USAHA MIKRO MAKANAN TRADISIONAL DI KELURAHAN DENDENGAN DALAM KOTA MANADO TENTANG MANAJEMEN MODAL KERJA

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Break Even Point Sebagai Dalam Perencanaan Laba Pada Warung Mie Ayam Bakso Super Urat. Disusun Oleh : Teddy Wira Hadi

Perekonomian Indonesia

TUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

TUGAS LINGKUNGAN BISNIS BERJUALAN MAKANAN ALA GEROBAK. DISUSUN OLEH : Nama : Rizqi Bayu Satrio NIM : Kelas : S1. SI.

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2014 TAHUN 2014 TENTANG

TUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS

BAB I PENDAHULUAN. mulai pada tahun Pada awal bulan tahun 1998, Indonesia dilanda krisis

ANALISIS BREAK EVEN POINT PADA INDUSTRI KUE KHAS TORAJA JAYA PUTRA DI KECAMATAN MAKALE KABUPATEN TANA TORAJA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil

Namun, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan untuk memulai bisnis nasi kuning.

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS : GAGAH PRAYOGI : / S1-SI-2F STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA

ANALISIS BREAK EVENT POINT SEBAGAI DASAR PERENCANAAN LABA PADA RUMAH MAKAN TEKWAN 115

BAB I PENDAHULUAN. 97% tenaga kerja Indonesia, terutama dalam mikro ekonomi yang mencapai

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENINGKATAN NILAI JUAL IKAN NON EKONOMIS MELALUI USAHA CEMILAN CFC CRISPY FISH CARAAGE

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Kecil Menengah (UKM) sangat berperan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses. produksi atau pemberian jasa. (PSAK No.

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

KATA PENGANTAR. AMROZI Page 1

PENGENALAN MAKANAN BAYI DAN BALITA. Oleh: CICA YULIA S.Pd, M.Si

Peluang Bisnis Rumah Makan

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian. karena sektor ini akan banyak menyerap tenaga kerja.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KULINER DAERAH Kabupaten Pandeglang

SOTO BANJAR. Elly Lasmanawati

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. terbelakang dan menuju masyarakat yang lebih baik dan maju. Salah satu

Analisis Biaya, volume dan Laba Soto Mie Bogor Pada Usaha Mania Tanggerang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 20 SERI E

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) DENGAN METODE FULL COSTING

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

JAGUNG. Bahan Pangan Alternatif SERI BACAAN ORANG TUA

SATE PALEMBANG BUMBU JIRET (BIJI KARET)

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kunci bangsa indonesia keluar dari krisis. UKM banyak yang tidak

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut UU No. 20 Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kondisi perekonomian yang menuju arah globalisasi, merek yang kuat

Pemberdayaan Ekonomi Kumpulan Pengajian Perempuan (KPP) Al Munajad Dan Baitul Muqorrobin Desa Tahunan Jepara

USAHA KRIPIK DI DESA MALAKOSA DAN DESA TUMPAPA INDAH KECAMATAN BALINGGI KABUPATEN PARIGI MOUTONG PROPINSI SULAWESI TENGAH

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM

BAB III TINJAUAN TEORI. A. Defenisi Usaha Mikro kecil menengah (UMKM) maupun dalam hal penyerapan tenaga kerja. UKM dianggap penyelamat

L E M B A R A N D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi yang berubah cepat dan kompetitif dengan

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 mendefiniskan Dunia Usaha. sebagai Usaha Mikro, Usaha Kecil, Usaha Menengah, dan Usaha Besar yang

A. Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki potensi ekonomi tinggi, potensi yang mulai diperhatikan dunia internasional.

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini perkembangan dunia usaha yang dinamis dan penuh

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR... TAHUN...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Muhammad Rizki, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Perkembangan Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Bawang Merah di Indonesia Tahun

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. seperti Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Hal ini tentunya membuat jumlah

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

TIM MI AYAM TIM MAKARONI. Bahan: Bahan:

Pengaruh Kondisi Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Terhadap Pembayaran Pajak Penghasilan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN NUGGET AYAM

BAB I PENDAHULUAN. investor dan pengusaha besar yang mengalihkan modalnya ke negara-negara lain,

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidupnya, namun makanan merupakan masukan yang sangat

PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN KEBERPIHAKAN BUPATI/WALIKOTA TERHADAP PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM DI JAWA TENGAH TAHUN 2015

IPTEKS BAGI MASYARAKAT ( IbM ) HOME INDUSTRI NATA DE COCO ( SARI KELAPA) Setia Iriyanto. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Semarang

BAB I PENDAHULUAN. : Jalan Pemuda I, Rawamangun-Jakarta Timur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA 2016

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. bagian penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Hal itu disebabkan dalam

ANEKA RUJAK DAN ASINAN NAN SEGAR

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA. Kucingan Sushi. (Kuliner Jepang Pas di Kantong) BIDANG KEGIATAN : PKM KEWIRAUSAHAAN.

RESONA Jurnal Ilmiah Pengabdian Masyarakat

I. PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of. Tabel 1. Kondisi Perminyakan Indonesia Tahun

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. ini Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu memiliki tujuh aset idle yang

PENERAPAN INFORMASI AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENERIMA ATAU MENOLAK PESANAN KHUSUS PADA UKM KANTIN MURAH

PENGERTIAN USAHA KECIL DAN MENENGAH

STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian FIK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara yang berkesinambungan

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA SANGKUSTI SEBAGAI PELUANG USAHA MAKANAN TRADISIONAL ALTERNATIF KHAS KOTA SEMARANG BIDANG KEGIATAN :

BUPATI BENGKAYANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

USAHA RUMAH MAKAN. bisnis rumah makan, Sebelum anda menginvestasikan. waktu anda untuk belajar tentang

BUPATI TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN ,83 % , ,10 13,15 % Sumber :

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Keywords : Analisis Karakteristik Konsumen, Konsumen, Beras.

IbM PENGUSAHA ABON PINDANG TONGKOL DESA KADEMANGAN KABUPATEN BONDOWOSO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

Transkripsi:

USAHA MIKRO MAKANAN TRADISIONAL DI KELURAHAN DENDENGAN DALAM KOTA MANADO TENTANG MANAJEMEN MODAL KERJA Maryam Mangantar, Adolfina dan Dedy N. Baramuli Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Email : marjam.mangantar@gmail.com ABSTRAK Kota Manado merupakan daerah potensial bidang Makanan, khususnya Makanan Tradisional Sulawesi Utara. Makanan seperti Tinutuan, Nasi Kuning sudah merupakan makanan yang digemari bukan saja oleh masyarakat daerah Sulawesi Utara tetapi juga sudah menjadi makanan kuliner yang digemari oleh para turis manca negara. Para pelaku usaha makanan tradisional ini kebanyakan adalah ibu rumah tangga jadi usaha ini merupakan usaha rumahan. Keberlangsungan usaha makanan tradisional ini perlu terus dikembangkan dengan cara mengelola usaha secara professional. Kegiatan Pengabdian Masyarakat ini bertujuan untuk membantu para pelaku usaha mikro makanan tradisional dalam hal Pengelolaan Modal Tetap, Modal kerja dan Perencanaan Laba. Target khusus kegiatan ini yaitu para pelaku usaha mikro makanan tradisional dapat mengelola usahanya secara efektif dan efisien. Kata kunci: modal, usaha mikro makanan tradisional, kota Manado PENDAHULUAN Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia memegang peran penting dalam perekonomian Indonesia. Fleksibilitas yang dimiliki UMKM telah terbukti pada saat krisis moneter melanda negara-negara di belahan Asia tahun 2007/2008, UMKM tetap eksis dan mampu menjaga keberlangsungan usaha. Namun seiring perkembangan jumlah UMKM dari tahun ke tahun yang semakin bertambah, di sisi lain ada hal-hal yang lama kelamaan mempengaruhi perkembangan UMKM itu sendiri diantaranya terjadi penurunan atau kemunduran usaha yang dialami para pelaku UMKM. Hal ini disebabkan faktor internal misalnya kemampuan sumber daya manusia mengelola usaha dalam berbagai bidang manajemen usaha seperti kemampuan dalam bidang pemasaran, teknis operasional, keuangan/pendanaan, dan bidang administrasi/akuntansi. Salah satu bidang yang akan menjadi fokus dalam kegiatan Pengabdian Masyarakat adalah dalam bidang Pengelolaan keuangan khususnya dalam menghitung besarnya kebutuhan modal bagi Usaha Mikro yang menghasilkan makanan olahan tradisional khas Manado. Modal dalam pengelolaan usaha selalu diidentikkan dengan 80

aliran darah dalam tubuh manusia yang bermanfaat sebagai sumber oksigen. Usaha akan mengalami kemajuan atau kemunduran bahkan tidak akan terjaga keberlangsungannya tanpa kemampuan pengelolaan modal yang memadai. Dalam banyak kasus seringkali terjadi dana yang dijadikan modal bagi usaha dalam hal ini usaha mikro makanan tradisional, tidak diketahui secara pasti karena kekurang- mampuan pengelola dalam menghitung secara tepat berapa kebutuhan modal tetap dan juga modal kerja usahanya. Selain itu karena usaha makanan khas tradisional manado ini diolah dengan menggunakan peralatan masak yang sudah ada, maka sulit bagi pengelola usaha untuk membedakan barang-barang modal bagi usaha dan yang bukan untuk usaha (kebutuhan keluarga). Perkembangan UMKM baru terlihat dari sisi jumlahnya saja. Khusus dalam aspek finansial, hanya sedikit UMKM yang mengalami perkembangan dalam hal kinerja keuangannya. Hal ini tak lepas dari ketidaksadaran pelaku UMKM terhadap pentingnya pengelolaan keuangan usaha. Dilihat dari jumlah unit usahanya yang sangat banyak yang terdapat di semua sektor ekonomi dan kontribusinya yang besar terhadap kesempatan kerja dan pendapatan, khususnya di daerah perdesaan dan bagi keluarga berpendapatan rendah, tidak dapat diingkari betapa pentingnya UMKM bagi pembangunan ekonomi nasional. Selain itu, selama ini kelompok usaha tersebut juga berperan sebagai suatu motor penggerak yang sangat krusial bagi pembangunan ekonomi dan komunitas lokal. Pada umumnya Pemerintah Daerah sebagai pengelola kota masih banyak memikirkan sektor formal yang lebih mudah dikontrol. Padahal sektor industri kecil (dan menengah) memiliki kontribusi yang nyata bagi pengnanggulangan masalah pengangguran dan masalah perekonomian kawasan perkotaan. ILO melaporkan bahwa 60% buruh di kota-kota negara berkembang diserap oleh sektor informal dan kegiatan pada usaha kecil dan menengah (UKM). Sektor UKM sangat penting karena mampu menciptakan pasar-pasar, mengembangkan perdagangan, mengelola sumber alam, mengurangi kemiskinan, membuka lapangan kerja, membangun masyarakat dan menghidupi keluarga mereka tanpa kontrol dan fasilitas dari pihak pemerintah daerah yang memadai (ILO, 1991 dan Reddy et.al., 2002). Di Indonesia, sektor UKM bahkan menjadi tumpuan kehidupan yang semakin besar sejak terjadinya krisis ekonomi yang dimulai pada tahun 1997 (Sarosa, 2000). 81

Dalam pembahasan mengenai sektor usaha kecil tentunya tidak terlepas dengan permasalahan ketidakmampuan memenuhi kewajiban finansial terhadap pihak lain dan keterbatasan untuk menambah modal. Masalah lain yang dihadapi adalah menurunnya hasil produksi dan pemasaran hasil produksi. Dengan indikator kinerja tingkat produksi maka sebagian besar unit usaha (65%) mengalami penurunan, sedangkan 23% produksinya tetap, dan sebanyak 12% mengalami peningkatan. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa para pengusaha pada skala UKM memiliki kerentanan yang tinggi terhadap berbagai kegagalan (Susilo, et al 2008). Sebagai acuan utama pengertian UKM dalam tulisan mengacu pada Undang-undang UKM Nomor 20 Tahun 2008, yaitu: 1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut: a) memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b) memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). 2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut: a) memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). 3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut: a) memiliki 82

kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah). 4. Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari Usaha Menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia. UMKM di Kota Manado, menurut data Dinas Koperasi dan UMKM Manado tahun 2015, berjumlah 8.726 unit usaha, mengalami kenaikan 7% dibanding jumlah tahun 2010. Masalah yang dihadapi UMKM di kota Manado antara lain masalah permodalan, kemudahan usaha (lokasi, izin), pengenalan usaha: pemasaran, permodalan, hubungan usaha, peningkatan usaha : pengadaan bahan/barang. Namun usaha menurun karena kurangnya modal, kurang mampu memasarkan dan kurang ketrampilan teknis administrasi. Permasalahan Mitra Berdasarkan uraian sebelumnya dalam analisis situasi di atas maka masalah yang dirumuskan sebagai berikut: bagaimana Usaha Mikro makanan tradisional Manado mampu menghitung kebutuhan modal kerja dan modal Tetap agar tujuan usaha menjaga kesinambungan operasi dan menghasilkan laba dapat tercapai. Untuk memperjelas rumusan masalah maka diberkan definisi atau konsep-konsep penting sebagai berikut: Asumsi dasar dari pelaksanaan kegiatan ini adalah para pelaku usaha Usaaha Mikro Makanan Tradisional di Kelurahan Dendengan Dalam Kecamatan Paal Dua mampu mengikuti, memahami bahkan mempraktekkan cara menentukan dan menghitung kebutuhan modal kerja dan modal tetap sehingga mampu mengelola usaha dengan professional. Lingkup batasan penerapan ipteks pada program ini adalah memberikan pemahaman, melatih para pelaku Usaha Mikro Makanan Tradisional agar mempunyai ketrampilan teknis. Dengan demikian dapat dirumuskan 83

permasalahan, yaitu bagaimana menentukan dan menghitung kebutuhan Modal Kerja dan Modal tetap serta perencanaan laba yang benar agar dapat mengelola usahanya sendiri secara efektif dan efisien. TARGET DAN LUARAN Tujuan dari program pelatihan (kondisi baru yang diharapkan terwujud) ini dirumuskan sebagai berikut: a. Peserta pelaku Usaha mikro Makanan Tradisional Di Kelurahan Dendengan Dalam Kecamatan Paal Dua Manado dapat memahami dengan baik dan benar cara menentukan kebutuhan modal kerja dan modal tetap bagi usaha yang mereka geluti. b. Para Pelaku Usaha Mikro Makanan Tradisional di Kelurahan Dendengan Dalam Kecamatan Paal Dua Manado secara mandiri dapat menerapkan materi penentuan kebutuhan modal kerja dan modal tetap yang diterima dalam pelatihan dalam usahanya. Manfaat yang diharapkan terwujud dari kegiatan ini adalah: a. Sisi ekonomi: pelaku usaha peserta pelatihan Modal kerja dan modal tetap di Kelurahan Dendengan Dalam Kecamatan Paal Dua Manado dapat menjaga keberlangsungan usaha mereka karena mampu menyusun anggaran yang tersedia dan mampu pula mencari peluang-peluang bisnis yang menguntungkan untuk kesinambungan usaha. b. Sisi Ipteks : peserta pelatihan Usaha Mikro Makanan Tradisional di Kelurahan Dendengan Dalam Kecamatan Paal Dua dapat menjadi trainer bagi pelaku usaha lainnya yang belum mendapatkan pengetahuan tentang penentuan kebutuhan modal kerja dan modal tetap yang baik dan benar. c. Diharapkan dari pelatihan ini mitra lebih proaktif mengikuti pelatihan sehingga mendapatkan nilai tambah untuk meningkatkan kemampuan menyusun anggaran. Luaran: a. Perhitungan Modal Kerja dan Modal Tetap 84

b. Perhitungan BEP c. Artikel Ilmiah yang diterbitkan di Jurnal Nasional METODE PELAKSANAAN Dalam pelaksanaan program IbM ini digunakan metode berupa ceramah, pendampingan usaha dan penambahan modal berupa modal tetap dan modal kerja kerja guna menyelesaikan beberapa masalah yang berkaitan dengan peralatan, bahan pembantu, tempat usaha serta perbaiakan manajemen usaha. Pengusul dan mitra telah bersepakat bahwa prioritas masalah yang akan diselesaikan adalah melakukan penambahan perlengkapan memasak sebagai modal tetap dan pembelian bahan-bahan olahan, bumbu dll keperluan sehari-hari yang merupakan modal kerja. Hal ini perlu dilakukan sebagai prasyarat untuk peningkatan produksi dan penjualan. Metode di atas dioperasionalisasikan dengan tahapan-tahapan kerja sebagai berikut : 1. Persiapan, meliputi peninjauan langsung ke lapangan, mempersiapkan materi pengelolaan usaha, mencari informasi penting dalam pengadaan modal kerja dan modal tetap. Bersama-sama mitra juga pelaksana Tim Pengabdian merencanakan barang dan bahan apa yang akan dibeli nanti, serta bahan dan perlengkapan pada saat memberikan ceramah. 2. Pelaksanaan, dimulai dengan kegiatan ceramah dan diakhiri dengan diskusi dan tanya jawab. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menambah wawasan para mitra tentang pengelolaan usaha yang baik dan siap juga untuk merubah pola pikir yang baru dalam mengelola usaha. Tim Pelaksana Pengabdian Kepada Masyarakat juga melakukan pendampingan terhadap mitra untuk menata tempat usaha agar lebih menarik sekaligus mempersiapkan tempat untuk mengatur peralatan yang baru. Bersama dengan mitra melaksanakan pembelian semua barang dan bahan. Dari kegiatan ini dihasilkan pengadaan barang perlengkapan dan bahan modal kerja. Bersama-sama mitra melaksanakan pembuatan catatan pembukuan sederhana atas usaha dan beberapa merancang kinerja usaha secara berkala. Kegiatan ini akan menghasilkan pembukuan sederhana seperti buku kas umum dan buku pembantu lainnya. Evaluasi dilakukan dengan penilaian terhadap kinerja mitra yang telah dicapai sehingga mitra secara mandiri dapat melaksanakan pengelolaan usaha yang lebih professional. 85

HASIL DAN PEMBAHASAN Peninjauan langsung ke lapangan meliputi identifikasi kebutuhan akan pengelolaan usaha mikro makanan tradisional diperoleh temuan-temuan sebagai berikut : - Mitra belum memahami secara benar tentang arti dan fungsi modal dalam berusaha, dimana menurut pemahaman mitra yang terpenting omset yang ada mampu menutup setiap pengeluaran pada esok hari dirasa cukup, dengan kata lain mitra bekerja pada daerah atau titik break even saja. - Mitra mengalami kekurangan modal dalam hal ini modal tetap berupa peralatan masak, panci, wajan, wadah makanan masak, perlengkapan masak lainnya. - Mitra mengalami kekurangan modal kerja dalam hal ini modal yang diperlukan uuntuk belanja setiap hari seperti bahan baku makanan, bumbu-bumbu dan lain-lain - Mitra kurang memahami bagaimana mengelola usaha yang efisien, dengan memanfaatkan kelebihan dana pada saat pesanan lebih banyak dari biasanya, sehingga pada saat Mitra memerlukan modal kerja, dana yang dibutuhkan terpenuhi. - Mitra belum menerapkan pencatatan dengan metode akuntansi sederhana sehingga dapat mengontrol masuk atau keluarnya dana dalam usahanya. - Mitra masih sulit memisahkan pendapatan uusaha dengan pendapatan rumah tangga lainnya. Dari hasil pengamatan di lapangan terdapat beberapa temuan yang sudah disebutkan diatas karenanya langkah-langkah yang ditempuh untuk mengatasi permasalahan mitra yang ada akan di analisis satu demi satu. a. Tim Pelaksana memberikan pembekalan kepada para Mitra tentang pentingnya modal dalam melakukan suatu usaha dan bagaimana peran modal dalam menjamin keberlangsungan usaha. Materi pembekalan dititik-beratkan pada : - Pengertian modal kerja - Pentingnya modal kerja - Jenis modal kerja - Pengertian pulang pokok (break even) - Pengertian modal tetap atau modal yang diperlukan untuk pengadaan aktiva tetap. Materi diberikan dalam bentuk ceramah selama 30 menit kemudian dilanjutkan dengan diskusi dan tanya-jawab. Dari pemaparan materi yang diberikan dan proses diskusi dan tanya-jawab yang berlangsung, banyak informasi yang didapat 86

oleh mitra dan diharapkan informasi ini dapat menjadi panduan yang bermanfaat dalam melanjutkan proses usaha sehingga usaha yang ditekuni mitra berkembang setelah mempunyai sedikit pengetahuan tentang pentingnya modal dalam berusaha. Mitra juga diberikan materi tentang menghitung titik atau keadaan usaha yang pulang pokok, bahkan para Mitra bersama-sama dengan dengan bantuan Tim belajar mempraktekkan menghitung Titik pulang pokok. Hasilnya adalah sebagai berikut : Mitra 1 : Usaha mikro Makanan Tradisional : Tinutuan - Biaya tetap sebesar Rp. 150.000,-. - Biaya variabel per unit Rp.3.000,- - Harga jual per unit Rp. 7.500,- - Kapasitas produksi maksimal 50 unit. -Volume produksi 35 unit (porsi) BEP (unit) = Total Biaya Tetap --------------------------------- Harga jual per unit Biaya Variabel/unit 300.000 Sehingga BEP Mitra 1 = ------------------------------ = 33 porsi 7.500-3.000 Dengan demikian Mitra 1 yang menjual makanan tradisional tinutuan akan break even pada saat ia menjual 33 porsi tinutuan, atau dengan kata lain Mitra 1 akan menghasilkan keuntungan apablila menghasilkan dan menjual produk Tinutuan lebih besar dari 33 porsi per hari. Mitra 2 : Usaha mikro Makanan Tradisional : Nasi Kuning - Biaya tetap sebesar Rp. 250.000,-. - Biaya variabel per unit Rp.3.500,- - Harga jual per unit Rp. 10.000,- 87

- Kapasitas produksi maksimal 50 unit. -Volume produksi 55 unit (porsi) BEP (unit) = Total Biaya Tetap --------------------------------- Harga jual per unit Biaya Variabel/unit 250.000 Sehingga BEP Mitra 1 = ------------------------------ = 38 porsi 10.000-3.500 Dengan demikian Mitra 2 yang menjual makanan tradisional Nasi Kuning break even pada saat ia menjual 38 porsi Nasi Kuning, atau dengan kata lain Mitra 2 akan menghasilkan keuntungan apabila menghasilkan dan menjual Nasi Kuning lebih besar dari 38 porsi per hari. - Mitra 1 dan 2, keduanya mengalami kekurangan modal dalam hal ini modal tetap berupa peralatan masak, panci, wajan, wadah makanan masak, perlengkapan masak lainnya. Disamping itu juga Mitra mengalami kekurangan modal kerja dalam hal ini modal yang diperlukan uuntuk belanja setiap hari seperti bahan baku makanan, bumbu-bumbu dan lain-lain sehingga Tim pelaksana Pengabdian Pada Masyarakat melakukan Pengadaan alat-alat perlengkapan masak yang diperlukan dalam usahanya sehari-hari. Caranya dengan menginventarisir kebutuhan modal tetap atau barang-barang modal masing-masing Mitra. Setiap Mitra mengajukan keperluan modal tetap yang dianggapnya harus segera dilakukan pengadaan. Selanjutnya daftar kebutuhan tersebut di periksa dan disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Tim mengharapkan dengan adanya bantuan ini Mitra bisa beraktivitas menjalankan usahanya dengan lebih bergairah dan menjaga keberlangsungan usahanya. Hal yang perlu dihindari oleh Mitra adalah setelah mendapat bantuan ataupun pemahaman praktik mengelola usaha yang menguntungkan Mitra mengabaikan pengetahuan yang didapat selama ini. 88

Tabel 1. Kebutuhan Barang Modal Mitra Pengabdian Masyarakat 2016 No Mitra 1 Mitra 2 1 Panci Panci 2 Wajan Wajan 3 Kompor Gas Rinai Panci Kukusan 4 Piring Piring 5 Sendok Sendok 6 Garpu Garpu 7 Loyang Gelas 8 Pisau Loyang Sumber : Data Pengabdian Masyarakat 2016 Demikian pula dengan Kebutuhan Modal Kerja, Tim pelaksana Pengabdian Pada Masyarakat melakukan Pengadaan Bahan-bahan yang merupakan modal kerja. Caranya dengan menginventarisir kebutuhan modal kerja, masing-masing Mitra. Setiap Mitra mengajukan keperluan modal kerja yang dianggapnya harus segera dilakukan pengadaan bahan yang disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Tabel 2. Kebutuhan Modal Kerja Mitra Pengabdian Masyarakat 2016 No Mitra 1 Mitra 2 1 Beras Beras 2 Labu Wajan 3 Ubi kayu Ikan cakalang 4 Sayur kangkung Daging sapi 5 Sayur bayam Bumbu 6 Sayur Gedi Minyak 7 Rempah2 Rica 8 Bawang Bawang merah 9 Rica Bawang putih 10 Minyak goreng Laksa 11 Bumbu Kentang 12 Tahu Telur Ayam 13 Ikan Nike Gula merah 14 Jagung muda Gula putih 15 Rempah2 Kecap 16 Bawang merah Kertas nasi 17 Bakasang Daun Pisang Sumber : Data Pengabdian Masyarakat 2016 Oleh karena pemahaman Mitra dalam pengelolaan usaha yang masih kurang memadai dalam hal pencatatan transaksi atau pembukuan sederhana, maka Tim Pengabdian memberikan pemahaman tentang bagaimana melakukan pencatatan transaksi sederhana yakni dengan memperkenalkan Buku Kas Umum. Buku kas Umum adalah Buku yang mencatat transaksi yang terjadi setiap hari. Mitra dengan mudah 89

dapat memahaminya dengan bantuan Tim mencoba melakukan pembukuan sederhana ini. Mitra mampu mencatat dana masuk dan keluar setiap hari sehingga saldo usaha yang dimiliki Mitra bisa langsung diketahui saat itu juga. Dengan dilakukannya pencatatan transaksi sedehana, Mitra dapat memisahkan dana yang dioperasikan dan juga pendapatan usahanya dengan dana lain yang ada, misalnya dana untuk kebutuhan keluarga atau pendapatan dari kegiatan-kegiatan lain di luar usaha makanan tradisional ini. Selain itu Mitra juga sudah bisa menghitung pendapatan dalam sebulan dan memperkirakan ataupun merencanakan bagaimana memperluas usahanya. PENUTUP Kesimpulan - Pelaksanaan Pengabdian Masyarakat bagi pelaku Usaha Makanan Tradisional di Kelurahan Dendengan Dalam Kota Manado berhasil sampai pada tahap kemampuan menyusun dan menghitung kebutuhan modal kerja dan modal tetap, keadaan Pulang Pokok, dan membuat pencatatan sederhana. - Keberhasilan yang dicapai dalam kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat ini ditunjukkan antara lain oleh adanya kesesuaian antara materi yang disampaikan dengan kebutuhan para pelaku usaha dalam meningkatkan hasil dan menjaga keberlangsungan usaha mereka. Adanya respon positif dari peserta yang ditunjukkan dengan pertanyaan dan tanggapan selama kegiatan berlangsung. Saran Dari tanggapan dan pertanyaan peserta Pengabdian dalam hal ini Pengabdian Masyarakat di Kelurahan Dendengan Dalam Kota Manado, maka saran yang dapat diberikan adalah : - Agar para pelaku usaha makanan tradisional termotivasi dalam mengelola usahanya secara profesional maka kegiatan pembekalan dan pemberian informasi berbisnis dengan efektif dan efisien seperti ini sebaiknya dilakukan secara berkesinambungan. - Di masa datang sebaiknya kegiatan pengabdian seperti ini melibatkan lebih banyak lagi pelaku usaha mikro sebagai mitra. 90

DAFTAR PUSTAKA Bambang Riyanto, 2005, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi ke empat, BPFE, Yogyakarta Brigham, E,F & Weston, J,F. 2005. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi Kesembilan,Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta. Indriyo Gitosudarmo dan Basri, 2002, Manajemen Keuangan, Edisi 3, BPFE, Yogyakarta Van Horne, James C dan Jhon M. Wachowicz. 2007. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan. Buku Dua. Edisi Keduabelas. Jakarta: Salemba Empat. http://wizii.blogspot.co.id/2012/03/analisa-break-event-point-bep-analisa, diunduh 7 nov 2016 jam 6.30. 91