81 BAB V PENUTUP H. Kesimpulan 1. Kesimpulan Bab III Setelah selama dua bulan melakukan PKL di Kejaksaan Negeri Bantul, Penulis mendapat banyak ilmu yang sebelumnya belum pernah didapat, khususnya penerapan ilmu hukum ke dalam praktik di dunia hukum. Berdasarkan PKL selama dua bulan di Kejaksaan Negeri Bantul, Penulis dapat menyimpulkan bahwa : a. Kejaksaan Negeri tidak hanya sebagai institusi Negara di bagian penuntutan saja, tetapi juga sebagai penyelidik dan penyidik (pada Pidana Khusus). b. Kejaksaan Negeri selain mempunyai tugas pokok sebagai penyelidik, penyidik, dan penuntutan, juga mempunyai tugas sebagai eksekusi terhadap putusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht). c. Dalam perkara tindak pidana umum, ada tiga tahap yang ditangani dalam Kejaksaan Negeri, yaitu : 1) Tahap pra penuntutan; 2) Tahap penuntutan; 3) Tahap eksekusi.
82 d. Dari seluruh tahap-tahap tersebut ada batasan waktu penyelesaiannya, sehingga perkara yang masuk di Kejaksaan Negeri ada kepastian selesainya. e. Kejaksaan Negeri Bantul selain menangani dan menyelesaikan perkara pidana juga menangani dan menyelesaikan perkara perdata. Perkara perdata yang ditangani adalah perkara perdata negara, khususnya perkara perdata Pemerintah Kabupaten Bantul dan perkara perdata Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Kabupaten Bantul. Selain itu, Kejaksaan Negeri juga memberikan pelayanan hukum perdata kepada masyarakat Bantul. 2. Kesimpulan Bab IV Berdasarkan hasil analisis Penulis terhadap kasus pada bab IV, penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut : a. Penuntut Umum tidak tepat dalam menerapkan pasal-pasal di dalam surat dakwaan yang telah disusunnya. Seharusnya pasal dalam surat dakwaan tersebut cukup mengguanakan Pasal 363 ayat (1) ke-4 dan ke-5 KUHP saja, tidak perlu melapisnya dengan Pasal 362 KUHP. Meskipun terdakwa memenuhi unsur dalam Pasal 362 KUHP, tetapi justru jika dijerat dengan Pasal 362 KUHP dakwaan menjadi tidak tepat, karena Pasal 362 KUHP dengan Pasal 363 KUHP merupakan satu rangkaian, bukan rangkaian yang terpisah. Pasal 362 KUHP digunakan
83 untuk pencurian biasa (tanpa pemberatan) dan 363 KUHP digunakan untuk pencurian dengan pemberatan. Dalam kasus ini, berdasar keterangan saksi-saksi dan terdakwa diperoleh fakta-fakta : 1) Bahwa pencurian dilakukan pada malam hari, yaitu pada pukul 22.00 WIB; 2) Bahwa pencurian dilakukan dilakukan oleh dua orang dengan bersekutu (Terdakwa I dan Terdakwa II); 3) Bahwa pencurian dilakukan dengan memakai anak kunci palsu (kunci Y). Dengan diperoleh fakta-fakta tersebut di atas, maka semua unsur dalam Pasal 363 ayat (1) ke-4 dan ke-5 KUHP telah terpenuhi, sehingga pencurian yang dilakukan oleh Terdakwa I dan Terdakwa II merupakan pencurian dengan pemberatan, bukan pencurian biasa (tanpa pemberatan). Maka Pasal 362 KUHP tidak perlu diguanakan, cukup menggunakan Pasal 363 ayat (1) ke-4 dan ke-5 KUHP. b. Dengan tidak tepatnya penerapan pasal yang digunakan oleh penuntut umum dalam surat dakwaan, bentuk surat dakwaan yang disusun penuntut umum pun menjadi tidak tepat. Dalam surat dakwaan yang disusun oleh penuntut umum, bentuk dakwaan menggunakan bentuk dakwaan subsidiair, yaitu Pasal 363 ayat (1) ke-4 dan ke-5 KUHP sebagai dakwaan primiair
84 dan Pasal 362 KUHP sebagai dakwaan subsidiair. Dengan tidak tepatnya penerapan Pasal 362 KUHP, maka pasal yang dapat diguanakan oleh penuntut umum sebagai dakwaan adalah pasal 363 ayat (1) ke-4 dan ke-5 KUHP saja. Dengan demikian, bentuk dakwaan yang tepat digunakan dalam surat dakwaan adalah dakwaan tunggal. I. Saran 1. Untuk Kejaksaan Negeri Bantul a. Jaksa pada Kejaksaan Negeri Bantul diharapkan lebih cermat dalam memilih pasal yang didakwakan kepada terdakwa. b. Agar jaksa pada Kejaksaan Negeri Bantul tidak perlu ragu-ragu dalam menentukan bentuk surat dakwaan. c. Kepada Kepala Kejaksaan Negeri Bantul beserta seluruh jajarannya, agar tetap mengutamakan pelayanan publik yang baik, termasuk kepada mahawsiswa yang melaksanakan PKL. 2. Untuk Program Studi Sekolah Vokasi D3 Hukum a. Melakukan sosialisasi pelaksanaan PKL sebelum Semester 6 agar mahasiswa dapat mempersiapkan diri dengan lebih baik, termasuk mencari informasi di instansi yang akan digunakan untuk PKL. b. Melakukan koordinasi yang baik dengan instansi yang digunakan untuk PKL, sehingga mahasiswa dapat mengikuti PKL tepat waktu tanpa terhambat proses birokrasi.
85 c. Perlu adanya kuliah pengantar Penyusunan Tugas Akhir yang disampaikan kepada mahasiswa Semester 5 (lima), sehingga mahasiswa benar-benar paham apa yang akan disusun dalam tugas akhir.