RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

Transkripsi

1 1 RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) (BIDANG HUKUM, PERUNDANG-UNDANGAN, HAM DAN KEAMANAN) Tahun Sidang : Masa Persidangan : IV Rapat ke : Sifat : Terbuka. Jenis Rapat : Rapat Dengar Pendapat Hari/tanggal : Selasa, 18 April Waktu : Selasa, 18 April 2017 Pkl s/d. Rabu, 19 April 2017 Pkl WIB. Tempat : Ruang Rapat Komisi III DPR RI. Acara : Melanjutkan rapat dengar pendapat tanggal 17 April I. PENDAHULUAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN Rapat dengar pendapat dibuka pukul WIB oleh Wakil Ketua Komisi III DPR RI, DR.Benny K Harman, SH, dengan agenda rapat sebagaimana tersebut diatas. II. POKOK-POKOK PEMBAHASAN 1. Beberapa hal yang disampaikan Komisi III DPR RI kepada Komisi Pemberantasan Korupsi, diantaranya adalah sebagai berikut: Meminta penjelasan KPK terkait dengan penyampaian oleh salah satu Pimpinan KPK, terkait kepemimpinan yang bersifat egaliter dalam KPK. Bahwa tidak diatur dalam UU tentang KPK mengenai egaliter. Egaliter hanya berlaku dalam pergaulan. Yang diatur dalam UU KPK adalah kolektif kolegial itupun terhadap Pimpinan KPK, bukan terhadap penyidik, penuntut umum ataupun pegawai KPK. KPK diharapkan konsisten dengan UU yang menjadi pijakan dari KPK sendiri. Meminta penjelasan KPK terkait dengan hasil Audit Kepatuhan dari BPK. Dari segi kepatuhan, hasil audit BPK 2016 tentang pembiayaan, terdapat kelebihan pembayaran gaji pegawai KPK. begitu juga ada pembengkakanpembengkakan dimana KPK seakan-akan tidak patuh. Meminta penjelasan KPK terkait dengan pencabutan SP2 oleh Pimpinan KPK, di mana prinsip zero toleran. Bagaimana dengan mekanisme penerbitan SP2, siapakah yang tanda tangan SP2 dan bagaimana SP2 bisa dicabut.

2 Meminta penjelasan KPK terkait dengan sejauhmana isu terkait dengan adanya konflik internal penyidik KPK, karena ini bukan persoalan yang kecil, karena terjadi di institusi penegak hukum. Meminta penjelasan KPK terkait dengan terkait dengan wacana penambahan penyidik KPK dari Polri yang pangkat AKBP menjadi Kombes, berdasarkan isu yang berkembang hal ini menjadi konflik di internal KPK. Bagaimana hal ini bisa terjadi. Meminta penjelasan KPK terkait dengan BAP, dokumen, informasi-informasi yang dibocorkan ke publik atau media oleh KPK. Bagaimana hal tersebut bisa terjadi. Siapa yang bertanggungjawab atas kebocoran tersebut. Bagaimana mekanisme pengawasan internal di KPK. Bahwa pembocoran BAP yang ada di persidangan, bisa dikenakan pasal-pasal sebagaimana yang diatur dalam undang-undang tipikor. Meminta penjelasan KPK terkait dengan pelaksanaan SOP. Apakah sudah berjalan dengan benar, dengan melihat berbagai peristiwa yang terjadi di internal KPK. Bagaimana manajemen penyidikan sebagaimana yang terdapat dalam SOP. Meminta penjelasan Deputi Penindakan KPK terkait dengan penyebutan sejumlah nama anggota DPR RI oleh Sdri. Miryam S Haryani sebagaimana yang disampaikan oleh Sdr.Novel Baswedan. Meminta kepada Pimpinan KPK jangan sampai di benak pemikiran Pimpinan KPK, para politisi adalah bandit yang harus diberangus, hal ini yang mempengaruhi sikap Pimpinan KPK dalam melakukan penegakan hukum. Hal ini tidak boleh dibiarkan. Pimpinan KPK harus bekerja secara professional. Meminta penjelasan KPK terkait dengan pencekalan terhadap seseorang. Terkait dengan pencekalan Ketua DPR, bagaimana jika terjadi sesuatu dengan Presiden, apakah KPK bisa melakukan hal yang sama kepada Presiden. Dalam salah satu putusan Mahkamah Konstitusi dinyatakan bahwa apabila suatu kasus dalam tahap penyelidikan, tidak boleh dilakukan pencekalan. Meminta penjelasan KPK terkait dengan anggaran untuk safe house, apakah tertuang dalam Anggaran Satuan 3 KPK. Meminta penjelasan KPK terkait dengan WA Pimpinan BPK terhadap Komisioner KPK. Meminta Pimpinan KPK harus mematuhi Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) terkait dengan pemberantasan korupsi. Meminta penjelasan KPK terkait dengan bagaimana mekanisme yang dilakukan oleh KPK dalam hal penetapan seseorang sebagai tersangka. Terkait dengan penyidik independen dan penyidik yang tidak independen, hal ini akan membuka celah hukum bagi KPK yang akan dipersoalkan di kemudian hari oleh pihak lain. Semestinya KPK kembali ke KUHAP No.8 Tahun 1981 yang mengatur tentang penyidik untuk tidak menimbulkan persoalan di kemudian hari. Terkait dengan hak imunitas anggota DPR, apakah KPK pernah menjadikan pernyataan/keterangan/ucapan anggota DPR yang disampaikan dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai alat bukti baik di pengadilan maupun di luar pengadilan. Meminta penjelasan KPK, apakah terdapat rekaman pada saat Sdr.Novel Baswedan mengungkapkan bahwa Sdri.Miryam S Haryani pernah mengaku 2

3 diancam sejumlah anggota DPR periode Bahwa rekaman tersebut harus dibuka. Siapakah yang berbohong, Sdri. Miryam S Haryani atau KPK. Jika hal tersebut tidak benar, maka Pimpinan KPK harus bertanggungjawab. Meminta penjelasan KPK terkait dengan MoU KPK dengan beberapa institusi yang dapat menyita waktu KPK. Bagaimana sikap KPK terhadap institusi yang belum melakukan MoU dengan KPK. Terkait MOU antara Kejaksaan, Kepolisan dan KPK, ada apa sehingga bisa diadakan MOU tersebut. Dalam MOU tersebut kesannya saling melindungi antar institusi penegak hukum. Misalnya, jika KPK akan memeriksa salah satu penegak hukum maka harus meminta ijin Pimpinan institusi induknya. Bahwa dengan hal ini terjadi, komitmen dari para penegak hukum diragukan. Bahwa MOU antar lembaga penegak hukum bersifat normatif. Banyak perkara yang melibatkan oknum penegak hukum yang menjadikan tersangka sebagai atm. Bahwa banyak terjadi suatu perkara akan dijadikan atm terhadap calon tersangka. Meminta penjelasan KPK terkait dengan beban kerja yang berat di KPK. Bagaimana jalan keluar terbaik agar KPK tidak mempunyai beban kerja yang sangat berat. Meminta penjelasan KPK terkait dengan langkah pengawalan ketat kepada Pimpinan atau penyidik dan jaksa KPK yang dilakukan oleh Brimob. Meminta KPK untuk menyampaikan secara tertulis terhadap model pengawasan internal di KPK yang berjalan selama ini. Meminta penjelasan KPK terkait dengan tindaklanjut perkembangan kasus Pelindo II. Meminta penjelasan KPK terkait dengan penyerahan SOP terbaru dari KPK. Kapan SOP tersebut disampaikan kepada Komisi III DPR RI. Meminta kepada Pimpinan KPK agar Perkap tentang penyadapan dan manajemen penyidikan dipatuhi dengan baik oleh Pimpinan KPK dan jajaran KPK dibawahnya. Meminta penjelasan KPK terkait dengan mekanisme tahapan penyelidikan hingga proses tahapan seseorang menjadi tersangka. Meminta penjelasan KPK terkait dengan lembaga yang berhak dan berwenang menghitung kerugian keuangan lembaga sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Dasar. Meminta KPK untuk menghadirkan Sdr.Novel Baswedan terkait dengan pernyataannya bahwa Sdri.Miryam S Haryani pernah mengaku diancam sejumlah anggota DPR periode Meminta penjelasan KPK terkait dengan pernyataan Penyidik KPK yaitu Sdr.Novel Baswedan pada saat bersaksi di persidangan kasus e-ktp, dimana pada saat itu Sdr.Novel Baswedan mengungkapkan bahwa Sdri.Miryam S Haryani pernah mengaku diancam sejumlah anggota DPR periode Untuk mengungkap kebenaran, meminta hasil rekaman sebatas pernyataan Sdr.Novel Baswedan yang mengungkapkan bahwa Sdri.Miryam S Haryani pernah mengaku di tekan oleh 6 (enam) anggota Komisi III DPR RI. Rekaman harus dibuka, bukannya hanya untuk kepentingan 6 (enam) anggota Komisi III DPR RI namun untuk menjaga nama baik institusi. 3

4 2. Penjelasan Pimpinan KPK atas beberapa permasalahan sebagaimana tersebut diatas, diantaranya adalah sebagai berikut : KPK menegaskan bahwa saat ini tidak terjadi konflik internal di KPK. Bahwa sebagaimana isu yang berkembang selama ini terkait dengan adanya pembangkangan di KPK, KPK menegaskan bahwa hal tersebut tidak terjadi di KPK. Terkait dengan adanya penerbitan SP2 (Surat Peringatan Kedua) oleh Pimpinan KPK, hal ini dilakukan karena ternyata ada pihak lain (wadah pegawai) yang belum di dengar masukan dan pendapatnya, sehingga di anulir oleh Pimpinan KPK dan Pimpinan KPK segera menyelesaian persoalan ini. Sampai saat ini proses sedang berjalan. Bahwa apabila seseorang dikenakan SP3 maka ada pemotongan gaji, sedangkan untuk SP2 tidak ada pemotongan gaji. KPK telah merevisi SOP penyidikan yang tahun 2008 pada tahun 2016 lalu dan SOP terbaru akan diserahkan kepada Komisi III DPR RI. Pimpinan KPK akan melakukan pengecekan terhadap kasus Sdri.Maryam S. Haryani yang menyebut beberapa anggota DPR melakukan tekanan dengan mengklarifikasi dan memeriksa rekaman tersebut. Terkait dengan biaya kuliah di KPK, bahwa ada beberapa perubahan peraturan di KPK terkait hal ini. Terkait dengan monitoring, untuk tahun 2016 KPK secara khusus mengirim surat kepada BPK terkait dengan pengeluaran yang sifatnya rahasia. Terkait dengan wacana untuk membentuk KPK di daerah, KPK telah mewacanakan untuk membentuk unit-unit di beberapa daerah dan melakukan koordinasi dengan instansi-instansi di daerah terkait dengan supervisi dan penindakan. KPK telah mempersiapkan hampir 400 orang yang akan ditempatkan di bagian penindakan. Terkait dengan perkembangan kasus Pelindo II dengan melakukan perjanjian MLA, KPK telah mengundang Duta Besar China ke KPK namun tidak bersedia. KPK hanya ingin meminta keterangan terkait dengan perbandingan harga. Terkait dengan penghitungan kerugian keuangan negara, hal ini sebagaimana dalam putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 31 tahun 2012, yakni bahwa selain BPK, KPK dapat meminta auditor lain seperti BPKP, Akuntan, dan yang lainnya sebagaimana disebutkan dalam putusan Mahkamah Konstitusi, dan ini yang menjadi pegangan KPK hingga saat ini. 4. Bahwa dalam salah satu rancangan kesimpulan Rapat Dengar Pendapat Komisi III DPR RI dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Komisi III DPR RI meminta Pimpinan KPK untuk melakukan klarifikasi dengan membuka rekaman BAP atas nama Sdri. Miryam S Haryani tentang ada tidaknya penyebutan sejumlah nama anggota DPR RI. Namun Pimpinan KPK tidak bersedia. 5. Dengan tidak bersedianya Pimpinan KPK untuk melakukan klarifikasi dengan membuka rekaman BAP atas nama Sdri. Miryam S Haryani tentang ada tidaknya penyebutan sejumlah nama anggota DPR RI, Pimpinan rapat meminta pendapat dan pandangan fraksi-fraksi tentang pengusulan Hak Angket terhadap sikap Pimpinan KPK sebagaimana tersebut diatas. 4

5 III. KESIMPULAN/PENUTUP 1. Komisi III DPR RI mendesak KPK untuk segera menyelesaikan konflik internal KPK dan melakukan pengawasan melekat terhadap seluruh pegawai KPK dalam rangka melakukan pembenahan Sistem Pengendalian Internal KPK sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan guna mencegah pelemahan KPK dalam upaya pemberantasan korupsi. 2. Komisi III DPR RI meminta KPK lebih cermat dan akuntabel dalam penggunaan kesewenang-wenangan yang telah diatur dalam ketentuan perundang-undangan untuk menciptakan institusi KPK yang kredibel, akuntabel, dan professional. 3. Komisi III DPR RI memandang perlu adanya Audit Lanjutan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terkait Kepatuhan KPK terhadap Peraturan Perundangundangan sebagai wujud implementasi prinsip transparansi, profesionalisme, dan independensi dalam pelaksanaan tugas KPK. Rapat ditutup pada pukul WIB. PIMPINAN KOMISI III DPR RI WAKIL KETUA, DR.BENNY K HARMAN, SH 5