Scientific News Magazine Edisi April 2017

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu aset kebudayaan bagi bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, penerjemah lebih banyak

BAB I PENDAHULUAN. dan mempertentangkan aspek-aspek dua bahasa yang berbeda untuk menemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak terlepas dari buku-buku pendukung

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini subjeknya adalah lirik lagu dalam album musik Klakustik karya

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TERJEMAHAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BAHASA JERMAN

Bab I PENDAHULUAN. Penerjemahan teks, buku-buku dan informasi lain ke dalam bahasa Inggris

ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

Penerjemahan Majas Personifikasi Dalam Novel Sekai No Chuushin De Ai Wo Sakebu Karya Katayama Kyoichi

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah

KESULITAN BAHASA DALAM PROSES TERJEMAHAN. Tanti Kurnia Sari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Penerjemahan Metafora

RANCANGAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Ungkapan dalam berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat kerap menjadi

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, manusia dapat menyampaikan ide, gagasan, dan pikirannya terhadap orang lain. Seiring

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari baik

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa.

2015 RELEVANSI GAYA BAHASA GURIND AM D UA BELAS KARYA RAJA ALI HAJI D ENGAN KRITERIA BAHAN AJAR PEMBELAJARAN BAHASA D AN SASTRA IND ONESIA D I SMA

BAB I PENDAHULUAN. mengusung permasalahan keilmuan. Materi yang dituangkan dalam tulisan ilmiah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. singkat penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan pengalihan makna atau pengungkapan

BAB 1 PENDAHULUAN. kenali adalah surat perjanjian, sertifikat, buku ilmu pengetahuan bidang hukum

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan pengertian, konsepsi bahasa yang tepat (Teeuw, 1981: 1). Artinya bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013

BAB 4 PENUTUP. dan melakukan wawancara, kesulitan-kesulitan yang dialami oleh mahasiswa

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terpenting di negara Republik

Kajian Stilistika dalam Karya Sastra

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Lotman (dalam Supriyanto, 2009: 1) menyatakan bahwa bahasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Adapun Penelitian tentang makna kata dalam Al-Qur an sudah pernah diteliti

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa merupakan alat untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan

BAB I PENDAHULUAN. Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN. novel Eomma-reul Buthakhae (2008). Terdapat enam kalimat bermajas metonimia

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan

BAB 1 MENGENAL KRITIK SASTRA

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan sastra. Pada intinya kegiatan bersastra sesungguhnya adalah media

BAB I PENDAHULUAN. terkemuka. Setiap media cetak mempunyai kolom-kolom khusus, seperti berita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penerima dan bahasa menjadi media dalam penyampaian informasi tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. satu masalah diantaranya: pertama; pandangan dari objek yang utama, kedua;

BAB 1 PENDAHULUAN. atau persamaan; misal kaki gunung, kaki meja, berdasarkan kias pada kaki manusia (Harimurti, 2008: 152).

Simpulan bahasa Bandingan Perumpamaan Pepatah Bidalan Kata-kata hikmat

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting agar suatu maksud dari pembicara dapat sampai dengan baik

BAB II STYLE GAYA BAHASA DAN STILISTIKA

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Sejalan dengan itu, dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa

PENANDA KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA TAJUK RENCANA SURAT KABAR SEPUTAR INDONESIA EDISI MARET 2009

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim

BAB I PENDAHULUAN. yang wujudnya berupa aneka simbol, isyarat, kode, dan bunyi (Finoza, 2008:2). Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu kerja sama, baik dalam bidang pendidikan, ekonomi, politik maupun kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian pemakai bahasa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan manusia. Adanya komunikasi mengisyaratkan

TEKNIK PENERJEMAHAN BSu BSa

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI

IDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia)

Contoh: (1) Tsu : A, a kibun onsenyado da ne korya. (CMCJ. Tsa Wah, nikmatnya scpcrti scdang berlibur ke pemandian air paiias saja (CMCI5:42)

NUMERALIA BAHASA JAWA KUNO OLEH DEWA AYU CARMA MIRADAYANTI NIM

PRINSIP KERJA SAMA DAN PRESUPOSISI PADA PAPAN NAMA TOKO DAN PAPAN NAMA PENJUAL JASA DI KABUPATEN KEDIRI (TINJAUAN PRAGMATIK) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Analisis Gaya Bahasa pada Lirik Lagu Grup Band Noah dalam Album Seperti Seharusnya (Edi Yulianto, 2015)

Penggunaan bahasa kias yang terdapat dalam novel AW karya Any Asmara

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dengan penelitian sejenis sebelumnya. Berkaitan dengan ruang lingkup Bali dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Humor merupakan suatu budaya yang bersifat universal. Humor adalah

BAB 6 PENUTUP. Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengertian Penerjemahan. Penerjemahan menurut Eugene A. Nida dan Charles R. Taber dalam buku

BAB II LANDASAN TEORI. A. Bahasa Mandarin

Problematika dalam pembelajaran penerjemahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. selain berfungsi untuk menyusun landasan atau kerangka teori. Kajian pustaka juga

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara tanda - tanda linguistik atau tanda-tanda lingual dengan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. latin yaitu novellus, kata novellus dibentuk dari kata novus yang berarti baru atau new

USULAN HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA

BAB I PENDAHULUAN. manusia lainnya. Bahasa adalah milik manusia, maksudnya bahasa sebagai salah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Suatu daerah pasti memiliki suatu keunikan masing-masing. Keunikankeunikan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. variasi di dalamnya, yaitu memperhatikan konteks saja (tanpa strategi atau alat

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia, dapat

Transkripsi:

Metafor (Simile) dalam Bahasa Bali: Ancangan dalam Penerjemahan ke dalam Bahasa Indonesia Ni Ketut Ratna Erawati 1, I Ketut Ngurah Sulibra 2 1 ) Prodi Sastra Jawa Kuno Fak. Ilmu Budaya Univ. Udayana 2) Prodi Sastra Bali Fak. Ilmu Budaya Univ. Udayana Email: ratnaerawati65@yahoo.com / ratna_erawati@unud.ac.id ngurahsulibra@gmali.com Highlight Metafor dan simile pada hakikatnya merupakan majas perbandingansebagai unsur estetis literer. Secara substansional, tidak ada perbedaan mendasar di antara keduanya. Simile menggunakan kata-kata bantu sedangkan metafor tidak. Dalam bahasa Bali metafor dapat dijumpai dalam penggunaan sesonggan, sesenggakan, sesawangan, pepindan. Penerjemahan metafor/simile dari bahasa Bali ke dalam bahasa Indonesia sesuai dengan budaya yang sepadan, tidak secara literer. Kata kunci: estetis literer, perbandingan, metafor, sepadan, budaya. 2017. Ni Kt. Ratna Erawati dan I Kt. Ngurah Sulibra. All Right reserved. Pendahuluan Istilah metafor dan simile merupakan dua buah istilah yang mengandung pengertian relatif sama. Namun, di antara kedua istilah tersebut tampaknya istilah metafor lebih umum (lebih luas) digunakan sebagai dasar pengertian dalam memadankan sebuah proposisi. Larson (1989: 259) membedakan bentuk metafor dengan simile sebagai berikut. Bentuk metafor tidak menggunakan kata-kata bantu sedangkan simile menggunakan kata-kata bantu (seperti, bagaikan, ibarat, bak, sebagai, umpama, laksana, serupa). Bentuk metafor bisa diubah menjadi simile, demikian sebaliknya. Misalnya, Intan merupakan bintang kelas (simile) bisa diubah menjadi Intan adalah bintang kelas. Metafor dan simile merupakan bentuk gramatikal yang mewakili dua proposisi dalam struktur semantis. Tidak semua metafor dan simile dapat diartikan dengan mudah. Oleh karena itu, jika metafor diterjemahkan secara harfiah, kata per kata, sering terjadi salah pengertian. Moentaha (2006: 185) menegaskan bahwa dalam menerjemahkan sebuah metafor penting sekali menentukan arah modifikasi sketsa citra (image) yang berdasarkan pada fraseologisme yang dideformasikan. Penerjemah seringkali diharuskan untuk melakukan transformasi tambahan. Setelah dipahami makna simbol citra dan logika perubahannya, barulah penerjemah bisa sampai pada keputusan yang benar. Dalam hal ini metafor berarti penggunaan makna kiasan (transferred meaning) kata atau frasa yang berdasarkan pada kesamaan, analogi dalam suatu hubungan antara dua objek atau gejala. Baik metafor maupun simile dapat dijumpai dalam penggunaan bahasa seharihari, baik dalam komunikasi biasa maupun dalam karya sastra. Dalam karya sastra seringkali pengarang (penulis) memanfaatkan potensi bahasa sebagai metafor E-ISSN: 2528-3049 12

maupun simile sebagai unsur-unsur stilistik untuk menambah kualitas estetis sehingga bahasa sastra betul-betul sui generis (khas dan istimewa). Oleh karena itu, Sudjiman (1993: 15) menyatakannya sebagai stylistic embellishment hiasan stilistik yang serta-merta tidak bisa dinisbikan karena memberikan makna tambahan. Oleh karena itu, dalam rangka memahami metafor dan simile sehubungan dengan konteks menerjemahkan bentuk-bentuk stilistik tersebut, pertama-tama yang harus diperhatikan adalah perbedaan norma-norma stilitik bahasa pemberi (BP) dengan bahasa sasaran (BS). Setiap bahasa mempunyai sistem fungsional terkait dengan stilistika (gaya bahasa). Tetapi, kumpulan tanda-tanda pembeda yang bercirikan sistem fungsional yang satu maupun yang lain dalam berbagai bahasa sering tidak sesuai. Meski hasil terjemahan tidak menyimpang dari kaidah gramatikal dan leksikal, tetapi bisa tercela karena melanggar norma-norma stilistik. Untuk itu, Moentaha (2006: 22) setuju pendapat Mounin, seorang pakar terjemahan asal Prancis, mengatakan bahwa adanya kata-kata yang mengandung kesamaan makna, yang inheren dalam penerjemahan, tidak boleh bertentangan norma-norma stilistis bahasa. Berdasarkan paparan di atas, maka yang hendak diketengahkan dalam tulisan ini berkisar pada kesepadanan contoh-contoh metafor/simile dalam bahasa Bali ke dalam bahasa Indonesia. Contoh-contoh tersebut akan dianalisis berdasarkan teknik analisis Larson (1989). Tujuannya adalah untuk memudahkan memahami dalam menerjemahkan metafor/simile bahasa Bali ke dalam bahasa lain secara mudah dan gamblang. Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, berikut ini disajikan kerangka teori untuk menganalisis metafor/simile. Sebuah proposisi dalam metafora/simile terdiri atas sebuah topik dan sebuah sebutan (tentang topik) (Larson, 1989: 260). Misalnya, Putu bagus Putu tampan terdiri dari Putu (topik) dan bagus (sebutan). Putu ngalap bunga Putu memetik bunga terdiri dari Putu (topik) dan ngalap bunga (sebutan). Jika metafor/simile muncul dalam teks, sebaiknya penerjemah menganalisisnya dengan mencari kedua proposisi yang merupakan struktur semantis di balik majas itu. Topik --- topik proposisi pertama (nonfiguratif), yaitu benda atau hal yang dibicarakan. Citra ---- topik proposisi kedua (figuratif), yakni apa yang dibandingkan. Titik kemiripan--- yaitu sebutan dari kedua proposisi yang dilibatkan atau sebutan dari proposisi KEJADIAN yang citranya merupakan topik. Padanan nonfiguratif--- apabila proposisi yang berisi topik merupakan proposisi kejadian, sebutannya merupakan padanan nonfiguratif. Uraian Isi Hakikat metafor/simile sesungguhnya adalah perbandingan, yakni membandingkan dua bentuk atau hal. Dalam budaya Bali biasanya bentuk-bentuk metafor/ simile bisa ditemukan dalam sesonggan pepatah, sesenggakan ibarat, sesawangan perumpamaan, dan pepindaan perumpamaan implisit (Simpen, 2010). Simile dalam bahasa Bali sering menggunakan kata-kata waluya, sakadi, buka, cara, (seperti, ibarat, bagaikan) dan sejenisnya sedangkan metafor tidak. Berikut disajikan beberapa contoh untuk analisis metafor/simile dalam rangka untuk memudahkan penerjemahan antarbahasa. E-ISSN: 2528-3049 13

(1) Kenehne cara yehe di don candunge bagai air di daun talas (sesonggan). Artinya, dikiaskan pada seseorang yang tidak tetap pendiriannya, sedikit saja digoyang nisacaya akan jatuh. Gambar 1 adalah foto air di daun candung. Gambar 1. Air Di Daun Talas Topik : adalah kenehne pikirannya goyang Citra : yeh di don candunge air di daun talas (mudah goyang) Titik kemiripan: (mudah bergoyang/tidak tetap pendirian). (candung adalah sejenis talas yang tumbuh di sawah-sawah/pinggir kali dan tidak dapat dimakan). Oleh karena itu, simile (1) di atas diwujudkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi seperti air di daun talas. (2) Ia buka taluh apit batu dia bagai telur di ujung tanduk (sesonggan). Topik : ia (dia sulit) Citra : taluh apit batu telur di antara batu (makna sebenarnya), telur di ujung tanduk (kias padanan bahasa Indonesia) serba sulit Titik kemiripan: serba sulit, keadaan berbahaya. Simile ini dikiaskan pada seseorang dalam keadaan serba sulit, sangat berbahaya, sedikit saja terjadi kesalahan akan berakibat fatal. Simile (2) di atas ia buka taluh apit batu ia seperti telur diapit batu harus diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia ia bagai telur di ujung tanduk. (3) Panak-panakan nyalian (cenik-cenik dueg nyilem) (sesenggakan) anak ikan nyalian (Gambar 2). Bentuk ini adalah metafor karena tidak menggunakan kata bantu. Arti sesungguhnya setiap anak ikan (nyalian) walaupun masih kecil sudah pandai menyelam. Makna kiasnya ditujukan kepada seseorang untuk menyanjung kepandaian seorang anak kecil yang berasal dari ayah atau ibunya yang pintar. Gambar 2. Anak Ikan Nyalian E-ISSN: 2528-3049 14

Topik : seseorang (anak kecil) pandai Citra : panak nyalian (dueg nyilem) Titik kemiripan: pandai sedari kecil. Metafor ini sepadan dengan bebek ajahin nglangi mengajari itik berenang. (4) Pamulune nyandat gading kulitnya kuning langsat (sesawangan) Gambar 3. Bunga Kenanga Gambar 4. Buah Langsat Metafor (4) di atas membandingkan warna kekuning-kuningan antara kuningnya bunga kenanga (Gambar 3) dengan kuningnya buah langsat (Gambar 4). Bagi orang Bali keindahan kulit seorang (gadis) diibaratkan dengan warna kenanga sedangkan dalam konteks budaya Indonesia keindahan kulit diibaratkan dengan kuningnya buah langsat. Oleh karena itu, pamulune nyandat gading kulitnya (seperti) bunga kenanga harus diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia kulitnya kuning langsat. Topik : seseorang (kulitnya) Citra : bunga kenanga Titik kemiripan: warna kulit kekuning-kuningan (5) Alisne madon intaran alisnya seperti daun intaran (makan kias bahasa Indonesia: alisnya bagai semut beriring) Gambar 5. Foto Alis Gambar 6. Daun Intaran Gambar 7. Foto Semut Metafor (5) di atas pepindan perumpamaan implisit digunakan untuk menyatakan keindahan bentuk alis (biasanya untuk gadis/perempuan, Gambar 5). Daun intaran (Gambar 6) lazim digunakan dalam pelengkap sajen di Bali. Perbandingan bentuk alis yang melengkung mirip dengan lengkung daun intaran. Oleh karena kesamaan bentuk inilah digunakan sebagai metafor (perbandingan bentuk). Dalam budaya Indonesia, untuk keindahan bentuk alis diambil dengan membandingkannya dengan semut (Gambar 7) yang berjalan beriringan. Bukan bentuknya yang digunakan sebagai dasar ungkapan tetapi alasannya adalah kerapian. Oleh karena itu metafor alisne madon intaran sepadan dengan makna alisnya (indah, rapi) bagai semut beriring. E-ISSN: 2528-3049 15

Kesimpulan Topik : alis (seseorang) Citra : don intaran Titik kemiripan: bentuk, kerapian. Berdasarkan hasil pembahasan di atas, beberapa simpulan dapat dirumuskan, yakni; Metafor dan simile memiliki substansional relatif sama. Simile menggunakan kata-kata bantu sebagai pemarkahan sedangkan sedangkan metafor tidak. Metafor/simile pada hakikatnya adalah majas perbandingan terutama untuk kepentingan estetis literer. Penerjemahan metafor/simile bahasa Bali ke dalam bahasa Indonesia dipadankan sesuai budaya yang ada dalam bahasa Indonesia, tidak secara literer. Bentuk metafor/simile dalam bahasa Bali dapat ditemukan dalam sesonggan (pepatah), sesenggakan (ibarat), sesawangan (perumpamaan), dan pepindaan (perumpamaan implisit). Referensi 1. Larson, Milfred L.Penerjemahan Berdasar Makna: Pedoman untuk Pemadanan Antarbahasa. (Edisi terjemahan oleh Kencanawati Taniran). Jakarta: Arcan, 1989. 2. Moentaha, Salihen.Bahasa dan Terjemahan. Jakarta: Kesaint Blanc, 2006. 3. Sulibra, I Ketut Ngurah, Peribahasa dan Paribasa dalam PersfektifLinguistik Kebudayaan : Komparasi Aspek Semantik dalam Pustaka Jurnal Ilmu-Ilmu Budaya. Denpasar: Universitas Udayana, 2012. 4. Simpen AB, I Wayan. Basita Parihasa. Denpasar: Upada Sastra, 2010. 5. Sukarini, dkk. Pengurangan dan Penambahan Informasi dalam Terjemahan dari Bahasa Bali ke dalam Bahasa Indonesia (Prosiding Nasional Bahasa Ibu VIII). Denpasar: Program S2 dan S3 Linguistik Unud, 2015. 6. Ginarsa, I Ketut. Paribasa Bali. Singaraja: CV Kayu Mas Agung, 1980 Keterangan Gambar Gambar 1: link: ww.google.co.id/webhp?sourceid=chrome- 8#q=air+di+daun+talas&* Gambar 2: link: /www.google.co.id/webhp?sourceid=chrome- 8#q=ikan+nyalian&* Gambar 3:link : www.google.co.id/webhp?sourceid=chrome- 8#q=kenanga&* Gambar 4: link: https://www.google.co.id/search?q=buah+langsat&rlz=1c1giwa_enid725i D725&espv=2&tbm=isch&imgil=V4ugOQYz2OkoaM%253A%253BOv- VawsEcmTX9M%253Bhttp%25253A%25252F%25252Fmanfaat.co.id%2525 2F12- Gambar 5: link: https://www.google.co.id/webhp?sourceid=chrome- 8#q=alis&* E-ISSN: 2528-3049 16

Gambar 6: https://www.google.co.id/webhp?sourceid=chrome- 8#q=daun+intaran&* Gambar 7: link: https://www.google.co.id/search?q=semut&rlz=1c1giwa_enid725id725&e spv=2&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=x&ved=0ahukewjhwebk6crsa hwhpzqkhvm8c78qir4igge&biw=1275&bih=615 E-ISSN: 2528-3049 17