BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR 1.5 Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah daratan (tidak memiliki wilayah laut) yang berbatasan langsung dengan ibukota RI. Secara geografis Kabupaten Bogor mempunyai luas sekitar 2.388,93 Km 2 dan terletak antara 6.19 0 lintang selatan dan 106 0 1' -107 0 103' bujur timur. Cibinong adalah ibukota Kabupaten Bogor. Batas-batas wilayah Kabupaten Bogor adalah: a. Di Utara : Kota Depok b. Di Barat : Kabupaten Lebak. c. Di Barat Daya : Kabupaten Tangerang. d. Di Timur : Kabupaten Purwakarta. e. Di Timur Laut : Kabupaten Bekasi. f. Di Selatan : Kabupaten Sukabumi. g. Di Tenggara : Kabupaten Cianjur. Batas-batas wilayah Kabupaten Bogor dapat dilihat pada peta (Gambar 6). Gambar 6 Peta Batas Wilayah Kabupaten Bogor
Berdasarkan hasil Pendataan Sosial Ekonomi 2005, Kabupaten Bogor memiliki 40 Kecamatan, 427 desa/kelurahan, 13.541 RT dan 913.206 rumah tangga. Dari jumlah tersebut 234 desa mempunyai ketinggian sekitar kurang dari 500 m di atas permukaan laut (dpl), 144 desa diantara 500-700 m dan sisanya 49 desa sekitar lebih dari 500 m dpl. Hampir sebagian besar desa pada Kabupaten Bogor sudah terklasifikasi sebagai desa Swakarya yakni 236 desa, lainnya 191 desa Swasembada dan tidak ada desa Swadaya. Berdasarkan klasifikasi daerah, dilihat dari aspek potensi lapangan usaha, kepadatan penduduk dan sosial terdapat kategori desa perkotaan sebanyak 199 dan desa pedesaan sebanyak 228 desa. 1.6 Kependudukan dan Sumberdaya Manusia Jumlah penduduk Kabupaten Bogor tahun 2007 menurut hasil penyempurnaan data Sensus Daerah (Susda) melalui kegiatan Pencocokan dan Penelitian (Coklit) adalah sebanyak 4.300.510 jiwa, lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun 2006 yang berjumlah 4.216.186 jiwa. Dari data jumlah penduduk tersebut, maka pertumbuhan penduduk Kabupaten Bogor pada tahun 2007 sebesar 2%. Jumlah penduduk Kabupaten Bogor Berumur 10 tahun ke atas menurut Status Pendidikan dan Jenis Kelamin Tahun 2005 sebagaimana disajikan dalam tabel 2. Tabel 2 Jumlah Penduduk Kabupaten Bogor Menurut Status Pendidikan dan Jenis Kelamin Tahun 2005 Status Pendidikan Laki-Laki Perempuan Jumlah Tidak/BelumPernah Sekolah 56.996 123.846 180.842 Masih Bersekolah 279.876 226.098 505.974 Tidak Bersekolah Lagi 1.837.114 1.733.052 3.570.166 Jumlah 2.173.986 2.082.996 4.256.982 Sumber: Kabupaten Bogor Dalam Angka 2006
Dilihat dari kategori penduduk miskin dengan alasan ekonomi dan non ekonomi, maka keluarga di Kabupaten Bogor terdiri dari: (1) kategori keluarga Pra KS sebanyak 89.142 KK, (2) kategori keluarga KS I sebanyak 282.023 KK, (3) kategori keluarga KS II sebanyak 253.060 KK, (4) kategori keluarga KS III sebanyak 105.785 KK, (5) kategori keluarga KS III plus sebanyak 25.342 KK. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) di Kabupaten Bogor menunjukkan untuk laki-laki 75,13 %, perempuan 32,92 % dan total adalah 54,67 %. Sedangkan data kemiskinan di Kabupaten Bogor yang mempunyai kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun (Grafik 1). 1.7 Ekonomi dan Sosial Peran serta masyarakat terutama dunia usaha telah mampu mendorong berkembangnya pembangunan ekonomi Kabupaten Bogor. Dengan keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi sangat memberikan dukungan dan dorongan terhadap pembangunan di berbagai sektor lainnya. Hal ini juga menjadi peluang bagi perluasan kesempatan kerja yang turut mendukung peningkatan laju pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah. Jenis pekerjaan utama masyarakat Kabupaten Bogor terdiri atas: tenaga usaha pertanian sebanyak 296.506 orang, tenaga produksi sebanyak 610.845 orang dan anggota TNI dan lainnya sebanyak 15.519 orang (data tahun 2005, BPS Jabar). Dari data tersebut dapat diketahui bahwa persentase jenis pekerjaan terbesar adalah tenaga sektor produksi yaitu sebesar 66%, tenaga pertanian sebesar 32% dan anggota TNI dan lainnya sebesar 2%. Perekonomian suatu wilayah diindikasikan dengan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB). Di Kabupaten Bogor, secara umum seluruh sektor lapangan usaha mengalami kenaikan. Pendapatan Daerah merupakan kekuatan utama perekonomian daerah yang sangat penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bogor. Tingkat pendapatan suatu daerah dapat diukur antara lain dari income perkapita, penerimaan pajak bumi dan bangunan (PBB), pendapatan asli daerah (PAD) serta gambaran kualitatif tentang keadaan sandang, pangan dan perumahan masyarakat.
Sebagai gambaran tentang penopang ekonomi di Kabupaten Bogor antara lain mengenai rata-rata pertumbuhan PDRB, APBD dan DAU dalam lima tahunan dapat di lihat pada Tabel 3. Tabel 3 Rata-rata Pertumbuhan PDRB, APBD dan DAU Kabupaten Bogor Tahun APBD DAU Pertumbuhan PDRB (dalam %) 1983-1987 14.492 3.374 12,3 1988-1992 44.426 22.890 14,7 1993-1997 137.105 50.200 8,6 1998-2002 512.728 203.292 30,1 2003-2007 1.310.227 798.013 30,6 Sumber : Ditjen Perimbangan Keuangan-Depkeu dan BPS Kab. Bogor (Bogor Dalam Angka). Catatan : APBD dan DAU dalam juta rupiah Untuk Tahun 1997 s.d. 2000 sebelum adanya DAU transfer dana Pemerintah Pusat dalam bentuk Subsidi Daerah Otonom (SDO). 1.8 Sarana dan Prasarana Wilayah Untuk mendukung kegiatan ekonomi dan mobilitas masyarakat Kabupaten Bogor maka Pemda Kabupaten Bogor terus menerus membangun dan meningkatkan prasarana jalan dan jembatan. Menurut data tahun 2006 yang dikeluarkan oleh Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Bogor, panjang jalan Kabupaten Bogor adalah 1.752,706 km, sedangkan jumlah jembatan adalah 496 unit. Fasilitas kesehatan di Kabupaten Bogor meliputi Rumah Sakit (baik RS Pemerintah maupun Swasta) berjumlah 8 unit, puskeskmas 197 unit sedangkan jumlah dokter umum 934 orang dan dokter spesialis 150 orang. Fasilitas pendidikan yang dimiliki Kabupaten Bogor tidak hanya pada jalur pendidikan formal saja, namun juga pada jalur pendidikan non formal. Keberadaan PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) adalah sebagai salah satu satuan pendidikan non formal yang merupakan sarana untuk mengintensifkan dan mengkoordinasikan berbagai kegiatan pembelajaran masyarakat yang pelaksanaannya dipusatkan di suatu tempat yang dimiliki dan dikelola oleh, dari
dan untuk masyarakat. Fasilitas pendidikan di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Jumlah Sarana Pendidikan di Kabupaten Bogor Tahun 2005 Wilayah Kabupaten Bogor Jenis Sarana Pendidikan Jumlah Barat Tengah Timur SD 570 767 303 1640 SMP 135 283 80 498 SMA 73 160 38 271 Sumber : IPM Kab. Bogor Tahun 2006 Sarana air bersih bagi warga juga telah tersedia dengan baik melalui Perusahaan Air Minum Daerah Kabupaten Bogor dengan kapasitas produksi dan distribusi sebesar 48.885.534 M 3 dan terrjual sebesar 31.082.865 M 3. Cakupan pelayanan meliputi perkotaan 17,05 % dan Pedesanan 27,00 % dengan sebaran daerah adalah 6 cabang pelayanan berada di wilayah Kabupaten Bogor 1 Cabang Pelayanan berada di wilayah Kota Bogor dan 4 Cabang Pelayanan berada di wilayah Kota Depok. Jumlah sarana kantor pos yang ada di Kabupaten Bogor adalah sebanyak 27 kantor pos yang tersebar di 40 Kecamatan (data tahun 2006). Sedangkan fasilitas telekomunikasi jumlah kapasitas sambungan induk periode 1990-1996 meningkat dari 932 sambungan menjadi 4.622 sambungan. Sambungan tambahan periode 1990-1996 meningkat dari 48 sambungan menjadi 31.612. Di bidang keagamaan sebagai benteng moral perilaku masyarakat Kabupaten Bogor didukung pula oleh ketersediaan sarana keagamaan, berupa masjid sebanyak 3.412, musholla sebanyak 3.736, gereja katolik sebanyak 24, gereja protestan sebanyak 20, pura 8 dan vihara 20. Sedangkan jumlah penduduk berdasarkan agama yang dianut terdiri dari pemeluk agama Islam sebanyak 3.253.382 jiwa, Katolik sebanyak 24.519 jiwa, Protestan sebanyak 21.665 jiwa, Hindu sebanyak 11.932. Untuk mendukung pembangunan di Kabupaten Bogor masih banyak lagi terdapat berbagai fasilitas penunjang antara lain sarana dan prasarana olah raga, gedung kesenian dan kebudayaan.
1.9 Potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam era desentralisasi fiskal diharapkan terjadinya peningkatan pelayanan diberbagai sektor terutama sektor publik. Peningkatan layanan publik ini diharapkan dapat meningkatkan daya tarik bagi investor untuk membuka usaha di daerah. Harapan ini tentu saja dapat terwujud apabila ada upaya serius (pemerintah) dengan memberikan berbagai fasilitas pendukung (investasi). Konsekuensinya, pemerintah perlu untuk memberikan alokasi belanja yang lebih besar untuk tujuan ini. Desentralisasi fiskal di satu sisi memberikan kewenangan yang lebih besar dalam pengelolaan daerah, tetapi disisi lain memunculkan persoalan baru, dikarenakan tingkat kesiapan fiskal daerah yang berbeda-beda. Dalam penciptaan kemandirian daerah, pemerintah daerah harus beradaptasi dan berupaya meningkatkan mutu pelayanan publik dan perbaikan dalam berbagai sektor yang berpotensi untuk di kembangkan menjadi sumber PAD. Tuntutan untuk mengubah struktur belanja menjadi semakin kuat, khususnya pada daerah-daerah yang mengalami kapasitas fiskal rendah. Dalam upaya peningkatan kemandirian daerah pemerintah daerah juga dituntut untuk mengoptimalkan potensi pendapatan yang dimiliki dan salah satunya memberikan proporsi belanja modal yang lebih besar untuk pembagunan pada sektor-sektor yang produktif di daerah. Berdasarkan UU No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka PAD di Kabupaten Bogor terdiri dari penerimaan Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Kekayaan lain yang dipisahkan, dan lain-lain PAD (Lampiran VI). Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaran pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Sedangkan retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk Kepentingan orang pribadi/badan.
Perkembangan target dan realisasi Pajak Daerah di Kabupaten Bogor sejak tahun 1999/2000 sampai dengan 2006 dapat terlihat pada Gambar 7. Gambar 7 Target dan Realisasi Pajak Daerah Kabupaten Bogor 1999 s.d. 2006 Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan, merupakan penerimaan deviden yang diterima oleh Pemerintah Kabupaten Bogor atas hasil penyertaan modal pada perusahaan daerah. Penerimaan deviden tersebut diperolah dari Bank Jabar Cabang Cibinong, Perusaan Daerah Air Minum (PDAM), Perusahan Daerah Pasar Tohaga. Sedangkan pos penerimaan lain-lain PAD yang sah, merupakan penerimaan yang diterima oleh Pemerintah Kabupaten Bogor yang tidak terakomodir pada tiga jenis pos penerimaan sebelumnya. Untuk saat ini, penerimaan dari lain-lain PAD yang sah untuk Kabupaten Bogor, terdiri dari : a. Hasil Penjualan Aset Daerah (kendaraan roda empat dan kendaraan roda dua). b. Jasa Giro. c. Deposito, yaitu hasil dari bunga deposito yang dilakukan oleh Pemda Kabupaten Bogor, pada bank BRI, BTPN dan Bank JABAR. d. Ganti Rugi atas Kekayaan Daerah (TPT/GR). e. Denda Katerlambatan Pelaksanaan Pekerjaan. f. Pendapatan Lain-Lain, yang terdiri dari penjualan benih padi dan lain-lain Penerimaan.