BAB I PENDAHULUAN I.1.
|
|
- Inge Yuwono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kasongan adalah nama daerah tujuan wisata di wilayah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta yang terkenal dengan hasil kerajinan gerabahnya (Gambar 1.1). Daerah ini terletak di Pedukuhan Kajen, Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, sekitar 6 km dari Alun-alun Utara Yogyakarta ke arah Selatan. Gambar 1.1. Gapura Desa Wisata Kasongan yang terletak di Jalan Raya Yogya Bantul. Di Desa Wisata Kasongan tersebut terdapat banyak kerajinan gerabah, baik tradisional maupun modern. Supantono dkk (2006) menyebutkan bahwa pusat kerajinan gerabah Kasongan pada awalnya berkembang di salah satu Dusun Kajen yaitu Kasongan. Namun lama- kelamaan semakin menyebar ke dusun-dusun lain, seperti Kalipucang, Tirto, Gedongan dan dusun-dusun di Kajen lainnya. Sampai saat ini produk kerajinan tersebut tetap memakai nama Kasongan walaupun pembuatannya tidak berada di Kasongan. Bahan baku utama yang digunakan oleh pengrajin gerabah di Kasongan adalah lempung yang berasal dari Desa Bangunjiwo, yang terletak berdekatan dengan 1
2 sentra industri gerabah Kasongan. Lempung dari Bangunjiwo tersebut kemudian dicampur dengan lempung dari daerah lain dan pasir untuk dijadikan adonan bahan gerabah (Perdana dkk, 2012). Untuk selanjutnya, penyebutan lempung Kasongan dalam tesis ini menggunakan istilah lempung Bangunjiwo, sesuai nama administratif lokasi tempat pengambilan lempung tersebut. Dengan semakin berkembangnya industri kerajinan gerabah Kasongan ini, maka diperlukan bahan baku yang semakin banyak. Karena ditambang secara terusmenerus akibatnya cadangan lempung di daerah Bangunjiwo sebagai pemasok utama bahan baku lempung, semakin berkurang. Seiring waktu, persediaan lempung Bangunjiwo semakin terbatas dan kualitasnya semakin menurun (Perdana dkk, 2012). Akibatnya para pengrajin kesulitan untuk mencari bahan baku lempung untuk menjaga keberlangsungan industri keramik yang telah berlangsung turun-temurun tersebut. Usaha yang telah dilakukan para pengrajin untuk memenuhi kebutuhan bahan baku lempung tersebut adalah dengan mencari lempung di tempat lain. Usaha ini cukup membantu pemenuhan bahan baku, akan tetapi masalah yang dihadapi adalah lempung dari tempat lain tersebut mempunyai kualitas yang tidak sebagus lempung Bangunjiwo, sehingga produk yang dihasilkan tidak sesuai yang diharapkan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik yang dipersyaratkan dalam industri gerabah di beberapa lokasi di daerah Yogyakarta, yang diharapkan dapat menjadi pengganti bahan baku industri gerabah Kasongan. Berdasarkan studi literatur, diketahui ada beberapa daerah di sekitar industri gerabah Kasongan yang terdapat endapan lempung sehingga dapat dilakukan penelitian apakah lempung pada daerah tersebut dapat digunakan sebagai bahan baku industri gerabah Kasongan, menggantikan lempung Bangunjiwo. Daerah tersebut antara lain Gunung Ngampon (Seyegan, Sleman), Bukit Godean (Godean, Sleman) dan Pendoworejo (Girimulyo, Kulon Progo). 2
3 I.2. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dilakukan penelitian ini adalah untuk menentukan bisa tidaknya endapan lempung di daerah penelitian (hal. 4) digunakan sebagai bahan baku industri gerabah Kasongan menggantikan lempung Bangunjiwo yang selama ini digunakan dan cadangannya sudah tidak bisa memenuhi kebutuhan lagi. Tujuan penelitian adalah: 1. Mengetahui karakteristik lempung yang dipersyaratkan dalam industri gerabah, baik karakteristik fisik, kimia maupun mineralogi, pada endapan lempung Bangunjiwo dan genesisnya 2. Menentukan karakteristik lempung yang dipersyaratkan dalam industri gerabah, baik karakteristik fisik, kimia dan mineralogi di lokasi penelitian (Gunung Ngampon, Seyegan, Bukit Godean dan Pendoworejo, Kulon Progo) dan genesis lempung tersebut. 3. Menentukan lempung yang paling sesuai untuk digunakan sebagai pengganti lempung Bangunjiwo sebagai bahan baku industri gerabah Kasongan. I.3. Rumusan Masalah 1. Bagaimana karakteristik mineral lempung Bangunjiwo yang dipakai sebagai bahan baku industri gerabah Kasongan, meliputi karakteristik fisik dan kimia dan mineraloginya? 2. Bagaimana genesis mineral lempung Bangunjiwo yang merupakan bahan baku industri gerabah Kasongan? 3. Apakah mineral lempung di daerah penelitian (Gunung Ngampon, Seyegan, Bukit Godean dan Pendoworejo, Kulon Progo) mempunyai genesis yang sama dengan mineral lempung Bangunjiwo? 4. Bagaimana cara membedakan lempung hasil pelapukan dan alterasi hidrotermal? 3
4 5. Apakah mineral lempung di daerah penelitian (Gunung Ngampon, Seyegan, Bukit Godean dan Pendoworejo, Kulon Progo) bisa digunakan sebagai pengganti bahan baku industri gerabah Kasongan? I.4. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di beberapa daerah di sekitar industri gerabah Kasongan yang terdapatendapan lempung, dimana daerah tersebut masih berada di Daerah Istimewa Yogyakarta (Gambar 1.2). Daerah tersebut adalah Gunung Ngampon (Seyegan, Sleman), Gunung Wungkal dan sekitarnya (Godean, Sleman) dan Pendoworejo (Girimulyo, Kulon Progo). Gambar 1.2. Lokasi penelitian berada di Desa Bangunjiwo, Kasihan, Bantul dan beberapa daerah di wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terdapat endapan lempung. 4
5 I.5. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah mengetahui karakteristik lempung yang dipersyaratkan dalam industri keramik dan gerabah terhadap lempung Bangunjiwo, serta lempung di daerah Gunung Ngampon (Seyegan), Bukit Godean (Godean) dan Pendoworejo (Girimulyo, Kulon Progo), meliputi karakteristik fisik, kimia dan mineralogi. Selain itu juga dapat mengetahui karakteristik lempung pada masingmasing daerah tersebut setelah dibentuk dan dibakar menjadi gerabah. Dengan penelitian ini diharapkan dapat mengetahui lempung dari daerah penelitian yang mana yang dapat menggantikan lempung Bangunjiwo sebagai bahan baku industri gerabah Kasongan sehingga diharapkan dapat menjaga keberlangsungan industri gerabah Kasongan yang telah berlangsung turun-temurun. I.6. Batasan Masalah Penelitian ini mengambil tempat di Desa Bangunjiwo sebagai lokasi pengambilan lempung yang merupakan bahan baku industri gerabah Kasongan dan beberapa lokasi lain di daerah Yogyakarta dan sekitarnya, yang jaraknya tidak terlalu jauh dari daerah sentra industri gerabah Kasongan, yaitu di Kecamatan Seyegan dan Godean, Kabupaten Sleman dan Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulonprogo. Selain itu, ruang lingkup penelitian ini hanya mencakup penentuan karakteristik lempung yang dipersyaratkan dalam industri gerabah, baik karakteristik fisik, kimia maupun mineralogi dan pemetaan geologi untuk menentukan genesis lempung di daerah penelitian, dan tidak sampai pada penghitungan cadangan lempung pada tiap lokasi penelitian. I.7. Penelitian Terdahulu Subyoto dkk, 2000, melakukan penelitian dengan judul Persebaran Geografis Industri Genteng Terhadap Pendapatan Penduduk Serta Usaha Untuk Melestarikan Lingkungannya (Suatu Penelitian Survei di Kawasan Perbukitan Godean, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta). Dalam penelitian ini 5
6 dapat diketahui bahwa industri genteng di daerah tersebut kebanyakan terdapat di sekitar Perbukitan Godean yang mencakup wilayah Kecamatan Godean dan Seyegan dimana endapan lempung biasanya menempati morfologi berombak dan bergelombang pada kaki dan lereng perbukitan tersebut. Budiadi, 2009, melakukan penelitian dengan judul Kajian Mineral Lempung Sebagai Bahan Galian Industri di Daerah Siwareng Kecamatan Seyegan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam penelitian ini diketahui bahwa mineral lempung di daerah tersebut adalah haloisit dan didapatkan kesimpulan bahwa lempung tersebut dapat digunakan sebagai bahan pembuatan keramik. Perdana dkk, 2012, melakukan penelitian dengan judul Karakteristik Bahan dan Termal Lempung Lokal Sebagai Bahan Baku Alternatif Keramik Kasongan. Dalam penelitian ini diperoleh data bahwa mineral lempung daerah Bangunjiwo adalah kaolinit dan haloisit. Priyono, 2012, melakukan penelitian dengan judul Kajian Mineral Lempung pada Kejadian Bencana Longsorlahan di Pegunungan Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tipe, jenis dan jumlah mineral lempung dan pengaruhnya terhadap intensitas kejadian longsorlahan di Pegunungan Kulon Progo, termasuk daerah Girimulyo. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan data bahwa mineral lempung yang dominan di Pegunungan Kulon Progo adalah kaolinit dan smektit/monmorilonit. 6
BAB I PENDAHULUAN. pertambangan mineral bukan logam dan pertambangan batuan andesit, tanah liat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah Kecamatan Godean dan Seyegan merupakan kawasan peruntukan pertambangan mineral bukan logam dan pertambangan batuan andesit, tanah liat atau lempung (Pasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki beraneka ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak jaman kerajaan-kerajaan
Lebih terperinciPerbandingan Karakteristik Lempung Kasongan dan Godean Sebagai Bahan Baku Industri Gerabah Kasongan
Tersedia online di: http://ejournal.undip.ac.id/index.php/teknik Teknik, 37 (1), 2016, 41-46 Perbandingan Karakteristik Lempung Kasongan dan Godean Sebagai Bahan Baku Industri Gerabah Kasongan Tri Winarno*
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. butiran batuan atau rekahan batuan yang dibutuhkan manusia sebagai sumber air
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Airtanah merupakan air yang tersimpan dan mengalir dalam ruang antar butiran batuan atau rekahan batuan yang dibutuhkan manusia sebagai sumber air bersih. Badan Pusat
Lebih terperinciBAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN
BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Sleman 3.1.1 Kondisi Geografis Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN
BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN 3.1. Tinjauan Umum Kota Yogyakarta Sleman Provinsi Derah Istimewa Yogyakarta berada di tengah pulau Jawa bagian selatan dengan jumlah penduduk 3.264.942 jiwa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. permintaan bahan bangunan. Hal tersebut mengakibatkan semakin banyak pula
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang dan Perumusan Masalah Perkembangan pembangunan di Indonesia yang sangat pesat terutama di bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat yang meliputi konstruksi infrastruktur,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mada 1990) 1 P4N UG, Rencana Induk Pembangunan Obyek Wisata Desa Wisata Kasongan (Universitas Gajah
BAB I PENDAHULUAN Di Indonesia keramik sudah dikenal sejak jaman dahulu. Keramik disebut juga gerabah, termasuk bata dan genteng. Bata dan genteng sudah digunakan sejak jaman majapahit. Terbukti dari beberapa
Lebih terperinciLandasan Konseptual Perencanaan dan Perancangan. Pengembangan Kawasan Kerajinan Gerabah Kasongan BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kabupaten Bantul memiliki banyak industri kerajinan yang dapat ditawarkan menjadi objek wisata alternative meliputi bermacam wisata alam, budaya, pendidikan dan lainnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Untuk tercapainya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia maka
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk tercapainya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia maka diselenggarakan berbagai macam kegiatan usaha dan produksi yang menunjang pembangunan.
Lebih terperinciKEADAAN UMUM WILAYAH. Sleman merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Daerah Istimewa
IV. KEADAAN UMUM WILAYAH A. Kabupaten Sleman 1. Kondisi Geografis Sleman merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara geografis Kabupaten Sleman terletak diantara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Desa Pendoworejo berada pada ketinggian 100 hingga 475 mdpl. Pada peta
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Desa Pendoworejo berada pada ketinggian 100 hingga 475 mdpl. Pada peta yang disusun oleh Novianto dkk. (1997), desa ini berada pada Satuan Geomorfologi Perbukitan
Lebih terperinciStudi Hidrogeologi dan Identifikasi Intrusi Air asin pada Airtanah di Daerah Samas, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Ketika kesetimbangan neraca air suatu daerah terganggu, maka terjadi pergeseran pada siklus hidrologi yang terdapat di daerah tersebut. Pergeseran tersebut dapat terjadi
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek
BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek 3.1.1 Kondisi Administratif Kabupaten Kulon Progo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten dari
Lebih terperincipenduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi.
penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi. III.1.3. Kondisi Ekonomi Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik, perhitungan PDRB atas harga
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi
III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN WILAYAH
BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pembagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara administratif yaitu sebagai berikut. a. Kota Yogyakarta b. Kabupaten Sleman
Lebih terperinciPENATAAN KORIDOR JALAN KASONGAN DI BANTUL
LANDASAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN KORIDOR JALAN KASONGAN DI BANTUL Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun oleh : BOGI DWI CAHYANTO
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KAWASAN
BAB III TINJAUAN KAWASAN 3.1. Tinjauan Wilayah D.I. Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta terletak antara 110º.00-110º.50 Bujur Timur dan antara 7º.33-8 º.12 Lintang Selatan. Secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keramik atau gerabah merupakan barang atau bahan yang dibuat dari bahan-bahan organik (bukan logam) dengan bahan-bahan tanah dan batu-batu silikat sebagai bahan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. administratif termasuk ke dalam provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Di Pulau
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Pulau Sumbawa terletak di sebelah timur dari Pulau Lombok yang secara administratif termasuk ke dalam provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Di Pulau Sumbawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara umum kondisi geologi menyimpan potensi kebencanaan yang dapat
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Secara umum kondisi geologi menyimpan potensi kebencanaan yang dapat merugikan manusia. Kebencanaan geologi mengakibatkan kerusakan infrastruktur maupun korban manusia,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi pajak yang sangat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi pajak yang sangat tinggi, akan tetapi banyak potensi pajak yang hilang atau tidak diperhatikan
Lebih terperinciBab ini berisi tentang kesimpulan dari penelitian, dan saran untuk pengembangan penelitian selanjutnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta jika ditinjau dari sudut geografis, memiliki sebagian wilayah yang dilewati oleh aliran sungai besar, yang tergabung dalam kesatuan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Latar Belakang. menjadi pusat pengembangan dan pelayanan pariwisata. Objek dan daya tarik
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata kedua di Indonesia setelah Bali. DIY juga menjadi salah satu propinsi yang menjadi pusat pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kecil merupakan salah satu jenis industri yang potensial karena memiliki kontribusi besar dalam pembangunan. Industri kecil mampu menyerap banyak tenaga kerja,
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.
54 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.185,80 km 2 dengan perbatasan wilayah dari arah Timur : Kabupaten Wonogiri di
Lebih terperinciKEADAAN UMUM KABUPATEN BANTUL. Kabupaten Bantul terdiri dari 17 kecamatan, 75 desa, dan 933 dusun. Secara
IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN BANTUL A. Letak Kabupaten Bantul Kabupaten Bantul merupakan salah satu kabupaten dari 5 kabupaten/kota di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang terletak di Pulau Jawa.
Lebih terperinciBAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro
BAB III DATA LOKASI 3.1 Data Makro 3.1.1 Data Kawasan wilayah Kabupaten Sleman yaitu : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Magelang (Provinsi Jawa Tengah) Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten
Lebih terperinciPENDAHULUAN. menggunakan Analisis Tidak Langsung berdasarkan SNI Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah
PENDAHULUAN 1.1 Judul Penelitian Penelitian ini berjudul Pemetaan Zona Kerentanan Gerakan Tanah menggunakan Analisis Tidak Langsung berdasarkan SNI 13-7124-2005 Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring perkembangan jumlah perumahan yang semakin meningkat,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan jumlah perumahan yang semakin meningkat, permintaan konsumen terhadap unsur bangunan juga meningkat. Salah satunya adalah keramik lantai sebagai
Lebih terperinciPOSITRON, Vol. VII, No. 1 (2017), Hal ISSN: ( print )
Survei Potensi Sumber Daya Geologi yang didukung Data Resistivitas di Gunung Wungkal Yogyakarta Nurul Dzakiya a, MGS. Dwiki Nugraha b, Nenden L. Sidik b, Trias Galena b a Teknik Geologi, FTM, Institut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu Sub DAS Kayangan. Sub DAS (Daerah Aliran Sungai) Kayangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana longsor lahan (landslide) merupakan salah satu bencana yang paling sering terjadi di Indonesia. Longsor lahan mengakibatkan berubahnya bentuk lahan juga
Lebih terperinciBAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN
BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN 3.1 Data Lokasi Gambar 30 Peta Lokasi Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 62 1) Lokasi tapak berada di Kawasan Candi Prambanan tepatnya di Jalan Taman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri kecil di perdesaan dikenal sebagai tambahan sumber pendapatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kecil di perdesaan dikenal sebagai tambahan sumber pendapatan keluarga dan juga sebagai penunjang kegiatan pertanian yang merupakan mata pencaharian pokok
Lebih terperincilajur Pegunungan Selatan Jawa yang berpotensi sebagai tempat pembentukan bahan galian mineral logam. Secara umum daerah Pegunungan Selatan ini
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Pegunungan Selatan Jawa Timur dan Jawa Barat merupakan bagian dari lajur Pegunungan Selatan Jawa yang berpotensi sebagai tempat pembentukan bahan galian
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan. I Putu Krishna Wijaya 11/324702/PTK/07739 BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu wilayah di Indonesia yang sering mengalami bencana gerakan tanah adalah Provinsi Jawa Barat. Dari data survei yang dilakukan pada tahun 2005 hingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan yang lainnya memiliki kesamaan dalam beberapa hal. Rasa solidaritas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia selalu berinteraksi dan membutuhkan bantuan orang lain dalam bertahan hidup. Manusia selalu hidup berkelompok dalam suatu masyarakat, dan itu artinya
Lebih terperinciBAB IV DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. IV.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif
BAB IV DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN IV.1 Gambaran Umum Wilayah IV.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Sleman merupakan salah satu wilayah yang tergabung kedalam Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.2. Perumusan Masalah
15 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Daerah Bangunjiwo yang merupakan lokasi ini, merupakan salah satu desa di Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, D.I Yogyakarta. Berdasarkan Peta Geologi Lembar Yogyakarta,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki potensi cadangan tanah liat sangat besar dan tersebar hampir di seluruh daerah. Melimpahnya tanah liat di beberapa daerah membuat masyarakat
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM DESA WUKIRSARI
23 BAB IV KONDISI UMUM DESA WUKIRSARI 4.1 Aspek Biofisik 4.1.1 Geografis dan Administratif Desa Wukirsari secara administratif terletak di Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini, ketidakseimbangan antara kondisi ketersediaan air di alam dengan kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu kebutuhan mutlak bagi seluruh kehidupan di bumi. Air juga merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui. Tetapi saat ini, ketidakseimbangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten yang lainnya seperti Sleman,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten yang lainnya seperti Sleman, Bantul dan Kulon Progo, Gunungkidul adalah daerah yang kurang subur baik di dalam segi pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terhadap barang ini pun kian meningkat seiring bertambahnya jumlah
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Air memegang peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan kebutuhan terhadap barang ini pun kian meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk di suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Rencana pengembangan kawasan pantai selatan Pulau Jawa yang membentang dari Jawa Timur sampai Jawa Barat, tentu akan memberi dampak perkembangan penduduk di daerah-daerah
Lebih terperinciBAB IV. A. Pelaksanaan Pasal 24 huruf a, b, dan c Undang-undang Nomor 20 Tahun tentang Rumah Susun Oleh Pemerintah Kabupaten Sleman.
BAB IV HASIL PENELITIAN dan ANALISIS A. Pelaksanaan Pasal 24 huruf a, b, dan c Undang-undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun Oleh Pemerintah Kabupaten Sleman. a. Profil Kabupaten Sleman a. Kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kedua sumber utama tidak dapat memenuhi kebutuhan. Ketersediaan pangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketersediaan pangan didefinisikan sebagai kondisi tersedianya pangan dari hasil produksi dalam negeri dan cadangan pangan nasional serta impor apabila kedua sumber utama
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kabupaten Kulonprogo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di propinsi Daerah Istimewa
Lebih terperinciPemanfaatan Peta Geologi dalam Penataan Ruang dan Pengelolaan Lingkungan
Pemanfaatan Peta Geologi dalam Penataan Ruang dan Pengelolaan Lingkungan Yogyakarta, 21 September 2012 BAPPEDA DIY Latar Belakang UU No.25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; Seluruh
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN LOKASI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
BAB IV TINJAUAN LOKASI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 4.1. Letak geografis wilayah Yogyakarta 1 Secara geografis Daerah Istimewa Yogyakarta terletak diantara 7 33-8 15 Lintang Selatan dan 110 5-110 50 Bujur
Lebih terperinciBAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI
BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI 3.1 Deskripsi Umum Lokasi Lokasi perancangan mengacu pada PP.26 Tahun 2008, berada di kawasan strategis nasional. Berda satu kawsan dengan kawasan wisata candi. Tepatnya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGELOLAAN SEKTOR PERIKANAN. 1. Kondisi Geografis dan Batas Wilayah Administrasi
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGELOLAAN SEKTOR PERIKANAN A. Gambaran Umum Kabupaten Sleman 1. Kondisi Geografis dan Batas Wilayah Administrasi Kabupaten Sleman merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi
Lebih terperinciBAB II PROFIL DAERAH KABUPATEN SLEMAN & BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN SLEMAN
BAB II PROFIL DAERAH KABUPATEN SLEMAN & BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN SLEMAN A. Profil Daerah Kabupaten Sleman 1. Letak dan Luas Wilayah a. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak
Lebih terperinciPeraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah Nasional yang menyebutkan bahwa kawasan kars merupakan kawasan lindung
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan galian fosfat ditemukan sebagai endapan fosfat guano, hasil dari endapan sejumlah kotoran kelelawar, kondisi karakteristiknya belum diketahui dengan kemungkinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu pilar kekuatan perekonomian suatu daerah. Hal ini disebabkan karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sering disebut sebagai salah satu pilar kekuatan perekonomian suatu daerah. Hal ini disebabkan karena UMKM mempunyai fleksibilitas
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
58 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Profil Daerah Istimewa Yogyakarta Sumber: DPPKA Pemda DIY Gambar 4.1 Peta Administrasi Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Administrasi Kabupaten Bangka Tengah secara administratif terdiri atas Kecamatan Koba, Kecamatan Lubuk Besar, Kecamatan Namang, Kecamatan Pangkalan Baru, Kecamatan
Lebih terperinciLAPORAN EKSPLORASI BAHAN GALIAN BATU ANDESIT KELOMPOK V
LAPORAN EKSPLORASI BAHAN GALIAN BATU ANDESIT KELOMPOK V BLOK GUNUNG KELIR/SONYO, DESA JATIMULYO, KECAMATAN GIRIMULYO, KABUPATEN KULON PROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA OLEH : APRIANI SAREMPA 710011106
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) (2014), kepadatan penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta terutama di Kabupaten Sleman mencapai 1.939 jiwa/km 2. Di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikarenakan adanya kondisi geologi Indonesia yang berupa bagian dari rangkaian
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Tanah longsor adalah salah satu bencana yang berpotensi menimbulkan korban jiwa masal. Ini merupakan bencana yang sering terjadi di Indonesia. Hal ini
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KHUSUS Kawasan Outbound Training di Kabupaten Kulon Progo 3.1 TINJAUAN KONDISI UMUM KABUPATEN KULON PROGO
BAB III TINJAUAN KHUSUS Kawasan Outbound Training di Kabupaten Kulon Progo Kawasan outbound training di Kabupaten Kulon Progo merupakan kawasan pusat di alam terbuka yang bertujuan untuk mewadahi kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dunia bisnis kini berkembang sangat pesat di jaman yang maju dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia bisnis kini berkembang sangat pesat di jaman yang maju dan modern ini. Seiring dengan hal tersebut, pola pikir masyarakat yang modern mampu mengubah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. telah tertuang rencana pembangunan jaringan jalur KA Bandara Kulon Progo -
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta dalam Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 2009-2029 telah tertuang rencana pembangunan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di
IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai lima Kabupaten dan satu Kotamadya, salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul. Secara geografis,
Lebih terperinciVulnerability. (Kerentanan) Praktikum Lapangan Gunung Merapi Mata Kuliah Mitigasi Bencana
Vulnerability (Kerentanan) Praktikum Lapangan Gunung Merapi Mata Kuliah Mitigasi Bencana Aria Gumilar Rachmat Arie Prabowo M. Kurniawan Rama Irawan Program Studi Kependudukan dan Lingkungan Hidup Program
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Emas merupakan salah satu logam yang memiliki nilai yang tinggi ( precious metal). Tingginya nilai jual emas adalah karena logam ini bersifat langka dan tidak banyak
Lebih terperinciBAB III. TINJAUAN KHUSUS WISMA UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA Kondisi Wilayah Kaliurang Sleman Yogyakarta Gambaran Umum Wilayah Sleman
BAB III. TINJAUAN KHUSUS WISMA UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA 3.1. Kondisi Wilayah Kaliurang Sleman Yogyakarta 3.1.1. Gambaran Umum Wilayah Sleman Luas Wilayah Kabupaten Sleman adalah 57.482 Ha atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota Yogyakarta berkedudukan sebagai ibukota Provinsi DIY dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Yogyakarta berkedudukan sebagai ibukota Provinsi DIY dan merupakan satu-satunya daerah tingkat dua yang berstatus kota di samping empat daerah tingkat dua lainnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Banyak pihak yang membutuhkan aliran informasi yang cepat dan murah.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Informasi telah menjadi gerbang bagi manusia menuju era baru tanpa terhalang oleh adanya batas-batas geografis dan geopolitis, yang pada akhirnya tercipta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Longsorlahan merupakan perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah atau mineral campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Judul Penelitian I.2. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1. Judul Penelitian Penelitian ini berjudul Studi Mineral Berat Dalam Endapan Pasir Kuarsa di Daerah Singkawang dan Sekitarnya, Propinsi Kalimantan Barat. I.2. Latar Belakang Masalah
Lebih terperinciJumlah desa, dusun dan luas Kabupaten Bantul per kecamatan dapat
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Letak dan Luas Daerah Penelitian Secara astronomis Kabupaten Bantul terletak antara 07 0 44 04-08 0 00 27 LS dan 110 0 12 34 110 0 31 08 BT.
Lebih terperinciSEBARAN LOKASI INDUSTRI GENTENG DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN DI KECAMATAN SAYEGAN DAN GODEAN KABUPATEN SLEMAN
SEBARAN LOKASI INDUSTRI GENTENG DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN DI KECAMATAN SAYEGAN DAN GODEAN KABUPATEN SLEMAN Oleh: Suparmini Jurusan Pendidikan Geografi FISE UNY Abstrak Studi bertujuan untuk mengkaji persebaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai merupakan torehan di permukaan bumi yang merupakan penampungan dan penyalur alamiah aliran air, material yang dibawanya dari bagian hulu ke bagian hilir suatu
Lebih terperinciPOTENSI DAN PEMANFAATAN BATUGAMPING DI PT. SUGIH ALAMNUGROHO KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
POTENSI DAN PEMANFAATAN BATUGAMPING DI PT. SUGIH ALAMNUGROHO KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Oleh MHD MULTAZAM Program Studi Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta No Hp 085233739329
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi banjir ialah aliran air sungai yang tingginya melebih muka air normal, sehinga melimpas dari palung sungai menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kawasan Bandung Utara terbentuk oleh proses vulkanik Gunung Sunda dan Gunung Tangkuban Perahu pada kala Plistosen-Holosen. Hal tersebut menyebabkan kawasan ini tersusun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lingkungan hidup adalah, kesatuan ruang dengan semua benda, daya, mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan hidup adalah, kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri,
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Geomorfologi Bentuk lahan di pesisir selatan Yogyakarta didominasi oleh dataran aluvial, gisik dan beting gisik. Dataran aluvial dimanfaatkan sebagai kebun atau perkebunan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kuliah Kerja Kesehatan Masyarakat atau K3M Fakultas. Kedokteran Universitas Gadjah Mada merupakan kegiatan yang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kuliah Kerja Kesehatan Masyarakat atau K3M Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada merupakan kegiatan yang disetarakan dengan kegiatan Kuliah Kerja Nyata Program
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM WILAYAH. Kabupaten Sleman merupakan kabupaten yang memiliki luas areal sebesar
IV. KEADAAN UMUM WILAYAH Kabupaten Sleman merupakan kabupaten yang memiliki luas areal sebesar 57.482 Ha yang terdiri dari 17 Kecamatan yaitu Mayudan, Godean, Minggir, Gamping, Segeyan, Ngaglik, Mlati,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Geologi dan Studi Ubahan Hidrotermal Daerah Sumberboto dan Sekitarnya, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ring of fire merupakan jalur dari 452 gunungapi aktif dan dorman di dunia yang menimbulkan dampak positif dan negatif terhadap daerah yang dilewatinya. Dampak positif
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta atau DIY adalah kota kecil yang terletak di bagian selatan pulau Jawa, DIY merupakan provinsi yang berdasarkan wilayah Kasultanan Ngayogyakarta
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara administratif, daerah penelitian termasuk dalam wilayah Jawa Barat. Secara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lokasi Daerah Penelitian Secara administratif, daerah penelitian termasuk dalam wilayah Jawa Barat. Secara geografis, daerah penelitian terletak dalam selang koordinat: 6.26-6.81
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Secara administratif Kota Yogyakarta berada di bawah pemerintahan Propinsi DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) yang merupakan propinsi terkecil setelah Propinsi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penduduknya bertempat tinggal di kawasan permukiman perdesaan, dan. pertanian semakin berkurang.berkaitan dengan hal tersebut, maka
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia termasuk salah satu negara agraris yang sebagian besar penduduknya bertempat tinggal di kawasan permukiman perdesaan, dan menggantungkan hidupnya pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, berbatasan dengan : 1. Sebelah Utara: Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kabupaten Bantul merupakan, Kabupaten yang terletak di sebelah Selatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, berbatasan dengan : 1. Sebelah Utara: Kota Yogyakarta
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN WILAYAH
BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Provinsi D.I. Yogyakarta 3.1.1. Keadaan Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta terletak diantara 110 0 00-110 0 50 Bujur Timur dan antara 7 0 33-8 0 12 Lintang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kelayakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelayakan 1.1.1. Kondisi Pariwisata Indonesia Dalam bidang kepariwisataan, wilayah-wilayah di Indonesia menawarkan banyak sekali potensi yang dapat menarik wisatawan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kebijakan Otonomi Daerah yang diterapkan oleh pemerintah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kebijakan Otonomi Daerah yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia dengan melakukan proses desentralisasi terhadap daerah-daerah otonom memiliki potensi yang sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak, masih dianggap belum dapat menjadi primadona. Jika diperhatikan. dialihfungsikan menjadi lahan non-pertanian.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk kemakmuran rakyat, memerlukan keseimbangan antar berbagai sektor. Sektor pertanian yang selama ini merupakan aset penting karena
Lebih terperinciSumber: data pribadi
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Kerajinan Indonesia Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki populasi terbesar di dunia. Indonesia sangat kaya jika dibandingkan dengan negara lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata merupakan industri yang banyak dikembangkan di negaranegara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan industri yang banyak dikembangkan di negaranegara berkembang (developing country) pada tiga dekade terakhir. Hal ini jelas terlihat dari banyaknya
Lebih terperinciKAJIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN FISIK AKIBAT PENAMBANGAN PASIR DAN BATU DI KECAMATAN TEMPEL KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
KAJIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN FISIK AKIBAT PENAMBANGAN PASIR DAN BATU DI KECAMATAN TEMPEL KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Agung Dwi Sutrisno Jurusan Teknik Pertambangan, Sekolah Tinggi Teknologi
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (I b M)
LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (I b M) I b M MANAJEMEN DESA WISATA JIPANGAN (Mono Tahun) Oleh: Yohana Ari Ratnaningtyas, S.E., M.Si. NIDN 00 050273 04 Agnes WidyasmoroS.Sn., M.A.. NIDN 00
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Menurut Asdak (2010), daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang secara topografik dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung dan
Lebih terperinciBoks: Dampak Gempa terhadap Masyarakat Dunia Usaha DIY
Boks: Dampak Gempa terhadap Masyarakat Dunia Usaha DIY Pendahuluan Pada tanggal 27 Mei 2006, terjadi sebuah peristiwa gempa tektonik berkekuatan 5,9 SR di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperoleh bahan dari alam yang kemudian dapat digunakan untuk kepentingan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penambangan adalah salah satu aktivitas yang dilakukan manusia guna memperoleh bahan dari alam yang kemudian dapat digunakan untuk kepentingan manusia, seperti menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bersifat komersial seperti kegiatan industri, pertanian, perkantoran, perhotelan,
2 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri bahwa air merupakan zat yang sangat penting bagi manusia. Salah satu sumber air untuk memenuhi kebutuhan manusia adalah air tanah, baik untuk
Lebih terperinci