BAB IV PENUTUP. Berdasarkan pemaparan hasil penelitian dan pembahasan yang telah. diuraikan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu :

Transkripsi

1 113 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu : 1. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012, Bawaslu Provinsi D.I.Yogyakarta, Panwaslu Kabupaten Sleman, Panwaslu Kabupaten Bantul dan Panwaslu Kota Yogyakarta memiliki peran menerima laporan dugaan pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan mengenai pemilu, mengawasi proses pelaksanaan semua tahapan pemilu dan memberikan rekomendasi kepada yang berwenang atas temuan dan laporan terhadap tindakan yang mengandung unsur tindak pidana pemilu. Guna mewujudkan perannya tersebut Bawaslu Provinsi D.I.Yogyakarta, Panwaslu Kabupaten Sleman, Panwaslu Kabupaten Bantul dan Panwaslu Kota Yogyakarta melakukan beberapa upaya. Pertama, melakukan pengawasan langsung di lapangan terhadap proses pelaksanaan pemilu yang rawan terjadi tindak pidana pemilu. Kedua, membuat keputusan internal berupa kesepakatan bersama peserta pemilu dalam hal kesediaan menjadi saksi, jika terjadi dugaan tindak pidana pemilu. Ketiga, menyelesaikan temuan ataupun laporan sebelum batasan waktu gugurnya perkara menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan

2 114 membuat target penyelesaian perkara. Keempat, melakukan koordinasi secara rutin dan efektif dengan pihak Kepolisian dan Kejaksaan yang tergabung dalam Sentra Penegakan Hukum Terpadu (Sentra Gakkumdu) guna menyamakan frame dalam hal pembahasan kasus tindak pidana pemilu. Kelima, melakukan klarifikasi dan meminta keterangan secara komprehensif terhadap pelapor, terlapor, pihak yang diduga pelaku pelanggaran, saksi dan atau ahli. Keenam, mengadakan pelatihan teknis bagi pengawas dan relawan pemilu tentang materi tindak pidana pemilu, agar pengawas dan relawan pemilu paham dan peka jika terjadi tindak pidana pemilu. 2. Dalam upaya penyelesaian tindak pidana pemilu legislatif 2014, Bawaslu Provinsi D.I.Yogyakarta, Panwaslu Kabupaten Sleman, Panwaslu Kabupaten Bantul dan Panwaslu Kota Yogyakarta menghadapi beberapa kendala, antara lain : Pertama, kualitas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD yang masih kurang baik, karena masih terdapat celah hukum pada pasal-pasal tertentu, seperti pada Pasal 301 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 yang terdapat unsur setiap pelaksana kampanye pemilu, banyak pelaku menyuruh orang lain yang hukan merupakan pelaksana kampanye pemilu untuk melakukan money politics. Kedua, masih terbatasnya kewenangan dari Bawaslu Provinsi D.I.Yogyakarta, Panwaslu Kabupaten

3 115 Sleman, Panwaslu Kabupaten Bantul dan Panwaslu Kota Yogyakarta dalam upaya penyelesaian tindak pidana pemilu. Ketiga, kualitas kompetensi dasar dan kuantitas dari jajaran Bawaslu Provinsi D.I.Yogyakarta, Panwaslu Kabupaten Sleman, Panwaslu Kabupaten Bantul dan Panwaslu Kota Yogyakarta yang terbatas, sehingga kemampuan untuk mendeteksi terjadinya suatu tindak pidana pemilu menjadi sangat minim. Keempat, status dari Panwaslu yang masih bersifat ad-hoc menyebabkan terbatasnya anggaran yang tersedia untuk fungsi pengawasan pemilu yang dilaksanakan oleh Panwaslu Kabupaten Sleman, Panwaslu Kabupaten Bantul dan Panwaslu Kota Yogyakarta yang menyebabkan beberapa program kegiatan tidak dapat terlaksana dengan baik. Kelima, minimnya kesadaran hukum dan partisipasi masyarakat dalam upaya penyelesaian tindak pidana pemilu berupa masyarakat yang rata-rata hanya memberi informasi, namun masyarakat tidak bersedia apabila diminta untuk menjadi saksi dalam suatu perkara tindak pidana pemilu. B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, penulis memberikan saran sebagai berikut : 1. Dalam pelaksanaan pemilu berikutnya seharusnya ada perbaikan kualitas dari undang-undang penyelenggaraan pemilu dalam hal yang

4 116 mengatur tentang tindak pidana pemilu, agar tidak ada celah-celah hukum dalam pasal tertentu sehingga tidak menyulitkan lagi bagi aparat penegak hukum untuk menjerat pelaku tindak pidana pemilu. Dalam peraturan perundang-undangan, seharusnya status kelembagaan Panwaslu Kabupaten/Kota agar dinaikkan menjadi lembaga tetap yang dapat mempengaruhi kenaikan anggaran dari lembaga untuk menjalankan peran pengawasan pemilu. 2. Dalam penyelesaian perkara tindak pidana pemilu legislatif perlu adanya suatu persamaan persepsi untuk memahami peraturan perundang-undangan yang berlaku sehingga perbedaan penafsiran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dapat dihindarkan. Lebih ditingkatkannya koordinasi antara unsur Pengawas Pemilu, Kepolisan Negara Republik Indonesia dan Kejaksaan yang duduk dalam Sentra Penegakan Hukum Terpadu (Sentra G akkumdu) sehingga diharapkan adanya penyamaan pemahaman dan pola tindak dalam penanganan tindak pidana pemilu. penyamaan pemahaman dan pola tindak dalam penanganan tindak pidana pemilu dapat dibentukkan dengan Nota Kesepakatan Bersama yang lebih jelas lagi. 3. Mengingat saat ini masih rendahnya kesadaran hukum masyarakat dalam hal peran serta penyelesaian tindak pidana pemilu, maka perlu diadakan sosialisasi-sosialisasi yang rutin mengenai pentingnya penyelenggaraan pemilu yang bersih dan upaya penyelesaian tindak

5 117 pidana pemilu, agar masyarakat tidak merasa takut ketika menghadapi atau terlibat dalam proses penyelesaian tindak pidana pemilu.