72 20.15 21.27 21.55 22.36 22.77 22.63 26.75 DPK (Rp Triliun) 13.58 14.45 14.91 15.07 15.53 16.02 16.13 16.65 17.17 19.11 - Tabungan (Rp Triliun) 6.31 7.00 7.31 8.58 7.65 7.82 8.10 10.03 9.28 8.67 - Giro (Rp Triliun) 3.40 3.44 3.39 2.89 3.78 4.00 3.90 2.92 3.92 5.52 - Deposito (Rp Triliun) 3.87 4.01 4.21 3.60 4.10 4.20 4.13 3.71 3.97 4.93 Kredit (Rp Triliun) 10.63 11.56 12.22 12.70 13.02 14.07 14.81 15.17 14.86 16.24 - Modal Kerja 2.77 3.29 3.30 3.45 3.53 3.99 4.29 4.47 4.18 4.88 - Konsumsi 7.16 7.54 8.16 8.39 8.64 9.05 9.39 9.52 9.59 10.10 - Investasi 0.70 0.74 0.76 0.86 0.86 1.03 1.12 1.18 1.10 1.25 LDR 78.32% 80.02% 81.95% 84.29% 83.85% 87.85% 91.80% 91.14% 86.56% 84.97% NPLs 1.68% 1.54% 1.63% 1.43% 1.64% 1.49% 1.56% 1.39% 1.58% 1.42% Kredit UMKM (Triliun Rp) 2.79 3.24 3.21 3.41 3.47 3.95 4.13 4.26 4.45 5.05 Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. NTT (diolah) 0.29 5.34 1) LPE (Laju Pertumbuhan Ekonomi) PDRB atas dasar harga konstan 2000 2) (q-t-q) = quarter to quarter, thn dasar 2002 3) (y-o-y) = year on year, thn dasar 2002 4) (y-t-d) = year to date, thn dasar 2002 5) Ekspor data dari Bagian PDIE-BI bln Nopember 2007 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT xv

Triwulan II- 2014 EKONOMII MAKRO REGIIONAL Kinerja pertumbuhan ekonomi relatif stabil. Dari sisi penggunaan, perbaikan net ekspor merupakan kontributor utama pertumbuhan ekonomi. Dari sisi sektoral, sektor PHR merupakan satu-satunya sektor utama yang mengalami peningkatan. 1.1 Kondisi Umum Pertumbuhan ekonomi NTT pada triwulan laporan sebesar 5,03% (yoy), relatif stabil bila dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,02% (yoy). Dari sisi penggunaan, meningkatnya kinerja net ekspor menjadi insentif terhadap laju pertumbuhan ekonomi secara umum disaat terjadinya perlambatan kinerja pada komponen konsumsi dan investasi. Dari sisi sektoral, kinerja sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya dengan andil sebesar 1,06%. Sementara itu, kinerja sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengalami perlambatan dengan andil terhadap pembentukan laju pertumbuhan ekonomi masing-masing sebesar 1,02% dan 1,86%. Grafik 1.1 Perkembangan PDRB NTT Grafik 1.2 Perkembangan Struktur PDRB NTT 4,000.00 3,900.00 3,800.00 3,700.00 3,600.00 PDRB Pertumbuhan yoy (axis kanan) Pertumbuhan qtq (axis kanan) 15% 10% 5% 100% 90% 80% 70% 60% Jasa-jasa Keuangan dan Persewaan Transp & Kom PHR 3,500.00 3,400.00 3,300.00 3,200.00 3,100.00 3,000.00 Rp miliar I II III IV I II III IV I II 2012 2013 2014 0% -5% -10% -15% 50% 40% 30% 20% 10% 0% I II III IV I II III IV I II 2012 2013 2014 Bangunan (konstruksi) Listrik,Gas dan Air Industri Pengolahan Pertambangan Pertanian Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 1

Triwulan II- 2014 Secara triwulanan, perekonomian NTT mengalami peningkatan cukup signifikan sebesar 4,84% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat -5,64% (qtq). Dari sisi penggunaan, seluruh komponen mengalami pertumbuhan dengan peningkatan tertinggi berasal dari komponen investasi yakni sebesar 32,48% (qtq). Dari sisi sektoral, peningkatan kinerja terjadi pada semua sektor ekonomi, dengan peningkatan kinerja triwulanan paling tinggi berasal dari sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan yang mencapai 19,44% (qtq), kemudian diikuti oleh sektor PHR yang mencapai 17,98% (qtq), serta sektor bangunan sebesar 14,65% (qtq). 1.2 Sisi Penggunaan Stabilnya kinerja pertumbuhan ekonomi didorong oleh membaiknya kinerja net ekspor. Net impor tercatat mengalami perlambatan sangat signifikan yakni dari sebesar 23,68% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar -5,07% (yoy) pada periode laporan. Hal ini mengindikasikan bahwa kinerja ekspor Provinsi NTT secara umum mengalami peningkatan. Sementara itu, Sumber : BPS Provinsi NTT, diolah aktivitas konsumsi periode laporan secara umum melambat dibandingkan triwulan sebelumnya dengan laju pertumbuhan sebesar 3,69% (yoy) dan andil terhadap laju pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan yakni 3,93% (yoy). Sejalan dengan hal tersebut, kinerja investasi turut mengalami perlambatan yakni dari sebesar 7,46% (yoy) menjadi 4,41% (yoy). 1. Konsumsi Grafik 1.3 Sumbangan Pertumbuhan Sisi Penggunaan Perubahan stok Ekspor Investasi Konsumsi -1.06% 0.35% 0.72% 1.79% 3.93% -2.00%-1.00% 0.00% 1.00% 2.00% 3.00% 4.00% 5.00% Laju pertumbuhan konsumsi melambat cukup signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya. Total konsumsi pada periode laporan tumbuh sebesar 3,69% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 7,11% (yoy). Perlambatan kinerja konsumsi terutama disebabkan oleh perlambatan subkomponen konsumsi rumah tangga dan konsumsi swasta yang masing-masing tercatat sebesar 2,70% (yoy) dan 6,64% (yoy). Sedangkan Impor Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 2

Triwulan II- 2014 konsumsi pemerintah mengalami peningkatan yang semula tercatat 4,30% (yoy) menjadi sebesar 7,12% (yoy). Sementara itu, konsumsi secara triwulanan mengalami peningkatan cukup signifikan yakni 4,04% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar -7,25% (qtq). Peningkatan tersebut terjadi pada seluruh subkomponen dengan peningkatan tertinggi berasal dari subkomponen konsumsi pemerintah yang mencapai16,21% (qtq). Mulai optimalnya realisasi anggaran pemerintah (34,78%) menjadi salah satu faktor utama peningkatan tersebut. Grafik 1.4 Konsumsi Listrik Sektor Bisnis Grafik 1.5 Realisasi Belanja Pemerintah Tw-II 45,000 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 Konsumsi (ribu kwh/axis kiri) Jumlah Pelanggan (axis kanan) 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 3,000 2,500 2,000 1,500 Belanja Realisasi Belanja Tw-II 15,000 10,000 5,000 ribu kwh - I II III IV I II III IV I II III IV I II 2011 2012 2013 2014 10,000 5,000 - Rp miliar 1,000 500-2,738.06 2,400.82 2,353.82 1,350.22 1,257.42 1,164.44 1,139.42 1,036.09 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Sumber : PLN Wilayah NTT, diolah Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTT, diolah Grafik 1.6 Kredit Konsumsi Grafik 1.7 Perkembangan IKE 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 - I II III IV I II III IV I II 2012 2013 2014 Konsumsi y-o-y konsumsi 30.00% 25.00% 20.00% 15.00% 10.00% 5.00% 0.00% 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 Indeks Ekonomi Saat Ini Indeks Penghasilan Saat Ini Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Indeks Ketersediaan Kerja I II III IV I II III IV I II 2012 2013 2014 Selanjutnya subkomponen konsumsi swasta nirlaba mengalami peningkatan tertinggi kedua setelah konsumsi pemerintah dengan angkasebesar 5,35% (qtq). Hal tersebut diantaranya terkonfirmasi oleh peningkatan konsumsi listrik sektor bisnis pada triwulan laporan yang tercatat sebesar 29,32% (qtq). Sementara Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 3

Triwulan II- 2014 konsumsi rumah tangga mengalami peningkatan terendah dengan peningkatan sebesar 1,28% (qtq). 2. Investasi Kinerja investasi pada Grafik 1.8 Konsumsi Semen periode laporan belum mampu mendongkrak perekonomian NTT. 250 200 Konsumsi Semen YoY (axis kanan) 50% 40% 30% Secara tahunan, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) mengalami perlambatan dari 7,46% (yoy) pada 150 100 50 20% 10% 0% -10% -20% triwulan sebelumnya menjadi 4,41% (yoy). Perlambatan laju pertumbuhan investasi di NTT terindikasi dari - Ribu ton I II III IV I II III IV I II 2012 2013 2014-30% -40% perlambatan konsumsi semen pada periode laporan sebesar 2,81% (yoy) bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 10,50% (yoy). Sementara dari sisi swasta, andil investasi cenderung melambat. Hal ini terindikasikan dari outstanding kredit investasi pada akhir Juni 2014 yang tercatat tumbuh 21,50% (yoy) atau mengalami deselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 35,95% (yoy). Secara triwulanan, investasi mengalami peningkatan cukup signifikan yakni dari sebesar -17,99% (qtq) menjadi 14,49% (qtq). Indikasi peningkatan investasi juga terkonfirmasi dari peningkatan konsumsi pada sektor industri yakni dari sebesar -10,56% (qtq) pada triwulan lalu menjadi sebesar 317,00% (qtq) pada periode laporan. 3. Net Ekspor Perlambatan kinerja impor yang disertai peningkatan kinerja ekspor membuat defisit net ekspor NTT semakin kecil. Pada periode laporan, nilai tambah dari kegiatan ekspor NTT sebesar Rp1,11 triliun atau sebesar 6,23% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 2,03% (yoy). Sementara itu, laju pertumbuhan impor mengalami perlambatan cukup tinggi dari 11,19% (yoy) pada triwulan I-2014 menjadi sebesar 0,60% (yoy) pada periode laporan. Hal tersebut berdampak pada defisit net ekspor (net impor) yang semakin kecil yakni dari sebesar 23,68% (yoy) menjadi sebesar -5,07% (yoy). Kondisi ini dipengaruhi oleh peningkatan ekspor antar pulau yang diiringi oleh perlambatan Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 4

Triwulan II- 2014 kinerja impor antar pulau. Hal tersebut mengindikasikan peningkatan produktivitas sektor ekonomi NTT secara umum. Secara triwulanan, kinerja ekspor dan impor di NTT sama-sama mengalami peningkatan masing-masing sebesar 15,18% (qtq) dan 15,11% (qtq). Kondisi tersebut dikonfirmasi dari data bongkar muat di Pelabuhan Tenau yang tercatat mengalami peningkatan unloading (bongkar) maupun loading (muat) masingmasing sebesar 63,84% (qtq) dan 252,44% (qtq) lebih tinggi dibandingkan dibandingkan triwulan sebelumnya. Grafik 1.9 PDRB Ekspor - Impor Grafik 1.10 Perkembangan Bongkar Muat 3,000.00 Net Ekspor Ekspor Impor 200,000 Net Loading Unloading Loading 2,500.00 150,000 2,000.00 1,500.00 100,000 Miliar Rp 1,000.00 500.00 - (500.00) I II III IV I II III IV I II 2012 2013 2014 Ton 50,000 - (50,000) I II III IV I II III IV I II III IV I II 2011 2012 2013 2014 (1,000.00) (100,000) (1,500.00) (2,000.00) (150,000) Sumber : BPS Provinsi NTT, diolah Sumber : PT Pelindo Tenau Dari sisi ekspor antar negara, Timor Leste menjadi tujuan 100% Grafik 1.11 Negara Tujuan Ekspor utama ekspor NTT pada triwulan laporan. Negara tujuan utama berikutnya adalah Tiongkok, dimana komoditas ekspor yang dominan adalah komoditas semen dan ikan Tuna. Pengiriman dilakukan melalui 80% 60% 40% 20% EUROPE AUSTRALIA ASIA AMERICA AFRICA pelabuhan Tenau ataupun Pelabuhan Atapupu. Volume ekspor luar negeri 0% I II III IV I II III IV I II 2012 2013 2014 Sumber : KPw BI Prov. NTT pada triwulan laporan mencapai 16,60 ribu ton atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 9,47 ribu ton. Dari total jumlah tersebut, sebanyak 98,59% ditujukan ke Timor Leste. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 5

Triwulan II- 2014 1.3 Sisi Sektoral Dari sisi sektoral, hampir semua sektor utama NTT mengalami perlambatan. Tiga sektor utama yang menjadi penggerak roda perekonomian Provinsi NTT memiliki kontribusi paling besar terhadap pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan adalah sektor pertanian, sektor jasa-jasa serta sektor PHR. Ketiga sektor tersebut masing-masing memiliki andil pada periode laporan sebesar 34,21%, 26,60%, dan 18,32%. Dari ketiga kontribusi tersebut, hanya sektor pertanian saja yang mengalami penurunan kontribusi. 1. Sektor Pertanian Perlambatan pada Grafik 1.12 Pengiriman Ternak subsektor tanaman bahan makanan yang memiliki kontribusi terbesar 15,000 12,500 10,000 Loading Ternak yoy (axis kanan) 80% 60% 40% 20% berpengaruh signifikan 7,500 0% terhadap kinerja sektor pertanian. Pada periode laporan tercatat pertumbuhan sektor pertanian sebesar 2,93% (yoy) melambat dibanding kinerja triwulan sebelumnya yang sebesar 5,000 2,500 - Ekor -20% -40% -60% -80% I II III IV I II III IV I II III IV I II 2011 2012 2013 2014 Sumber : PT. Pelindo, diolah 3,19% (yoy). Perlambatan subsektor tanaman bahan makanan (tabama) dari sebesar 2,64% (yoy) menjadi sebesar 1,37% (yoy) menjadi salah satu faktor utama perlambatan sektor pertanian. Sementara laju pertumbuhan subsektor perkebunan, perternakan dan kehutanan mengalami peningkatan. Kondisi cuaca yang cukup kondusif yang ditandai rendahnya intensitas curah hujan pada periode laporan cukup berpengaruh terhadap produktivitas subsektor selain tabama. Secara triwulanan, hampir semua subsektor mengalami peningkatan, kecuali subsektor tabama. Sektor pertanian mengalami pertumbuhan sebesar 2,46% (qtq) atau meningkat dibandingkan triwulan lalu yang hanya sebesar 0,10% (qtq). Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT mengkonfirmasi peningkatan sektor pertanian pada periode laporan. Selain itu, Angka Ramalan (ARAM) I-2014 Provinsi NTT turut memperkuat hasil SKDU bahwa sampai dengan Juni 2014, diperkirakan terjadi peningkatan Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 6

Triwulan II- 2014 sektor pertanian terutama subsektor tabama. Namun demikian, subsektor tabama sebagai salah satu subsektor andalan mengalami pertumbuhan sebesar 2,19% (qtq) atau melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 9,12% (qtq). Musim panen yang terjadi pada periode laporan tampaknya belum secara optimal serta anomali cuaca yang terjadi hujan disertai angin kencang dibeberapa daerah di NTT mempengaruhi kinerja subsektor tersebut. Di sisi lain, peningkatan laju pertumbuhan subsektor lainnya seperti peternakan, perkebunan, kehutanan dan perikanan cukup berdampak signifikan terhadap peningkatan laju sektor pertanian secara umum. hal ini terkonfirmasi dari peningkatan pengiriman ternak lewat jalur laut yang meningkat sebesar 12,30% (qtq) lebih tinggi dibandingkan pengiriman triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar -38,02% (qtq). 2. Sektor Jasa-jasa Kinerja sektor jasa-jasa mengalami sedikit perlambatan pada periode laporan. Pertumbuhan sektor jasa-jasa tercatat sebesar 7,15% (yoy) atau sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 7,24% (yoy). Dominasi subsektor jasa pemerintahan umum dengan kontribusi sebesar 76,08% masih menjadi penopang utama sektor jasa-jasa meskipun mengalami perlambatan yang tercatat sebesar 7,66% (yoy) pada periode laporan. Sementara subsektor jasa swasta mengalami peningkatan yakni dari 5,05% (yoy) menjadi sebesar 5,55% (yoy). Peningkatan tertinggi subsektor jasa swasta berasal dari jasa perorangan dan rumah tangga. Secara triwulanan, sektor jasa-jasa mengalami peningkatan cukup signifikan dengan pertumbuhan sebesar 5,59% (qtq) dibandingkan triwulan lalu yang tercatat sebesar -8,10% (qtq). Seperti halnya pertumbuhan tahunan, subsektor jasa pemerintahan umum menjadi penyumbang terbesar dalam laju pertumbuhan sektor jasa-jasa secara umum. 3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Musim liburan sekolah dan menjelang Ramadhan memberikan angin segar untuk sektor PHR. Laju pertumbuhan sektor PHR pada periode laporan sebesar 5,84% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar5,40% (yoy). Peningkatan kinerja sektor PHR terjadi pada semua subsektor (perdagangan, hotel, dan restoran) dimana subsektor perdagangan besar dan ecera memberikan andil terbesar yakni 1,02% atau berkontribusi sebesar 96,23% Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 7

Triwulan II- 2014 dari andil sektor PHR terhadap laju perekonomian NTT yang sebesar 1,06%. Peningkatan subsektor tersebut terutama disebabkan oleh musim liburan sekolah dan menjelang Ramadhan dimana pada musim-musim tersebut permintaan konsumen cenderung meningkat. Selain itu, peningkatan subsektor lainnya yakni hotel dan restoran selain dari musim liburan sekolah juga adanya Festival Komodo pada bulan Mei 2014. Secara triwulanan, laju pertumbuhan sektor PHR mengalami peningkatan signifikan sebesar 8,54% (qtq) dibandingkan triwulan lalu yang sebesar -9,55% (qtq). Peningkatan tertinggi terjadi pada subsektor perdagangan besar dan eceran yang mengalami peningkatan sebesar 8,67% (qtq) seiring dengan peningkatan konsumsi rumah tangga maupun pemerintah pada triwulan laporan. Peningkatan kinerja subsektor perdagangan juga tercermin dari perkembangan omset penjualan eceran (Survei Pedagang Eceran Bank Indonesia Provinsi NTT) dan aktivitas bongkar muat melalui Pelabuhan Tenau yang mengalami peningkatan pada periode laporan. Grafik 1.13 Perkembangan Penjualan Eceran Grafik 1.14 Kredit Sektor PHR 160.00 140.00 120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 - Indeks Penjualan Riil Perkembangan (qtq) I II III IV I II 2013 2014 20% 15% 10% 5% 0% -5% -10% -15% -20% 4,000 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1,000 500 0 Perdagangan Akomodasi perdagangan (yoy) akomodasi (yoy) I II III IV I II III IV I II 2012 2013 2014 90.00% 80.00% 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00% Grafik 1.15 Perkembangan bongkar muat Grafik 1.16 Jumlah Tamu Hotel 200,000 150,000 Net Loading Unloading Loading 42,000 37,000 32,000 Jumlah Tamu 100,000 27,000 Ton 50,000 - (50,000) (100,000) (150,000) I II III IV I II III IV I II III IV I II 2011 2012 2013 2014 22,000 17,000 12,000 7,000 2,000 I II III IV I II III IV I II III IV I II 2011 2012 2013 2014 Sumber : PT. Pelindo, diolah Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT Sumber : BPS, diolah 8

Triwulan II- 2014 Musim liburan sekolah menjadi salah satu faktor pendorong peningkatan subsektor hotel dan restoran dengan peningkatan masing-masing yakni dari -7,32% (qtq) dan -4,26% (qtq) menjadi sebesar 3,89% (qtq) dan 4,17% (qtq). Hal ini terkonfirmasi dari peningkatan jumlah tamu yang menginap di hotel berbintang pada triwulan laporan sebesar 24,28% (qtq) atau meningkat bila dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar -28,54% (qtq). 4. Sektor Lainnya Sektor lain yang cukup signifikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di NTT adalah sektor transportasi dan komunikasi. Pada triwulan laporan, laju pertumbuhan sektor transportasi dan komunikasi sebesar 5,14% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 3,39% (yoy). Peningkatan laju pertumbuhan sektor tersebut salah satunya dipengaruhi oleh Grafik 1.17Arus Penumpang 700 Datang Pergi Total 600 500 400 300 200 100 peningkatan subsektor transportasi (kontribusi 65,19%) terutama angkutan udara dan laut akibat tingginya permintaan saat liburan sekolah. Secara triwulanan, pertumbuhan sektor transportasi dan komunikasi mengalami peningkatan cukup signifikan sebesar 2,15% (qtq) dari sebelumnya yang hanya sebesar -5,43% (qtq). Hal tersebut terkonfirmasi dari arus penumpang yang mengalami peningkatan yang sebesar 20,73% (qtq) dari triwulan sebelumnya yang mencapai -27,00% (qtq). Sektor Listrik, Gas, dan Air mengalami pertumbuhan sebesar 8,77% (yoy). Laju pertumbuhan pada sektor listrik, gas, dan air meningkat dibanding kinerja triwulan sebelumnya seiring peningkatan konsumsi sektor industri dan swasta yakni dari -1,08% (yoy) menjadi sebesar 7,90% (yoy). Begitu pula secara triwulanan, sektor listrik, gas, dan air mengalami peningkatan yakni dari -6,42% (qtq) menjadi sebesar 3,49% (qtq) yang masih didominasi oleh subsektor listrik. ribu orang - Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II 2012 2013 2014 Sumber : BPS Provinsi NTT Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 9

Triwulan II- 2014 Tabel 1.1 Kinerja Perbankan NTT Indikator 2012 2013 2014 Utama I II III IV I II III IV I II Aset (miliar) 17,971 18,334 19,719 20,151 21,271 21,555 22,357 22,771 23,660 26,753 y-o-y aset 28.59% 21.22% 20.61% 19.35% 18.36% 17.56% 13.38% 13.00% 11.23% 24.12% Kredit (miliar) 10,632 11,564 12,222 12,702 13,025 14,074 14,810 15,174 15,341 16,241 y-o-y kredit 27.47% 27.02% 24.32% 22.88% 22.51% 21.70% 21.18% 19.46% 17.79% 15.40% DPK (miliar) 13,575 14,452 14,914 15,070 15,533 16,020 16,134 16,649 17,328 19,115 y-o-y DPK 24.49% 25.23% 24.77% 16.84% 14.42% 10.85% 8.18% 10.48% 11.56% 19.32% LDR 78.32% 80.02% 81.95% 84.29% 83.85% 87.85% 91.80% 91.14% 88.54% 84.97% NPL 1.68% 1.54% 1.63% 1.43% 1.64% 1.49% 1.56% 1.39% 1.53% 1.42% Dalam Rp Miliar Tabel 1.2 Perkembangan PDRB Sisi Sektoral Sektor 2012 2013 2014 I II III IV I II III IV I II Pertanian 1,204 1,237 1,229 1,240 1,237 1,270 1,259 1,275 1,276 1,307 Pertambangan 43 45 49 50 46 48 51 52 48 51 Industri Pengolahan 47 48 51 53 47 50 53 54 49 52 Listrik, Gas dan Air 15 15 16 17 16 16 17 18 17 17 Bangunan (Konstruksi) 202 219 232 236 215 233 241 247 227 242 Perdagangan, Hotel & Restoran 573 614 640 655 612 661 696 712 645 700 Transportasi & Komunikasi 251 256 270 274 266 267 285 291 275 281 Keuangan dan Persewaan 125 134 144 152 135 145 158 167 145 155 Jasa-jasa 835 877 941 982 898 949 1,013 1,048 963 1,017 PDRB 3,294 3,446 3,572 3,658 3,471 3,638 3,774 3,863 3,645 3,822 Sumber : BPS diolah Sektor 2012 2013 2014 I II III IV I II III IV I II Pertanian 2.78% 2.99% 3.70% 3.10% 2.67% 2.70% 2.42% 2.82% 3.19% 2.93% Pertambangan 6.54% 5.78% 7.35% 6.70% 5.97% 6.41% 3.69% 4.10% 4.97% 4.92% Industri Pengolahan 4.96% 3.90% 5.57% 5.44% 1.53% 3.02% 3.26% 3.48% 4.65% 3.94% Listrik, Gas dan Air 6.25% 4.91% 5.49% 4.82% 9.07% 7.10% 6.96% 7.02% 6.13% 8.77% Bangunan (Konstruksi) 8.52% 5.08% 8.38% 8.25% 6.45% 6.09% 4.05% 4.39% 5.65% 3.97% Perdagangan, Hotel & Restoran 7.22% 6.34% 7.50% 7.60% 6.80% 7.68% 8.78% 8.82% 5.40% 5.84% Transportasi & Komunikasi 6.82% 5.19% 5.58% 4.86% 6.08% 4.13% 5.59% 6.20% 3.39% 5.14% Keuangan dan Persewaan 7.32% 8.15% 7.85% 7.36% 8.05% 7.69% 9.95% 9.89% 7.42% 7.41% Jasa-jasa 6.75% 5.93% 6.77% 6.34% 7.55% 8.22% 7.65% 6.65% 7.24% 7.15% PDRB 5.44% 4.87% 5.86% 5.47% 5.38% 5.58% 5.64% 5.62% 5.02% 5.03% Sumber : BPS diolah Tabel 1.3 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Sektoral Tabel 1.4 Perkembangan PDRB Sisi Penggunaan Dalam Rp Miliar Penggunaan 2012 2013 2014 I II III IV I II III IV I II Konsumsi 3,443 3,674 3,877 4,070 3,601 3,870 4,032 4,158 3,857 4,013 Investasi 473 553 581 621 504 594 645.09 660.71 541.84 620.35 Ekspor 876 971 1,023 1,101 946 1,047 1,117 1,138 966 1,112 Impor 1,556 1,965 2,246 2,405 1,640 2,087 2,350 2,471 1,824 2,100 Perubahan stok 59 213 337 269 60 214 329 376 104 176 PDRB 3,294 3,446 3,572 3,658 3,471 3,638 3,774 3,863 3,645 3,822 Sumber : BPS diolah Tabel 1.5 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Penggunaan Penggunaan 2012 2013 2014 I II III IV I II III IV I II Konsumsi 3.09% 5.78% 5.59% 7.25% 4.60% 5.35% 4.00% 2.17% 7.11% 3.69% Investasi 15.75% 12.30% 7.09% 8.61% 6.63% 7.50% 10.99% 6.37% 7.46% 4.41% Ekspor 6.80% 9.31% 0.62% 3.64% 8.08% 7.83% 9.26% 3.32% 2.03% 6.23% Impor -4.80% 2.11% 0.04% 5.60% 5.43% 6.24% 4.63% 2.74% 11.19% 0.60% Perubahan stok -69.22% -40.21% -13.21% -14.57% 1.68% 0.43% -2.44% 39.78% 75.22% -18.01% PDRB 5.44% 4.87% 5.86% 5.47% 5.38% 5.58% 5.64% 5.62% 5.02% 5.03% Sumber : BPS diolah Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 10

Triwulan II - 2014 PERKEMBANGAN IINFLASII Kondisi cuaca dan liburan sekolah mendorong inflasi NTT pada triwulan II-2014 lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan disagregasinya, kelompok volatile foods memberikan andil tertinggi terhadap pembentukan inflasi. Komoditas penyumbang inflasi tertinggi berasal dari angkutan udara, sementara penghambat inflasi berasal dari komoditas tomat sayur. 2.1 Kondisi Umum Inflasi NTT pada triwulan II-2014 tercatat sebesar 8,10% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 7,78% (yoy). Kondisi tersebut didorong oleh peningkatan harga kelompok administered prices dan bergejolak (volatile foods). Tingginya inflasi pada kelompok administered prices disebabkan oleh tingginya harga tiket pesawat seiring musim liburan sekolah. Pada kelompok volatile foods, kondisi cuaca yang kurang kondusif ditandai dengan angin monsoon timur menyebabkan tekanan terhadap komoditas bahan makanan khususnya ikan segar. Selain itu, menjelang bulan Ramadhan, terjadi koreksi harga barang-barang yang berasal dari luar NTT. Kondisi tersebut turut pula terjadi pada kelompok inflasi inti (core inflation) seiring musim liburan sekolah. Dilihat dari kota pembentuk inflasi, Kota Kupang yang memiliki bobot terbesar terhadap pembentukan inflasi NTT mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yakni dari sebesar 7,99% (yoy) menjadi sebesar 8,31% (yoy). Musim liburan sekolah dan kondisi cuaca yang kurang kondusif memberikan tekanan cukup signifikan terhadap laju inflasi Kota Kupang. Kondisi yang sama terjadi di Kota Maumere yang mencatat inflasi sebesar 6,70% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 6,39% (yoy). Tingginya inflasi Kota Maumere disebabkan oleh gejolak harga bahan makanan terutama harga ikan segar seiring kondisi cuaca yang kurang kondusif. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 11

Triwulan II - 2014 Inflasi 2012 2013 2014 I II III IV I II III IV I II year on year Nasional 3.97% 4.53% 4.31% 4.30% 5.90% 5.90% 8.40% 8.38% 7.32% 6.70% NTT 3.60% 5.02% 5.21% 5.33% 7.11% 5.26% 8.29% 8.41% 7.78% 8.10% Kupang 3.11% 4.37% 4.66% 5.10% 7.06% 5.56% 8.88% 8.84% 7.99% 8.31% Maumere 6.21% 8.45% 8.07% 6.49% 7.38% 3.73% 5.32% 6.24% 6.39% 6.70% quarter to quarter Nasional 0.88% 0.90% 1.67% 0.78% 2.43% 0.90% 4.08% 0.75% 1.42% 0.57% NTT 1.03% 1.65% 1.14% 1.40% 2.74% -0.11% 4.06% 1.51% 1.76% 0.66% Kupang 1.13% 1.29% 1.04% 1.55% 3.02% -0.13% 4.21% 1.51% 1.87% 0.64% Maumere 0.49% 3.56% 1.68% 0.64% 1.33% 0.04% 3.25% 1.51% 1.06% 0.85% Sumber : BPS diolah Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi NTT Inflasi NTT pada periode laporan lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional. Inflasi NTT tercatat sebesar 8,10% (yoy) lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang sebesar 6,70% (yoy). Tingginya harga tiket pesawat akibat musim liburan sekolah serta tingginya harga bahan makanan terutama ikan segar akibat kondisi cuaca yang kurang kondusif menjadi penyebab utama yang menggerakkan inflasi NTT. Di sisi lain, ekspektasi masyarakat, baik konsumen maupun pedagang berkontribusi menggerakkan level inflasi NTT lebih tinggi dibandingkan Nasional. Adanya penerapan surcharge tarif angkutan udara turut memberikan andil terhadap peningkatan inflasi NTT. 2.2 Perkembangan Inflasi NTT Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi di NTT Sumber : BPS diolah Kondisi cuaca yang kurang bersahabat pada periode laporan menjadi salah satu faktor penyebab utama tingginya inflasi. Inflasi NTT pada triwulan laporan sebesar 8,10% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 7,78% (yoy). Laju inflasi yang lebih tinggi secara dominan dipengaruhi oleh peningkatan harga yang terjadi pada kelompok bahan makanan. Terganggunya pasokan barang terutama kelompok bahan makanan meningkatkan risiko gejolak harga. Hal tersebut tercermin dari peningkatan inflasi pada kelompok bahan makanan dari 1,43% (yoy) pada triwulan I-2014 menjadi 7,03% (yoy) pada periode laporan. Pada kelompok bahan makanan, komoditas 10% 9% 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% 0% NTT % (yoy) Nasional % (yoy) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 2013 2014 Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 12

Triwulan II - 2014 yang mengalami peningkatan inflasi tertinggi adalah komoditas bumbu-bumbuan dan ikan segar yakni dari -23,64% (yoy) dan 7,46% (yoy) menjadi sebesar -0,11% (yoy) dan 17,98% (yoy). Sementara itu, inflasi kelompok daging dan hasilnya lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Menjelang tahun ajaran baru, biasanya para peternak menjual hewan ternaknya untuk kebutuhan sekolah anaknya. 2012 2013 2014 Komoditas I II III IV I II III IV I II UMUM 3.60% 5.02% 5.21% 5.33% 7.11% 5.26% 8.29% 8.41% 7.78% 8.10% BAHAN MAKANAN -1.71% -1.63% -0.90% 3.43% 7.80% 2.16% 5.41% 4.57% 1.43% 7.03% MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 3.82% 6.13% 7.28% 9.15% 9.19% 7.89% 10.87% 9.97% 9.46% 8.97% PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 4.17% 7.60% 8.54% 8.42% 8.27% 6.57% 6.69% 8.89% 10.06% 7.65% SANDANG 14.49% 14.34% 10.88% 9.27% 7.59% 5.94% 6.48% 5.71% 5.41% 5.31% KESEHATAN 4.22% 3.93% 1.84% 2.06% 2.40% 2.39% 4.59% 4.33% 4.48% 4.11% PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 4.07% 3.47% 7.32% 6.62% 6.45% 7.14% 5.31% 7.12% 7.23% 6.55% TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN 10.08% 10.71% 8.42% -0.08% 2.98% 7.33% 17.20% 16.22% 15.35% 12.79% Sumber : BPS diolah Tabel 2.2 Inflasi NTT per Kelompok Komoditas Sementara itu, inflasi kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya dengan inflasi sebesar 12,79% (yoy). Hal ini disebabkan oleh normalnya permintaan tarif angkutan udara serta kembali beroperasinya beberapa maskapai penerbangan. Meskipun demikian, kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan masih menjadi penyumbang tertinggi inflasi NTT pada periode laporan. Grafik 2.2 Inflasi Triwulanan NTT Grafik 2.3 Inflasi Bulanan Triwulan II-2014 NTT TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 3.58% PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA KESEHATAN SANDANG PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 0.21% 0.04% 1.03% 0.17% 0.88% 0.61% BAHAN MAKANAN -0.93% UMUM 0.66% -2.00% -1.00% 0.00% 1.00% 2.00% 3.00% 4.00% Sumber : BPS diolah -0.03% 0.08% APR-14 MAY-14 JUN-14 Sumber : BPS diolah Secara triwulanan, inflasi NTT lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, tercatat laju inflasi sebesar 0,66% (qtq), lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya yang mencapai 1,76% (qtq). Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 13

Triwulan II - 2014 Koreksi harga pada kelompok bahan makanan terutama komoditas sayur-sayuran dan buah-buahan mampu menghambat laju inflasi secara umum. Secara bulanan, puncak tekanan inflasi akibat cuaca buruk terjadi pada bulan Juni 2014. Tarif angkutan udara memberikan andil tertinggi sebesar 0,36% terhadap laju inflasi bulan Juni. Selain itu, komoditas ikan tongkol dan telur ayam memberikan andil masing-masing sebesar 0,07% dan 0,05%. Sementara itu, komoditas tomat sayur menjadi penyumbang deflasi tertinggi sebesar 0,07%. Secara keseluruhan, laju inflasi bulan Juni tercatat sebesar 0,61% (mtm). Inflasi pun terjadi pada bulan Mei yang tercatat sebesar 0,08% (mtm). Komoditas penyumbang inflasi terbesar pada bulan itu adalah komoditas sepeda motor dengan sumbangan inflasi mencapai 0,09% terhadap inflasi NTT. Hal ini disebabkan oleh faktor tahun ajaran baru yang mempengaruhi peningkatan permintaan sepeda motor. Selain itu, tekanan harga pada tarif angkutan udara dengan andil 0,08% juga menjadi penyumbang inflasi tertinggi kedua pada bulan Mei. Sementara itu, pada bulan April terjadi deflasi sebesar 0,03% (mtm). Kondisi cuaca yang cukup kondusif mampu menghambat laju inflasi. Hal ini tercermin dari komoditas penghambat inflasi tertinggi berasal dari ikan kembung dan kangkung dengan andil masing-masing sebesar 0,12% dan 0,08%. Sementara itu, tarif angkutan udara memberikan andil tertinggi terhadap laju inflasi bulan April sebesar 0,08%. Grafik 2.4 Struktur Inflasi Bulanan NTT 20.00% 15.00% 10.00% 5.00% 0.00% -5.00% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 2012 2013 2014-10.00% SANDANG PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA BAHAN MAKANAN PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB KESEHATAN TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU UMUM Sumber : BPS diolah Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 14

Triwulan II - 2014 2.3 Disagregasi Inflasi Inflasi NTT pada triwulan laporan secara dominan didorong oleh tekanan laju inflasi volatile foods. Andil inflasi volatile foods pada triwulan laporan memberikan sumbangan terbesar terhadap laju inflasi NTT yakni sebesar 3,60% dengan inflasi sebesar 6,74% (yoy). Memburuknya kondisi cuaca dan momen ramadhan menjadi penyebab utama tingginya andil inflasi volatile foods. Secara umum, laju inflasi kelompok bergejolak (volatile foods) cukup stabil dengan kecenderungan lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Terjadinya angin monsoon timur menyebabkan pasokan terganggu terutama komoditas ikan segar. Selain itu, menjelang bulan ramadhan mulai terjadi peningkatan harga terutama yang berasal dari daerah lain seperti Surabaya, Bima, dan Makasar. Meskipun inflasi administered prices tercatat lebih rendah yakni dari 18,73% (yoy) menjadi sebesar 12,58% (yoy) pada periode laporan, tekanan yang terjadi pada kelompok transportasi cukup berdampak signifikan dalam mendorong laju inflasi NTT secara umum. Hal ini disebabkan masih tingginya tarif angkutan udara. Penurunan tarif angkutan udara ternyata tidak berdampak signifikan dalam menghambat laju inflasi. Bahkan selama tiga bulan terakhir (April, Mei, dan Juni), tarif angkutan udara menjadi penyumbang inflasi tertinggi. Laju inflasi inti (core inflation) mengalami peningkatan cukup signifikan pada periode laporan yakni dari 1,66% (yoy) menjadi sebesar 7,32% (yoy) dengan andil 1,99%. Peningkatan inflasi kelompok inti utamanya dipengaruhi oleh faktor musim liburan sekolah yang berdampak positif terhadap laju inflasi komoditas makanan jadi. Grafik 2.5 Disagregasi Inflasi NTT 24 19 14 9 %,yoy Inflasi IHK (yoy) Core Adm Price Volatile Foods 16 14 12 10 8 6 %,yoy Volatile Foods Adm Price Core 4 4-1 2 0-6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 2011 2012 2013 2014 (2) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 2011 2012 2013 2014 Sumber: BPS (diolahmenggunakan pendekatan sub kelompok) Sumber: BPS (diolahmenggunakan pendekatan sub kelompok) Sumber : BPS diolah Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 15

Triwulan II - 2014 2.4 Inflasi NTT Berdasarkan Kota 2.4.1 Inflasi Kota Kupang Cuaca buruk menjadi faktor utama tingginya inflasi pada triwulan II-2014. Inflasi Kota Kupang tercatat sebesar 8,31% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 7,99% (yoy). Kondisi cuaca yang tidak bersahabat berimbas terhadap terganggunya distribusi pasokan terutama yang berasal dari daerah lain. Inflasi tahunan pada periode laporan 10.00% 8.00% 6.00% 4.00% 2.00% 0.00% -2.00% Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi Kupang Sumber : BPS diolah Inflasi bulanan Inflasi tahunan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 2012 2013 2014 terutama disebabkan oleh peningkatan inflasi subkelompok ikan segar dan bumbu-bumbuan yakni dari sebesar 7,29% (yoy) dan -23,75% (yoy) menjadi sebesar 19,95% (yoy) dan 1,08% (yoy). selain faktor cuaca, menjelang momen Ramadhan turut memberikan andil terhadap peningkatan harga-harga komoditas yang berasal dari daerah lain. Selain itu, terbatasnya supply subkelompok telur, susu, & hasilnya, sayursayuran, serta lemak dan minyak juga berperan cukup dominan dalam mendorong laju inflasi pada triwulan laporan. Inflasi telur, susu & hasilnya, sayur-sayuran, serta lemak dan minyak pada triwulan laporan masing-masing meningkat dari sebesar 1,65% (yoy), -5,51% (yoy), dan 6,44% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar 5,31% (yoy), 0,84% (yoy), dan 10,30% (yoy). Seperti pada periode-periode sebelumnya, selain faktor penawaran dan permintaan, faktor ekspektasi juga sangat berpengaruh dalam membentuk inflasi di Kota Kupang. Tingginya ketergantungan Kota Kupang terhadap pasokan dari daerah lain, menyebabkan ekspektasi pelaku ekonomi di Kota Kupang terhadap inflasi menjadi tinggi ketika terjadi peningkatan harga barang di daerah lain. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 16

Triwulan II - 2014 2012 2013 2014 KOMODITAS I II III IV I II III IV I II UMUM 3.11% 4.37% 4.66% 5.10% 7.06% 5.56% 8.88% 8.84% 7.99% 8.31% MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEM 3.97% 6.42% 7.36% 9.58% 9.19% 7.64% 11.48% 9.11% 8.88% 8.61% PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 4.34% 8.45% 8.64% 8.73% 8.61% 6.60% 7.50% 9.80% 11.15% 8.32% SANDANG 15.59% 15.25% 11.25% 9.39% 8.06% 6.45% 7.13% 6.23% 5.98% 5.60% KESEHATAN 4.27% 4.00% 1.28% 1.61% 2.21% 2.37% 4.85% 4.30% 4.56% 4.03% PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 3.52% 2.73% 4.19% 3.26% 3.34% 4.32% 5.61% 7.69% 7.69% 6.73% TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUAN 11.49% 12.28% 9.86% -0.08% 3.39% 7.82% 17.37% 16.47% 15.60% 13.17% Sumber : BPS diolah Tabel 2.3 Inflasi Kupang per Kelompok Komoditas Secara triwulanan, Kota Kupang tercatat mengalami inflasi triwulanan sebesar 0,64% (qtq), lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan I- 2014 yang sebesar 1,87% (qtq). Tekanan inflasi tertinggi selama periode laporan terjadi pada kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan dengan inflasi sebesar 4,05% (qtq) diikuti dengan kelompok sandang yang tercatat sebesar 1,08% Grafik 2.7 Inflasi Triwulanan Kupang transpor,komunikasi,jasa 4.05% pendidikan,rekreasi,olah raga 0.17% kesehatan -0.04% sandang 1.08% perumahan,listrik,air 0.18% makanan jadi,rokok,tembakau 0.93% bahan makanan -1.35% umum 0.64% -1% 1% 3% 5% Sumber : BPS diolah (qtq). Peningkatan harga pada subkelompok makan jadi, rokok, dan tembakau turut menyebabkan tingginya inflasi triwulanan pada periode laporan. Pada bulan April, Kota Kupang mengalami deflasi sebesar 0,18% (mtm) lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang terdeflasi sebesar 0,10% (mtm). Tingginya deflasi pada bulan April salah satunya disebabkan oleh koreksi harga terutama komoditas ikan segar seiring kondisi cuaca yang kondusif. Sementara itu, pada bulan Mei mengalami inflasi yang tercatat sebesar 0,01% (mtm). Inflasi pada pada bulan Mei bersumber pada peningkatan harga komoditas transportasi terutama sepeda motor. Pada bulan Juni pun Kota Kupang mengalami inflasi, bahkan lebih tinggi yakni sebesar 0,81% (mtm). Tingginya tarif angkutan udara menjelang Hari Raya Idul Fitri menjadi faktor utama pendorong inflasi. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 17

Triwulan II - 2014 2.4.2 Inflasi Kota Maumere Kondisi cuaca buruk menjadi penyebab utama tingginya laju inflasi Kota Maumere. Inflasi tahunan Kota Maumere pada triwulan laporan sebesar 6,70% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 6,39% (yoy). Kelompok barang yang mengalami inflasi tertinggi dibandingkan Grafik 2.8 Perkembangan Inflasi Maumere 12.00% 10.00% 8.00% 6.00% 4.00% 2.00% 0.00% -2.00% -4.00% Sumber : BPS diolah Inflasi bulanan Inflasi tahunan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 2012 2013 2014 triwulan sebelumnya adalah kelompok bahan makanan dengan inflasi sebesar 7,81% (yoy) meningkat cukup signifikan dibandingkan sebelumnya yang sebesar 4,07% (yoy). Sementara itu, kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami penurunan inflasi tertinggi yakni dari sebesar 13,55% (yoy) menjadi sebesar 9,90% (yoy). Tabel 2.4 Inflasi Maumere per Kelompok Komoditas 2012 2013 2014 KOMODITAS I II III IV I II III IV I II UMUM 6.21% 8.45% 8.07% 6.49% 7.38% 3.73% 5.32% 6.24% 6.39% 6.70% BAHAN MAKANAN 10.12% 14.93% 9.07% 5.89% 7.77% -1.20% 4.63% 2.99% 4.07% 7.81% MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 3.05% 4.61% 6.86% 6.71% 9.12% 9.27% 7.50% 14.93% 12.90% 11.09% PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 3.30% 3.36% 8.07% 6.88% 6.57% 6.45% 2.60% 4.23% 4.02% 3.70% SANDANG 8.43% 9.13% 8.68% 8.55% 4.84% 2.88% 2.62% 2.60% 1.90% 3.33% KESEHATAN 3.93% 3.49% 5.08% 4.68% 3.49% 2.52% 3.12% 4.50% 4.01% 4.52% PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 7.05% 7.57% 23.74% 24.43% 22.77% 21.89% 4.01% 4.58% 5.24% 5.83% TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN 1.75% 1.26% -0.41% -0.04% 0.24% 4.10% 16.06% 14.57% 13.55% 9.90% Sumber : BPS diolah Secara triwulanan, inflasi Maumere tercatat sebesar 0,85% (qtq) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,06% (qtq). Bila dibandingkan dengan inflasi yang terjadi di Kota Kupang, laju inflasi triwulanan Kota Maumere tercatat lebih tinggi. Tingginya inflasi yang terjadi terutama disebabkan oleh kelompok bahan makanan dengan inflasi sebesar 1,96% (qtq). Hal ini disebabkan oleh peningkatan pada subkelompok kacang-kacangan dan ikan segar. Sedangkan tekanan inflasi terendah berasal dari kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar yakni sebesar 0,10% (qtq). Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 18

Triwulan II - 2014 Secara bulanan, pada bulan April terjadi inflasi tertinggi yakni sebesar 0,99% (mtm). Tingginya inflasi bersumber dari komoditas ikan segar pada kelompok bahan makanan. Sementara itu, pada bulan Mei masih terjadi inflasi yang tercatat sebesar 0,58% (mtm). Sumber tekanan inflasi masih berasal dari kelompok bahan makanan terutama komoditas ikan segar. Hal berbeda terjadi pada bulan Juni, Kota Maumere mengalami deflasi cukup tinggi yakni sebesar 0,72% (mtm). Namun dalam hal ini komoditas ikan segar menjadi faktor utama deflasi. Hal yang baru terjadi pada deflasi Maumere dimana angkutan udara yang biasanya menjadi penyebab utama inflasi, pada bulan Juni menjadi pendorong deflasi tertinggi setelah ikan layang dan tomat sayur. Kembali beroperasinya maskapai penerbangan tertentu serta adanya tambahan maskapai penerbangan menyebabkan tarif angkutan udara kembali normal. Grafik 2.9 Inflasi Triwulanan Maumere transpor,komunikasi,jasa pendidikan,rekreasi,olah raga kesehatan sandang perumahan,listrik,air makanan jadi,rokok,tembakau bahan makanan umum 0.22% 0.42% 0.56% 0.67% 0.10% 0.54% 1.96% 0.85% -1% 1% 3% Sumber : BPS diolah Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 19

Triwulan II - 2014 BOKS 1 DAMPAK KENAIKAN TARIF LISTRIK TERHADAP LAJU INFLASI NTT Indonesia memiliki aneka ragam sumber daya energi dalam jumlah memadai. Konsumsi energi tumbuh pesat seiring pertumbuhan penduduk dan ekonomi. Sebagian besar konsumsi beban konsumsi berada di Jawa, pulau yang membutuhkan banyak energi, namun yang tidak memiliki sumberdayanya sendiri dalam jumlah memadai. Sebaliknya, banyak sumber energi terdapat di tempat berpenduduk sedikit, kegiatan ekonominya tidak begitu seberkembang pulau Jawa. Merupakan suatu kenyataan bahwa kebutuhan akan energi, khususnya energi listrik di Indonesia, makin berkembang menjadi bagian tak terpisahkan dari kebutuhan hidup masyarakat sehari-hari seiring dengan pesatnya peningkatan pembangunan di bidang teknologi, industri dan informasi. Namun pelaksanaan penyediaan energi listrik sampai saat ini masih belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan energi listrik secara keseluruhan. Kondisi geografis negara Indonesia yang terdiri atas ribuan pulau dan kepulauan menjadi salah satu faktor penghambat penyediaan energi listrik dalam skala nasional. Disaat kondisi energi listrik yang masih sangat terbatas, dewasa ini, biaya pengeluaran untuk konsumsi listrik dari tahun ke tahun terus meningkat. Pada tahun 2013 saja, terjadi peningkatan Tenaga Tarif Listrik (TTL) secara nasional setiap triwulannya. Hal ini tentunya sangat berpengaruh terhadap perkembangan hargaharga yang terindikasikan melalui indikator inflasi. Peningkatan TTL ini tidak hanya mempengaruhi tarif listrik itu sendiri, akan tetapi turut mempengaruhi cost production yang pada akhirnya meningkatkan harga barang jadi. Saat ini, kebijakan pemerintah dalam menetapkan TTL setiap dua bulan sekali sangat berdampak terhadap perkembangan harga-harga di Provinsi NTT. Per 1 Juli 2014, peningkatan TTL yang berkisar antara 10%-12% (tergantung golongan) memberikan andil cukup besar yakni 0,06% 1 terhadap laju inflasi NTT yang sebesar 0,96% (mtm). Selanjutnya, ada rencana pemerintah untuk meningkatkan kembali TTL per 1 September 2014. Kondisi tersebut diperkirakan akan memberikan tekanan inflasi lebih tinggi di NTT. 1 Rilis BPS per 4 Agustus 2014 untuk inflasi NTT Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 20

Triwulan II-2014 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SIISTEM PEMBAYARAN Kinerja perbankan dan sistem pembayaran relatif melambat. Beberapa indikator kinerja keuangan seperti penyaluran kredit perbankan mengalami perlambatan yang diiringi penurunan risiko. Demikian pula halnya dengan kinerja beberapa indikator sistem pembayaran selama triwulan laporan juga mengalami perlambatan. 3.1 Kondisi Umum Kinerja perbankan pada triwulan laporan relatif melambat. Dari sisi kinerja keuangan, gabungan aset bank umum dan BPR tercatat Rp26,75 triliun dengan pertumbuhan sebesar 24,12% (yoy). Penghimpunan DPK tumbuh positif sebesar 19,32% (yoy) dengan nominal Rp19,12 triliun. Di sisi lain, penyaluran kredit perbankan kembali mengalami perlambatan. Pada triwulan laporan, penyaluran kredit melambat sebesar 15,40% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang mencapai 17,79% (yoy) dengan outstanding mencapai Rp16,24 triliun. Namun dengan risiko kredit (NPL) yang sedikit membaik ke level 1,42% dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya 1,53%. Fungsi intermediasi perbankan di NTT juga relatif baik yang tercermin dari rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) yang sebesar 84,97%, meskipun angka tersebut menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 88,54%. Perlambatan penyaluran kredit serta kenaikan performa pengumpulan DPK menjadi penyebab turunnya rasio LDR perbankan di NTT pada triwulan laporan. Tabel 3.1 Perkembangan Kinerja Perbankan NTT (Bank Umum dan BPR) Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 21

Triwulan II-2014 Aktivitas transaksi non tunai melalui fasilitas Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) tercatat sebesar Rp620,34 miliar, sementara transaksi melalui fasilitas Real Time Gross Settlement (RTGS) tercatat sebesar Rp20,60 triliun selama triwulan laporan. Tabel 3.2 Perkembangan Transaksi Non Tunai Sementara dari sisi transaksi tunai, pada triwulan laporan terjadi net outflow yaitu jumlah uang keluar dari Bank Indonesia (outflow) lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah uang yang masuk (inflow) meski angkanya tak lagi setinggi tahuntahun sebelumnya. Kondisi ini diperkirakan sebagai akibat meningkatnya aktivitas pembayaran non-tunai selama triwulan laporan yang berdampak pada menurunnya arus uang keluar dari Bank Indonesia. Tabel 3.3 Perkembangan Transaksi Tunai Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 22

Triwulan II-2014 3.2 Perkembangan Bank Umum 3.2.1. Intermediasi Perbankan Kinerja positif bank umum dalam menjalankan fungsi intermediasinya kembali melambat. Pada triwulan II-2014, rasio penyaluran kredit terhadap penghimpunan dana (Loan to Deposit Ratio) sebesar 84,86%. Namun rasio kredit yang belum disalurkan kepada masyarakat (undisbursed loan) terhadap total kredit turun dari 5,20% menjadi 4,35% pada triwulan laporan dengan nominal mencapai Rp694,08 miliar. Grafik 3.1 Perkembangan LDR Grafik 3.2 Perkembangan Undisbursed Loan 20,000 18,000 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 Kredit (miliar) DPK (miliar) LDR 100% 80% 60% 40% 20% 900 800 700 600 500 400 300 200 100 Nominal (Miliar) Rasio thd Kredit 8% 6% 4% 2% - I II III IV I II III IV I II 0% 0 I II III IV I II III IV I II 0% 2012 2013 2014 2012 2013 2014 Penghimpunan dana masyarakat (DPK) pada triwulan laporan tumbuh sebesar 18,66% (yoy). Hal ini melanjutkan tren positif yang terjadi sejak triwulan IV-2013. Total dana masyarakat yang ada pada Bank Umum di wilayah NTT mencapai Rp18,79 triliun. Peningkatan laju pertumbuhan dana masyarakat pada triwulan laporan bersumber dari peningkatan dana pada rekening giro sebesar 37,95% (yoy). Pada triwulan laporan, total dana yang tercatat pada rekening giro Bank Umum sebesar Rp6,82 triliun. Peningkatan terbesar penempatan dana giro bersumber dari golongan pemilik pemerintah yang mencapai 44,49% (yoy) dengan nominal Rp4,74 triliun atau 85,95% dari total giro di wilayah NTT. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 23

Triwulan II-2014 Tabel 3.4 Perkembangan Kinerja DPK Bank Umum Pertumbuhan dana pada rekening deposito sebesar 15,18% (yoy). Deposito perorangan masih mendominasi dengan porsi 54,36% dari total deposito perbankan NTT, diikuti oleh deposito pemerintah sebesar 40,11%. Pertumbuhan deposito perorangan mencapai 24,62% (yoy), sementara pertumbuhan deposito pemerintah sebesar 2,91% (yoy). Grafik 3.3 Komposisi DPK Grafik 3.4 DPK Menurut Golongan Pemilik Sementara itu, pertumbuhan tabungan melambat dari 13,23% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 10,54% (yoy) pada triwulan laporan. Hal ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan tabungan perorangan yang hanya sebesar 10,59% (yoy). Tabungan perorangan sendiri masih menjadi penyumbang utama dengan porsi sebesar 89,05% dari jumlah tabungan perbankan umum di NTT. Penyaluran kredit Bank Umum kembali melambat dengan pertumbuhan sebesar 15,04% (yoy) dengan total outstanding kredit mencapai Rp15,95 triliun. Secara struktural, porsi kredit konsumtif terhadap total kredit turun pada triwulan laporan. Total 62,73% penyaluran kredit perbankan didominasi oleh kredit jenis konsumsi, sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 63,92% dari total kredit. Sementara kredit produktif jenis modal kerja dan investasi menyumbang share masing-masing sebesar 29,74% dan 7,53%. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 24

Triwulan II-2014 Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum Perlambatan penyaluran kredit pada triwulan laporan berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil. Pada kredit modal kerja perlambatan didorong oleh permintaan kredit pada sektor-sektor dominan yaitu sektor perdagangan besar dan eceran. Kredit pada sektor tersebut tumbuh melambat cukup dalam dari 37,96% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 20,87% pada triwulan laporan. Porsi sektor perdagangan besar dan eceran dalam penyaluran kredit modal kerja sebesar 71,16%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa debitur dari sektor perdagangan terpengaruh pengetatan ekonomi yang telah dilakukan oleh BI selama ini. Sementara itu peningkatan penyaluran kredit secara tahunan yang sangat signifikan pada triwulan laporan terjadi pada sektor terbesar kelima yaitu sektor pertanian, perburuan dan kehutanan dengan angka 198,97%. Tabel 3.6 Perkembangan Kredit Modal Kerja Bank Umum Kondisi yang sama terjadi pada pertumbuhan penyaluran kredit investasi. Laju perlambatan pertumbuhan kredit investasi relatif dalam dibandingkan kredit modal kerja. Perlambatan penyaluran kredit investasi didorong Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 25

Triwulan II-2014 oleh perlambatan penyaluran kredit pada sektor perdagangan besar dan sektor konstruksi yang mempunyai share cukup besar terhadap total kredit investasi. Demikian pula pada sektor penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum serta sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi. Diperkirakan hal ini terjadi sebagai akibat kondisi cuaca yang kurang kondusif selama triwulan laporan. Hal ini merupakan anomali karena biasanya cuaca pada triwulan laporan cukup kondusif. Namun yang terjadi belakangan ini adalah angin kencang terus berhembus. Tabel 3.7 Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum Secara sektoral, penyaluran kredit produktif masih didominasi sektor perdagangan. Secara umum, share sektor perdagangan besar dan eceran masih menjadi sektor unggulan dalam penyaluran kredit perbankan terutama untuk kredit produktif. Pangsa sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 23,33% dari total penyaluran kredit pada triwulan laporan. Perlambatan yang terjadi pada sektor ini juga cukup dalam, dari 37,96% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 19,90% (yoy) pada triwulan laporan. Sementara kredit konsumtif yang tercermin dari sektor penerima kredit bukan lapangan usaha juga melambat dari 12,36% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 11,59% pada triwulan laporan. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 26

Triwulan II-2014 Tabel 3.8 Perkembangan Penyaluran Kredit Sektoral Bank Umum Penyaluran kredit bank umum diimbangi dengan risiko kredit yang tetap terkendali pada level rendah, meski terjadi peningkatan rasio Non Performing Loan (NPL) perbankan pada triwulan II-2014 ke level 1,50% dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,46%. Rasio NPL kredit investasi tercatat naik menjadi 2,51% dari sebelumnya 2,50%, sementara rasio NPL kredit konsumsi naik menjadi 0,68% dari sebelumnya 0,64%. Di sisi lain, rasio NPL kredit modal kerja justru turun dari 3,00% menjadi 2,97% pada triwulan laporan. Grafik 3.5 Perkembangan NPL Bank Umum Grafik 3.6 NPL Konsumsi dan Modal Kerja Bank Umum Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 27

Triwulan II-2014 Kenaikan BI Rate menjadi 7,50% mulai mempengaruhi perbankan di NTT untuk menaikkan suku bunga kredit pada triwulan laporan. Suku bunga kredit tertimbang perbankan pada triwulan II-2014 naik ke level 14,66%, sedikit di atas suku bunga tertimbang triwulan sebelumnya yang sebesar 14,63%. Kenaikan suku bunga kredit terjadi terutama pada jenis kredit modal kerja. Suku bunga kredit modal kerja naik ke angka 14,11% dari sebelumnya 13,87%. Sementara suku bunga kredit investasi dan konsumsi sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. 3.2.2. Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Penyaluran kredit kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) tumbuh sebesar 27,06% (yoy). Pertumbuhan kredit UMKM meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan kredit secara keseluruhan, terutama kredit produktif yang menunjukkan tendensi melambat. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sektor UMKM masih menjadi primadona bagi perbankan dalam penyaluran kredit produktifnya. Hal tersebut terkonfirmasi dari meningkatnya rasio kredit UMKM terhadap total kredit produktif ke angka 79,98%. Rasio kredit UMKM terhadap total kredit pada triwulan laporan juga meningkat menjadi 29,81%. Tabel 3.9 Perkembangan Komponen Kredit UMKM Bank Umum Peningkatan laju pertumbuhan penyaluran kredit UMKM paling tinggi pada triwulan laporan terjadi pada kategori usaha mikro dan kecil. Penyaluran kredit untuk UMKM jenis mikro tumbuh signifikan sebesar 56,27% (yoy) dengan outstanding kredit mencapai Rp1,19 triliun dan jumlah debitur sebanyak 67.665 unit usaha. Penggunaan kredit untuk usaha mikro didominasi Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 28

Triwulan II-2014 untuk keperluan modal kerja yaitu sebesar 80,69% dibandingkan untuk investasi yang hanya sebesar 19,31%. Sementara kredit UMKM pada usaha jenis kecil mengalami perlambatan pertumbuhan dari 34,19% (yoy) menjadi 32,33% (yoy) dengan outstanding kredit sebesar Rp2,19 triliun dan jumlah debitur sebesar 10.290 unit usaha. Penggunaan kredit untuk kebutuhan modal kerja mencapai 83,11% dan investasi sebesar 16,89%. Penyaluran kredit pada usaha jenis menengah juga melambat dari 16,62% (yoy) menjadi 12,82% (yoy) dengan outstanding kredit sebesar Rp1,38 triliun dan jumlah debitur mencapai 1.818 unit usaha. Penggunaan kredit untuk kebutuhan modal kerja sebesar 82,44% dan investasi sebesar 17,56%. Secara sektoral, sektor yang dominan dibiayai oleh perbankan adalah sektor perdagangan besar dan eceran dengan proporsi sebesar 67,71% dari total penyaluran kredit UMKM. Sektor lain yang memiliki pangsa cukup besar adalah sektor jasa kemasyarakatan, sosial budaya, hiburan dan perorangan lainnya dengan proporsi sebesar 10,46%. Risiko penyaluran kredit (NPLs) kepada UMKM juga cukup terjaga dengan rasio sebesar 3,15%. Tabel 3.10 Perkembangan Kredit UMKM Sektoral Bank Umum Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 29

Triwulan II-2014 3.2.3. Kinerja Perbankan Umum Berdasarkan Sebaran Pulau Secara geografis, kinerja perbankan umum di Provinsi NTT masih terkonsentrasi di Pulau Timor. Pusat pemerintahan dan ekonomi yang dominan di Pulau Timor, khususnya Kota Kupang menjadi faktor utama terpusatnya kegiatan perbankan di Pulau Timor. Aset bank umum di Pulau Timor sebesar Rp17,36 triliun atau 65,76% dari total aset bank umum di Provinsi NTT. Sementara di Pulau Flores sebesar Rp7,05 triliun atau 26,72% dari total aset, dan aset bank umum di Pulau Sumba sebesar Rp1,99 triliun atau 7,52% dari total aset bank umum di Provinsi NTT. Tabel 3.11 Indikator Perbankan Berdasarkan Sebaran Pulau Walaupun masih terkonsentrasi di Pulau Timor, namun tidak semua perkembangan indikator di pulau lainnya berada di bawah Pulau Timor. Pada triwulan laporan, perkembangan penghimpunan DPK terbesar terdapat di Pulau Flores yaitu sebesar 22,77% (yoy) dengan nominal Rp6,23 triliun, diikuti dengan Pulau Sumba sebesar 19,49% (yoy) dengan nominal Rp1,70 triliun. Sisi intermediasi yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) tercatat Pulau Sumba masih menunjukkan nilai tertinggi, yaitu sebesar 87,68% diikuti oleh Pulau Flores sebesar 87,51%. Di sisi lain, perkembangan penyaluran kredit tertinggi terdapat di Pulau Timor yaitu sebesar 16,54% (yoy). Sementara dari risiko kredit yang tercermin dari rasio NPL, perbankan di Pulau Sumba menunjukkan kinerja terbaik dengan angka NPL sebesar 1,02%. 3.3 Sistem Pembayaran 3.3.1. Transaksi Non Tunai a. Transaksi Kliring Aktivitas transaksi non tunai melalui SKNBI pada triwulan laporan meningkat dibanding triwulan sebelumnya, yaitu dari sebesar 2,21% (yoy) menjadi sebesar 8,90% (yoy). Transaksi kliring Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 30

Triwulan II-2014 pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp620,34 miliar dengan jumlah warkat sebanyak 18.456 lembar. Peningkatan transaksi melalui SKNBI diikuti dengan peningkatan kualitas yang tercermin dari penurunan jumlah cek/bg kosong. Jumlah nominal cek/bg kosong di wilayah Kantor Bank Indonesia Provinsi NTT pada triwulan laporan sebesar Rp5,82 miliar, turun 30,93% (yoy). Penurunan jumlah warkat kosong hingga 21,72% (yoy) menjadi 173 lembar pada bulan laporan mengindikasikan peningkatan kualitas pembayaran cek/bg karena jumlah tolakan per lembar secara rata-rata turun menjadi Rp33,65 juta dari sebelumnya sebesar Rp49,69 juta. Grafik 3.7 Perkembangan Transaksi Kliring Grafik 3.8 Perkembangan Cek/BG Kosong b. Transaksi RTGS Transaksi menggunakan sistem RTGS mengalami penurunan. Pada triwulan laporan, transaksi RTGS yang berasal dari (from) NTT turun 5,85% (yoy) dengan jumlah nominal Rp20,60 triliun yang berasal dari 10.475 transaksi. Secara volume, terjadi peningkatan transaksi RTGS yang berasal dari (from) NTT sebesar 12,24% (yoy). Sementara transaksi RTGS menuju (to) NTT juga turun 42,61% (yoy) dengan jumlah nominal Rp13,05 triliun yang berasal dari 7.809 transaksi. Secara volume, pertumbuhan transaksi RTGS menuju (to) NTT melambat dari 37,31% (yoy) menjadi 28,10% (yoy). Transaksi melalui sistem RTGS pada triwulan laporan lebih didominasi oleh transaksi dari Provinsi NTT. Secara rerata, transaksi RTGS Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 31

Triwulan II-2014 dari (from) NTT tercatat sebesar Rp1,97 miliar per transaksi, sementara transaksi RTGS menuju (to) NTT sebesar Rp1,66 miliar per transaksi. Grafik 3.9 Nilai Transaksi RTGS Grafik 3.10 Volume Transaksi RTGS 3.3.2. Transaksi Tunai Aktivitas perekonomian dari sisi transaksi tunai menunjukkan penurunan. Data yang tercatat di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT menunjukkan bahwa transaksi uang tunai yang masuk ke Bank Indonesia (inflow) dan yang keluar dari Bank Indonesia (outflow) sebesar Rp1,56 triliun. Angka ini turun sebesar 3,49% (yoy). Pada triwulan laporan terjadi net outflow dimana jumlah uang yang keluar dari Bank Indonesia lebih besar dibandingkan dengan uang yang masuk. Jumlah uang yang masuk ke Bank Indonesia pada triwulan laporan sebesar Rp738,23 miliar atau meningkat 20,00% (yoy). Sementara jumlah uang yang keluar dari Bank Indonesia tercatat sebesar Rp820,90 miliar atau turun sebesar 17,94% (yoy). Penurunan jumlah uang yang keluar dari Bank Indonesia pada triwulan laporan menunjukkan bahwa kebutuhan uang kartal menurun yang terindikasi dari stagnannya pertumbuhan ekonomi triwulan laporan. Di sisi lain, penurunan aktivitas penggunaan uang kartal menunjukkan preferensi masyarakat yang mulai beralih menggunakan alat pembayaran non-tunai seperti APMK (alat pembayaran menggunakan kartu) hingga transaksi melalui SKNBI dan RTGS. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 32

Triwulan II-2014 Grafik 3.11 Perkembangan Transaksi Tunai Volume pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) meningkat signifikan pada triwulan laporan. Pada triwulan laporan, nominal UTLE yang terserap di wilayah Provinsi NTT naik dengan nominal sebesar Rp231,36 miliar atau meningkat signifikan sebesar 72,48% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya. Setoran dari perbankan masih merupakan sarana utama dalam menjaring UTLE di masyarakat. Selain itu, peningkatan kegiatan kas keliling merupakan salah satu upaya dalam menjaring UTLE di masyarakat agar terwujud clean money policy di Provinsi NTT. Hal tersebut sudah mulai memperlihatkan hasil, yang dapat dilihat dari semakin tingginya jumlah UTLE yang dimusnahkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT. Di sisi lain, harus diakui bahwa hal tersebut belumlah optimal mengingat kondisi geografis wilayah NTT yang berpulau-pulau menjadi kendala. Upaya untuk mewujudkan clean money policy pun terus dilakukan, terutama di wilayah-wilayah terpencil. Tabel 3.12 Perkembangan Indikator Sistem Pembayaran Lain Indikator 2013 2014 2012 2013 (miliar) I II III IV I II MRUK 438,50 179,71 134,14 232,56 113,02 659,44 318,00 231,36 y-o-y -61,50% -48,02% 316,58% 1484,89% 146,19% 50,38% 76,95% 72,48% penukaran loket 109,24 22,06 24,96 31,55 33,53 112,10 26,96 25,98 y-o-y 17,44% 3,94% 0,48% -4,50% 11,25% 2,62% 22,18% 4,10% kas keliling 58,54 8,00 7,70 13,60 16,00 45,30 18,00 10,10 Ratio UPal thd Outflow 0,000626% 0,000197% 0,000072% 0,000095% 0,000037% 0,000076% 0,000487% 0,000256% Sementara itu, jumlah uang palsu (upal) yang dilaporkan ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur pada triwulan laporan sebanyak 11 lembar. Jumlah uang palsu yang tercatat pada triwulan Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 33

Triwulan II-2014 laporan masih didominasi oleh uang dengan nominal besar yaitu denominasi Rp100.000,00. Bank Indonesia terus berusaha menekan jumlah uang palsu yang beredar di masyarakat dengan memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah dengan metode 3D (Dilihat, Diraba dan Diterawang) serta mengeluarkan desain uang baru denominasi Rp 20.000,00, Rp 50.000,00, dan Rp 100.000,00 dengan penambahan features pengaman. Sosialisasi ciri-ciri keaslian uang Rupiah ini terus dilakukan ke berbagai kalangan masyarakat, mulai dari masyarakat umum, anak sekolah hingga instansi pemerintah dan swasta, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui selebaran (leaflet) yang diberikan. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 34

Triwulan II-2014 BOKS 2 UPAYA MENINGKATKAN KREDIT PERBANKAN DALAM MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI Menurut UU No.10/1998 tentang Perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Peran bank menurut definisi tersebut adalah sebagai lembaga intermediasi antara sekelompok orang yang memiliki kelebihan uang (excess of liquidity) dengan kelompok orang yang kekurangan uang (short of liquidity). Hal ini sesuai dengan salah satu fungsi bank sebagai agent of development yaitu pendorong kegiatan di sektor riil. Sektor riil tidak akan berkembang jika fungsi intermediasi perbankan tidak berjalan. Stagnansi sektor riil berdampak kepada terhambatnya kegiatan perekonomian yang akan berujung pada mandeknya pertumbuhan ekonomi suatu daerah bahkan satu negara. Tantangan perbankan dalam melaksanakan fungsi intermediasinya semakin berat, terutama sejak Bank Indonesia sebagai bank sentral memutuskan kenaikan BI rate sejak triwulan II-2013 yang lalu. Dampak langsung kenaikan BI rate yang kini berada pada angka 7,50% adalah berkurangnya margin yang didapatkan bank dari proses intermediasi yang dijalankannya. Hal ini terutama berlaku bagi bank yang pendapatannya masih sangat didominasi oleh pendapatan bunga. Menaikkan suku bunga pinjaman tidak lantas menyelesaikan masalah, karena berpotensi menaikkan risiko kredit yaitu non-performing loans (NPL). Ditambah dengan ketidakpastian yang terjadi pada perekonomian global, sebagian besar perbankan memilih sedikit mengerem pemberian kredit, yang tercermin dari melambatnya laju pertumbuhan kredit bank, terutama bank umum. Di Provinsi NTT, perlambatan pertumbuhan kredit telah terjadi sejak triwulan III-2012 yang lalu. Pada tahun-tahun sebelumnya pertumbuhan kredit akan kembali naik setiap triwulan III tahun berjalan, namun yang terjadi sejak triwulan III-2012 hingga saat ini, pertumbuhan kredit mengalami tren perlambatan. Kondisi ini sedikit banyak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi NTT sejak triwulan III-2012 seperti terlihat pada tabel di bawah. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 35

Triwulan II-2014 (yoy) Tabel 1. Pertumbuhan Kredit dan PDRB Provinsi NTT 2012 2013 2014 Indikator III IV I II III IV I II Pertumbuhan Kredit 24.42% 22.96% 22.58% 21.62% 20.88% 19.09% 17.34% 15.04% Pertumbuhan PDRB 5.86% 5.47% 5.38% 5.58% 5.64% 5.62% 5.02% 5.03% Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT cenderung melambat seiring melambatnya pertumbuhan kredit bank umum di NTT. Melihat angka korelasi yang sebesar 0,79 atau hampir mendekati 1, tampak hubungan yang relative erat antara penyaluran kredit dengan pertumbuhan ekonomi, terutama di Provinsi NTT. Bahkan di tahun 2014, pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT cenderung stabil. Untuk itu, perbankan diharapkan dapat lebih jeli lagi dalam memanfaatkan pasar yang ada sembari mengamati celah baru yang ada di pasar. Beberapa langkah yang dapat ditempuh untuk kembali menggairahkan sektor riil sekaligus mendorong perekonomian antara lain adalah : 1. Mendorong terciptanya wirausaha baru, terutama dari kalangan pemuda yang baru menyelesaikan sekolah. 2. Mengintensifkan pendekatan kepada pelaku usaha UMKM dan memberikan insentif berupa keringanan persyaratan pengajuan kredit bagi pengusaha UMKM yang dianggap potensial dan berkarakter baik. 3. Meningkatkan kualitas SDM bank, terutama account officer (AO) demi mendukung program ekpansi kredit sembari meminimalisir risiko yang ada. Grafik 1. Pertumbuhan Kredit dan PDRB Provinsi NTT Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 36

4 Triwulan II- 2014 KEUANGAN PEMERINTAH Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) mengalami peningkatan cukup signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Realisasi pendapatan pada triwulan II-2014 mencapai 51,30%. Pada periode yang sama, realisasi belanja mencapai 34,78%. 4.1. Kondisi Umum Seiring dengan peningkatan pertumbuhan daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Rencana anggaran pendapatan daerah tahun 2014 mencapai Rp 2,72 triliun atau meningkat sebesar 16,16% (yoy) dari rencana anggaran pendapatan daerah tahun 2013 yang sebesar Rp 2,34 triliun. Selain pendapatan, anggaran belanja pun tercatat meningkat. Rencana anggaran belanja daerah tahun 2014 mencapai Rp 2,74 triliun atau meningkat sebesar 14,05% (yoy) dibandingkan tahun 2013 yang sebesar Rp 2,40 triliun. Grafik 4.1. APBD Provinsi NTT Sumber: Biro Keuangan Pemprov. NTT Berdasarkan data Ditjen Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan, hingga bulan Mei 2014 realisasi belanja daerah Pemerintah Provinsi NTT diestimasikan berada di bawah rata-rata. Estimasi rata-rata persentase realisasi seluruh provinsi di Indonesia adalah 24,6%, lebih rendah dibandingkan realisasi tahun lalu dengan persentase 27%. Besarnya estimasi realisasi belanja 34 provinsi Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 37

Triwulan II- 2014 sampai dengan bulan Mei 2014 mencapai Rp 200,66 triliun, lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama pada tahun 2013 dan 2012 yang hanya sebesar Rp 190,85 triliun dan Rp 155,99 triliun. Grafik 4.2. Persentase Realisasi Belanja Pemerintah Provinsi Sumber : Ditjen Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan Terdapat 13 provinsi yang mempunyai realisasi belanja di bawah rata-rata dengan realisasi belanja terendah adalah Provinsi Kalimantan Timur sebesar 9,6%, sementara realisasi belanja tertinggi adalah Provinsi Sulawesi Utara sebesar 34,4%. Peningkatan laju penyerapan anggaran yang signifikan diprediksikan baru akan terjadi pada triwulan III dan IV, dimana Pemerintah Daerah umumnya berupaya mengejar target realisasi belanja daerah dengan melakukan akselerasi terhadap penyelesaian program-program kerjanya. 4.2. Pendapatan Daerah 4.2.1 Anggaran Pendapatan Daerah Anggaran Pendapatan Daerah Pemerintah Provinsi NTT pada tahun anggaran 2014 mencapai RP 2,72 triliun atau meningkat sebesar 16,16% (yoy) dari anggaran pendapatan daerah tahun 2013 yang sebesar Rp 2,34 triliun. Peningkatan tertinggi adalah pada Pendapatan Retribusi Daerah dengan kontribusi sebesar 163,66%. Selain itu, posisi tertinggi selanjutnya adalah Dana Bagi hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam), Penerimaan dari Pihak Ketiga, dan Pendapatan Hibah yang masing-masing memiliki persentase peningkatan sebesar 100%. Sementara itu, pada tahun 2014 tidak terdapat anggaran Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 38

Triwulan II- 2014 pendapatan Dana Bagi Hasil Pajak. Penurunan anggaran juga terjadi pada angaran Dana Alokasi Khusus yang turun menajdi sebesar Rp 74,23 miliar dibandingkan tahun 2013 yang sebesar Rp 77,82 miliar dengan persentase 4,61%. Struktur pendapatan daerah di Provinsi NTT didominasi Pendapatan Transfer yang dianggarkan pada tahun 2014 sebesar 74% dari rencana pendapatan yang mayoritas bersumber dari Transfer Pemerintah Pusat (Dana Perimbangan). Sementara itu, proporsi Pendapatan Asli Daerah untuk mengisi celah fiscal (fiscal gap) adalah 26% dari rencana pendapatan. Tidak terdapat pendapatan anggaran Pendapatan Lain-lain Yang Sah. Tabel 4.1. Anggaran Pemerintah Daerah Provinsi NTT Uraian Rencana Rencana 2014 2013 PENDAPATAN 2,720,974 2,342,342 16.16% PENDAPATAN ASLI DAERAH 695,416 433,414 60.45% Pendapatan Pajak Daerah 528,048 295,488 78.70% Pendapatan Retribusi Daerah 29,712 11,269 163.66% Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 55,817 45,050 23.90% Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 81,840 81,607 0.28% PENDAPATAN TRANSFER 2,013,685 1,901,949 5.87% Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 1,290,418 1,187,411 8.67% Dana Bagi Hasil Pajak - 105,596-100.00% Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam) 84,495-100.00% Dana Alokasi Umum 1,131,688 1,003,992 12.72% Dana Alokasi Khusus 74,236 77,823-4.61% Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 723,266 714,538 1.22% Dana Otonomi Khusus & Dana Penyesuaian 717,288 714,538 0.38% Penerimaan dari Pihak Ketiga 5,979-100.00% LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 11,873 100.00% Pendapatan Hibah 11,873-100.00% Pendapatan Dana Darurat/Pihak ketiga - - 0.00% Pendapatan lainnya - 0.00% Sumber: Biro Keuangan Pemprov. NTT % - 0% Berdasarkan grafik, Dana Perimbangan masih menjadi sumber pendapatan terbesar dengan proporsi sebesar 64,08% dibandingkan total Pendapatan Transfer yang direncanakan tahun 2014, sisanya sebesar 35,92% merupakan persentase Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya. Proporsi tersebut meningkat dibandingkan tahun 2013 sebesar 5,87%. Di dalam Dana Perimbangan, proporsi yang terbesar berada pada Dana Alokasi Umum dengan persentase sebesar 87,70% dari total Dana Perimbangan. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 39

Triwulan II- 2014 Grafik 4.3. Persentase Pendapatan Transfer Grafik 4.4. Persentase Dana Perimbangan Sumber: Biro Keuangan Pemprov. NTT 4.2.2 Realisasi Pendapatan Daerah Realisasi pendapatan sampai dengan triwulan laporan mencapai Rp 1,39 triliun atau sebesar 51,30% dibandingkan dengan anggaran pendapatan yang sebesar Rp 2,72 triliun. Realisasi PAD Provinsi NTT sampai dengan triwulan laporan tercatat sebesar Rp 320,72 miliar atau 46,12% dari target PAD akhir tahun. Sumbangan realisasi terbesar PAD berasal dari pos pendapatan pajak daerah sebesar Rp 179,33 miliar sampai dengan semester I-2014, sedangkan pada triwulan laporan sendiri sebesar Rp 95,62 miliar atau meningkat 79% (yoy) dibandingan pencapaian triwulan II-2013 yang sebesar Rp 53,48 miliar. Realisasi pendapatan transfer dari Pemerintah Pusat sampai dengan triwulan laporan tercatat sebesar Rp 1,07 triliun atau 53,31% dari rencana pendapatan transfer. Sumbangan terbesar berasal dari pos dana perimbangan dengan realisasi mencapai Rp 707,65 miliar atau sebesar 54,84% dari rencana pendapatan. Untuk realisasi dana otonomi khusus dan dana penyesuaian adalah sebesar Rp 365,77 miliar atau sebesar 50,57% dari rencana 2014 yang sebesar Rp 723,27 miliar. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 40

Triwulan II- 2014 Tabel 4.2. Realisasi Pendapatan Daerah Uraian Rencana Realisasi y-o-y 2014 Tw II-2014 Semester I-2014 % (Realisasi Tw II) PENDAPATAN 2,720,974 706,577 1,395,894 51.30% 15.28% PENDAPATAN ASLI DAERAH 695,416 210,802 320,716 46.12% 38.83% Pendapatan Pajak Daerah 528,048 95,620 179,327 33.96% 78.80% Pendapatan Retribusi Daerah 29,712 7,452 8,840 29.75% 457.59% Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 55,817 63,446 63,446 113.67% 19.11% Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 81,840 44,283 69,103 84.44% 1.19% PENDAPATAN TRANSFER 2,013,685 494,020 1,073,423 53.31% 7.15% Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 1,290,418 330,421 707,650 54.84% 14.45% Dana Bagi Hasil Pajak - 23,780 23,780 100.00% -35.97% Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam) 84,495 1,448 1,448 1.71% 156.45% Dana Alokasi Umum 1,131,688 282,922 660,151 58.33% 12.72% Dana Alokasi Khusus 74,236 22,271 22,271 30.00% 100.00% Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 723,266 163,599 365,773 50.57% -5.08% Dana Otonomi Khusus & Dana Penyesuaian 717,288 164,492 365,773 50.99% -4.56% Penerimaan dari Pihak Ketiga 5,979 (893) - 0.00% -100.00% LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 11,873 1,756 1,756 14.79% 100.00% Pendapatan Hibah 11,873 - - 0.00% 0.00% Pendapatan Dana Darurat/Pihak ketiga - 1,756 1,756 100.00% 100.00% Pendapatan lainnya - - - 0.00% 0.00% Sumber: Biro Keuangan Pemprov. NTT - - - 0.00% 0.00% 4.3. Belanja Daerah 4.3.1 Anggaran Belanja Daerah Anggaran Belanja Daerah Pemerintah Provinsi NTT pada tahun 2014 tercatat sebesar Rp 2,74 triliun atau meningkat 14,05% dibandingkan anggaran belanja tahun 2013 yang tercatat Rp 2,4 triliun. Berdasarkan kelompoknya, Transfer mencatat peningkatan tertinggi yaitu 114,04%, diikuti Belanja Modal (77,15%) dan Belanja Operasi (1,11%). Untuk belanja tidak terduga, anggaran diturunkan sebesar 3,47% dari Rp 18,13 miliar di tahun 2013 menjadi Rp 17,5 miliar di tahun 2014. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 41

Triwulan II- 2014 Tabel 4.3. Anggaran Pemerintah Daerah Provinsi NTT Uraian Rencana Rencana 2014 2013 BELANJA 2,738,061 2,400,818 14.05% BELANJA OPERASI 2,053,459 2,030,871 1.11% Belanja Pegawai 564,111 581,347-2.96% Belanja Barang 490,392 421,322 16.39% Belanja Bunga - - - Belanja Subsidi - - - Belanja Hibah 923,508 973,099-5.10% Belanja Bantuan Sosial 40,940 42,801-4.35% Belanja Bantuan Keuangan 34,508 12,302 180.50% BELANJA MODAL 412,577 232,901 77.15% BELANJA TIDAK TERDUGA 17,500 18,130-3.47% Belanja Tidak Terduga - 18,130-100.00% TRANSFER 254,525 118,916 114.04% Bagi Hasil Pajak - 118,916-100.00% Bagi Hasil Retribusi - - 0.00% Bagi Hasil Pendapatan Lainnya - - 0.00% Sumber: Biro Keuangan Pemprov. NTT % - - 0.00% Untuk, proporsinya Anggaran Belanja Operasi masih didominasi oleh Belanja Operasi dengan persentase sebesar 75% dari rencana anggaran belanja di tahun 2014. Persentase terbesar selanjutnya adalah Belanja Modal dengan persentase 15%, diikuti Transfer (9%) dan Belanja Tak Terduga (1%). Grafik 4.5. Persentase Anggaran Belanja Operasi Grafik 4.6. Persentase Belanja Transfer Sumber: Biro Keuangan Pemprov. NTT Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 42

Triwulan II- 2014 4.3.2 Realisasi Belanja Daerah Sampai dengan Triwulan II 2014, realisasi belanja daerah pemerintah Provinsi NTT adalah sebesar Rp 952 miliar atau 34,78% rencana anggaran belanja tahun 2014. Realisasi tersebut lebih rendah dibandingkan realisasi tahun lalu yang sebesar Rp 1,01 triliun atau 42% dari rencana anggaran belanja 2013. Uraian Tabel 4.4. Realisasi Anggaran Belanja Pemerintah Provinsi NTT Rencana Realisasi y-o-y 2014 Tw II-2014 Semester I- 2014 % (Realisasi Tw II) BELANJA 2,738,061 620,457 952,400.90 34.78% 105.33% BELANJA OPERASI 2,053,459 490,311 820,567.34 39.96% 96.96% Belanja Pegawai 564,111 126,994 218,501.20 38.73% 101.11% Belanja Barang 490,392 108,531 156,464.77 31.91% 128.92% Belanja Bunga - - - 46.00% 80.82% Belanja Subsidi - - - 4.77% 87.93% Belanja Hibah 923,508 238,014 424,830.37 54.53% 5094.88% Belanja Bantuan Sosial 40,940 954 1,953.50 20.75% 168.12% Belanja Bantuan Keuangan 34,508 15,818 18,817.50 0.00% 0.00% BELANJA MODAL 412,577 83,923 85,608.61 100.00% 1.10% BELANJA TIDAK TERDUGA 17,500-2.03 100.00% 855.30% Belanja Tidak Terduga - 2 2.03 100.00% 207.68% TRANSFER 254,525 46,223 46,222.91 0.00% 0.00% Bagi Hasil Pajak - 46,223 46,222.91 0.00% 0.00% Bagi Hasil Retribusi - - 0.01% 0.00% Bagi Hasil Pendapatan Lainnya - - 0.00% 31.21% Sumber: Biro Keuangan Pemprov. NTT - - 18.16% 138.26% Realisasi tertinggi berada pada kelompok Belanja Operasi dengan persentase 40% yaitu sebesar Rp 820,57 miliar. Realisasi ini lebih rendah dibandingkan realisasi Belanja Operasi tahun lalu yang sebesar Rp 923 miliar atau 46% dibandingkan rencana anggaran. Komponen realisasi Belanja Operasi dengan realisasi tertinggi adalah Belanja Bantuan Keuangan dengan persentase 54,53% sebesar Rp 18,82 miliar dari rencana anggaran sebesar Rp 34,51 miliar. Realisasi ini masih lebih tinggi dibandingkan realisasi semester I tahun 2013 yang sebesar 2,52% dengan nilai sebesar Rp 310 juta rupiah. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 43

Triwulan II - 2014 KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN Perkembangan ketenagakerjaan dan kesejahteraan menunjukkan kondisi positif. Jumlah angkatan kerja naik 1,43% (yoy) sehingga menjadi 2.383.116 jiwa pada triwulan laporan. Tingkat pengangguran turun 1,97% (yoy) menjadi 46.904 jiwa. Angka kemiskinan juga turun menjadi 19,82% (yoy). 5.1. Kondisi Umum Perkembangan ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat NTT pada triwulan laporan secara umum menunjukkan kondisi yang positif. Berdasarkan data BPS, kondisi ketenagakerjaan di Nusa Tenggara Timur pada Februari 2014 memperlihatkan peningkatan yang tergambar dari bertambahnya kelompok penduduk yang bekerja disertai berkurangnya tingkat pengangguran. Jumlah angkatan kerja pada bulan Februari 2014 mencapai 2.383.116 jiwa, meningkat sebesar 33.557 jiwa atau 1,43% (yoy) dibandingkan Februari 2013. Sementara tingkat pengangguran terbuka tercatat sebesar 1,97% atau lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 2,12%. Di sisi lain, tren perbaikan kondisi ketenagakerjaan tidak tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan KPw BI Provinsi NTT. Hasil SKDU triwulan II-2014 menunjukkan indeks ketenagakerjaan 1 tercatat mengalami kontraksi sebesar -9,42 dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 8,08. Sementara itu, kondisi kesejahteraan masyarakat NTT berdasarkan data BPS posisi Maret 2014 menunjukkan kondisi yang positif tercermin dari penurunan persentasi penduduk miskin dari 20,03% pada periode yang sama tahun sebelumnya menjadi 19,82%. Indeks keparahan dan kedalaman kemiskinan serta tingkat optimisme masyarakat perkotaan juga membaik. Berdasarkan hasil Survei Konsumen bulan Juni 2014, terlihat adanya kenaikan tingkat optimisme, khususnya pada masyarakat dengan penghasilan menengah ke atas terhadap tingkat kesejahteraan saat ini dibandingkan enam bulan yang lalu. Indikator kesejahteraan di 1 angka indeks dihitung dengan metode SBT (Saldo Bersih Tertimbang) yang merupakan selisih dari prosentase jawaban naik dengan jawaban turun disesuaikan dengan bobot masing-masing sektor. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 44

Triwulan II - 2014 daerah pedesaan yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP) juga mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. 5.2. Perkembangan Ketenagakerjaan 5.2.1 Kondisi Ketenagakerjaan Umum Berdasarkan data BPS, kondisi ketenagakerjaan di Nusa Tenggara Timur pada Februari 2014 memperlihatkan peningkatan yang tergambar dari bertambahnya kelompok penduduk yang bekerja disertai berkurangnya tingkat pengangguran. Dari total angkatan kerja, jumlah penduduk yang bekerja tercatat sebesar 2.336.212 jiwa, bertambah 36.501 jiwa atau 1,59% (yoy). Tabel 5.1 Jumlah Penduduk Usia 15+ Menurut Kegiatan Sumber : BPS Provinsi NTT Ditinjau dari lapangan pekerjaan utama, komposisi ketenagakerjaan menurut sektor ekonomi relatif sama dengan kondisi tahun-tahun sebelumnya, dengan sebagian besar penduduk (65,04%) bekerja di sektor pertanian. Hal ini disebabkan karena sektor pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi utama di NTT sehingga mayoritas penduduk memiliki mata pencaharian pada sektor tersebut. Namun, terjadi penurunan jumlah pekerja di sektor pertanian dibandingkan dengan Februari 2013 sebesar 31.819 jiwa atau turun 2,05% (yoy). Di sisi lain, jumlah tenaga kerja di sektor industri mengalami peningkatan. Tenaga kerja di sektor industri tercatat naik sebesar 42.391 jiwa atau 22,69% (yoy) dibandingkan bulan Februari 2013. Selain di sektor industri, sektor jasa-jasa juga menunjukkan peningkatan. Jumlah tenaga kerja di sektor jasa-jasa tercatat meningkat sebesar 25.929 jiwa atau 4,62% (yoy) dibandingkan dengan Februari 2013. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 45

Triwulan II - 2014 Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Usia 15+ yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Sumber : BPS Provinsi NTT Dari 7 (tujuh) klasifikasi status pekerjaan yang terekam pada Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), diidentifikasikan dua kelompok utama terkait kegiatan ekonomi yaitu formal dan informal. Kegiatan formal terdiri dari mereka yang berstatus berusaha dibantu buruh tetap dan buruh/karyawan. Sementara kelompok kegiatan informal adalah mereka yang berstatus di luar itu. Melihat status pekerjaan berdasarkan klasifikasi formal dan informal, sebanyak 81,35% tenaga kerja di NTT pada bulan Februari 2014 bekerja pada kegiatan informal. Tabel 5.3 Jumlah Penduduk Usia 15+ yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama Sumber : BPS Provinsi NTT Namun berdasarkan hasil SKDU, daya serap tenaga kerja pada triwulan laporan justru turun. Hal ini dipengaruhi oleh penurunan penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian yang signifikan. Sektor pertanian merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja paling besar di Provinsi NTT. Penurunan penyerapan tenaga kerja yang terjadi di sektor tersebut sangat mempengaruhi penyerapan tenaga kerja secara Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 46

Triwulan II - 2014 umum, meskipun sektor-sektor lainnya tidak mengalami penurunan penyerapan tenaga kerja. Grafik 5.1 Indeks Ketenagakerjaan NTT 30 25 20 15 Indeks Ekspektasi Jumlah Kary. Indeks Jumlah Kary. indeks 10 5 0-5 -10 I II III IV I II III IV I II III IV I II III* 2011 2012 2013 2014-15 Sumber : SKDU *Perkiraan Triwulan I-2014 KPw BI Provinsi NTT 5.2.2 Pengangguran Pengangguran merupakan salah satu indikator utama pada bidang ketenagakerjaan. Klasifikasi penduduk yang menganggur adalah penduduk yang sedang mencari pekerjaan ditambah penduduk yang sedang mempersiapkan usaha (tidak bekerja), yang mendapatkan pekerjaan tetapi belum mulai bekerja serta yang tidak mungkin mendapatkan pekerjaan. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh BPS Provinsi NTT, pada bulan Februari 2014 jumlah pengangguran sebanyak 46.904 jiwa, turun sebanyak 23.760 jiwa atau 33,62% dibandingkan dengan bulan Agustus 2013. Dibandingkan Februari 2013, angka tersebut juga turun sebesar 2.944 jiwa atau 5,91% (yoy). 5.3 Perkembangan Kesejahteraan 5.3.1 Kondisi Kesejahteraan Umum Kondisi kesejahteraan secara umum sedikit membaik berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK) yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT. Pada triwulan laporan terlihat adanya kenaikan tingkat optimisme, khususnya pada masyarakat perkotaan dengan penghasilan menengah ke atas terhadap tingkat kesejahteraan. Hal ini tercermin dari indeks penghasilan saat ini dibandingkan 6 (enam) bulan yang lalu hasil SK bulan April sampai dengan Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 47

Triwulan II - 2014 Juni 2014. Berdasarkan hasil survei, indeks SBT mengalami sedikit kenaikan pada triwulan laporan. Hal tersebut diperkirakan karena kondisi perekonomian yang lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya, dimana terdapat kondisi cuaca yang kurang kondusif. Namun, pengaruh kabar kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) yang berlaku efektif per 1 Juli 2014 sedikit menahan optimisme masyarakat. Tabel 5.4 Pendapat Konsumen Mengenai Penghasilan Saat Ini Dibandingkan 6 Bulan yang Lalu Pengeluaran Penghasilan Saat Ini Dibanding 6 Bulan yll per Bulan Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah 1-2 Juta 49.50% 44.55% 5.94% 100.00% 2.1-3 Juta 49.15% 45.76% 5.08% 100.00% 3.1-4 Juta 50.00% 45.00% 5.00% 100.00% 4.1-5 Juta 58.33% 33.33% 8.33% 100.00% 5Juta ke atas 75.00% 25.00% 0.00% 100.00% Jumlah 51.00% 43.50% 5.50% 100.00% Sumber : SK Triwulan II-2014 KPw BI Provinsi NTT Grafik 5.2 Perkembangan UMP NTT Grafik 5.3 Perkembangan Indeks Penghasilan 1,600 1,400 1,200 180.00 160.00 140.00 120.00 Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bln yang lalu 1,000 100.00 Rp ribu 800 600 400 200-2001 2003 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00 I II III IV I II III IV I II KHL 274 350 403 671 735 785 880 935 932 1,16 1,36 1,49 UMP 275 350 450 550 600 650 775 800 850 925 1,01 1,15 2012 2013 2014 Sumber : BPS Provinsi NTT Sumber : Survei Konsumen KPw BI Provinsi NTT Di wilayah pedesaan, ukuran daya beli masyarakat diukur melalui Nilai Tukar Petani (NTP). Pada triwulan laporan, angka NTP pun meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada akhir triwulan laporan, dengan menggunakan tahun 2012 sebagai tahun dasar menggantikan tahun dasar 2007, indeks yang diterima (IT) tercatat sebesar 110,15. Sementara, 162 160 158 156 154 152 150 148 146 144 142 140 138 136 134 132 130 128 126 124 122 120 118 116 114 112 110 108 106 104 102 100 Grafik 5.4 Perkembangan NTP NTT 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 Sumber : BPS Provinsi NTT NTP - axis kanan Indeks yang dibayar Indeks yang diterima 2013 2014 101 101 100 100 99 99 98 98 97 97 96 Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 48

Triwulan II - 2014 indeks yang dibayar (IB) tercatat sebesar 110,54 sehingga angka NTP tercatat sebesar 99,65 atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya dimana nilai NTP tercatat sebesar 98,03. Meski demikian, akselerasi peningkatan pendapatan petani selama triwulan laporan tidak secepat akselerasi peningkatan pengeluaran yang menyebabkan NTP pada triwulan laporan masih berada di bawah 100. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan petani masih tertekan karena penghasilan dari penjualan produk pertanian masih di bawah pengeluaran kebutuhan harian mereka, baik untuk kebutuhan pokok maupun kebutuhan produksi seperti pupuk/pangan maupun bibit. 5.3.2 Tingkat Kemiskinan Jumlah penduduk miskin atau penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan pada bulan Maret 2014 tercatat sebesar 994,67 ribu jiwa atau 19,82% dari jumlah penduduk NTT. Angka tersebut meningkat sebesar 1,11 ribu jiwa atau 0,11% dibandingkan dengan bulan Maret 2013 (yoy), yang tercatat sebesar 993,56 ribu jiwa atau 20,03% dari total penduduk NTT. Namun angka tersebut menurun sebesar 14,48 ribu jiwa atau -1,43% dibandingkan bulan September 2013. Tabel 5.5 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di NTT tahun 2005 s.d. Maret 2014 Tahun Jumlah Penduduk Miskin (000) Persentase Penduduk Miskin Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa 2005 133.50 1,037.70 1,171.20 17.85 30.46 28.19 2006 148.00 1,125.90 1,273.90 18.77 31.68 29.34 2007 124.90 1,038.70 1,163.60 16.41 29.95 27.51 2008 119.30 979.10 1,098.40 15.50 27.88 25.65 2009 109.40 903.70 1,013.10 14.01 25.35 23.31 2010 107.40 906.70 1,014.10 13.57 25.10 23.03 2011 117.04 895.87 1,012.91 12.50 23.36 21.23 Maret 2012 115.50 897.10 1,012.60 12.22 22.98 20.88 Sept 2012 117.40 882.90 1,000.30 12.21 22.41 20.41 Maret 2013 113.57 879.99 993.56 11.54 22.13 20.03 Sept 2013 98.05 911.10 1,009.15 10.10 22.69 20.24 Maret 2014 100.34 894.33 994.67 10.23 22.15 19.82 Sumber : BPS Provinsi NTT Garis kemiskinan juga mengalami peningkatan dalam kurun waktu satu tahun terakhir sebesar 12,79% dari Rp235.805,00 per kapita/bulan menjadi Rp265.955,00 per kapita/bulan. Berdasarkan pembagian kelompok kemiskinan antara perkotaan dan pedesaan, garis kemiskinan di perkotaan dalam setahun terakhir tercatat mengalami peningkatan sebesar 9,51% dari Rp308.060,00 per Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 49

Triwulan II - 2014 kapita/bulan menjadi Rp337.367,00 per kapita/bulan. Sementara garis kemiskinan di pedesaan mengalami peningkatan sebesar 14,08% dari Rp217.918,00 per kapita/bulan menjadi Rp248.607,00 per kapita/bulan. Tabel 5.6 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah tahun 2012 s.d. Maret 2014 Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Jumlah Persentase Daerah/Tahun Bukan Penduduk Penduduk Makanan Total Makanan Miskin (ribu) Miskin Perkotaan Maret 2012 201,314 80,968 282,282 115.50 12.22 Sept 2012 209,582 84,325 293,907 117.40 12.21 Maret 2013 218,807 89,253 308,060 113.57 11.54 Sept 2013 226,641 94,522 321,163 98.05 10.10 Maret 2014 240,824 96,543 337,367 100.34 10.23 Perdesaan Maret 2012 159,990 34,732 194,722 897.10 22.98 Sept 2012 167,986 37,097 205,083 882.90 22.41 Maret 2013 177,215 40,703 217,918 879.99 22.13 Sept 2013 192,038 42,104 234,142 911.10 22.69 Maret 2014 203,864 44,743 248,607 894.33 22.15 Kota + Desa Maret 2012 168,044 43,743 211,787 1,012.60 20.88 Sept 2012 176,145 46,361 222,506 1,000.30 20.41 Maret 2013 185,468 50,337 235,805 993.56 20.03 Sept 2013 198,773 52,307 251,080 1,009.15 20.24 Maret 2014 211,088 54,867 265,955 994.67 19.82 Sumber : BPS Provinsi NTT Secara besaran, peranan komoditas makanan meningkat sebesar 13,81% dari Rp185.468,00 per kapita/bulan menjadi Rp211.088,00 per kapita/bulan. Kondisi ini dipertegas dengan peranan komoditas makanan pada garis kemiskinan berdasarkan komponen yang mengalami kenaikan dari 78,65% pada Maret 2013 menjadi 79,37% pada Maret 2014. Sementara itu, pada komponen bukan makanan peningkatan tercatat hanya sebesar 9,00% dari Rp50.337,00 per kapita/bulan menjadi Rp54.867,00 per kapita/bulan. Peranannya pun menurun sedikit dari 21,35% pada Maret 2013 menjadi 20,63% pada Maret 2014. Persoalan kemiskinan tidak hanya sekadar jumlah dan persentase penduduk miskin saja. Ada dimensi lain yang perlu diperhatikan selain upaya memperkecil jumlah penduduk miskin, terutama dalam kebijakan penanggulangan kemiskinan. Dimensi tersebut adalah tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Badan Pusat Statistik mengukur dua hal tersebut menggunakan indeks kedalaman kemiskinan (P 1 ) dan indeks keparahan kemiskinan (P 2 ). Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap batas miskin. Semakin tinggi nilai indeks ini maka semakin besar rata-rata kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan atau Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 50

Triwulan II - 2014 dengan kata lain semakin tinggi nilai indeks menunjukkan kehidupan ekonomi penduduk miskin semakin terpuruk. Sedangkan Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin, dan dapat juga digunakan untuk mengetahui intensitas kemiskinan. Tahun Kota Desa Kota+Desa Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) September 2012 2.588 3.680 3.466 Maret 2013 1.411 3.884 3.393 September 2013 1.908 3.308 3.035 Maret 2014 1.820 3.707 3.338 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) September 2012 0.809 0.933 0.908 Maret 2013 0.453 0.980 0.875 September 2013 0.500 0.734 0.689 Maret 2014 0.555 0.892 0.826 Sumber : BPS Provinsi NTT Berdasarkan tabel 5.7, indeks kedalaman dan indeks keparahan kemiskinan di NTT pada Maret 2014 menurun dibandingkan Maret 2013. Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin semakin mendekati garis kemiskinan, dengan kesenjangan pengeluaran yang juga tidak selebar sebelumnya. 5.3.3 Indeks Pembangunan Manusia Pembangunan manusia adalah sebuah proses pembangunan yang bertujuan agar manusia, dalam hal ini penduduk, mampu memiliki lebih banyak pilihan khususnya dalam pendapatan, kesehatan dan pendidikan. Pembangunan manusia sebagai ukuran kinerja pembangunan secara keseluruhan dibentuk melalui tiga dimensi dasar. Dimensi tersebut mencakup umur panjang dan sehat, pengetahuan serta kehidupan yang layak, dan masing-masing dimensi direpresentasikan oleh indikator. Dimensi umur panjang dan sehat direpresentasikan oleh indikator angka harapan hidup. Dimensi pengetahuan direpresentasikan oleh angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah, sementara dimensi kehidupan yang layak direpresentasikan oleh indikator kemampuan daya beli. Semua indikator yang merepresentasikan ketiga dimensi pembangunan manusia ini terangkum dalam satu nilai tunggal yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Tabel 5.7 Indeks Keparahan dan Kedalaman Kemiskinan Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 51

Triwulan II - 2014 Tabel 5.8 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi NTT Keterangan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012* IPM (Indeks Pembangunan Manusia) 63.60 64.83 65.36 66.15 66.60 67.26 67.75 68.28 - Angka harapan hidup (tahun) 64.90 66.50 66.70 67.00 67.25 67.50 67.76 68.04 - Angka melek huruf (persen) 85.60 86.50 87.25 87.66 87.96 88.59 88.74 89.23 - Rata-rata lama sekolah (tahun) 6.30 6.40 6.42 6.55 6.60 6.99 7.05 7.09 - Pengeluaran Riil/Kapita disesuaikan (Rp. 000) 598.80 591.20 594.28 599.93 602.60 603.75 607.31 610.29 *) data sementara IPM Provinsi Nusa Tenggara Timur, mengacu pada rilis yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik, terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005, angka IPM Provinsi NTT hanya sebesar 63,60 dengan angka harapan hidup selama 64,90 tahun, angka melek huruf sebanyak 85,60% dari total penduduk, rata-rata lama sekolah 6,30 tahun serta pengeluaran riil per kapita sebesar Rp598,80 ribu. Menurut data terakhir tahun 2012, angka IPM Provinsi NTT telah mencapai 68,28 dengan angka harapan hidup selama 68,04 tahun, angka melek huruf sebanyak 89,23% dari total penduduk, rata-rata lama sekolah 7,09 tahun serta pengeluaran riil per kapita sebesar Rp610,29 ribu. Meskipun masih menempati peringkat 31 dari 33 provinsi yang ada (data tahun 2012), namun Provinsi NTT merupakan provinsi dengan perkembangan IPM terbaik ketiga di Indonesia dengan kenaikan IPM sebesar 4,68 poin. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 52

Triwulan II - 2014 No. Tabel 5.9 Indeks Pembangunan Manusia Indonesia Tahun 2012 2012 Provinsi IPM Harapan Hidup Melek Huruf Lama Sekolah Pengeluaran 1 DKI JAKARTA 78.33 73.49 99.21 10.98 635.29 2 SULAWESI UTARA 76.95 72.44 99.53 9.00 643.20 3 RIAU 76.90 71.69 98.45 8.64 654.48 4 D I YOGYAKARTA 76.75 73.33 92.02 9.21 653.78 5 KALIMANTAN TIMUR 76.71 71.58 97.55 9.22 649.85 6 KEPULAUAN RIAU 76.20 69.91 97.80 9.81 648.92 7 KALIMANTAN TENGAH 75.46 71.41 97.88 8.15 644.21 8 SUMATERA UTARA 75.13 69.81 97.51 9.07 643.63 9 SUMATERA BARAT 74.70 70.02 97.23 8.60 641.85 10 SUMATERA SELATAN 73.99 70.05 97.50 7.99 637.47 11 BENGKULU 73.93 70.39 95.69 8.48 634.74 12 JAMBI 73.78 69.44 96.20 8.20 640.82 12 KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 73.78 69.21 95.88 7.68 648.49 14 BALI 73.49 70.84 90.17 8.57 640.86 15 JAWA TENGAH 73.36 71.71 90.45 7.39 643.53 16 JAWA BARAT 73.11 68.60 96.39 8.08 638.90 17 JAWA TIMUR 72.83 70.09 89.28 7.45 651.04 18 SULAWESI SELATAN 72.70 70.45 88.73 7.95 643.59 19 NANGGROE ACEH DARUSSALAM 72.51 68.94 96.99 8.93 618.79 20 LAMPUNG 72.45 70.05 95.13 7.87 625.52 21 MALUKU 72.42 67.84 98.17 9.15 620.08 22 SULAWESI TENGAH 72.14 67.11 96.16 8.13 637.34 23 BANTEN 71.49 65.23 96.51 8.61 636.73 24 GORONTALO 71.31 67.47 96.16 7.49 630.01 25 KALIMANTAN SELATAN 71.08 64.52 96.43 7.89 643.66 26 SULAWESI TENGGARA 71.05 68.21 92.04 8.25 625.81 27 SULAWESI BARAT 70.73 68.27 88.79 7.32 639.56 28 KALIMANTAN BARAT 70.31 66.92 91.13 7.14 638.82 29 PAPUA BARAT 70.22 69.14 93.74 8.45 601.56 30 MALUKU UTARA 69.98 66.65 96.43 8.71 606.22 31 NUSA TENGGARA TIMUR 68.28 68.04 89.23 7.09 610.29 32 NUSA TENGGARA BARAT 66.89 62.73 83.68 7.19 645.72 33 PAPUA 65.86 69.12 75.83 6.87 611.99 INDONESIA 73.29 69.87 93.25 8.08 641.04 Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 53

Triwulan II 2014 OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMII DAN IINFLASII DII DAERAH Berlangsungnya 3 (tiga) festival besar di NTT pada bulan Agustus- September 2014 diperkirakan mampu mendongkrak kinerja PHR. Laju perekonomian NTT pada triwulan III-2014 diperkirakan mengalami peningkatan seiring kinerja positif sektor PHR. Tekanan Inflasi pada triwulan mendatang diperkirakan lebih rendah seiring berkurangnya dampak tahunan kenaikkan BBM dan terjaganya pasokan bahan makanan. 6.1. Pertumbuhan Ekonomi Pada Triwulan III-2014, pertumbuhan ekonomi NTT diperkirakan meningkat dibandingkan triwulan laporan. Berdasarkan historis, kondisi ekonomi terkini, dan prediksi shock yang akan terjadi di masa mendatang, pertumbuhan ekonomi tahunan pada Triwulan III-2014 diperkirakan akan berada pada rentang 4,9% - 5,3% (yoy). Dari sisi sektoral, kinerja sektor Pertanian, Jasa-jasa, serta Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) masih menjadi penopang pertumbuhan ekonomi NTT. Pada sektor pertanian, walaupun diperkirakan akan mengalami perlambatan akibat berakhirnya masa panen raya, sektor pertanian masih menjadi penopang laju pertumbuhan ekonomi NTT. Beberapa tempat yang masih melakukan panen disebabkan oleh perbedaan waktu tanam diperkirakan mampu memberikan insentif terhadap kinerja sektor pertanian khususnya tabama. Untuk sektor PHR, adanya 3 (tiga) festival wisata di Nusa Tenggara Timur diperkirakan mampu meningkatkan ekspektasi kegiatan usaha pada sektor PHR khususnya subsektor hotel dan restoran. Sementara sektor jasa-jasa diperkirakan sedikit mengalami perlambatan seiring berakhirnya masa Pemilihan Umum Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Umum Presiden (Pilpres). Sektor pertanian diperkirakan mengalami perlambatan kinerja pada Triwulan III-2014. Berakhirnya masa panen raya di sebagian besar wilayah dan cuaca dengan intensitas curah hujan yang sedikit merupakan faktor yang melatarbelakangi perlambatan pada sektor ini. Berdasarkan Kalender Musim Tanam (MT) I 2013/2014, panen raya subsektor tabama terjadi pada awal periode triwulan II-2014. Di samping itu, cuaca kering dan berangin yang terjadi pada akhir Triwulan II-2014 hingga Triwulan III- 2014 mengakibatkan perkiraan kinerja pada subsektor tabama melambat. Namun demikian, masih terjadinya panen di beberapa tempat akibat perbedaan musim tanam diperkirakan mampu memberikan insentif terhadap subsektor tabama. Sementara itu, Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 54

Triwulan II 2014 cuaca yang kering dan berangin diperkirakan memberikan dorongan terhadap kinerja subsektor perikanan dan subsektor perkebunan. Tabel 6.1 Ekspektasi Kondisi Usaha Provinsi NTT Triwulan III-2014 (Indeks) No Sektor Relisasi Tw II-2014 Kegiatan Usaha Ekspektasi Tw III-2014 Fluktuasi Relisasi Tw II-2014 Harga Jual Ekspektasi Tw III-2014 Fluktuasi 1 Pertanian 22.63 22.04-3% 2.60 2.47-5% 2 Pertambangan 3 Industri Pengolahan -0.72 0.10 114% -0.10 0.00-100% Listrik, Gas dan Air 4 Bersih 0.53 0.53 0% 0.53 0.53 0% 5 Bangunan 4.04 4.04 0% 2.69 4.04 50% Perdagangan, Hotel dan 6 Restoran 0.53 1.10 108% 4.75 5.54 17% Pengangkutan dan 7 Komunikasi 1.75 3.68 110% 0.67 0.59-12% Keuangan, Persewaan 8 dan Jasa Keuangan 1.09 1.09 0% 1.09 1.09 0% 9 Jasa-jasa 19.40 18.76-3% -0.15 0.00-100% TOTAL 49.25 51.34 4% 12.08 14.26 18% Tiga festival besar yang rencananya akan diselenggarakan pada triwulan III, yaitu Festival Kelimutu, Festival Timoresia dan Festival Lembata diperkirakan akan mampu mengakselerasi kinerja PHR. Kinerja subsektor hotel dan restoran merupakan subsektor yang paling terpengaruh akibat adanya tiga festival tersebut. Sementara itu, subsektor perdagangan besar dan eceran diperkirakan stabil. Hal ini terindikasikan dari hasil survei pedagang eceran bulan Juni yang cenderung stabil dibandingkan periode sebelumnya. Sektor jasa-jasa diperkirakan mengalami perlambatan pada Triwulan III- 2014. Perlambatan tersebut didorong oleh berakhirnya masa kampanye untuk Pemilihan Umum Legislatif (Pileg) 2014 maupun Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) 2014. Sementara itu, musim liburan sekolah diperkirakan sedikit mendongkrak kinerja sektor ini terutama bagi subsektor jasa swasta seperti tempat hiburan dan rekreasi. Dari sisi penggunaan, pertumbuhan perekonomian Provinsi NTT yang masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga tercermin dari hasil Survey Konsumen (SK) dan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU). Peningkatan kinerja tingkat konsumsi periode Triwulan III distimulasi oleh momentum bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri yang terjadi selama bulan Juli 2014. Selain itu, pengaruh libur sekolah juga mendorong rumah tangga untuk meningkatkan konsumsi. Begitu pula dengan konsumsi pemerintah, realisasi belanja APBD yang belum mencapai 50% sampai dengan triwulan II diperkirakan konsumsi pemerintah akan lebih intensif pada triwulan III. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 55

Triwulan II 2014 Grafik 6.1 Perkembangan Ekspektasi Konsumen Mendatang Sumber: SK diolah Perkembangan kinerja komponen investasi diperkirakan akan mengalami perlambatan. Berdasarkan SKDU, perkiraan perkembangan kegiatan usaha menglami perlambatan di Triwulan III. Hal ini dikarenakan adanya dampak kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) yang merupakan salah satu komponen biaya dalam dunia usaha. Walaupun demikian, kegiatan investasi di Provinsi Nusa Tenggara Timur masih kuat dengan berjalannya kegiatan investasi yang dilakukan oleh swasta maupun pemerintah. Beberapa kegiatan investasi yang masih berjalan diantaranya Lippo Mall di Kota Kupang, Pembangunan PLTP Mataloko IPP 15 MW di Ngada, Pembangunan PLTP Oka Larantuka di Larantuka, Pembangunan Sistem Jaringan di Kabupaten Kupang dan Pembangunan PLTU NTT-2 di Kupang. Grafik 6.2 Ekspektasi Kondisi Usaha Provinsi NTT Triwulan III-2014 Sumber : SKDU diolah Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 56

Triwulan II 2014 Berdasarkan Realisasi Pertumbuhan Ekonomi Global, perkembangan kinerja ekspor-impor pada triwulan III-2014 diperkirakan masih mengalami perlambatan. Negara Tiongkok sebagai Negara tujuan ekspor Provinsi NTT diproyeksikan masih mengalami perlambatan. Selain itu, kondisi nilai tukar rupiah yang masih berada di level Rp 11.000,00 turut mengakibatkan kinerja ekspor-impor melambat. Tabel 6.2 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Global Sumber: Recent Economic Development Indonesia, Edisi Juli 2014 6.2. Inflasi Mencermati perkembangan inflasi terkini, inflasi tahunan Provinsi NTT pada Triwulan III mendatang diperkirakan akan berada pada kisaran 4,7%-5,1% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan II-2014. Dari sisi volatile foods, stabilnya permintaan akan barang terutama bahan makanan setelah liburan sekolah dan Hari Raya Idul Fitri diperkirakan mampu meminimalisasi laju inflasi. Kondisi tersebut lebih rendah dari perkiraan sebelumnya terkait dengan rendahnya inflasi pada bulan Juli yang tidak setinggi pola historisnya. Dari sisi administered prices, selesainya dampak kenaikan BBM di Triwulan III 2013 mengakibatkan melambatnya proyeksi inflasi Triwulan III 2014. Berdasarkan simulasi inflasi, total dampak kenaikan BBM di Triwulan III-2013 adalah 2,74%, sedangkan perkiraan rentang inflasi pada Triwulan II-2014 adalah 7,8% - 8,2%. Dengan demikian, perkiraan rentang inflasi dari sisi administered prices adalah pada rentang 5,07% - 5,47%. Namun demikian, terdapat beberapa risiko yang kemungkinan memengaruhi laju inflasi di Triwulan III-2014. Risiko-risiko tersebut adalah adanya rencana kenaikkan Tarif Tenaga Listrik (TTL) pada rentang 10% -12% dan kenaikan tarif atas batas angkutan udara. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 57

Triwulan II 2014 Dari sisi konsumen, ekspektasi inflasi diperkirakan menurun. Hal ini tercermin dari hasil Survei Konsumen yang menghasilkan Indeks Ekspektasi Konsumen Terhadap Harga 3 Bulan yang Akan Datang. Indeks tersebut menunjukkan terjadinya penurunan indeks dari 194.50 di Triwulan II-2014 menjadi 184.50 di Triwulan III-2014. Menurunnya ekspektasi harga ini didorong oleh berakhirnya momen Hari Raya Idul Fitri dan liburan sekolah. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 58

Triwulan II 2014 BOKS 3 PEMULIHAN PEREKONOMIAN GLOBAL YANG JANGGAL MASIH BERLANJUT Prospek masa depan perekonomian Indonesia bergantung pada perekonomian global yang saat ini masih berada pada masa pemulihan. Namun demikian, pemulihan perekonomian global dinilai masih ganjil oleh International Monetary Fund (IMF). Kejanggalan tersebut dapat memberikan dampak tak tentu bagi perekonomian Indonesia, termasuk kegiatan eskpor-impor. Oleh karena itu, perlu dipahami kondisi pemulihan global tersebut guna menangkap potensi ke depan perekonomian Indonesia. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Poisitif (2013 2014P)** Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Negatif (2013 2014P)** *Posisi net(x-m) Negara Tujuan Ekspor/Impor Per Mei 2014 **Proyeksi posisi Mei 2014 dibandingkan 2013 Sumber: IMF dan RED (data diolah) Proyeksi pertumbuhan global pada 2014 diturunkan lebih rendah 0,3% dibandingkan proyeksi bulan April 2014 yang tercermin dari kinerja yang buruk di kuartal pertama, khususnya di Amerika Serika t(as), dan kurangnya optimisme prospek perekonomian negara-negara berkembang. Namun demikian, diperkirakan akan terjadi rebound pada kuartal-ii 2014, yang dipicu oleh beberapa masalah di kuartal-i, seperti perbaikan inventori di AS dan perbaikan kebijakan di Tiongkok. Rebound tersebut merupakan angin segar bagi perekonomian global walaupun hanya bersifat sementara dan hanya mampu menyeimbangkan posisi akibat kemunduran di triwulan-i 2014. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 59