BAB V PENUTUP. Penulis dapat menyimpulkan bahwa : mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht). dalam Kejaksaan Negeri, yaitu : 1) Tahap pra penuntutan;

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Diploma III Hukum Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada pada semester 6

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan interaksi dengan manusia lain sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. Vokasi Universitas Gadjah Mada yang mengadakan Praktek Kerja. bertujuan supaya mahasiswa lulusan diploma 3 siap untuk menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. landasan konstitusional bahwa Indonesia adalah negara yang berdasarkan

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

MATRIKS 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN 2011 II.L.093.1

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik, maka berdasarkan

Nama : ALEXANDER MARWATA

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

MATRIKS 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan tinggi hukum yang menghasilkan tenaga Ahli Madya Hukum

BAB I PENDAHULUAN. ketentuan Undang-Undang yang berlaku.

BAB V ANALISIS. A. Analisis mengenai Pertimbangan Hakim Yang Mengabulkan Praperadilan Dalam

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi merupakan salah satu kejahatan yang merusak moral

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan pemaparan hasil penelitian dan pembahasan yang telah. diuraikan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2003 TENTANG TATA CARA PERLINDUNGAN KHUSUS BAGI PELAPOR DAN SAKSI TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis)

P U T U S A N No. 215/PID/2012/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

TINJAUAN TERHADAP LANGKAH JAKSA PENUNTUT UMUM DALAM MEMBUKTIKAN PERKARA TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA YANG MENGGUNAKAN RACUN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

Pemeriksaan Sebelum Persidangan

BAB IV PENUTUP. dalam tesis ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian, Kedudukan, serta Tugas dan Wewenang Kejaksaan

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2003 TENTANG TATA CARA PERLINDUNGAN KHUSUS BAGI PELAPOR DAN SAKSI TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

SURAT EDARAN JAKSA AGUNG R.I.

Nomor : 405/Pid/2013/PT.Bdg.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dactyloscopy Sebagai Ilmu Bantu Dalam Proses Penyidikan

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2003 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

MAKALAH AKSES KE KEADILAN: MENDISKUSIKAN PERAN KOMISI YUDISAL. Oleh: Dr. Suparman Marzuki, S.H., M.Si

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2003 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Untuk menjawab permasalahan dalam skripsi ini penulis telah melakukan

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id P U T U S A N

JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA SURAT EDARAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR: SE-004/J.A/11/1993 TENTANG PEMBUATAN SURAT DAKWAAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. adalah adanya kekuasaan berupa hak dan tugas yang dimiliki oleh seseorang

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. kekerasan. Hal ini dapat dilihat dari tabel tentang jumlah kejahatan yang

BAB IV KEWENANGAN KEJAKSAAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Perbedaan Kewenangan Jaksa dengan KPK dalam Perkara Tindak

NILAI KEADILAN DALAM PENGHENTIAN PENYIDIKAN Oleh Wayan Rideng 1

P U T U S A N. Nomor : 486/PID/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

INDONESIA CORRUPTION WATCH 1 Oktober 2013

P U T U S A N. Nomor : 201/Pid.B/2013/PN.BJ.- DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB V PENUTUP. pertanggungjawaban pidana, dapat disimpulkan bahwa:

BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, baik bidang hukum, sosial, politik, ekonomi dan budaya. Dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam konstitusi Indonesia, yaitu Pasal 28 D Ayat (1)

KAITAN EFEK JERA PENINDAKAN BERAT TERHADAP KEJAHATAN KORUPSI DENGAN MINIMNYA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN PENYERAPAN ANGGARAN DAERAH

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI III DPR RI DENGAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA

P U T U S A N. Nomor : 33/PID.SUS.Anak/2014/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

1. HUKUM ACARA PIDANA ADALAH hukum yang mempertahankan bagaimana hukum pidana materil dijalankan KUHAP = UU No 8 tahun 1981 tentang hukum acara

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 158/PMK. 01/2012 TENTANG BANTUAN HUKUM DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id P U T U S A N. Nomor 201/Pid.B/2014/PN SBG. Pekerjaan : Wiraswasta

P U T U S A N NOMOR : 07/PID.A/2013/PT-MDN.

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id

P U T U S A N Nomor : 431/PID/2011/PT-MDN.- Umur/tanggal lahir : 50 tahun / 29 Agustus 1960

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id P U T U S A N. Nomor 174/PID.B/2014/PN.SBG

2014, No c. bahwa dalam praktiknya, apabila pengadilan menjatuhkan pidana tambahan pembayaran uang pengganti, sekaligus ditetapkan juga maksimu

2 tersebut dilihat dengan adanya Peraturan Mahkamah agung terkait penentuan pidana penjara sebagai pengganti uang pengganti yang tidak dibayarkan terp

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id P U T U S A N. No. 55/PID.B/2014/PN.SBG

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang

BAB V PENUTUP. Praktek kerja lapangan yang dilakukan oleh Penulis selama kurang lebih 2

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada ujud pidana yang termuat dalam pasal pasal KUHP yaitu

PENGADILAN TINGGI MEDAN

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KHUSUS TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN PENCABULAN MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002

P U T U S A N Nomor : 78/PID/2015/PT.MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Abstrak. Kata kunci: Peninjauan Kembali, Kehkilafan /Kekeliranan Nyata, Penipuan. Abstract. Keywords:

BAB 1 PENDAHULUAN. biasa disebut dengan Paralegal, dan diciptakan dengan tujuan menyiapkan

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id P U T U S A N NO. 144/PID.B/2014/PN.SBG

BAB III DASAR HUKUM PEMBERHENTIAN TIDAK TERHORMAT ANGGOTA KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA MENURUT PERPRES NO 18 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. dikurangi tetapi sulit diberantas secara tuntas. preventif maupun represif. Dan apabila Undang-undang yang menjadi

PENGADILAN TINGGI MEDAN

STRATEGI KHUSUS PEMULIHAN ASET DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kesatu, Wewenang-Wewenang Khusus Dalam UU 8/2010

BAB I PENDAHULUAN. mengatur serta menjamin keadilan dan keseimbangan dalam masyarakat.

PENGADILAN TINGGI MEDAN

P U T U S A N Nomor : 359/Pid.B/2013/PN.BJ. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

TUGAS II PENGANTAR ILMU HUKUM PENGARUH PUTUSAN PENGADILAN DALAM HUKUM

Lex Privatum Vol. V/No. 8/Okt/2017

LAMPIRAN. 1. Apakah ada penyidik khusus untuk judi online? 5. Sebelum melakukan penangkapan, tindakan apa yang dilakukan oleh penyidik?

P U T U S A N Nomor : 296/Pid.B/2014/PN.BJ

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGADILAN TINGGI MEDAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

P U T U S A N. Nomor : 409/PID/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PERTEMUAN 15: PENYELESAIAN HUKUM. B. URAIAN MATERI Tujuan Pembelajaran 15: Menjelaskan upaya hukum untuk penyelesaian investigasi

P U T U S A N NOMOR : 289 /PID/2012/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya

BAB II PIDANA TAMBAHAN DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI YANG BERUPA UANG PENGGANTI. A. Pidana Tambahan Dalam Tindak Pidana Korupsi Yang Berupa Uang

Makalah Daluwarsa Penuntutan (Hukum Pidana) BAB I PENDAHULUAN

BAB III KEDUDUKAN REKAMAN CCTV SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PUTUSAN PENGADILAN. PUTUSAN Nomor : 105/PID/B/2015/PN.BDG. : Encep Rustian Bin Eman Sulaiman

BAB IV PENUTUP. akhir penulisan hukum ini penulis akan menyampaikan simpulan dan saran.

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pelaksanaan

P U T U S A N Nomor 322/Pid.B/2015/ PN BJ. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. : Stabat; : ELIEZER SIREGAR Als.

BAB I PENDAHULUAN. dalam tahap pemeriksaan penyidikan dan atau penuntutan. 1

BAB I PENDAHULUAN. benar-benar telah menjadi budaya pada berbagai level masyarakat sehingga

Transkripsi:

81 BAB V PENUTUP H. Kesimpulan 1. Kesimpulan Bab III Setelah selama dua bulan melakukan PKL di Kejaksaan Negeri Bantul, Penulis mendapat banyak ilmu yang sebelumnya belum pernah didapat, khususnya penerapan ilmu hukum ke dalam praktik di dunia hukum. Berdasarkan PKL selama dua bulan di Kejaksaan Negeri Bantul, Penulis dapat menyimpulkan bahwa : a. Kejaksaan Negeri tidak hanya sebagai institusi Negara di bagian penuntutan saja, tetapi juga sebagai penyelidik dan penyidik (pada Pidana Khusus). b. Kejaksaan Negeri selain mempunyai tugas pokok sebagai penyelidik, penyidik, dan penuntutan, juga mempunyai tugas sebagai eksekusi terhadap putusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht). c. Dalam perkara tindak pidana umum, ada tiga tahap yang ditangani dalam Kejaksaan Negeri, yaitu : 1) Tahap pra penuntutan; 2) Tahap penuntutan; 3) Tahap eksekusi.

82 d. Dari seluruh tahap-tahap tersebut ada batasan waktu penyelesaiannya, sehingga perkara yang masuk di Kejaksaan Negeri ada kepastian selesainya. e. Kejaksaan Negeri Bantul selain menangani dan menyelesaikan perkara pidana juga menangani dan menyelesaikan perkara perdata. Perkara perdata yang ditangani adalah perkara perdata negara, khususnya perkara perdata Pemerintah Kabupaten Bantul dan perkara perdata Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Kabupaten Bantul. Selain itu, Kejaksaan Negeri juga memberikan pelayanan hukum perdata kepada masyarakat Bantul. 2. Kesimpulan Bab IV Berdasarkan hasil analisis Penulis terhadap kasus pada bab IV, penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut : a. Penuntut Umum tidak tepat dalam menerapkan pasal-pasal di dalam surat dakwaan yang telah disusunnya. Seharusnya pasal dalam surat dakwaan tersebut cukup mengguanakan Pasal 363 ayat (1) ke-4 dan ke-5 KUHP saja, tidak perlu melapisnya dengan Pasal 362 KUHP. Meskipun terdakwa memenuhi unsur dalam Pasal 362 KUHP, tetapi justru jika dijerat dengan Pasal 362 KUHP dakwaan menjadi tidak tepat, karena Pasal 362 KUHP dengan Pasal 363 KUHP merupakan satu rangkaian, bukan rangkaian yang terpisah. Pasal 362 KUHP digunakan

83 untuk pencurian biasa (tanpa pemberatan) dan 363 KUHP digunakan untuk pencurian dengan pemberatan. Dalam kasus ini, berdasar keterangan saksi-saksi dan terdakwa diperoleh fakta-fakta : 1) Bahwa pencurian dilakukan pada malam hari, yaitu pada pukul 22.00 WIB; 2) Bahwa pencurian dilakukan dilakukan oleh dua orang dengan bersekutu (Terdakwa I dan Terdakwa II); 3) Bahwa pencurian dilakukan dengan memakai anak kunci palsu (kunci Y). Dengan diperoleh fakta-fakta tersebut di atas, maka semua unsur dalam Pasal 363 ayat (1) ke-4 dan ke-5 KUHP telah terpenuhi, sehingga pencurian yang dilakukan oleh Terdakwa I dan Terdakwa II merupakan pencurian dengan pemberatan, bukan pencurian biasa (tanpa pemberatan). Maka Pasal 362 KUHP tidak perlu diguanakan, cukup menggunakan Pasal 363 ayat (1) ke-4 dan ke-5 KUHP. b. Dengan tidak tepatnya penerapan pasal yang digunakan oleh penuntut umum dalam surat dakwaan, bentuk surat dakwaan yang disusun penuntut umum pun menjadi tidak tepat. Dalam surat dakwaan yang disusun oleh penuntut umum, bentuk dakwaan menggunakan bentuk dakwaan subsidiair, yaitu Pasal 363 ayat (1) ke-4 dan ke-5 KUHP sebagai dakwaan primiair

84 dan Pasal 362 KUHP sebagai dakwaan subsidiair. Dengan tidak tepatnya penerapan Pasal 362 KUHP, maka pasal yang dapat diguanakan oleh penuntut umum sebagai dakwaan adalah pasal 363 ayat (1) ke-4 dan ke-5 KUHP saja. Dengan demikian, bentuk dakwaan yang tepat digunakan dalam surat dakwaan adalah dakwaan tunggal. I. Saran 1. Untuk Kejaksaan Negeri Bantul a. Jaksa pada Kejaksaan Negeri Bantul diharapkan lebih cermat dalam memilih pasal yang didakwakan kepada terdakwa. b. Agar jaksa pada Kejaksaan Negeri Bantul tidak perlu ragu-ragu dalam menentukan bentuk surat dakwaan. c. Kepada Kepala Kejaksaan Negeri Bantul beserta seluruh jajarannya, agar tetap mengutamakan pelayanan publik yang baik, termasuk kepada mahawsiswa yang melaksanakan PKL. 2. Untuk Program Studi Sekolah Vokasi D3 Hukum a. Melakukan sosialisasi pelaksanaan PKL sebelum Semester 6 agar mahasiswa dapat mempersiapkan diri dengan lebih baik, termasuk mencari informasi di instansi yang akan digunakan untuk PKL. b. Melakukan koordinasi yang baik dengan instansi yang digunakan untuk PKL, sehingga mahasiswa dapat mengikuti PKL tepat waktu tanpa terhambat proses birokrasi.

85 c. Perlu adanya kuliah pengantar Penyusunan Tugas Akhir yang disampaikan kepada mahasiswa Semester 5 (lima), sehingga mahasiswa benar-benar paham apa yang akan disusun dalam tugas akhir.