BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan galian fosfat ditemukan sebagai endapan fosfat guano, hasil dari endapan sejumlah kotoran kelelawar, kondisi karakteristiknya belum diketahui dengan kemungkinan kualitas fosfat yang baik karena pernah digunakan oleh masyarakat untuk penambangan rakyat. Deposit fosfat alam di Indonesia pada umumnya ditemukan di daerah kars, batugamping atau dolomitik yang merupakan deposit gua yang tersebar di seluruh Indonesia. Deposit gua atau batu kapur terdapat pada daerah yang terpencar dan belum ditemukan deposit dalam jumlah yang cukup, kecuali untuk diusahakan dalam skala kecil. Deposit yang berasal dari sekresi burung dan kelelawar (guano) umumnya ditemukan dalam bentuk karbonat hidroksi apatit (Ca 10 (PO 4, CO 3 ) 6 (OH) 2 ). Mineral lain seperti kuarsa, kalsit, dan dolomit umumnya juga ditemukan dalam mineral apatit sebagai secondary mineral (Teddy dkk, 2009). Kabupaten Gunungkidul merupakan kabupaten yang kaya akan bentang alam karsnya. Di Kabupaten Gunung Kidul terdapat gua-gua. Gua-gua tersebut merupakan salah satu tempat yang tepat untuk tinggal burung dan kelelawar yang akhirnya akan menghasilkan endapan fosfat dan guano yang banyak. Endapan fosfat guano yang sudah mulai diusahakan oleh masyarakat setempat, dilaporkan oleh Kantor Pertambangan dan Energi Kabupaten Gunungkidul (2008) terdapat di Desa Giriharjo termasuk dalam Kecamatan Panggang. Fosfat digolongkan sebagai bahan galian industri yang dikonsumsi dalam jumlah besar, akan tetapi cadangannya terbatas atau belum diketahui keberadaannya, serta posisinya berada di kawasan lindung kars. Fosfat guano terbentuk dari kotoran kelelawar yang menumpuk di dasar gua, yang kemudian mengalami pembusukan dan bereaksi dengan batugamping. Penggalian fosfat guano dilakukan secara terbuka, dan dilakukan dengan menggunakan peralatan sederhana seperti cangkul, linggis dan belencong.
Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah Nasional yang menyebutkan bahwa kawasan kars merupakan kawasan lindung geologi dan Kepmen ESDM Nomor 1659 K/40/MEM/2004 tentang Penetapan Kawasan Kars Gunungsewu dan Pacitan Timur telah mendasari Pemerintah Kabupaten Gunungkidul mengeluarkan kebijakan pelarangan penambangan di kawasan kars Kabupaten Gunungkidul. Peraturan tersebut dikeluarkan agar kawasan kars dapat terlindungi dan keselamatan masyarakat khususnya penambang di gua-gua tersebut dapat terjamin. Hal tersebut terjadi karena proses penambangan fosfat yang ada ditakutkan munculnya korban akibat tertimpa ornamen gua-gua yang ada karena penambangan yang berlebihan. Penambangan fosfat guano di daerah tersebut dilakukan secara sederhana dengan cara mengambil endapan fosfat dan guano yang terkubur di dalam gua. Usaha tersebut sangat beresiko selain terhadap keselamatan penambang juga terhadap kelestarian bentang alam kars yang ada, karena ornamen-ornamen gua akan menjadi hancur akibat penambangan yang dilakukan tanpa perencanaan yang tepat. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik mineralogi fosfat yang ada untuk diketahui model pembentukannya sehingga dalam penambangan dan pengusahaannya endapan fosfat dapat dilakukan secara efektif dan tidak mengganggu kondisi gua yang ada. 1.2 Perumusan Masalah Kondisi geologi yang terdiri dari batuan karbonat berupa batugamping yang menghasilkan bentukan gua-gua dengan ornamen hasil dari proses karbonat di dalamnya. Hal tersebut merupakan tempat yang tepat untuk kelelawar sebagai tempat tinggalnya. Endapan fosfat guano yang dihasilkan dapat dilihat sebagai hasil degradasi antara kotoran kelelawar dengan batuan sedimen disekitarnya. Proses pembentukan akan mempengaruhi dalam penentuan karakteristik fosfat dalam membedakan kondisi pembentukan fosfat yang ada serta faktor yang mempengaruhi pembentukannya. 1. Bagaimana proses mineralisasi terbentuknya fosfat?
2. Bagaimana faktor yang mempengaruhi terbentuknya mineral fosfat? 3. Bagaimana karakteristik endapan fosfat dari proses pembentukannya sampai komposisi mineraloginya? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian mineral fosfat di Gua Giriharjo dan Gua Ngrandu Kabupaten Gunungkidul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah: 1. Mengetahui karakteristik mineralisasi fosfat pada Gua Giriharjo dan Gua Ngrandu. 2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi pembentukan mineral fosfat. 3. Mengetahui pembentukan mineral fosfat. 1.4 Batasan Masalah Penelitian ini lebih terfokus pada karakteristik mineralisasi fosfat di Gua Giriharjo dan Gua Ngrandu Kabupaten Gunungkidul yang dipengaruhi beberapa faktor dalam pembentukannya, meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1. Karakteristik mineral fosfat yang ada pada gua-gua tersebut didapat baik dari kondisi morfologi, geologi, serta batuan penyusun terdapatnya endapan fosfat tersebut. 2. Proses mineralisasinya dari hasil reaksi antara kotoran kelelawar dengan batuan sedimen di sekitarnya yang menghasilkan endapan fosfat dalam gua yang diteliti. 3. Komposisi kimia dan mineralogi fosfat dapat dari kenampakan di lapangan serta berbagai analisis dan interpretasi dari conto meliputi jenis mineral, mineraloginya dan kimianya. 1.5. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang dilakukan nantinya dapat memberikan informasi mengenai karakteristik fosfat guano. Selain diketahuinya kondisi bentuk fosfat guano, hal tersebut yang dapat menjadi acuan dan informasi data serta sebagai referensi mengenai gambaran yang jelas dan terperinci untuk kalangan akademisi. Dapat dijadikan sebagai rekomendasi yang merupakan suatu rujukan yang positif
bagi pengembangan pemerintah daerah dan perusahaan terkait dalam pengusahaan endapan tersebut. 1.6. Keaslian Penelitian Sampai saat ini belum ada yang meneliti secara spesifik mengenai fosfat guano tentang karakteristiknya di daerah Gunungkidul khususnya daerah tersebut. Dengan demikian penelitian yang akan dilakukan lebih spesifik pada karakteristik mineralisasi endapan fosfat guano pada Gua Giriharjo dan Gua Ngrandu Kabupaten Gunungkidul. Adapun peneliti terdahulu adalah: 1. Dinas Perekonomian Pemerintah Kabupaten Gunungkidul tahun 2003 mengenai profil Bahan Galian Industri Kabupaten Gunungkidul. 2. Dinas Perekonomian Pemerintah Kabupaten Gunungkidul tahun 2008 mengenai laporan Akhir Penyusunan Zonasi Tata Ruang Wilayah Pertambangan Kabupaten Gunungkidul 3. Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Energi Sumberdaya Mineral Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan CV. Bhangun Kharsa Raharja tahun 2010 dalam Penyusunan Peta Usulan Rencana Wilayah Pertambangan Kabupaten Gunungkidul, yang menunjukkan bahwa daerah Gua Ngrandu dan Gua Giriharjo memiliki endapan fosfat. 4. Niarti dkk, tahun 2013 mengenai penentuan penentuan jenis mineral magnetik guano dari dua buah gua yaitu Gua Solek dan Gua Rantai Kecamatan Lareh Sago Halaban Kabupaten Lima Puluh Kota menggunakan metode x-ray difraction(xrd). 5. Sikazwe et al, 2004 mengenai kualitas dan sumberdaya guano kelelawar Gua Cipongwe dan Gua Kapongo untuk pupuk. 1.7. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang dilakukan tepatnya di Gua Giriharjo Desa Giriharjo Kecamatan Panggang dan Gua Ngrandu Desa Ngloro Kecamatan Saptosari secara administratif terletak di Kabupaten Gunungkidul Propinsi Daerah istimewa Yogyakarta (Gambar 1.1).
Adapun koordinat lokasi penelitian adalah sebagai berikut : 1. Gua Giriharjo Dusun Panggang III Desa Giriharjo Kecamatan Panggang S 08º 01 10,4 E 110º25 07,8 atau 443608 mt 9108701mU 2. Gua Ngrandu Dusun Ngrandu Desa Ngoloro Kecamatan Saptosari S 08º 03 46,8 E 110º29 17,5 atau 0435958mT 9113494 mu. Gambar 1.1 Peta lokasi p enelitian Gua Giriharjo dan Gua Ngrandu Kabupaten Gunungkidul
1.8 Jadwal penelitian Penelitian ini dilakukan selama bulan Mei 2014 sampai dengan Mei 2015. Tabel 1.1 Jadwal Penelitian Waktu 2014 2015 Kegiatan Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Studi Pustaka Kegiatan Lapangan Pengumpulan Data Analisis dan Konsultasi Penyusunan Tesis Ujian Tesis Revisi Tesis Penyerahan Tesis