J u r n a l E K B I S / V o l. V I / N o. 1 / e d i s i M a r e t 2 0 1 2 357 ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) BAGI KARYAWAN TINGKAT SUPERVISOR *( Ratna Handayati Fakultas Ekonomi Universitas Islam Lamongan Abstrak Perusahaan perlu melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja agar karyawan terhindar dari bahaya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Salah satu cara yang ditempuh perusahaan adalah dengan mengadakan pelatihan K3 Supervisor. Bagaimana hubungan antara kebutuhan pelatihan K3 dengan peningkatan performa K3? Untuk mengetahui hubungan antara kebutuhan pelatihan K3 dengan peningkatan performa K3 pada sumber daya manusia maka penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode uji validitas, analisa korelasi, uji reliabilitas, analisa regresi sederhana dan uji t. Hasil analisis menunjukkan bahwa, ada hubungan linier tidak langsung dan pengaruh positif antara kebutuhan pelatihan K3 terhadap performa K3 dan kondisi sumber daya manusia, sehingga apabila kebutuhan pelatihan naik maka performa K3 pada sumber daya manusia akan naik pula. Kata kunci : Kebutuhan Pelatihan, Kondisi SDM, Performa K3 Latar Belakang Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) bukan sematamata tanggung jawab pemerintah tetapi tanggung jawab semua pihak terutama pengusaha, tenaga kerja dan masyarakat. Banyak pengusaha yang kurang menyadari arti pentingnya masalah tersebut dan mereka beranggapan bahwa hal itu hanya menjadi beban bagi perusahaan. Hal ini sebenarnya dapat menimbulkan kerugian yang lebih besar bahkan dapat menurunkan mentalitas karyawan dan tingkat produktivitas kerja karyawan bila perusahaan tidak memperhatikan atau menghiraukan program K3 untuk karyawannya. Banyak juga karyawan yang enggan untuk mengikuti petunjuk kerja sehingga menimbulkan kecelakaan dalam bekerja. Hal ini disebabkan karena karyawan kurang mengetahui fungsi suatu peralatan dan alat pelindung diri dari kecelakaan yang dirasakan sebagai pengganggu kebebasan bergerak. Penerapan teknologi canggih dapat juga menimbulkan resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja apabila tidak didukung oleh sember daya manusia dengan keahlian, ketrampilan dan disiplin yang tinggi. Untuk itu perusahaan perlu memberikan pengarahan dan melakukan sosialisasi mengenai K3 kepada karyawan, sehingga karyawan tersebut dapat mengetahui dan dapat menggunakan alat untuk mencegah terjadinya kecelakaan seperti penggunaan helm, masker, sarung tangan, alat pemadam kebakaran dan lain lain. Salah satu cara yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan menyelenggarakan program pelatihan K3. Sebelum pelatihan dilaksanakan perusahaan harus mengetahui sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan terlebih dahulu, materi apa yang perlu dilatih dan siapa yang akan dilatih agar pelatihan yang dilaksanakan benarbenar pelatihan yang dibutuhkan
J u r n a l E K B I S / V o l. V I / N o. 1 / e d i s i M a r e t 2 0 1 2 358 karyawan. Terutama untuk karyawan yang baru saja masuk, mereka sangat membutuhkan pelatihan karena mereka kurang mengetahui resiko apa saja yang mengancam keselamatan dan kesehatan kerja mereka. Pendekatan yang dapat dilakukan perusahaan untuk mengetahui kebutuhan pelatihan karyawan adalah dengan melaksanakan penilaian terhadap kesenjangan antara sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan dengan sumber daya manusia yang diinginkan perusahaan. Penilaian kesenjangan sumber daya manusia ini lebih dikenal sebagai analisis kebutuhan pelatihan. Salah satu kelompok sumber daya manusia yang dimiliki oleh perusahaan dan memiliki berpotensi untuk berkembang serta mempunyai peranan penting dalam perusahaan adalah supervisor (kepala regu). Supervisor merupakan penghubung bagi pihak manajemen dan operator, serta berperan juga sebagai Pembina bagi karyawan atau operator di lapangan. Menurut Lockwood dalam Uswandi (2001), supervisor terlibat dalam meningkatkan produktivitas para karyawan dalam unit kerjanya, menjaga mutu produk, memastikan tingkat produksi yang tepat pada waktu yang tepat serta menangani maslahmasalah yang terjadi di lapangan. Jadi, supervisor secara langsung bertanggung jawab terhadap keselamatan pekerjanya dan kunci untuk memperoleh catatan keselamatan. Rumusan Masalah Bagaimanakah hubungan antara kebutuhan pelatihan K3 dengan peningkatan performa K3? Tujuan Untuk mengetahui hubungan antara kebutuhan pelatihan K3 dengan peningkatan performa K3. Pelatihan Supervisor Kussriyanto dalam Didu (2000), mengemukakan bahwa supervisor adalah penghubung antara struktur manajemen yang makin kompleks dengan pekerjaan lini. Supervisor yang bertugas untuk memberikan motivasi, melakukan tindakan koreksi, dan menganalisa kecakapan kerja dan kecakapan pribadi karyawan. Bagi seorang supervisor kombinasi antara kemampuan hubungan antar manusia serta keterampilan berkomunikasi mutlak harus dimiliki. Oleh karena itu, pendidikan dan karakter yang dibutuhkan supervisor dalam menjalankan tugasnya terbentuk dengan baik. Bagi seorang supervisor pengetahuan tentang prinsip dasar manajemen (perencanaan, pengarahan, pengkoordinasian, tindak lanjut dan komunikasi) adalah penting sekali. Supervisor harus selalu dilibatkan dalam setiap penyelidikan kecelakaan. Hal tersebut bukan sekedar tanggung jawabnya, lebih dari itu menyelidiki kecelakaan yang melibatkan anak buahnya dan daerah tanggung jawab adalah merupakan haknya. Supervisor merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap pekerjaan dan daerah kerjanya. Insiden akan mempengaruhi hasil kerja dan mutu serta efek-efek lain dari pekerjaan yang mereka lakukan. Mereka harus menghadapi masalah absensi orang yang cidera atau sakit, kerusakan peralatan, atau mungkin bahan yang tercecer atau terbuang percuma (Black, 1987). Penentuan Kebutuhan Pelatihan Schmitt dan Klimonski dalam
J u r n a l E K B I S / V o l. V I / N o. 1 / e d i s i M a r e t 2 0 1 2 359 Didu (2000), mengemukakan bahwa sebelum menetapkan program pelatihan yang akan dilaksanakan dalam suatu organisasi, sebaiknya dilakukan analisa kebutuhan pelatihan terlebih dahulu. Analisis kebutuhan pelatihan merupakan sebuah analisis kebutuhan workplace yang secara spesifik dimaksudkan untuk menentukan apa sebetulnya kebutuhan pelatihan yang memang menjadi prioritas. Informasi kebutuhan tersebut akan dapat membantu perusahaan dalam menggunakan sumber daya (waktu, dana, dan lain-lain) secara efektif sekaligus menghindari kegiatan yang tidak perlu. Tujuan analisis kebutuhan pelatihan adalah untuk mencari atau mengidentifikasi kemampuan apa yang diperlukan oleh karyawan dalam rangka menunjang kebutuhan organisasi. Menurut Irianto (2001), analisis kebutuhan pelatihan dilakukan melalui sebuah proses Tanya jawab (asking questions getting answer). Pertanyaan diajukan kepada setiap karyawan dan kemudian membuat verifikasi dan dokumentasi tentang berbagai masalah dimana akhirnya kebutuhan pelatihan dapat diketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Masalah yang membutuhkan pelatihan selalu berkaitan dengan lack of skill or knowledge sehingga kinerja standar tidak dapat dicapai. Jadi kebutuhan analisis merupakan sebuah proses yang membandingkan kinerja aktual dengan kinerja standar. Hasil Analisa Berdasarkan analisa data maka didadap hasil bahwa variabel Kebutuhan Pelatihan K3 berpengaruh positif terhadap Kondisi Sumber Daya Manusia dan Performa K3. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut: 1) Uji Validitas Dari hasil perhitungan uji validitas dengan menggunakan perhitungan manual, jika rhitung > dari rtabel (0.361) maka hasil uji validitasnya adalah valid. Untuk skor rataan hasil kuisioner variabel X (Kebutuhan Pelatihan K3) didapat hasil rhitung = 0.628, 0.514, 0.563, 0.435 dan 0.378 untuk masing-masing kuisioner dengan hasil valid (> dari rtabel). Untuk variabel Y (Kondisi Sumber Daya Manusia) didapat hasil rhitung = 0.375, 0.816, 0.507, 0.427 dan 0.501 dengan hasil valid (> dari rtabel) untuk masingmasing kuisioner. 2) Analisis Korelasi Hasil korelasi antara Kebutuhan Pelatihan K3 dengan Kondisi Sumber Daya Manusia adalah 0.787, itu artinya ada hubungan kuat antara peubah X dan Y. 3) Uji Reliabilitas Untuk pengujian reliabilitas Kebutuhan Pelatihan K3 (variabel X) hasil koefisien korelasi skor ganjil dengan skor genap adalah sebesar r = 0.474, sehingga untuk reliabilitasnya didapat hasil R = 0.643 (reliabel). Sedangkan hasil koefisien korelasi skor ganjil dengan skor genap Kondisi Sumber Daya Manusia (variabel Y) adalah r = 0.676, sehingga untuk reliabilitasnya didapat hasil R = 0.807 (reliabel). 4) Analisis Regresi Linier Sederhana Hasil perhitungan manual
J u r n a l E K B I S / V o l. V I / N o. 1 / e d i s i M a r e t 2 0 1 2 360 untuk regresi linier adalah: Y = 4.562 + 0.728 X yang diartikan sebagai berikut : a = 4.562, merupakan intersep yang berarti bahwa apabila variabel bebas yaitu Pelatihan K3 tidak dilakukan oleh PT. Indal Steel Pipe maka Kondisi Sumber Daya Manusia adalah sebesar 4.562 b = 0.728, artinya bahwa variabel Pelatihan K3 mempunyai pengaruh positif terhadap Kondisi Sumber Daya Manusia atau dengan kata lain apabila Pelatihan K3 meningkat sebesar 1 satuan maka Performa K3 dan Kondisi Sumber Daya Manusia akan meningkat sebesar 0.728, dengan asumsi bahwa variabel lain yang mempengaruhi dianggap konstanta, (a = 0). 5) Uji T Dari hasil analisis uji T diperoleh THitung sebesar 6.121 sedangkan TTabel 2,069 ini berarti THitung > TTabel sehingga Ho ditolak dan Hi diterima dan teruji bahwa variabel Kebutuhan Pelatihan K3 mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Performa K3 dan Kondisi Sumber Daya Manusia pada PT. Indal Steel Pipe. Kesimpulan 1. Pelaksanaan pelatihan K3 supervisor memiliki manfaat yang cukup bagi karyawan tingkat supervisor untuk meningkatkan pengetahuan dan penguasaan pekerjaan, wawasan, kemampuan mengkoordinir, melakukan pengawasan dan memcahkan masalah. 2. Pelaksanaan pelatihan ini juga mampu meningkatkan kemampuan merencanakan pekerjaan. Analisa terhadap pelatihan yang dilakukan menunjukkan bahwa semakin meningkatnya kebutuhan pelatihan K3 maka performa K3 pada sumber daya manusia juga mengikat. 3. Kesimpulan tersebut di atas dapat dibuktikan dengan hasil pengujian menggunakan Uji Validitas yang menunjukkan hasil valid, hasil Analisis Korelasi yaitu 0.787 yang menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara Variabel X (Kebutuhan Pelatihan K3) dan Y (Kondisi Sumber Daya Manusia), kemudian dengan Uji Reliabilitas yang menunjukkan hasil yang reliabel, Analisis Regresi Linier dengan hasil Y = 4.562 + 0.728 X yang menunjukkan hubungan positif antar kedua Variabel dan Uji T dengan hasil THitung (6.121) > TTabel (2.069).
J u r n a l E K B I S / V o l. V I / N o. 1 / e d i s i M a r e t 2 0 1 2 361 DAFTAR RUJUKAN www.google.com Uswandi, A. K. 2001, Analisis Kebutuhan Pelatihan bagi Karyawan Tingkat Supervisor dan Karyawan Overtime. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor Didu, S. 2000. Sistem Perencanaan Pelatihan bagi Supervisor untuk Mendukung Program TQM. Program Studi Teknologi Industri. Institut Pertanian Bogor Irianto, J. 2001. Prinsip- prinsip Dasar Manajemen Pelatihan Dari Analisis Kebutuhan Sampai Evaluasi Program Pelatihan. Surabaya : Insan Cendekia Wulandari, M. 2012. Analisis Kebutuhan Pelatihan K3 Bagi Karyawan Tingkat Supervisor. Program Studi Ekonomi Manajemen. Universitas Islam Lamongan.