BAB II CARPAL TUNNEL SYNDROME

dokumen-dokumen yang mirip
CARPAL TUNNEL SYNDROME

BAHAN AJAR III CARPAL TUNNEL SYNDROME

Carpal tunnel syndrome

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN NEUROLOGI

BAB II PEMBAHASAN. dalam praktek sehari-hari. Istilah terowongan kapal digunakan karena daerah yang

II. TINJAUAN PUSTAKA Definisi Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Carpal Tunnel Syndrome merupakan neuropati terhadap nervus

LATIHAN PEREGANGAN OTOT PERGELANGAN TANGAN, TANGAN DAN LENGAN SEBAGAI BENTUK USAHA PENCEGAHAN DAN REHABILITASCARPAL TUNNEL SYNDROME

EMG digunakan untuk memastikan diagnosis dan untuk menduga beratnya sindroma kubital. Juga berguna menilai (8,12) :

CARPAL TUNNEL SYNDROME

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh ligamen-ligamen kuat yang mempersatukan tulang-tulang ini. Ulna distal

KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP Kerangka Teori

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009,

BAB II LANDASAN TEORI. a. Pengertian Gerakan Berulang

I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang

CARPAL TUNNEL SYNDROME ( C T S )

SINDROM TEROWONGAN KARPAL (CARPAL TUNNEL SYNDROME) ALDY S. RAMBE. Bagian Neurologi Fakultas Kedokteran USU/RSUP. H. Adam Malik ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fascia telapak tangan adalah sinambung dengan fascia punggung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

CARPAL TUNNEL SYNDROME

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terowongan carpal dan penurunan fungsi saraf di tingkat tersebut. 1

MANAJEMEN FISIOTERAPI PADA KASUS CARPAL TUNNEL SYNDROME. Laporan Kasus

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan fungsi yang tiada batasnya. subjek dalam populasi umum. Insiden dan prevalensi dari negara

BAB I PENDAHULUAN. yang berulang-ulang. Salah satunya adalah mengetik atau menekan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

SINDROM CARPAL TUNNEL. Jeffrey N. Katz, M.D., dan Barry P. Simmons, M.D.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya di kantor, tetapi juga di rumah, sekolah, bahkan kafe-kafe. Dari

CARPAL TUNNEL SYNDROME

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Factors Affecting The Occurrence of Carpal Tunnel Syndrome (CTS) in Cleaning Workers of Onion Bark at Trade Unit Bawang Lanang Iringmulyo Metro City

BAB I PENDAHULUAN. sering di gunakan. Masalah pada pergelangan tangan sering dialami karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembukaan UUD 1945 adalah melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. saraf yang terjadi ketika saraf medianus pada pergelangan tangan terjepit

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan yang dilakukan setiap hari dapat menimbulkan berbagai macam. penyakit. Salah satunya adalah Carpal Tunnel Syndrome (CTS).

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan dan kemampuan

I. PENDAHULUAN. nervus medianus tertekan di dalam Carpal Tunnel (terowongan karpal) di

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan masyarakat dan bangsa bertujuan untuk memajukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

CARPAL TUNEL SYNDROME

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL. Pasien atas nama Ny.IA berumur 65 tahun yang mengeluh pergelangan

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CARPAL TUNNEL SYNDROME DEXTRA. DI RSAL Dr. RAMELAN SURABAYA

ABSTRAK. Deteksi Dini Sindrom Terowongan Karpal

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CARPAL TUNNEL SYNDROME BILATERAL DI RSO. PROF. DR. R SOEHARSO SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan suatu sistem kerja tetap bagi para pekerjanya, yaitu sistem

BAB I PENDAHULUAN. berat. Apabila terjadi gangguan pada tangan maka kita akan kesulitan untuk

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CARPAL TUNNEL SYNDROM DENGAN MODALITAS ULTRASOUND DAN TERAPI LATIHAN. DI RS.AL.dr.RAMELAN. SURABAYA.

BAB I PENDAHULUAN. optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan upaya pengelolaan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. penting. Penurunan kapasitas fungsi dapat menyebabkan penurunan. patologi morfologis maupun patologi fungsional.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kata kunci : Carpal Tunnel Syndrome (CTS), pengrajin, batu tatakan.

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas tersebut antara lain memasak, mencuci, menulis, mengetik, dan

HUBUNGAN USIA DAN MASA KERJA DENGAN POSISI PERGELANGAN TANGAN TERHADAP KEJADIAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA SUPIR BAJAJ di JAKARTA BARAT

FAKTOR RISIKOKEJADIAN CARPAL TUNNEL SYNDROMEPADA PENGRAJIN TENUN ATBM (ALAT TENUN BUKAN MESIN) DI PEKALONGAN

CARPAL TUNNEL SYNDROME

BAB I PENDAHULUAN. batasan World Health Organization (WHO) adalah keadaan sejahtera dari

BAB I PENDAHULUAN. umum dan untuk mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan

SINDROMA GUILLAINBARRE

KELUHAN SUBJEKTIF CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEMERAH SUSU SAPI DI BOYOLALI

MAKALAH WRIST DROP. Disusun Oleh : BINARTHA UTAMI Pembimbing : dr. Aida Fithrie, Sp.S

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI ULTRA SOUND DAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS CARPAL TUNNEL SYNDROME SINISTRA DI RSUD PROF. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

TELAAH PUSTAKA CARPAL TUNNEL SYNDROME

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom Terowongan Karpal atau Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CARPAL TUNNEL SYNDROME SINISTRA DI RSUD SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. yang optimal. Kesehatan optimal yaitu dimana keadaan sejahtera dari badan, jiwa

Journal Reading ULFA ELSANATA ( )

BAB 1 : PENDAHULUAN. efektif dalam arti perlunya kecermatan penggunaan daya, usaha, pikiran, dana dan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kehidupan yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dampak positif dan dampak negatif. Salah satu dampak negatifnya

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup sehat bagi setiap penduduk akan mewujudkan kesehatan yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu bidang

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dengan dunia luar. Hal ini memungkinkan kita untuk menyentuh,

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat

BAB I PENDAHULUAN. barang, mencuci, ataupun aktivitas pertukangan dapat mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. melitus tipe 2 (DM) di seluruh dunia. Jumlah kasus DM mencapai 8,4 juta penderita

ERGONOMI PENGGUNAAN KOMPUTER Ergonomi:

HUBUNGAN DIABETES MELITUS TERHADAP KEJADIAN SINDROMA TEROWONGAN KARPAL DI RS BETHESDA YOGYAKARTA

OSTEOARTHRITIS GENU. 1. Definisi

2. KLARIFIKASI ISTILAH

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Vinkristin adalah senyawa kimia golongan alkaloid vinca yang berasal dari

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CARPAL TUNNEL SYNDROME DEXTRA DI RS AL Dr. RAMELAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Upaya perlindungan terhadap bahaya yang timbul serta pencapaiaan

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) teknologi. Seolah-olah hidup manusia sudah sangat tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. dan mengobati kecelakaan kerja dan penyakit sudah lama diketahui dan

BAB I PENDAHULUAN. umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembangunan yang telah kita

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

GAMBARAN RISIKO KEJADIAN CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS) PADA PEKERJA WANITA DI PT. BOGATAMA MARINUSA MAKASSAR

NASKAH PUBLIKASI. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CARPAL TUNNEL SYNDROME BILATERAL DI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. jaman. Termasuk ilmu tentang kesehatan yang di dalamnya mencakup. manusia. Selama manusia hidup tidak pernah berhenti menggunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tangan terentang. Sebagian besar fraktur tersebut ditangani dalam unit

BAB I PENDAHULUAN. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada tubuh kita, misalnya pada saat melakukan aktivitas olahraga,

BAB I PENDAHULUAN. pemerahan yang dilakukandan batas maksimum residu dalam bahan makanan. menggunakan tangan (Handayani dan Purwanti, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. DM adalah penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik (kadar gula

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit (preventive),

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Carpal tunnel syndrome (CTS) atau sindroma terowongan karpal adalah salah satu gangguan pada lengan tangan karena terjadi penyempitan pada terowongan karpal, baik akibat edema fasia pada terowongan tersebut maupun akibat kelainan pada tulangtulang kecil tangan sehingga terjadi penekanan terhadap nervus medianus dipergelangan tangan. Carpal tunnel syndrome diartikan sebagai kelemahan pada tangan yang disertai nyeri pada daerah ditribusi nervus medianus. 1 Carpal tunnel syndrome merupakan neuropati tekanan terhadap nervus medianus terowongan karpal di pergelangan tangan dengan kejadian yang paling sering, bersifat kronik dan ditandai dengan nyeri tangan pada malam hari, parestesi jari-jari yang mendapat innervasi dari saraf medianus, kelemahan dan atrofi otot thenar. 2 Terowongan karpal terdapat dibagian depan dari pergelangan tangan dimana tulang dan ligamentum membentuk suatu terowongan sempit yang dilalui oleh beberapa tendon dan nervus medianus. Tulang-tulang karpalia membentuk dasar dan sisi-sisi terowongan yang keras dan kaku sedangkan atapnya dibentuk oleh fleksor retinakulum yang kuat dan melengkung di atas tulang-tulang karpalia tersebut. Setiap perubahan yang mempersempit terowongan ini, akan menyebabkan penekanan terhadap struktur yang paling rentan didalamnya yaitu nervus medianus. 1

BAB II CARPAL TUNNEL SYNDROME 2.1 Definisi Carpal tunnel syndrome adalah kumpulan gejala khas dan tanda-tanda yang terjadi termasuk kompresi saraf medianus dalam terowongan karpal. Gejala yang termasuk adalah mati rasa, paresetesia, dan nyeri pada distribusi saraf medianus. Gejala ini mungkin atau tidak disertai dengan perubahan obyektif dalam sensasi dan kekuatan struktur medianus yang diinervasi di tangan. 3 Sindroma ini dulu juga dikenal sebagai acroparesthesia, median thenar neuritis, atau partial thenar atrophy. Diagnosis carpal tunnel syndrome berupa adanya nyeri, mati rasa dan kesemutan yang dapat menjalar hingga pundak dan leher, gangguan ini sering terjadi di malam hari saat tidur dengan posisi tidur berbaring ke satu sisi. Untuk mencegah terjadinya carpal tunnel syndrome akibat aktivitas repetitif yang menimbulkan mati rasa dan nyeri, perlu dilakukan gerakan pergelangan tangan, tangan dan jari tangan. Selain itu, pengobatan yang efektif bagi penderita carpal tunnel syndrome dengan menggunakan splint (balut tangan), injeksi kortikosteroid dan pembedahan. 4 Mayoritas kasus carpal tunnel syndrome didiagnosis tanpa disertai dengan penyebab yang khusus dan pada beberapa penderita diartikan oleh faktor genetik. 2.2 Epidemiologi Epidemiologi carpal tunnel syndrome di USA 1-3 kasus dari 100 populasi per tahun. Insiden mungkin meningkat menjadi 150 per 1000 subyek per tahun dengan prevalensi rata-rata 500 kasus per 1000 subyek di populasi yang resiko tinggi. Berdasarkan mortalitas dan morbiditas, carpal tunnel syndrome tidak lah fatal tetapi bisa menyebabkan kerusakan saraf medianus yang irreversibel dengan konsekuensi kehilangan fungsi tangan yang berat dan tidak bisa diterapi lagi. Untuk perbandingan 2

rasio nya wanita dan laki-laki 10:1. Berdasarkan usia, carpal tunnel syndrome rentan terjadi pada usia 45-60 tahun. Hanya 10% pasien yang menderita CTS pada umur dibawah 30 tahun. 5 2.3 Etiologi Terowongan karpal yang sempit selain dilalui oleh saraf medianus juga dilalui beberapa tendon fleksor. Setiap kondisi yang mengakibatkan semakin padatnya terowongan ini dapat menyebabkan terjadinya penekanan pada saraf medianus sehingga timbul carpal tunnel syndrome. Pada sebagian kasus, etiologinya tidak diketahui terutama pada penderita lanjut usia. Beberapa penulis menghubungkan gerakan yang berulang-ulang pada pergelangan tangan dengan bertambahnya resiko menderita gangguan pada pergelangan tangan termasuk carpal tunnel syndrome Pada kasus yang lain etiologinya adalah : 6 1. Herediter : neuropati herediter yang cenderung menjadi pressure palsy, misalnya HMSN (hereditary motory and sensory neuropathies ) tipe III. 2. Trauma : dislokasi, fraktur atau hematom pada lengan bawah, pergelangan tangan. Sprain pada pergelangan tangan. Trauma langsung terhadap pergelangan tangan. 3. Pekerjaan : gerakan mengetuk atau fleksi dan ekstensi pergelangan tangan yang berulang-ulang. Seorang sekretaris yang sering mengetik, pekerjaan kasar yang sering mengangkat beban berat dan pemain musik terutama pemain piano dan pemain gitar yang banyak menggunakan tangannya juga merupakan penyebab yang mendasari carpal tunnel syndrome. 4. Infeksi : tenosinovitis, tuberkulosis tulang, sarkoidosis 5. Metabolik : amiloidosis dan gout artritis 6. Endokrin : akromegali, terapi estrogen atau androgen, DM, hipotiroid dan kehamilan 7. Neoplasma : kista ganglion, lipoma,infiltrasi metastase dan mieloma 3

8. Penyakit kolagen vaskular : reumatoid artritis, polimialgia reumatika, skleroderma, dan SLE 9. Degeneratif : osteoartritis 10. Iatrogenik : punksi arteri radialis, pemasangan shunt vaskular untuk dialisis, hematoma, komplikasi dan terapi anti koagulan 11. Faktor stress 12. Inflamasi : inflamasi dari membran mukosa yang mengelilingi tendon yang menyebabkan saraf medianus tertekan. 2.4 Gejala Klinis Pada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik saja. Gangguan motorik hanya terjadi pada keadaan yang berat. Gejala awal biasanya berupa parestesia, hilangnya sensasi atau rasa seperti terkena aliran listrik pada jari dan setengah sisi radial jari walaupun kadang-kadang dirasakan mengenai seluruh jari-jari. Keluhan paresetesi biasanya lebih menonjol di malam hari. Gejala lainnya adalah nyeri di tangan yang juga dirasakan lebih berat pada malam hari sehinga sering membangunkan penderita dari tidurnya. Rasa nyeri ini umumnya agak berkurang bila penderita memijat atau menggerak-gerakan tangannya atau dengan meletakan tangannya pada posisi yang lebih tinggi. Nyeri juga akan berkurang bila penderita lebih banyak mengistirahatkan tangannya. Bila penyakit berlanjut, rasa nyeri dapat bertambah berat dengan frekuensi serangan yang semakin sering bahkan dapat menetap. Kadang-kadang rasa nyeri dapat terus terasa sampai ke lengan atas dan leher, sedangkan parestesia umumnya terbatas di daerah distal pergelangan tangan. Dapat pula dijumpai pembengkakan dan kekauan pada jari-jari, tangan, dan pergelangan tangan terutama di pagi hari. Gejala ini akan berkurang setelah penderita mulai mempergunakan tangannya. Hipestesia pata dijumai [ada daerah yang impuls sensoriknya diinervasi oleh nervus medianus. Pada tahap yang lebih lanjut penderita mengeluh jari-jarinya menjadi kurang terampil misalnya saat menyulam atau memungut benda-benda kecil. Kelemahan pada 4

tangan juga dapat dijumpai, sering dinyatakan dengan keluhan adanya kesulitan yang dialami penderita sewaktu mencoba memutar tutup botol atau menggenggam. Pada penderita carpal tunnel syndrome pada tahap lanjut dapat dijumpai atrofi otot-otot thenar dan otot-otot lainnya yang diinervasi oleh saraf medianus. 7 2.5 Patogenesis Ada beberapa hipotesa mengenai patogenesis dari carpal tunnel syndrome. Umumnya carpal tunnel syndrome terjadi secara kronis dimana terjadi penebalan fleksor retinakulum yang menyebabkan tekanan terhadap saraf medianus. Tekanan yang beruang-ulang dan lama akan menyebabkan peningkatan tekanan intravaskuler. Akibatnya aliran darah vena intravaskular melambat. Kongesti yang terjadi akan mengganggu nutrisi intravaskular lalu diikuti oleh anoksia yang akan merusak endotel. Kerusakan endotel ini akan mengakibatkan kebocoran protein sehingga terjadi edema epineural. Keadaan ini menyebabkan keluhan nyeri dan bengkak yang terutama timbul pada malam hari. Pada pagi hari akan terasa berkurang setelah tangan digerak-gerakan atau diurut. Apabila keadaan ini terus berlanjut maka akan terjadi fibrosis epineural yang merusak serabut saraf. Lalu saraf menjadi atrofi dan digantikan oleh jaringan ikat yang mengakibatkan fungsinsaraf medianus terganggu secara menyeluruh. Pada carpal tunnel syndrome akut biasanya terjadi penekanan yang melebihi tekanan perfusi kapiler sehingga terjadi gangguan mikrosirkulasi dan timbul iskemik saraf. Keadaan iskemik ini diperberat lagi oleh peninggian tekanan intravaskular yang menyebabkan berlanjutnya gangguan aliran darah. Selanjutnya terjadi vasodilatasi yang menyebabkan edema sehingga aliran darah ke saraf terganggu. Akibatnya kerusakan pada saraf tersebut. Tekanan langsung pada saraf perifer dapat pula menimbulkan invaginasi nodus ranvier dan demielinisasi lokal sehingga konduksi saraf terganggu. 8 2.6 Diagnosis Diagnosis carpal tunnel syndrome ditegakan berdasarkan gejala-gejala yang ada dan disukung oleh beberapa pemeriksaan: 9 1. Pemeriksaan fisik 5

Haruslah dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada penderita dengan perhatian khusus pada fungsi motorik, sensorik, dan otonom tangan. Beberapa pemeriksaan tes provokasi yang dapat membantu menegakan diagnosis carpal tunnel syndrome adalah sebagai berikut: a. Flick s sign Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerak-gerakan jarijarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan menyokong diagnosa. b. Thenar wasting Pada inspeksi dan palpasi terdapat atrofi otot-otot thenar. c. Wrist extension test Penderita melakukan ekstensi secara maksimal, sebaiknya dilakukan secara serentak pada kedua tangan sehingga dapat dibandingkan. Bila dalam 60 detik timbul gejala-gejala seperti carpal tunnel syndrome, maka tes ini menyokong. d. Phalen s test Penderita melakukan fleksi tangan secara maksimal. Bila dalam waktu 60 detik timbul gejala seperti carpal tunnel syndrome, tes ini menyokong diagnosis. e. Torniquet test Dilakukan pemasangan tourniquet dengan menggunakan tensimeter diatas siku dengan tekanan sedikit diatas sistolik. Bila dalam 1 menit timbul gejala CTS maka tes ini menyokong. f. Tinel s sign Tes ini mendukung diagnosis bila timbul parestesia atau nyeri pada daerah distribusi nervus medianus kalau dilakukan perkusi pada terowongan karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi. g. Pressure test 6

Nervus medianus ditekan di terowongan karpal dengan menggunakan ibu jari. Bila dalam waktu kurang dari 120 detik timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong h. Luthy s sign Penderita diminta melingkari bu jari dan jari telunjuk pada botol atau gelas. Bila kulit tangan penderita tidak dapat menyentuh dindingnya dengan rapat maka tes ini menyokong diagnosa. i. Pemeriksaan fungsi otonom Diperhatikan adakah perbedaan keringat, kulit yang kering atau licin yang terbatas pada daerah inervasi nervus medianus. j. Pemeriksaan sensibilitas Bila penderita tidak dapat membedakan dua titik (two-point discrimination) pada jarak lebih dari 6 mm di daerah nervus medianus, tes dianggap positif. 2. Pemeriksaan neurofisiologi (elektrodiagnostik) a. Pemeriksaan EMG dapat menunjukan adanya fibrilasi, polifasik, gelombang positif dan berkurangnya jumlah motor unit pada otot-otot thenar. Pada beberapa kasus tidak dijumpai kelainan pada otot-otot lumbrikal. EMG bisa normal pada 31% kasus carpal tunnel syndrome. b. Kecepatan hantar saraf pada 15-20% kasus bisa normal. Pada yang lainnya KHS akan menurun dan masa latent distal dapat memanjang, menunjukan adanya gangguan pada konduksi saraf di pergelangan tangan. Masa laten sensorik lebih sensitif dari masa laten motorik. 3. Pemerksaan radilogis Pemeriksaan foto roentgen pada pergelangan tangan dapat membantu melihat apakah penyebab dari CTS terdapat penyebab lain seperti fraktur atau artritis. 4. Pemeriksaan laboratorium 7

Bila etiologi dari CTS belum jelas seperti pada usia muda tanpa adanya gerakan tangan yang repetitif, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan seperti kadar gula darah, kadar hormon tiroid ataupun darah lengkap. 2.7 Terapi Terapi yang ditujukan pada carpal tunnel syndrome adalah terapi terhadap penyakit yang mendasari keadaan tersebut atau penyakit yang menyebabkan terjadinya carpal tunnel syndrome. Oleh karena itu sebaiknya terapi dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu: 10 1. Terapi langsung terhadap carpal tunnel syndrome a. Terapi konservatif 1. Istirahatkan pergelangan tangan 2. Obat anti inflamasi non steroid 3. Pemasangan bidai pada posisi netral pergelangan tangan. Bidai dapat dipasang terus-menerus atau hanya pada malam hari selama 2-3 minggu. 4. Injeksi steroid. Deksametason 1-4 mg atau hidrokortison 10-25 mg atau metilprednisolon 20 mg atau 40 mg diinjeksikan ke dalam terowongan karpal dengan menggunakan jarum no.23 atau 25 pada lokasi 1 cm ke arah proksimal lipat pergelangan tangan di sebelah medial tendon musculus palmaris longus. Bila belum berhasil, suntikan dapat diulangi setelah 2 minggu atau lebih. Tindakan operasi dapat dipertimbangkan bila hasil terapi belum memuaskan setelah diberi 3 kali suntikan. 5. Kontrol cairan, misalnya dengan pemberian diuretik 6. Vitamin B6. Beberapa hipotesis menyatakan bahwa CTS terjadi karena adanya defisiensi vitamin B6 sehingga dianjurkan pemberian piridoksin 100-300 mg/hari selama 3 bulan. Tetapi beberapa penulis lainnya berpendapat bahwa pemberian piridoksin tidak bermanfaat bahkan dapat menimbulkan neuropati bila diberikan dalam dosis besar 8

7. Fisioterapi. Dianjurkan untuk perbaikan vaskularisasi tangan. b. Terapi operatif Tindakan operasi pada carpal tunnel syndrome disebut neurolisis nervus medianus pada pergelangan tangan. Operasi hanya dilakukan pada kasus yang tidak mengalami perbaikan dengan terapi konservatif atau bila terjadi gangguan sensorik yang berat atau adanya atrofi otot-otot thenar. Indikasi relatif tindakan operasi adalh hilangnya sensibilitas persisten. 2. Terapi terhadap keadaan atau penyakit yang mendasri Carpal Tunnel Syndrome Keadaan atau penyakit yang mendasari terjadinya carpal tunnel syndrome harus ditanggulangi, sebab bila tidak dapat menimbulkan kekambuhan Carpal tunnel syndrome kembali. Pada keadaan dimana CTS terjadi karena adanya gerakan tangan yang repetitif harus dilakukan penyesuaian ataupun pencegahan. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya carpal tunnel syndrome atau mencegah kekambuhannya antara lain: Usahakan agar pergelangan tangan selalu dalam posisi netral Perbaiki cara memegang atau menggenggam alat benda. Gunakanlah seluruh tangan dan jari-jari untuk menggenggam sebuah benda, jangan hanya menggunakan ibu jari dan telunjuk. Batasi gerakan tangan yang repetitif Istirahatkan tangan secara periodik Kurangi kecepatan dan kekuatan tangan agar pergelangan tangan memiliki waktu untuk beristirahat Latih otot-otot tangan dan lengan bawah dengan melakukan peregangan secara teratur Disamping itu perlu pula diperhatikan beberapa penyakit yang sering mendasari terjadinya carpal tunnel syndrome seperti: trauma akut maupun 9

kronik pada pergelangan tangan dan daerah sekitarnya, gagal ginjal, penderita yang sering hemodialisa, myxedema akibat hipotiroid, akromegali akibat tumor hipofise, kehamilan atau penggunaan pil kontrasepsi, penyakit kolagen vaskular, artritis, tenosinovitis, infeksi pergelangan tangan, obesitas dan penyakit lain yang dapat menyebabakan retensi cairan atau menyebabakan bertambahnya isi terowongan. 2.8 Pencegahan Salah satu cara menhindari Carpal tunnel syndrome adalah dengan cara jika melakukan sesuatu yang banyak menimbulkan pergerakan pada pergelangan tangan dianjurkan untuk berhenti sejenak setiap 15-20 menit dengan melakukan stretching agar pergelangan tangan tidak terekspos terus-menerus. Menjaga tangan tetap hangat karena tangan lebih mudah terasa sakit bila dalam suhu dingin. Perbaiki postur tubuh karena potur tubuh yang salah dapat menyebabkan posisi bahu sedikit kedepan sehingga pada posisi ini otot leher dan bahu akan memendek dan menekan saraf-saraf leher yang dapat mempengaruhipergelangan tangan, jari da tangan. 11 2.9 Prognosis Pada kasus carpal tunnel syndrome ringan maka prognosisnya adalah baik. Apabila pada kasus yang membutuhkan tindakan operasi, secara umum prognosanya juga baik tetapi penyembuhan post operatifnya bertahap. Keseluruhan proses perbaikan carpal tunnel syndrome setelah operasi ada yang mencapai 18 bulan. Bla setelah operasi tidak mengalami perbaikan, kemungkinan yang terjadi adalah: 1. Kesalahan menegakan diagnosis, mungkin penekana terhadap nervus medianus terletak lebih proksimal 2. Telah terjadi kerusakan total pada nervus medianus 3. Terjadi carpal tunnel syndrome yang baru sebagai akibat komplikasi operasi seperti akibat edema, perlengketan, infeksi, hematom atau jaringan hipertrofik. 10

2.10 Komplikasi Komplikasi yang dapat dijumpai adalah kelemahan dan hilangnya sensibilitas yang persisten di daerah distribusi nervus medianus. Komplikasi yang paling berat adalah reflek sympathetic dystrophyyang ditandai dengan nyeri hebat, hiperalgesia, disestesia, dan gangguan trofik. Sekalipun prognosa carpal tunnel syndrome dengan terapi konservatif maupun operatif cukup baik, tetapi resiko untuk kambuh kembali masih tetap ada. Bila terjadi kekambuhan, prosedur terapi baik konservatif atau operatif dapat diulangi kembali. 11

BAB III TINJAUAN PUSTAKA Anatomi 12

Secara anatomis, canalis carpi (carpal tunnel) berada di dalam dasar pergelangan tangan. Sembilan ruas tendon fleksor dan N. Medianus berjalan di dalam canalis carpi yang dikelilingi dan dibentuk oleh tiga sisi dari tulang tulang carpal. Nervus dan tendon memberikan fungsi, sensibilitas dan pergerakan pada jari jari tangan. Jari tangan dan otot otot fleksor pada pergelangan tangan beserta tendon tendonnya berorigo pada epicondilus medial pada regio cubiti dan berinsersi pada tulang tulang metaphalangeal, interphalangeal proksimal dan interphalangeal distal yang membentuk jari tangan dan jempol. Canalis carpi berukuran hampir sebesar ruas jari jempol dan terletak di bagian distal lekukan dalam pergelangan tangan dan berlanjut ke bagian lengan bawah di regio cubiti sekitar 3 cm. Tertekannya N. Medianus dapat disebabkan oleh berkurangnya ukuran canalis carpi, membesarnya ukuran alat yang masuk di dalamnya (pembengkakan jaringan lubrikasi pada tendon tendon fleksor) atau keduanya. Gerakan fleksi dengan sudut 90 derajat dapat mengecilkan ukuran canalis. Penekanan terhadap N. Medianus yang menyebabkannya semakin masuk di dalam ligamentum carpi transversum dapat menyebabkan atrofi eminensia thenar, kelemahan pada otot fleksor pollicis brevis, otot opponens pollicis dan otot abductor pollicis brevis yang diikuti dengan hilangnya kemampuan sensorik ligametum carpi transversum yang dipersarafi oleh bagian distal N. Medianus. Cabang sensorik superfisial dari N. Medianus yang mempercabangkan persarafan proksimal ligamentum carpi transversum yang berlanjut mempersarafi bagian telapak tangan dan jari jempol. 13

BAB IV KESIMPULAN Carpal tunnel syndrome adalah keadaan yang sering terjadi karena pergelangan tangan merupakan salah satu alat gerak yang sering digunakan dan memilki mobilitas yang tinggi. Penggunaan alat gerak dengan cara yang tidak tepat dan penggunaan yang berlebihan dapat menimbulkan gejala atau dampak yang mengganggu aktivitas seharihari. Berdasarkan epidemiologinya, wanita, obesitas dan usia sekitar 40-60 tahun memilki resiko lebih tinggi dibanding yang lainnya. Penyebab adanya sindroma ini yang aling sering adalah penggunaan yang berlebihan dari sendi pergelangan tangan atau penggunaan sendi yang tidak baik dan terjadi terus-menerus. Salah satu untuk menangani gejala tersebut adalah dengan melakukan istirahat terhadap sendi pergelangan tersebut dan tidak menggunakannya secara berlebihan. Pemberian obatobatan penghilang nyeri secara oral dapat juga membantu mengurangi keluhan tersebut tetapi tidak lah bertahan lama apabila aktivitas dari pergerakan pergelangan tangan tidak di modifikasi dengan baik. 14

DAFTAR PUSTAKA 1. Dejong RN. The Neurological Examination Revised by AF. Haerer, 5th ed, JB Lippincott, Philadelphia, 1992; 557-9. 2. Maurice Victor, Allan H. Ropper Disease of Spinal Cord, Peripheral Nerve and Muscle. Adams and Victors Principle s of neurology. 7th ed. USA: Mc Graw-Hill, 2011: 1433-4. 3. Nigel L Ashworth. Carpal Tunnel Syndrome. Benjamin M Socher. Access on Medscape. 2013. 4. Krames Communication. Carpal Tunnel Syndrome. San Bruno: Krames Comm;1994:1-7. 5. De krom NC, Krips child PG, Kesler AD, et al. Carpal Tunnel Syndrome: prevalence in the general population. J.clin. 2002: 373-6. 6. Salter RB. Textbook of Disorder and Injuries of the Musculoskeletal system. 2nd ed. Baltimore: Williams & Wilkins Co; 1993.p 274-5 7. Adams RD, Victor M, Ropper AH. Principles of Neurology. 6th ed. New york: Mc Graw-Hill; 2007.p 1358-9. 8. Weimer LH. Nerve and Muscle disease. In: Marshall RS, Mayer SA, ed. On call neurology. Philadelphia. 9. Dejong RN. The Neurological Examination Revised by AF. Haerer, 5th ed, JB Lippincott, Philadelphia, 1992; 557-9. 10. Walshe III. Manual of neurology therapeutics. 5th ed. Boston: little Brown and co; 1995.p 381-2. 15

16