Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah Nasional yang menyebutkan bahwa kawasan kars merupakan kawasan lindung

dokumen-dokumen yang mirip
BAB. I PENDAHULUAN. Judul penelitian Studi Karakteristik Mineralogi dan Geomagnetik Endapan

KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI NOMOR : 1518 K/20/MPE/1999 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN KARS MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI,

BAB I PENDAHULUAN. eksploitasi dan pemanfaatan sumber daya alam, yang dalam praktiknya perlu

BAB I PENDAHULUAN. khas, baik secara morfologi, geologi, maupun hidrogeologi. Karst merupakan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Implementasi Kebijakan Pelarangan Penambangan Di Kawasan Karst Kabupaten Gunungkidul Retna Dewi Wuspada 1,*, Hastuti Purnaweni 2 dan Dwi P.

SALINAN. Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN KAWASAN KARS DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Batugamping Bukit Karang Putih merupakan bahan baku semen PT Semen

DISAMPAIKAN DI DINAS PUPESDM PROP DIY

BAB I PENDAHULUAN. daerah tandus, akan tetapi pada kenyataannya Kabupaten Gunungkidul

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk fenomena pelarutan batuan lain, seperti gypsum dan batu garam. 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

TERM OF REFERENCE (KERANGKA ACUAN KERJA) KEGIATAN PEMBUATAN PROFIL INVESTASI DI JATENG SERTA PENINGKATAN KERJASAMA DAN PROMOSI PERTAMBANGAN

KERANGKA ACUAN KERJA KEGIATAN PENYUSUNAN POTENSI SERTA NERACA SUMBERDAYA DAN CADANGAN MINERAL DI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN I.1.

lajur Pegunungan Selatan Jawa yang berpotensi sebagai tempat pembentukan bahan galian mineral logam. Secara umum daerah Pegunungan Selatan ini

ENDAPAN FOSFAT DI DAERAH MADURA

BAB I PENDAHULUAN. Ellis and Mahon (1977) menjelaskan bahwa energi panas bumi merupakan

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2016

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA UTARA TENTANG REKLAMASI DAN PASCA TAMBANG

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN 50 KOTA DAN SIJUNJUNG, PROVINSI SUMATERA BARAT

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1456 K/20/MEM/2000 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN KARS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN. Oleh : Tim Penyusun

Bab I. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok

Materi kuliah dapat didownload di

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian mengenai geokimia air tanah adalah salah satu jenis penelitian

RANCANGAN PERATURAN KPU TENTANG TAHAPAN, PROGRAM DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM TAHUN 2019

BAB I PENDAHULUAN. curam, hanya beberapa tempat yang berupa dataran. Secara umum daerah Pacitan

BUPATI BANDUNG BARAT

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

BAB I PENDAHULUAN JUDUL PENELITIAN

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

DAFTAR ISI. Hal LEMBAR PENGESAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR FOTO...

BAB II TINJAUAN UMUM

bahwa Kawasan Bentang Alam Karst Langkat memiliki

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kegiatan eksplorasi minyak dan gas bumi, batuan karbonat kerap

BAB I PENDAHULUAN. administratif termasuk ke dalam provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Di Pulau

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG

STUDI PROSPEK PENGEMBANGAN EKOWISATA PADA KAWASAN SEKITAR KARS GOMBONG SELATAN DALAM MENDUKUNG KEBERLANJUTAN WILAYAH TUGAS AKHIR

2

BAB I PENDAHULUAN I.1. Judul Penelitian I.2. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dan sejarahnya (termasuk perkembangan kehidupan), serta proses-proses yang telah

2

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

mengakibatkan Kabupaten Gunungkidul dikatakan sebagai daerah miskin air dan bencana kekeringan menjadi permasalahan yang sering dihadapi oleh

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN NOVEMBER 2015

POTENSI DAN PEMANFAATAN BATUGAMPING DI PT. SUGIH ALAMNUGROHO KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KAJIAN PENILAIAN KEBERHASILAN REKLAMASI TERHADAP LAHAN BEKAS PENAMBANGAN DI PT. SUGIH ALAMANUGROHO KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN UMUM

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL. Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul. Alokasi Kebutuhan, Pupuk Bersubsidi, Sektor Pertanian.

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELARANGAN PENAMBANGAN DI KAWASAN KARST KABUPATEN GUNUNGKIDUL

Penyesuaian Tarif Listrik Tahun 2014 per 1 Juli 2014

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR GAMBAR...

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh bahan dari alam yang kemudian dapat digunakan untuk kepentingan

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis dan Fisiografis. perbukitan karst berarti bentuk wilayahnya perbukitan dan batuannya karst.

IV. METODOLOGI 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des Jan

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA OKTOBER 2009

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

CAPAIAN IMPLEMENTASI 4 FOKUS AREA RENCANA AKSI Gerakan Nasional Penyelamatan Sektor Kelautan Indonesia PEMERINTAH PROVINSI BANTEN

A. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) 1) B. Indeks Ekspektasi Harga 1) - Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) - Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manajemen sumber daya manusia merupakan satu bidang manajemen

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kecamatan

2017, No sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 105 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2015

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

Perkembangan Jasa Akomodasi Provinsi Kalimantan Tengah

Gambar 1. Lokasi kesampaian daerah penyelidikan di Daerah Obi.

PERKEMBANGAN HARGA BBM 1 APRIL 2016

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dunia akan timah terus meningkat seiring dengan pengurangan

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA BARAT AGUSTUS 2017

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. Wonogiri (Jawa Tengah) : Kabupaten Trenggalek (Jawa Timur)

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Gunungkidul merupakan daerah dengan batu kapur yang

SURVEI PENJUALAN ECERAN

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Jawa merupakan daerah penghasil sumber daya tambang dengan

BAB V HASIL PENELITIAN

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 63 TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai

Tabel Lampiran 1. Hasil Perhitungan Analisis Neraca Air dengan Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu Tahun Normal. Tabel Lampiran 2. Hasil Perhitungan

BAB IV UBAHAN HIDROTERMAL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan galian fosfat ditemukan sebagai endapan fosfat guano, hasil dari endapan sejumlah kotoran kelelawar, kondisi karakteristiknya belum diketahui dengan kemungkinan kualitas fosfat yang baik karena pernah digunakan oleh masyarakat untuk penambangan rakyat. Deposit fosfat alam di Indonesia pada umumnya ditemukan di daerah kars, batugamping atau dolomitik yang merupakan deposit gua yang tersebar di seluruh Indonesia. Deposit gua atau batu kapur terdapat pada daerah yang terpencar dan belum ditemukan deposit dalam jumlah yang cukup, kecuali untuk diusahakan dalam skala kecil. Deposit yang berasal dari sekresi burung dan kelelawar (guano) umumnya ditemukan dalam bentuk karbonat hidroksi apatit (Ca 10 (PO 4, CO 3 ) 6 (OH) 2 ). Mineral lain seperti kuarsa, kalsit, dan dolomit umumnya juga ditemukan dalam mineral apatit sebagai secondary mineral (Teddy dkk, 2009). Kabupaten Gunungkidul merupakan kabupaten yang kaya akan bentang alam karsnya. Di Kabupaten Gunung Kidul terdapat gua-gua. Gua-gua tersebut merupakan salah satu tempat yang tepat untuk tinggal burung dan kelelawar yang akhirnya akan menghasilkan endapan fosfat dan guano yang banyak. Endapan fosfat guano yang sudah mulai diusahakan oleh masyarakat setempat, dilaporkan oleh Kantor Pertambangan dan Energi Kabupaten Gunungkidul (2008) terdapat di Desa Giriharjo termasuk dalam Kecamatan Panggang. Fosfat digolongkan sebagai bahan galian industri yang dikonsumsi dalam jumlah besar, akan tetapi cadangannya terbatas atau belum diketahui keberadaannya, serta posisinya berada di kawasan lindung kars. Fosfat guano terbentuk dari kotoran kelelawar yang menumpuk di dasar gua, yang kemudian mengalami pembusukan dan bereaksi dengan batugamping. Penggalian fosfat guano dilakukan secara terbuka, dan dilakukan dengan menggunakan peralatan sederhana seperti cangkul, linggis dan belencong.

Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah Nasional yang menyebutkan bahwa kawasan kars merupakan kawasan lindung geologi dan Kepmen ESDM Nomor 1659 K/40/MEM/2004 tentang Penetapan Kawasan Kars Gunungsewu dan Pacitan Timur telah mendasari Pemerintah Kabupaten Gunungkidul mengeluarkan kebijakan pelarangan penambangan di kawasan kars Kabupaten Gunungkidul. Peraturan tersebut dikeluarkan agar kawasan kars dapat terlindungi dan keselamatan masyarakat khususnya penambang di gua-gua tersebut dapat terjamin. Hal tersebut terjadi karena proses penambangan fosfat yang ada ditakutkan munculnya korban akibat tertimpa ornamen gua-gua yang ada karena penambangan yang berlebihan. Penambangan fosfat guano di daerah tersebut dilakukan secara sederhana dengan cara mengambil endapan fosfat dan guano yang terkubur di dalam gua. Usaha tersebut sangat beresiko selain terhadap keselamatan penambang juga terhadap kelestarian bentang alam kars yang ada, karena ornamen-ornamen gua akan menjadi hancur akibat penambangan yang dilakukan tanpa perencanaan yang tepat. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik mineralogi fosfat yang ada untuk diketahui model pembentukannya sehingga dalam penambangan dan pengusahaannya endapan fosfat dapat dilakukan secara efektif dan tidak mengganggu kondisi gua yang ada. 1.2 Perumusan Masalah Kondisi geologi yang terdiri dari batuan karbonat berupa batugamping yang menghasilkan bentukan gua-gua dengan ornamen hasil dari proses karbonat di dalamnya. Hal tersebut merupakan tempat yang tepat untuk kelelawar sebagai tempat tinggalnya. Endapan fosfat guano yang dihasilkan dapat dilihat sebagai hasil degradasi antara kotoran kelelawar dengan batuan sedimen disekitarnya. Proses pembentukan akan mempengaruhi dalam penentuan karakteristik fosfat dalam membedakan kondisi pembentukan fosfat yang ada serta faktor yang mempengaruhi pembentukannya. 1. Bagaimana proses mineralisasi terbentuknya fosfat?

2. Bagaimana faktor yang mempengaruhi terbentuknya mineral fosfat? 3. Bagaimana karakteristik endapan fosfat dari proses pembentukannya sampai komposisi mineraloginya? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian mineral fosfat di Gua Giriharjo dan Gua Ngrandu Kabupaten Gunungkidul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah: 1. Mengetahui karakteristik mineralisasi fosfat pada Gua Giriharjo dan Gua Ngrandu. 2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi pembentukan mineral fosfat. 3. Mengetahui pembentukan mineral fosfat. 1.4 Batasan Masalah Penelitian ini lebih terfokus pada karakteristik mineralisasi fosfat di Gua Giriharjo dan Gua Ngrandu Kabupaten Gunungkidul yang dipengaruhi beberapa faktor dalam pembentukannya, meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1. Karakteristik mineral fosfat yang ada pada gua-gua tersebut didapat baik dari kondisi morfologi, geologi, serta batuan penyusun terdapatnya endapan fosfat tersebut. 2. Proses mineralisasinya dari hasil reaksi antara kotoran kelelawar dengan batuan sedimen di sekitarnya yang menghasilkan endapan fosfat dalam gua yang diteliti. 3. Komposisi kimia dan mineralogi fosfat dapat dari kenampakan di lapangan serta berbagai analisis dan interpretasi dari conto meliputi jenis mineral, mineraloginya dan kimianya. 1.5. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang dilakukan nantinya dapat memberikan informasi mengenai karakteristik fosfat guano. Selain diketahuinya kondisi bentuk fosfat guano, hal tersebut yang dapat menjadi acuan dan informasi data serta sebagai referensi mengenai gambaran yang jelas dan terperinci untuk kalangan akademisi. Dapat dijadikan sebagai rekomendasi yang merupakan suatu rujukan yang positif

bagi pengembangan pemerintah daerah dan perusahaan terkait dalam pengusahaan endapan tersebut. 1.6. Keaslian Penelitian Sampai saat ini belum ada yang meneliti secara spesifik mengenai fosfat guano tentang karakteristiknya di daerah Gunungkidul khususnya daerah tersebut. Dengan demikian penelitian yang akan dilakukan lebih spesifik pada karakteristik mineralisasi endapan fosfat guano pada Gua Giriharjo dan Gua Ngrandu Kabupaten Gunungkidul. Adapun peneliti terdahulu adalah: 1. Dinas Perekonomian Pemerintah Kabupaten Gunungkidul tahun 2003 mengenai profil Bahan Galian Industri Kabupaten Gunungkidul. 2. Dinas Perekonomian Pemerintah Kabupaten Gunungkidul tahun 2008 mengenai laporan Akhir Penyusunan Zonasi Tata Ruang Wilayah Pertambangan Kabupaten Gunungkidul 3. Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Energi Sumberdaya Mineral Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan CV. Bhangun Kharsa Raharja tahun 2010 dalam Penyusunan Peta Usulan Rencana Wilayah Pertambangan Kabupaten Gunungkidul, yang menunjukkan bahwa daerah Gua Ngrandu dan Gua Giriharjo memiliki endapan fosfat. 4. Niarti dkk, tahun 2013 mengenai penentuan penentuan jenis mineral magnetik guano dari dua buah gua yaitu Gua Solek dan Gua Rantai Kecamatan Lareh Sago Halaban Kabupaten Lima Puluh Kota menggunakan metode x-ray difraction(xrd). 5. Sikazwe et al, 2004 mengenai kualitas dan sumberdaya guano kelelawar Gua Cipongwe dan Gua Kapongo untuk pupuk. 1.7. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang dilakukan tepatnya di Gua Giriharjo Desa Giriharjo Kecamatan Panggang dan Gua Ngrandu Desa Ngloro Kecamatan Saptosari secara administratif terletak di Kabupaten Gunungkidul Propinsi Daerah istimewa Yogyakarta (Gambar 1.1).

Adapun koordinat lokasi penelitian adalah sebagai berikut : 1. Gua Giriharjo Dusun Panggang III Desa Giriharjo Kecamatan Panggang S 08º 01 10,4 E 110º25 07,8 atau 443608 mt 9108701mU 2. Gua Ngrandu Dusun Ngrandu Desa Ngoloro Kecamatan Saptosari S 08º 03 46,8 E 110º29 17,5 atau 0435958mT 9113494 mu. Gambar 1.1 Peta lokasi p enelitian Gua Giriharjo dan Gua Ngrandu Kabupaten Gunungkidul

1.8 Jadwal penelitian Penelitian ini dilakukan selama bulan Mei 2014 sampai dengan Mei 2015. Tabel 1.1 Jadwal Penelitian Waktu 2014 2015 Kegiatan Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Studi Pustaka Kegiatan Lapangan Pengumpulan Data Analisis dan Konsultasi Penyusunan Tesis Ujian Tesis Revisi Tesis Penyerahan Tesis