BAB V PENUTUP. terbuka terhadap masuknya penanaman modal terlihat dari jargon Bela Beli Kulon

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari. nasional, sebagai upaya terus menerus ke arah perubahan yang lebih baik guna

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

Lampiran 1. Pedoman Wawancara dan Hasil Transkip Wawancara. A. Pedoman Wawancara dan Hasil Transkip Wawancara dengan Kepala

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah BPMD Prov.Jateng Tahun

sektor investasi dalam negeri, namun peningkatan dari sisi penanaman modal asing mampu menutupi angka negatif tersebut dan menghasilkan akumulasi

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

KINERJA PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PADA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DI KABUPATEN MERAUKE

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

RENCANA STRATEGIS KANTOR PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU TAHUN

(Laporan Kinerja Instansi Pemerintah) LKIP 2016 BAB I PENDAHULUAN

BAB IV PENUTUP. Dana Desa di Desa Tanjungharjo Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulon Progo. 1. Proses Monitoring di Desa Tanjungharjo

Badan Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu BAB I PENDAHULUAN

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BOKS RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENELITIAN ANALISIS DAMPAK PENERAPAN ONE STOP SERVICE (OSS) TERHADAP PENINGKATAN INVESTASI DI JAWA TENGAH

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM

LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 25 TAHUN 2012

BAB V KESIMPULAN. Investasi asing menjadi hal yang sangat penting bagi suatu Negara ataupun

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

KEBIJAKAN ACEH UNTUK INVESTASI BERBASIS SDA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG.

RANCANGAN PERATURAN WALI KOTA BANDUNG NOMOR TAHUN 2017 TENTANG RENCANA UMUM PENANAMAN MODAL TAHUN

Dalam kajian ini sampel pemerintahan daerah dipilih dengan menggunakan data hasil

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan

BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU KABUPATEN PELALAWAN (REVISI) TAHUN

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. UPTPK didirikan kegiatan penyaluran bantuan kemiskinan di Kabupaten Sragen

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL KOTA SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. Pintu yang diselenggarakan oleh BPMPTSP Kabupaten Purwakarta belum

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. dalam segala bidang kehidupan, termasuk perubahan di dalam sistem

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka

Disusun Oleh : Ika Kusuma Yuliyanti NIM

DisampaikanOleh : DR. MUH. MARWAN, M.Si DIRJEN BINA BANGDA. 1. Manajemen Perubahan. 4. Penataan Ketatalaksanaan. 6. Penguatan Pengawasan

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU BIDANG PENANAMAN MODAL

Rencana Kerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pelalawan 2016 BAB. I PENDAHULUAN

BAB V PENUTUP. Dalam bab ini peneliti akan memaparkan tentang kesimpulan dan rekomendasi berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A.

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

Weakness, Opportunity and Threath). Dengan hasil pada masing-masing

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PROFIL BAGIAN PEMERINTAHAN SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BLITAR

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

RENCANA STRATEGIS KATA PENGANTAR

RENCANA STRATEGIS DINAS PENANAMAN MODAL, PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DAN TENAGA KERJA KABUPATEN TUBAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. perubahan regulasi dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut dilakukan

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Penanaman modal merupakan salah satu pendukung dalam meningkatkan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 6 SERI E

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,

Renja BPMPP BAB I

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. tujuan untuk lebih mendekatkan fungsi pelayanan kepada masyarakat (pelayanan. demokratis sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945.

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENANAMAN MODAL PROVINSI JAMBI

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN LEBAK TAHUN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terdahulu, dapat diambil kesimpulan-kesimpulan selama penelitian dilakukan.

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL

BAB I PENDAHULUAN. Mendapatkan pelayanan publik yang memadai dari pemerintah merupakan

WALIKOTA BUKITTINGGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

efektivitas dan efisiensi. Dengan modal tersebut diharapkan pemerintahan

LAPKIN SEKRETARIAT DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2015 BAB II

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin mewujudkan clean and good governance. dalam tataran pelaksanaannya akan menjadi tidak efektif apabila

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LKIP BPMPT 2016 B A B II PERENCANAAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik adalah dengan mengukur tingkat investasi yang dimiliki oleh daerah

Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Kabupaten Kulonprogo, Kepala SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kulonprogo,

PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP) SEBAGAI IMPLEMENTASI PERCEPATAN REFORMASI BIROKRASI DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

PROVINSI SULAWESI SELATAN

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sistem manajemen pemerintahan dan pembangunan antara lain

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

LOGO PROFIL. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM PTSP)

RENCANA STRATEGIS BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN TERPADU (BPMPT) KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PENANAMAN MODAL

Transkripsi:

BAB V PENUTUP Kesimpulan Dalam kurun waktu lima tahun terakhir sejak di mulai kepemimpinan Bupati Hasto Wardoyo pada 2011, pemerintah Kabupaten Kulon Progo memang tengah berupaya mendorong pembangunan daerah melalui jalan investasi. Sikap terbuka terhadap masuknya penanaman modal terlihat dari jargon Bela Beli Kulon Progo, dan Jewel of Java yang disematkan pada nama Kulon Progo. Kewenangan penanaman modal yang telah menjadi otonom untuk dikelola daerah, nampaknya dimanfaatkan dengan baik oleh pemerintah Kulon Progo. Ingin mengimbangi terhadap apa yang dilakukan daerah lain, pemerintah daerah tidak ingin kesempatan masuknya PMA maupun PMDN beralih ke daerah lain. Dengan melakukan rangkaian kesiapan, pemerintah Kabupaten Kulon Progo ingin memperbaiki sistem dalam mengelola investasi daerah. Berdasarkan penyajian data analisis yang telah dilakukan penulis, penelitian ini menghasilkan beberapa temuan terkait kesiapan terhadap kapasitas dan otonomi birokrasi dalam menciptakan keterkelolaan investasi daerah yang dilakukan pemerintah Kulon Progo. Dalam melakukan langkah kesiapan ini, pemerintah Kabupaten Kulon Progo berupaya melakukan perbaikan sistem tata kelola pemerintahan yang dilakukan pada berbagai aspek. Tidak dapat diabaikan pula peran pemimpin daerah yang memiliki komitmen kuat dalam 99

menyelenggarakan kegiatan penanaman modal, menjadikan langkah kesiapan yang dilakukan dapat berjalan harmonis. Adapun bentuk bentuk langkah kesiapan yang berhasil dilacak peneliti yakni: Pertama, faktor regulasi dinilai menjadi sangat penting, pemerintah Kabupaten Kulon Progo melakukan inovasi kebijakan melalui Perda Kemudahan Investasi yakni Peraturan Daerah No. 21 tahun 2012 tentang Perlindungan, Pemberian Insentif, dan Kemudahan Penanaman Modal. Peraturan ini bertujuan memberikan kemudahan bagi para calon penanam modal untuk memulai usahanya di Kulon Progo. Kemudian, rancangan RUPM juga dibuat untuk mempertegas perencanaan pemerintah Kulon Progo dalam membuka akses bagi investor. Didukung pula dengan perbaikan peraturan mengenai RTRW semakin membuka potensi investasi di wilayah Kulon Progo dengan ketetapan peruntukan wilayahnya, sehingga mampu memberikan kepastian hukum. Kedua, melalui sikap optimis kepala daerah Kulon Progo menjadi tonggak awal konsistensi dalam mendukung kegiatan penanaman modal. Dengan komitmennya kemudian lahirlah visi misi dan jargon promosi daerah Kulon Progo The Jewel of Java dan Bela Beli Kulon Progo. Keberadaan jargon tersebut tidak sekedar memenuhi ambisi politik dan bisnis bagi investor, tetapi justru dilakukan untuk mengangkat potensi dan kemandirian masyarakat Kulon Progo. Melalui Bela Beli Kulon Progo, masyarakat mendapatkan akses untuk dapat turut serta dalam kerasnya persaingan usaha dengan investor. Kulon Progo The Jewel of Java menjadi jargon yang menguatkan pengelolaan potensi pariwisata di Kulon Progo, hingga memberikan pemasukan bagi warga di sekitarnya. 100

Upaya reformasi birokrasi dilakukan pada organisasi yang menjadi leading actor pemerintah Kabupaten Kulon Progo dalam menyelenggarakan pelayanan investasi. BPMPT merupakan gabungan dari KPT dan KPM yang dibentuk untuk meguatkan struktur organisasi dan struktur kerja demi perbaikan kualitas pelayanan perizinan investasi. Tidak hanya restrukturisasi lembaga tetapi juga penguatan SDM melalui diklat dan sistem pelayanannya melalui penyempurnaan PTSP. Dilakukan pula upaya peningkatan kemampuan teknologi dan sistem keterbukaan informasi yang dibangun untuk memudahkan dalam akses informasi tentang penanaman modal dan izin usaha. Ketiga, melalui pelimpahan kewenangan dari Bupati kepada BPMPT mampu meningkatkan status otonomi birokrasi pada BPMPT. Diberikannya kewenangan pengurusan izin pada PTSP dapat menutup peluang adanya intervensi kepentingan tertentu dalam pemberian suatu izin. Disamping itu, pelimpahan kewenangan secara penuh kepada BPMPT dalam menerbitkan izin sekaligus menjadi langkah dalam memangkas panjangnya alur birokrasi. Pada level atas, budaya kerja di BPMPT dalam memberikan pelayanan tidak lagi kaku terlihat dari adanya komitmen untuk memberikan layanan percepatan izin. Dengan adanya sistem percepatan izin, pelayanan PTSP yang dilakukan diupayakan untuk lebih cepat selesai dari SOP yang telah ditentukan. Adapun upaya kesiapan pemerintah Kabupaten Kulon Progo untuk menciptakan keterkelolaan investasi daerah masih memiliki kekurangan. Dalam kesiapan kapasitas, aspek rancangan regulasi yang disusun telah mampu menghasilkan inovasi untuk mewujudkan kemudahan pada sistem perizinan dan 101

informasi kegiatan penanaman modal. Namun, Perda kemudahan investasi yang telah disusun perlu segera mendapatkan peraturan teknis lebih lanjut untuk mengoptimalkan implementasi kebijakan tersebut. Lebih lanjut pemerintah daerah perlu merancang inovasi inovasi kebijakan lainnya untuk memberikan kepastian hukum yang lebih kuat, salah satunya membuat acuan hukum perizinan investasi yang belum dimiliki dalam bentuk Perda. Kemudian pada tataran penataan kelembagaan, SDM, dan sarana pendukung kendala yang dialami masih merupakan masalah klasik terkait dengan keterbatasan anggaran. Komitmen pemerintah daerah sendiri cukup kuat untuk melaksanakan upaya penataan kelembagaan dalam rangka meningkatkan pelayanan investasi. Namun, keterbatasan anggaran membuat proses ini tidak dapat berjalan optimal khususnya dalam memberikan sarana pendukung dan peningkatan kapasitas SDM. Untuk pengembangan SDM pemerintah daerah masih bergantung pada anggaran nasional dalam penyelenggaraan diklat. Peningkatan sarana pendukung juga dinilai masih minim, terlihat dari hal kecil seperti tatanan gedung BPMPT masih terpisah. Sedangkan, pengembangan terknologi untuk mendukung sistem keterbukaan informasi belum optimal untuk membuat sarana promosi investasi. Selanjutnya, kesiapan pada otonomi birokrasi meski terlihat cukup baik karena telah dilimpahkan secara penuh kewenangan pada PTSP di BPMPT, tetapi hal ini menimbulkan tantangan baru bagi BPMPT sebagai leading actor pengelola kegiatan penanaman modal. BPMPT perlu menjaga koordinasi yang baik dengan SKPD terkait lainnya karena pentingnya melihat rekomendasi dalam 102

proses penerbitan izin tertentu. Disisi lain, dalam tataran otonomi individu masih terdapat beberapa birokrat pada level bawah khususnya yang berstatus sebagai tenaga harian lepas masih ditempatkan pada posisi subordinat. Pengawasan masih cukup ketat bagi mereka yang dinilai sebagai pegawai baru, sehingga menghambat tindakan inovatif seperti pengambilan tindakan diskresi birokrasi yang terkadang perlu dilakukan demi efektifitas pelayanan yang dilakukan. Refleksi Keseluruhan Pada akhirnya penjelasan panjang lebar yang dipaparkan dalam tulisan ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana pemerintah daerah merespon dilimpahkannya kewenangan untuk mengelola investasi daerah dengan upaya menciptakan sebuah sistem keterkelolaan investasi daerah yang mendukung keberlangsungan kegiatan investasi. Dari hasil pengukuran governance yang dilakukan berdasarkan analisis measuring governance milik Fukuyama, menghasilkan kesimpulan bahwa pemerintah Kabupaten Kulon Progo dinilai telah memiliki kesiapan, baik dari kapasitasnya maupun dalam aspek otonomi birokrasi. Hal ini terlihat dari progress pemerintah Kabupaten Kulon Progo sekalipun masih belum sempurna, tetapi telah mampu menguatkan kapasitasnya dari segi regulasi, kelembagaan, SDM, serta ketersediaan sarana pendukung dan secara penuh melimpahkan kewenangan pada BPMPT yang berdampak adanya perbaikan sistem keterkelolaan pelayanan investasi di sana. Secara komprehensif upaya kesiapan ini dilakukan pada seluruh tataran sistem pemerintahan yang akan mendukung terselenggaranya investasi yang kondusif. Kesiapan kapasitas pemerintah terlebih dahulu dilakukan melalui 103

perbaikan kerangka regulasinya baru kemudian pada tataran lembaga dan SDM. Jaminan kepastian hukum disadari Pemda Kulon Progo menjadi hal utama untuk kemudian mengkerangkai proses perombakan sistem pelayanan selanjutnya. Sebelum itu, komitmen yang kuat telah dibangun Pemda melalui ketegasan visi misi daerah didukung dengan semangat yang sama pada lembaga teknis, seperti BPMPT sehingga harmonisasi penyelenggaraan investasi dapat terwujud. Ketegasan pemimpin daerah untuk mengemban komitmen bersama ini menjadi kunci keberhasilan proses yang akhirnya mampu menciptakan keterkelolaan investasi di Kulon Progo yang baik. Merefleksikan apa yang ada pada konsep governance dalam pandangan Fukuyama, dijelaskan bagaimana korelasi kapasitas pemerintah dengan otonomi birokrasi yang diberikan akan menunjukkan tingkat governance yang dapat di capai. Pemerintah akan cenderung bergerak ke kiri untuk memberikan otonomi birokrasi ketika lembaga tersebut telah memiliki kapasitas yang dinilai mencukupi untuk melaksanakan sebuah kewenangan. Ketika target pemenuhan kapasitas yang dilakukan sudah tercapai, Pemda Kabupaten Kulon Progo melakukan langkah memberikan ruang otonomi lebih untuk menyelenggarakan pelayanan perizinan investasi melalui pelimpahan kewenangan bupati kepada BPMPT. Pola ini, terlihat seperti apa yang dipaparkan Fukuyama dimana untuk mencapai misi keterkelolaan yang maksimal, saat sebuah lembaga mampu bergerak kearah peningkatan kapasitas maka perlu diberi otonomi sehingga kapasitas yang dimiliki tidak berakhir hanya menjadi permainan politik dalam birokrasi, begitu pula sebaliknya. 104