I. Pendahuluan Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena pada masa ini pertumbuhan dasar akan mempengaruhi dan menentukan

dokumen-dokumen yang mirip
PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANTARA ANAK TAMAN KANAK-KANAK DI DAERAH PERKOTAAN DAN PERDESAAN MENGGUNAKAN INSTRUMEN DENVER II

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA. Nurlaila*, Nurchairina* LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan anak merupakan masa emas (golden period) atau Jendela

BAB III METODE PENELITIAN. perbandingan (comparative study) dengan jenis penelitian cross sectional.

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK BALITA DI BAWAH ASUHAN KELUARGA DAN TAMAN PENITIPAN ANAK (TPA) DI PONDOK PESANTREN ASSALAAM SUKOHARJO SKRIPSI

PERBEDAAN ASPEK PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH ANTARA SISWA BARU DAN SISWA LAMA DI SATUAN PAUD SEJENIS (SPS) CUT NYAK DIEN KRETEK, BANTUL

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk fisik maupun kemampuan mental psikologis. Perubahanperubahan

PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BAYI MELALUI STIMULASI IBU DI KELURAHAN KEMAYORAN SURABAYA

HUBUNGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 4-5 TAHUN DI DESA TAWANREJO BARENG KLATEN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pada anak yang meliputi seluruh perubahan, baik perubahan fisik, perkembangan kognitif, emosi, maupun perkembangan psikososial yang

BAB I PENDAHULUAN. keturunan dan dapat berguna bagi nusa dan bangsa di kemudian hari. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. faktor genetik dan lingkungan bio-fisiko-psikososial (Soetjiningsih,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia adalah keturunan kedua.

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas masa depan anak dapat dilihat dari perkembangan dan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL IBU DENGAN PERKEMBANGAN ANAK BALITA 1

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN LINGKUNGAN BIOLOGIS DAN PSIKOSOSIAL DENGAN PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN BAYI TIGA TAHUN

HUBUNGAN LINGKAR KEPALA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 1-24 BULAN DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PERTIWI MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. Para ahli mengatakan bahwa periode anak usia bawah tiga tahun (Batita)

REPI SEPTIANI RUHENDI MA INTISARI

HUBUNGAN STIMULASI ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK PRASEKOLAH BERUSIA 4-5 TAHUN

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PLAYDOUGH TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS PADA ANAK KELOMPOK A

Dinamika Kebidanan vol. 1 no. 2 Agustus 2011 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PERKEMBANGAN SOSIAL BALITA UMUR 4-5 TAHUN DI KOTA SEMARANG

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan metode

: Lingkar Kepala, Perkembangan Anak

POLA ASUH DAN PERKEMBANGAN PERSONAL SOSIAL ANAK TODDLER. Triani Yuliastanti Novita Nurhidayati INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan, menghasilkan strategi dan berfantasi. 1

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. berkualitas. Untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas

BAB III METODE PENELITIAN

PERBEDAAN PERKEMBANGAN PERSONAL SOSIAL ANTARA ANAK YANG SEKOLAH DI TK FULL DAY DAN TK REGULER DI SURAKARTA

GAMBARAN PERKEMBANGAN BALITA GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CUKIR KABUPATEN JOMBANG

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

PERBEDAAN TINGKAT PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH YANG SEKOLAH TK DAN ANAK YANG TIDAK SEKOLAH TK DI DESA BANJARSARI KEC. BANTARBOLANG PEMALANG

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA TODDLER DI POSYANDU MELATI TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. diulang lagi, maka masa balita disebut sebagai masa keemasan (golden period),

PENGARUH AKTIVITAS BERMAIN BOLA TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA TODDLER DI PAUD TUNAS CENDIKIA KEJAPANAN GEMPOL PASURUAN.

PENGARUH STIMULASI MOTORIK HALUS TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 4 5 TAHUN DI TAMAN KANAK KANAK PERTIWI TIRIPAN BERBEK NGANJUK

STUDI PERBANDINGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRA SEKOLAH PADA IBU BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA di TK TUNAS HARAPAN JETIS MOJOKERTO. Sarmini Moedjiarto *)

BAB III METODE PENELITIAN. mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan minimal dua variabel

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. kembang. Semarang. : Penelitian dan pengumpulan data dilakukan pada. bulan April-Mei 2015

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, deteksi, intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang (Depkes

HUBUNGAN PERAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT PERMAINAN DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 4-6 TAHUN DI YAYASAN AR-RAHMAH KABUPATEN LUMAJANG

Rewinda Avin Pangestika 1, Erni Setiyorini 1.

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, yang mencakup beberapa sub bidang, salah satu lingkup

Jurnal Medika Saintika Vol 7 (2) Jurnal Medika Saintika

hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh,

Pengaruh Permainan Edukatif Terhadap Perkembangan Pada Anak Di PAUD Cinta Bunda Desa Baran Sukoharjo

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik

BAB I PENDAHULUAN. bulan. Masa ini merupakan masa eksplorasi lingkungan yang intensif. bagaimana mengontrol orang lain melalui perilaku tempertantrum,

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin lama stimulasi dilakukan, maka akan semakin besar manfaatnya

52 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN. Latar Belakang

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BALITA DI KELURAHAN BRONTOKUSUMAN KECAMATAN MERGANGSAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN KETEPATAN STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK 0-3 TAHUN DI DESA SOKO KEC. GLAGAH KAB. LAMONGAN.

DETEKSI DINI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS. dr. Atien Nur Chamidah PLB FIP UNY

Abdul Rokhman Program Studi S1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perkembangan fase selanjutnya (Dwienda et al, 2014). Peran pengasuhan tersebut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangannya (Hariweni, 2003). Anak usia di bawah lima tahun (Balita) merupakan masa terbentuknya

SIKAP ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK RETARDASI MENTAL DI SLB C/C1 SHANTI YOGA KLATEN

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian. Karakteristik anak 1. jenis kelamin 2. usia. Status Gizi

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian yang hanya dilakukan

STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA BALITA USIA SATU SAMPAI LIMA TAHUN

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU SURAKARTA. Sunarsih Rahayu Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan

BAB II LANDASAN TEORI

Tahun Ajaran Baru Membuat Orang Tua Sibuk

KESIAPAN BERSEKOLAH ANAK PADA ANAK-ANAK TAMAN KANAK- KANAK (TK) FULLDAY DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA NASKAH PUBLIKASI

Mila Harlisa*, Amirul Amalia**, Dadang K***

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PERKEMBANGAN ANAK DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK PRASEKOLAH DI KB DAN TK TA MIRUL ISLAM SURAKARTA TAHUN 2010

Umi Sa adah, Asih Setyorini

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

HUBUNGAN STIMULASI PSIKOSOSIAL TERHADAP PERKEMBANGAN SOSIAL-EMOSI PADA ANAK PRASEKOLAH DI TK YAYASAN WANITA KERETA API MOJOKERTO

BAB III METODE PENELITIAN. Mojosongo, Jebres, Surakarta. Pelaksanaan penelitian bulan April 2014.

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut yang diselenggarakan baik formal, informal

ABSTRAK. Kata Kunci : Status Gizi, Perkembangan Motorik Halus Daftar Pustaka: ( )

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PERMAINAN EDUKATIF DENGAN STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK PADA IBU-IBU DESA PEPE KELURAHAN LANGENHARJO

METODE PENELITIAN. Pemilihan Pondok Pesantren Modern Purposive. Santri telah tinggal 1 tahun di pondok pesantren. Laki-laki. Perempuan.

A-PDF OFFICE TO PDF DEMO: Purchase from to remove the watermark BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 3-5 TAHUN DI PAUD USWATUN KHASANAH SLEMAN YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh: ROHMILIA KUSUMA J

HUBUNGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI NON FORMAL DENGAN PERKEMBANGAN ANAK DI KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO

ABSTRAK. Kata kunci: anak balita, perkembangan, indeks antropometri, pertumbuhan, motorik kasar

BAB II TINJAUAN TEORI. suatu rumah tangga. Keluarga inti terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anaknya. deteksi dan intervensi dini (Soetjiningsih, 2014).

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang.

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL. Hubungan Peran Ibu dalam Stimulasi Dini dengan Perkembangan Anak Usia Toddler di Desa Hutabohu Kecamatan Limboto Barat

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk

BAB I PENDAHULUAN UKDW. organ-organ dan sistemnya yang terorganisasi (IDAI, 2002). personal social (kepribadian dan tingkah laku),

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi-eksperimen, dengan

Transkripsi:

I. Pendahuluan Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena pada masa ini pertumbuhan dasar akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya (Soetjiningsih, 1995). Dalam upaya pemenuhan hak anak, perhatian terhadap anak usia dini menjadi penting karena merupakan masa emas (Golden Periode), jendela kesempatan (window opportunity) tetapi juga masa kritis (critical period) (Kemenkes RI, 2010). Pada masa balita, terdapat kemajuan dalam perkembangan motorik. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak halus (Kemenkes RI, 2010). Hampir semua aktivitas yang kita lakukan dengan tubuh kita merupakan keterampilan motorik halus dan kasar (Cook, 2010). Seorang anak perlu mendapatkan perawatan dan pengasuhan yang tepat dalam masa tiga tahun pertama karena masa tersebut merupakan masa kritis bagi pertumbuhan dan perkembangan anak (Rudolph, 2006). Dalam perkembangannya, diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna agar potensi berkembang, sehingga hal ini perlu mendapat perhatian (Soetjiningsih, 1995). Untuk perkembangan anak yang optimum, diperlukan orang lain, yaitu hubungan baik antara ayah, ibu dan anak, di samping keadaan sosio ekonomi yang kuat (Hassan, 2007). Keluarga memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral, dan pendidikan anak. Pengalaman interaksi di dalam keluarga akan menentukan pola dan tingkah laku anak terhadap orang lain dalam masyarakat (Soetjiningsih, 1995). Faktor lingkungan ikut berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. Lingkungan fisiko-bio-psiko-sosial yang cukup baik merupakan kebutuhan pokok anak untuk pertumbuhan dan perkembangan yang sebaik-baiknya (Hassan, 2007). Akhir-akhir ini, lebih dari 60% anak-anak yang baru lahir 1

hingga berusia 5 tahun banyak menghabiskan waktu dalam perawatan seseorang selain orang tua mereka sendiri (Demma, 2010). Dengan semakin meningkatnya taraf pendidikan dan ketrampilan wanita Indonesia, serta berkembangnya perekonomian di negara kita, maka semakin terbuka lapangan kerja untuk wanita, dan semakin banyak ibu yang bekerja di luar rumah. Akibatnya semakin banyak balita yang ditinggal bekerja oleh orang tuanya. Berdasarkan kenyataan tersebut tampaknya di masa mendatang kebutuhan Tempat Penitipan Anak (TPA) yang orang tuanya bekerja di luar rumah akan semakin meningkat (Narendra, 2005). Pondok Pesantren Assalaam Sukoharjo adalah salah satu pondok pesantren modern di Sukoharjo. Selain fasilitas santri, di dalamnya terdapat kompleks perumahan para pegawai dan Watatita yang merupakan TPA. Dengan lingkungan yang sama, maka bila dilakukan penelitian mengenai perbedaan perkembangan motorik balita di bawah asuhan keluarga dan TPA Watatita dimungkinkan akan terdapat bias yang kecil. Sehingga diharapkan didapatkan hasil penelitian yang baik dengan tingkat kepercayaan tinggi. II. Metode Penelitian A. Jenis dan Desain Penelitian Merupakan penelitian observasional analitik dengan menggunakan rancangan potong lintang (cross-sectional). B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Watatita Assalaam dan beberapa rumah di kompleks Pondok Pesantren Assalaam yang keluarganya mengasuh balita sendiri. Penelitian dilaksanakan bulan September-Oktober tahun 2011. 2

C. Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah balita yang ada di TPA Watatita Assalaam dan yang diasuh oleh keluarga pegawai Assalaam sendiri. D. Sampel dan Teknik Sampling Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara nonprobability sampling atau non-random sampling dengan pendekatan purposive sampling. E. Estimasi Besar Sampling Sampel dihitung berdasarkan rumus berikut: [ ] [ ] ( ) (Sastroasmoro, 1995). Besar sampel minimal sebanyak 42 anak per kelompok dengan asumsi hilang pengukuran sebanyak 10%. Jumlah total sampel sebanyak 47 anak per kelompok. F. Kriteria Sampel 1. Kriteria Inklusi: a) Balita di TPA Assalaam bulan September-Oktober 2011 dan yang diasuh oleh keluarga pegawai Assalaam b) Balita sehat c) Balita yang dititipkan di TPA dalam kurun waktu minimal 2 bulan. 2. Kriteria Eksklusi: Balita yang tidak kooperatif dan tidak memiliki kelainan yang mengganggu penilaian ketika dilakukan tes Denver. 3

G. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas : perkembangan motorik balita. 2. Variabel terikat : asuhan keluarga dan TPA. 3. Variabel perancu: genetik, gizi, dan lingkungan sekitar. H. Prosedur Penelitian 1. Tahap persiapan a) Mengurus surat izin sekaligus melapor kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan kepada instansi berwenang. b) Mengunjungi dan mengadakan pendekatan ke lokasi penelitian. 2. Tahap Pelaksanaan Penelitian Pendataan, pengukuran dan pencatatan hasil tes Denver terhadap balita di Watatita Assaalam dan yang diasuh keluarganya sendiri. I. Jalannya Penelitian Populasi Sampel Asuhan Keluarga TPA Perkembangan Motorik Balita Perkembangan Motorik Balita Dibandingkan 4

J. Cara Pengumpulan Data Data primer diambil dari hasil pengukuran perkembangan motorik melalui tes Denver untuk mengetahui kemampuan motorik anak. K. Definisi Operasional 1. Balita: anak dengan rentang usia 1-5 tahun. 2. Gerakan motorik halus: aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan-gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat (Soetjiningsih, 1995). Penilaian : Denver Development Screening Test II (Tes Denver) Kategori : normal, suspek, dan tidak dapat diuji Skala : ordinal 3. Perkembangan motorik kasar: aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh (Soetjiningsih, 1995). Penilaian : Denver Development Screening Test II (Tes Denver) Kategori : normal, suspek, dan tidak dapat diuji Skala : ordinal 4. Asuhan keluarga: pengasuhan dan pendidikan balita yang dilakukan langsung oleh keluarga sendiri, baik keluarga inti (ibu, ayah, dan saudara kandung) maupun keluarga besar (nenek dan kakek). Kategori : Asuhan keluarga dan TPA Skala : nominal 5. Taman Penitipan Anak (TPA): salah satu bentuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada jalur pendidikan non-formal yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus pengasuhan dan kesejahteraan sosial terhadap anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun (Kemdiknas, 2010). Kategori : Asuhan keluarga dan TPA Skala : nominal 5

L. Instrumen Penelitian 1. Alat peraga: benang wol merah, kismis atau manik-manik, kubus warna merah-kuning-hijau-biru, permainan anak, botol kecil, bola tenis, bel kecil, kertas, dan pensil. 2. Lembar formulir tes Denver. 3. Buku petunjuk referensi yang menjelaskan tentang tes Denver. M. Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengambilan data perkembangan motorik balita menggunakan tes Denver. 2. Editing dan pengklasifikasian data. 3. Memberi kode data perkembangan balita yang ada (coding). 4. Pemasukan data (entry) menggunakan Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 17.0 For Windows. 5. Menyusun data (tabulating) dalam bentuk tabel. 6. Analisis data menggunakan uji Fisher (derajat kemaknaan 95%) untuk menghubungkan perkembangan motorik balita dengan asuhan keluarga dan TPA. 6

III. Hasil Penelitian Dan Pembahasan A. Karakteristik Subyek Penelitian Karakteristik Tempat Pengasuhan Keluarga TPA Frekuensi % Frekuensi % 1. Umur < 1 th 6 33,33% 3 14,29% 1-3 th 6 33,33% 17 80,95% > 3 th 6 33,33% 1 4,76% Total 18 100,00% 21 100,00% 2. Jenis Kelamin Laki-laki 8 44,44% 11 52,38% Perempuan 10 55,56% 10 47,62% Total 18 100,00% 21 100,00% 3. Pekerjaan Ibu Ibu Rumah Tangga 12 66,67% 0 0% Wanita Karir 6 33,33% 21 100,00% Total 18 100,00% 21 100,00% B. Distribusi Perkembangan Motorik Balita di Bawah Asuhan Keluarga dan yang Dititipkan di TPA Perkembangan motorik balita, dikategorikan menjadi 3 yaitu normal, suspek, dan tidak ada kesempatan. Variabel Frekuensi % Motorik Halus Normal 17 94,44% Suspek 1 5,56% Total 18 100,00% Motorik Kasar Normal 16 88,89% Suspek 2 11,11% Total 18 100,00% Berdasarkan tabel di atas didapatkan data balita yang diasuh keluarga, 17 balita atau 94,44% memiliki perkembangan motorik halus normal dan 5,56% atau 1 balita tergolong suspek. Sedangkan motorik 7

kasarnya terdapat 16 anak normal atau sebanyak 88,89% dan sisanya 2 orang masuk dalam kategori suspek atau sebesar 11,11%. Variabel Frekuensi % Motorik Halus Normal 14 66,67% Suspek 7 33,33% Total 21 100,00% Motorik Kasar Normal 20 95,23% Suspek 1 4,77% Total 21 100,00% Tabel di atas menunjukkan perkembangan motorik halus balita yang dititipkan di TPA sebanyak 14 balita normal atau sebanyak 66,67% dan didapatkan 7 orang sisanya tergolong suspek atau sebanyak 33,33%.Untuk motorik kasarnya sebanyak 20 balita normal atau sebanyak 95,23% dan 1 orang termasuk suspek atau sebanyak 4,77%. C. Analisis Hasil Penelitian Hasil analisis data menggunakan uji Fisher didapatkan hasil terdapat perbedaan yang bermakna pada perkembangan motorik halus balita di bawah asuhan keluarga dibanding balita yang dititipkan di TPA. Sedangkan untuk perkembangan motorik kasarnya tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada balita di bawah asuhan keluarga dengan balita yang dititipkan di TPA. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tempat Asuhan Asuhan Keluarga Dititipkan di TPA x 2 P. value Nilai Motorik Halus Jumlah % Jumlah % Normal 17 94,44% 14 66,67% 0,03 0,04 Suspek 1 5,56% 7 33,33% Berdasarkan tabel di atas menunjukkan perkembangan motorik halus balita di bawah asuhan keluarga dengan balita yang ditipkan di 8

TPA secara statistik memiliki perbedaan yang bermakna sebesar p=0,04 (p<0,05). Berarti Ha diterima dan Ho ditolak, interpretasinya balita yang diasuh di bawah keluarga lebih baik perkembangan motorik halusnya dibanding balita yang dititipkan di TPA. Tempat Asuhan Nilai Motorik Asuhan Keluarga Dititipkan di TPA x 2 P. value Kasar Jumlah % Jumlah % Normal 16 89,00% 20 95,00% 0,45 0,44 Suspek 2 11,00% 1 5,00% Tabel di atas menunjukkan perkembangan motorik kasar balita di bawah asuhan keluarga dengan balita yang dititipkan, secara statistik tidak memiliki perbedaan dengan nilai p=0,44 (p>0,05). Berarti Ha ditolak dan Ho diterima, interpretasinya yaitu tidak terdapat perbedaan perkembangan motorik kasar antara balita yang diasuh dibawah keluarga dengan balita yang dititipkan di TPA. D. Pembahasan Hasil analisis penelitian menggunakan uji Fisher untuk kategori perkembangan motorik halus balita di bawah asuhan keluarga dibanding balita yang dititipkan di TPA secara statistik didapatkan nilai p=0,04 (p<0,05) yang berarti terdapat perbedaan yang bermakna. Artinya balita yang diasuh oleh keluarga cenderung memiliki pola perkembangan motorik halus yang lebih baik dibanding balita yang dititipkan di TPA. Motorik halus dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih, karenanya dibutuhkan stimulasi dari orang tua atau pengasuh. Dengan diasuh di rumah, anak dapat dengan fokus dipantau oleh ibunya ketika belajar dan berlatih mengenai hal baru (Kaplan, 1997). Hal itu akan memberikan rasa aman dan percaya pada anak sehingga motivasi untuk dapat melakukan hal baru mudah tercipta. Hasil penelitian Briawan menunjukkan hubungan positif nyata antara stimulasi dengan perkembangan anak, hal ini berarti semakin 9

banyak anak diberi stimulasi maka perkembangannya semakin baik, dan stimulasi yang paling berpengaruh terhadap perkembangan anak adalah stimulasi yang berasal dari kedua orang tuanya (Briawan, 2008). Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Marshall 2004 yakni faktor keluarga memiliki faktor yang lebih dominan dibanding faktor-faktor yang didapatkan di tempat perawatan anak. Serta didukung dari kesimpulan penelitian lainnya yaitu didapatkan semakin baik pengetahuan orang tua khususnya ibu maka akan semakin baik pula perkembangan motorik anak (Anggraini, 2010). Hasil perkembangan motorik kasar balita di bawah asuhan keluarga dibanding balita yang dititipkan di TPA menggunakan uji Fisher didapatkan nilai p=0,44 (p>0,05) yang berarti secara statistik tidak terdapat perbedaan. Artinya baik balita yang diasuh oleh keluarga sendiri maupun balita yang dititipkan di TPA memiliki tingkat perkembangan motorik kasar yang sama atau hampir sama. Terdapat faktor-faktor lainnya yang juga mempengaruhi perkembangan motorik kasar yakni rangsangan terhadap otot-otot selama tahun-tahun pertama, kematangan, serta kesiapan anak (Hurlock, 2001). Kemampuan motorik anak meningkat sejalan dengan meningkatnya umur (Santrock, 2007). Perkembangan pengendalian otot terjadi karena adanya faktor pematangan dan faktor belajar, namun sebelum keadaan siap tercapai, belajar tidak akan ada manfaatnya (Hurlock, 2001). Perkembangan motorik terpusat pada keseluruhan hasil pembelajaran dan pengalaman anak dan akan terus berlanjut sebagai aktifitas kehidupan sehari-hari (Kagan, 2005). Dengan belajar coba salah, anak mengembangkan kemampuannya dengan mencoba dan mencoba lagi apabila gagal melakukan suatu tindakan. Dari hasil penelitian Intikhobah 2009 didapatkan kesimpulan terdapat perbedaan perkembangan bahasa, kognitif, perilaku sosial, dan motorik halus yang signifikan terhadap batita yang diasuh di TPA dan diasuh oleh Pembantu Rumah Tangga (PRT). Namun tidak didapatkan 10

perbedaan perkembangan motorik kasar antara balita yang dittipkan di TPA dengan balita yang diasuh oleh PRT. Pengasuhan stimulasi psikososial yang diberikan ibu kepada anak di rumah ternyata tetap memberikan pengaruh positif pada perkembangan fisik dan motorik anak. Hal ini memperlihatkan bahwa peran ibu dan keluarga dalam pemberian stimulasi psikososial di rumah adalah amat penting. Dilihat dari program sekolah yang diterima anak, tampak bahwa sarana di Kelompok Bermain (KB) yang semakin baik juga berpengaruh positif pada perkembangan motorik anak. Artinya kelompok bermain dengan sarana yang semakin beragam dan lengkap akan meningkatkan perkembangan motoriknya (Hastuti, 2009). Pada penelitian ini tidak didapatkan perbedaan perkembangan motorik kasar balita yang diasuh oleh keluarga maupun yang dititipkan di TPA dikarenakan pada tahap ini dimanapun tempatnya anak akan tumbuh sesuai dengan tahapannya. Dalam proses perkembangan, anak akan belajar secara aktif untuk meniru dan mengikuti orang-orang di sekitarnya serta belajar untuk menciptakan pergerakan yang baru. Oleh karena itu dapat dipahami mengapa perkembangan motorik kasar balita yang diasuh keluarga dengan balita yang dititipkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan. IV. Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan 1. Terdapat perbedaan perkembangan motorik halus pada balita yang diasuh oleh keluarga dibanding balita yang dititipkan di TPA. 2. Tidak terdapat perbedaan perkembangan motorik kasar pada balita yang diasuh oleh keluarga dibanding balita yang dititipkan di TPA. B. Saran 1. Bagi ilmu kedokteran diharapkan dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya. 11

2. Bagi orang tua diharapkan ibu yang mengasuh anaknya sendiri di rumah memberikan stimulasi anak agar perkembangan motorik mereka dapat tercapai sesuai dengan tingkatan umur. 3. Bagi TPA diharapkan lebih memperhatikan setting lingkungan belajar dan materi pembelajaran agar sesuai dengan umur dan tahap perkembangan anak. 4. Bagi Peneliti selanjutnya agar sampel yang digunakan lebih banyak. DAFTAR PUSTAKA Anggraini, H. N. 2010. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Perkembangan Motorik Anak Usia 2-4 tahun Siswa PAUD Harapan Bunda Kelurahan Kedurus Surabaya. STIKES YARSIS. Skripsi Kesehatan Masyarakat. Briawan, Dodik & Herawati, Tin. 2008. Peran Stimulasi Orangtua terhadap Perkembangan Anak Balita Keluarga Miskin. Vol. 1 No. 1: 64-76. Cook J., 2010. Importance of Fine and Gross motor skills. International Specialist Eye Centre. Demma R., 2010. Building an Early Childhood Professional Development System. NGA. 202-624-5306. Hassan R., & Alatas H., 2007. Ilmu Kesehatan Anak 1: Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. pp: 100-1,390-3. Hastuti, D., 2009. Stimulasi Psikososial Pada Anak Kelompok Bermain Dan Pengaruhnya Pada Perkembangan Motorik, Kognitif, Sosial Emosi, Dan Moral Atau Karakter Anak. Jur. Ilm. Kel. dan Kons. pp: 41-56. Hurlock, E. B., 2001. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga. pp: 1-11, 76-8. Intikhobah I., 2009. Perbedaan Perkembangan Anak Usia 24 36 Bulan Yang Berada Di Tempat Penitipan Anak (TPA) Dan Di Rumah Yang Diasuh Oleh Pembantu Rumah Tangga. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Skripsi Fakultas Psikologi. Kagan, S. L., et all. 2005. Early Learning and Development Benchmarks A Guide to Young Children s Learning and Development: From Birth to Kindergarten Entry. The State of Washington. 12

Kaplan, H. I., Sadock, B. J., & Grebb, J. A. 1997. Sinopsis Psikiatri. Jakarta: Binarupa Aksara. pp : 709-11. Kemdiknas RI. 2010. Pedoman Teknis Penyelenggaraan Taman Penitipan Anak. Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini: Direktorat Jenderal Pendidikan Non formal dan Informal. Kemenkes RI. 2010. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan, Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat. pp: 4-9. Kemenkes RI. 2010. Pelayanan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Direktorat Bina Gizi dan KIA. Narendra, M. B., dkk. 2008. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Buku Ajar I. Jakarta: CV Sagung Seto. pp: 8-12. Rudolph, A. M., Hoffman, J. I. E., & Rudolph, C. D., 2006. Buku Ajar Pediatri Rudolph Edisi 20 Volume 1: Pediatri Perkembangan Perilaku. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. pp: 209-12. Santrock, J. W., 2009. Perkembangan Anak Edisi Kesebelas Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga. pp: 206-14. Sastroasmoro S., & Ismael S., 1995. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Binarupa Aksara. Soetjiningsih., 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. pp: 1, 29-30, 65-73, 121-6. 13